You are on page 1of 30

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga: Alamat lengkap : Jl.Terusan bondowoso Klampok Kec Kasri 2D No.216

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah NO Nama 1 2 3 4 Tn.W Tn.H Tn.D Tn.S Kedudukan Penghuni kos Penghuni kos Penghuni kos Penghuni kos L/P Umur Pendidikan L L L L 35 th 33 th 40 th 43 th S-1 S-1 S-1 S-1 Pekerjaan PNS PNS PNS PNS Pasien klinik ya Tidak Tidak Tidak Ket Hipertensi grade I -

Kesimpulan: Tn. W tinggal dikos-kosan dengan. Terdapat satu orang sakit yaitu Tn.W umur 35 tahun, beralamat di Jl.Terusan bondowoso Klampok Kec Kasri 2D No.216 Malang. Diagnosa klinis penderita adalah hipertensi grade I. Penderita adalah seorang mahasiswa yang melanjutkan pendidikan S-2.

BAB I STATUS PENDERITA Pendahuluan Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita hipertensi grade I, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 35 tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita hipertensi yang berada di Malang, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, tidak hanya dari segi biomedis melainkan juga mempengaruhi faktor psikologis penderita dan keluarga, serta faktor sosioekonomi. Identitas Penderita Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Status Perkawinan Agama Alamat Suku Tanggal Periksa Anamnesis
1. Keluhan Utama

: Tn. W : 35 tahun : laki-laki : PNS : S-1 : Sudah Menikah : Islam : Jl.Terusan bondowoso Klampok Kec Kasri 2D No.216 :: 16 Oktober 2010

: Pusing, muntah

2.

Riwayat Penyakit Sekarang : Tn.W datang ke ruang IGD RSI dengan keluhan pusing dan muntah-muntah

pukul 23.38 WIB. Pusing dirasakan sekitar pukul 22.00 malam dan muntah-muntah sebanyak 3 kali. Pusing terasa berputa-putar sekelilingnya, sehingga tidak berani membuka mata. Muntah tidak disertai darah, dan pasien mengaku semua yang ada diperut keluar semua karena muntah tersebut. Pasien tampak lemah dan pucat. Pasien berasal dari Kalimantan dan baru satu bulan tinggal di Malang untuk menjalankan
2

pendidikan S-2 karena mendapat beasiswa. Pada saat diKalimantan sering mengalami gejala yang sama dan masuk rumah sakit dengan gejala yang sama. Pasien mengaku bahwa dia adalah tipe orang yang pemikir sehingga sangat stress menghadapi pekerjaan kampus yang sangat padat. Pasien juga pernah mengeluh demam karena harus beradaptasi dengan cuaca di Malang yang dingin sehingga sempat berobat ke dokter dan diberi vitamin. Pasien mengaku memiliki riwayat tekanan darah tinggi selama 2 tahun. 3. Riwayat Penyakit Dahulu yang pernah diderita: Riwayat MRS (+) (Gejala sama : Pusing, muntah-muntah) Riwayat gastritis (+) (obat yang diminum stomach) Riwayat hipertensi (+) (150/100 mmHg) Riwayat diabetes (-) Riwayat asma (-) Riwayat alergi (-) Riwayat penyakit jantung (-) 4. Riwayat Gizi : Pasien makan 2-3 kali sehari, biasanya beli makanan di warung. Biasanya lauk pauk yang dimakan adalah tempe, tahu, ayam. Tidak suka makan daging karena biasanya langsung pusing. Pasien menghindari makanan yang pedas, masam dan asin. Pasien jarang sekali minum air putih tetapi sering minum es. Pasien juga jarang makan buah-buahan. 5. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluarga : Hipertensi (Ibu) Riwayat asma (-) Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat diabetes (-) Riwayat alergi (-) 6. Riwayat Kebiasaan :

Riwayat merokok (-) Riwayat minum alkohol (-) Riwayat minum kopi (-) Riwayat olahraga (-), jarang berolahraga Riwayat pengisian waktu luang : pasien jarang bersantai untuk mengisi waktu luang karena harus mengerjakan tugas. 7. Riwayat Sosial Ekonomi : Tn. W seorang PNS yang sedang meneruskan pendidikan S-2 di Universitas Negeri Malang, memiliki 1 orang istri dan seorang anak namun mereka tinggal di Kalimantan. Di Malang pasien tinggal di kos bersama 5 orang temannya yang sekaligus teman sekampusnya namun berasal dari daerah yang berbeda-beda. Selama di RS pasien tidak memberitahukan kepada keluarga di Kalimantan bahwa dia sakit karena tidak ingin keluarga khawatir. Hubungan pasien dengan teman satu kos sangat baik. Meskipun berbeda daerah asal tidak pernah ada selisih faham dengan teman kos. Teman belajar sangat perduli dan perhatian dengan keadaan TnW yang sedang sakit. Anamnesis Sistem 1.
2.

Kulit Kepala Mata

: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

: sakit kepala (-), pusing (+), rombut rontok (-), luka (-), benjolan (-) : pandangan mata berkunang-kunang (-),penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-), penglihatan ganda(-).

3.

4. 5.

Hidung Telinga Mulut Tenggorokan Pernafasan

: Cairan(-), mimisan (-) : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-), nyeri(-) : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-) : nyeri menelan (-), suara serak (-) : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
4

6. 7.

8.

9.

Kardiovaskuler

: nyeri dada (-), berdebar-debar (-), ampeg (-). : mual (+),muntah(+),diare (-),nafsu makan menurun (-) nyeri perut (-), BAB 1xsehari : BAK 3xsehari, warna kuning jernih jumlah dalam batas normal. : lumpuh (-),kaki kesemutan(-),kejang (-) : emosi stabil (+), mudah marah (-) : kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan dan kaki (-),nyeri otot (-) : bengkak (-), sakit (-), telapak tangan pucat (-), kebiruan (-), luka (-), telapak tangan pucat (-)

10. Gastrointestinal

11. Genitourinaria

12. Neurologik

13.

Psikiatrik

14. Muskolokeletal

15. Ekstremitas atas

16.

Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit (-), telapak tangan pucat (-), kebiruan (-), luka (-),telapak tangan pucat (-)

Pemeriksaan Fisik
1.

Keadaan umum Tanda vital

: tampak lemas dan pucat, tanda distres (-), compos mentis (GCS 456), gizi baik/normal : BB : 63 kg TB : 169 cm BMI : BB/TB2=> 22,85 kg/m2=>kesan normoweight Tensi : 150/100 mmHg Suhu : 36oC N : 96 x/mnt, regular, isi cukup, simetris RR : 20x/mnt

2.

3.

Kulit Kepala

: sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (+), spider nevi (-), petechie (+), eritem (-), venektasi (-) : Bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut (-), keriput (-), atrofi m. temporalis (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-), papul (-), nodul (-), Makula (-)

4.

5.

Mata Hidung Mulut

: conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),warna kelopak putih, radang (-/-), eksoftalmus (-), strabismus (-) : nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-) : mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-) lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-), papil lidah atrofi(-)

6.

7.

8.

Telinga Tenggorokan

: otorrhea (-), pendengaran berkurang (-), nyeri tekan mastoid (-), cuping teling dbn, serumen (-) : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-), : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-), tortikolis (-) :bentuk normal, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi suprasternal (-),retraksi sela iga (-) spidernevi (-), sela iga melebar (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-), nyeri (-)

9.

10. Leher

11. Thorax

Cor: Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus cordis tidak tampak : ictus cordis tidak kuat angkat : Batas kiri atas Batas kanan atas Batas kiri bawah : ICS II Linea para sternalis sinistra : ICS II Linea para sternalis dekstra : ICS V medial lineo medio clavicularis sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis dekstra Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-) Suara tambahan jantung : (-) Pulmo : Statis (depan dan belakang) Inspeksi Palpasi Perkusi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri : fremitus raba kiri sama dengan kanan : sonor/sonor
6

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-), stridor (-) Dinamis (depan dan belakang) Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri,irama regular, otot bantu nafas (-), pola nafas abnormal (-), usaha bernafas normal. Palpasi Perkusi : fremitus raba kiri sama dengan kanan : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-). Abdomen : Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas jahitan (-) Palpasi Perkusi : supel, nyeri epigastrium (+), hepar dan lien tdk teraba, turgor baik, massa (-), asites (-) : timpani seluruh lapangan perut Auskultasi : peristaltik (+) normal
12.

System Collumna Vertebralis (tidak diperiksa) : : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-) : nyeri tekan (-) Akral dingin

Inspeksi Palpasi

13. Ekstremitas : palmar eritem (-) 13.

Oedem

Sistem genitalia : (tidak diperiksa) Pemeriksaan neurologic:

14. kesadaran : composmentis

fungsi luhur : dalam batas normal fungsi vegetatif : dalam batas normal
7

N N

N N

fungsi sensorik

fungsi motorik (tidak diperiksa) 5 5 5 5 N N N N N N N N -

Kekuatan

tonus

Ref.Fisiologis

Ref.Patologis

15.

Pemeriksaan psikiatri

Penampilan : perawatan diri baik Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis Afek : appopriate Psikomotor : normoaktif Proses pikir : bentuk : realistik Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-) Arus : koheren Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah lengkap Hb Leukosit LED Trombosit Ht Eritrosit : 14,4 g/dL : 15.000 L : 8 mm/jam : 211.000 L : 43,2 % : 5,22 juta/mm3

Pemeriksaan Kimia darah GDS Kolesterol total Trigliserid HDL LDL Urea Kreatinin Asam Urat SGOT SGPT Resume Tn. W datang ke ruang IGD RSI dengan keluhan pusing dan muntah-muntah pukul 23.38 WIB. Pusing dirasakan sekitar pukul 22.00 malam dan muntah-muntah sebanyak 3 kali. Pusing terasa berputa-putar sekelilingnya, sehingga tidak berani membuka mata. Muntah tidak disertai darah, dan pasien mengaku semua yang ada diperut keluar semua karena muntah tersebut. Pasien tampak lemah dan pucat. Pasien berasal dari Kalimantan dan baru satu bulan tinggal di Malang untuk menjalankan pendidikan S-2 karena mendapat beasiswa. Pada saat di Kalimantan sering mengalami gejala yang sama dan masuk rumah sakit dengan gejala yang sama. Pasien mengaku bahwa dia adalah tipe orang yang pemikir sehingga sangat stress menghadapi pekerjaan kampus yang sangat padat. Pasien juga pernah mengeluh demam karena harus beradaptasi dengan cuaca di Malang yang dingin sehingga sempat berobat ke dokter dan diberi vitamin. Pasien mengaku memiliki riwayat tekanan darah tinggi selama 2 tahun. Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab menunjukkan tensi 150/100 mmHg, Leukosit 15.000/ mm3. GDS : 122 mg/dL : 122 mg/dL : 175 mg/dL : 82 mg/dL : 48 : 111 : 22 : 1,1 : 5,3 : 17 : 18

Diagnosis Holistik 1. Diagnosis dari segi biologis : Hipertensi Grade I 2. Diagnosis dari segi psikologis : Hubungan Tn.W dengan teman satu kos dan teman belajar terkesan harmonis, saling mendukung, saling memperhatikan, dan saling pengertian. 3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya : -

Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa di lingkungannya Kondisi lingkungan kurang sehat

Penatalaksanaan Non Medikamentosa -

Diet TKTP Diet rendah garam dan lemak Menghindari makanan yang merangsang (pedas, masam) Pasien disarankan untuk banyak istirahat/tirah baring Pasien disarankan untuk tidak terlalu stress dan menjaga pola makan Pasien disarankan untuk minum 2 liter/hari Latihan jasmani 3 kali seminggu 30 menit Pasien disarankan kontrol rutin tekanan darah Infus RL : D5 = 3:1 20 tts/menit Inj. Novalgin :3x1ampul Komposisi metamizole Na Indikasi : nyeri hebat yang berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, post op, nyeri akut dan kronis karena spasme otot polos. KI : Hipersensitif metamizol, hamil dan laktasi. Dosis : Tab. Dws &remaja>15 thn 1 tab, maks 4x/hr. Amp. Dws & remaja > 15 thn 2-5 mL IM/IV dosis tunggal maksm 10 mL/hr

Medikamentosa

PO :
10

1. Tanapres (Imidapril HCl 5 mg)

: 1x1 tab

Indikasi : Hipertensi Dosis : Dws 5-10 mg 1x/hari. Pasien dengn gagal ginjal, hipertensi berat Awal 2,5 mg 1x/hr. PO : Berikan 15 mnt sebelum makan. Namun demikian pada permulaan terapi, dosis pertama harus diberikan menjelang tidur malam KI : Riwayat angioedema karena ACE inhibitor, Wanita hamil, ES : Batuk, pusing, hipotenasi, ruam kulit, angioedem,
2. Librax

(Antisapsmodikum)

: 3x1 tab

Indikasi : terapi tambahan untuk tukak peptic dan irritable bowel syndrome Dosis : Dws 1-2 drag 1-4x/hr KI : Glaukoma ES : Mulut kering, konstipasi, agranulositosis, reaksi alergi, mengantuk Follow up Tanggal 17 Oktober 2010 S O : pusing mual : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda vital: T: 160/110 mmHg N: 84 x/menit A P S O : Hipertensi : Diet tetap, terapi+Vroxil : pusing berkurang : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup TAnda vital: T: 150/80 mmHg N: 84 x/menit A P : Hipertensi : Diet tetap, terapi stop novalgin RR: 20 x/menit S: 36oC RR: 20 x/menit S: 36,5oC

Tanggal 18 Oktober 2010

Tanggal 19 Oktober 2010


11

S O

: tidak ada keluhan : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda vital: T: 130/90 mmHg N: 84 x/menit RR: 20 x/menit S: 36oC

A P

: Hipertensi : Diet dan terapi tetap

Tanggal 20 Oktober 2010 Pasien Pulang Flow Sheet Nama Diagnosis


NO 1 Tanggal 16/10/2010

: Tn. W : Hipertensi Grade I


Vital Sign 23.38 T:150/100 N:96 S: 37,5 Rr: 20 BB/TB 63/169 BMI (kg/m2) 22,85 Status Lokalis Keluhan Pusing (berputar) Muntah Rencana Infus RL:D5=3:1 20 tts/mnt Inj. Novalgin 3x1 ampul PO: Librax 3x1 tab Tanapres 1x1 tab Diet TKTP Diet rendah garam Lab; DL, Lipid profil

06.00

T: 160/110 N: 84 S: 36 Rr: T: 140/90 N: 80 S: 36 Rr: T: 140/100 N: 120 S: 37 Rr:

63/169

22,85

12.00 2 17/10/2010 18.00

Pusing, mual

Diet tetap Terapi + Vroxil 2x500

12

06.00

18/10/2010

19/10/2010

20/10/2010

T: 150/80 N: 84 S: 36 Rr: 12.00 T: 140/80 N: 84 S: 36,2 Rr: 18.00 T: 140/70 N: 84 S: 36 Rr: 06.00 T: 130/90 N: 84 S: 36 Rr: 12.00 T: 130/80 N: 80 S: 36 Rr: 18.00 T: 130/80 N: 84 S: 36 Rr: Pasien Pulang

63/169

22,85

Pusing berkurang

. Diet tetap, terapi stop Novalgin

63/169

22,85 sudah tidak ada keluhan

Diet dan tetap

terapi

13

BAB II IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA Fungsi Holistik 1. Fungsi Biologis Tn.W berasal dari Kalimantan, disana tinggal bersama istri dan seorang anaknya. Tn.W sebagai pasien hipertensi grade I sebelumnya sudah pernah menderita hipertensi dan pernah masuk rumah sakit. 2. Fungsi Psikologis Penderita tinggal jauh dengan keluarga yang berada di Kalimantan karena berkuliah menlanjurkan studi S-2 di Malang, sehingga di Malang Tn.W tinggal di kos. Selama tinggal di kosnya kurang lebih 1 bulan, hubungan Tn.W dengan penghuni kos baik. Jika ada waktu luang, Tn. W dan temanteman sering keluar untuk jalan atau makan bareng. Jika ada teman yang memiliki masalah, mereka saling membantu dan member perhatian. Saat Tn.W sakit, teman-teman kos sangat perhatian, bersedia mengantar dan bergantian menjaga Tn.W ke rumah sakit. 3. Fungsi Sosial Dalam kehidupan sehari-hari, Tn.W hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial Tn. W cukup berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Biaya kuliah ditanggung oleh pemberi beasiswa. Sedangkan untuk biaya kos, biaya sehari-hari,dan biaya rumah sakit ditanggung oleh Tn.W sendiri. Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3 kali sehari dengan nasi lauk ayam, tahu, tempe dan lain-lain yang terdapat disekitar kosnya. Pasien mengatakan jarang memakan daging karena setiap kali makan daging kepalanya pusing. Pasien juga mengatakan jarang makan buah-buahan dan minum air putih.

14

Kesimpulan : Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga kesimpulannya adalah Tn.W, umur 35 tahun dengan hipertensi grade I, fungsi psikologis dan fungsi sosial ekonomi cukup baik. Fungsi Fisiologis dengan Alat APGAR Score Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi : 1. Adaptasi Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. 2. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. 3. Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. 4. Affection Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. 5. Resolve Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik.

15

APGAR score Tn. W=8


APGAR Tn.W Terhadap Teman-teman Kos Sering/ selalu Kadangkadang Jarang/ Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga


saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

A Saya

puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll membagi waktu bersama-sama

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

Untuk Tn. W APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn.W kadang-kadang memecahkannya bersama teman-teman kosnya . Score : 1 Partnership : Komunikasi antara penderita dengan teman-teman kosnya terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika ada yang terkena masalah. Score : 2 Growth : Tn.W kadang berdiskusi bersama teman kosnya untuk menentukan keputusan Score : 1 Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni kos cukup terjalin baik Score : 2 Resolve : Tn. W sering kumpul, makan, dan jalan bareng dengan teman kosnya. Score : 2

16

APGAR score Tn. H= 8


APGAR Tn.H Terhadap Teman-teman Kos Sering/ selalu Kadangkadang Jarang /tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga


saya bila saya menghadapi masalah.

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya. dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

A Saya

puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll membagi waktu bersama-sama

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

Untuk Tn. H APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn.H kadang-kadang memecahkannya bersama teman-teman kosnya Score : 1 Partnership : Komunikasi antara Tn.H dengan teman-teman kosnya terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika ada yang terkena masalah. Score : 2 Growth : Walaupun Tn.H sering berkumpul dengan keluarga dan berkomunikasi namun terkadang teman-teman kos tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Nn. P sehari-hari. Score : 1 Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni kos cukup terjalin baik Score : 2 Resolve : Tn. H sering kumpul, makan, dan jalan bareng dengan teman kosnya. Score : 2

17

APGAR score Tn.D=7


APGAR Tn. D Terhadap Teman-teman Kos Sering/ selalu Kadangkadang Jarang/ Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga P G

saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

A Saya R

Untuk Tn. D APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Kurang terbukanya Tn.D ketika mendapat masalah baik masalah dengan keluarganya ataupun dengan perkuliahannya, sehingga Tn.D jarang berkomunikasi dengan keluarga. Score : 1 Partnership : Komunikasi antara Tn.D dengan teman-teman cukup terjalin baik. Tn.D tidak selalu meminta pendapat teman-teman kosnya jika menghadapi masalah Score : 1 Growth : Walaupun sering bersama, namun terkadang teman-teman kos tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Tn.D sehari-hari. Score : 1 Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni kos cukup terjalin Score : 2 Resolve : Tn. D sering kumpul, makan, dan jalan bareng dengan teman kosnya. Score : 1

18

APGAR score Tn.S=8


APGAR Tn. S Terhadap Teman-teman Kos Sering/ selalu Kadangkadang Jarang/ Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga P G

saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

A Saya R

Untuk Tn. S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : Kurang terbukanya Tn.S ketika mendapat masalah baik masalah dengan keluarganya ataupun dengan perkuliahannya, sehingga Tn.S jarang berkomunikasi dengan keluarga. Score : 1 Partnership : Komunikasi antara penderita dengan teman-teman kosnya terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika ada yang terkena masalah. Score : 2 Growth : Tn.S kadang berdiskusi bersama teman kosnya untuk menentukan keputusan Score : 1 Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni kos cukup terjalin baik Score : 2 Resolve : Tn. W sering kumpul, makan, dan jalan bareng dengan teman kosnya. Score : 2 APGAR score keluarga kos terhadap Tn.W = (8+8+7+8) : 4 = 7,5 Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga kos Tn. W cukup baik. Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM
19

Fungsi patologis dari keluarga kos Tn.W dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut. Tabel 8. SCREEM keluarga penderita Sumber Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Menggunakan adat istiadat daerah asal Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah. Penghasilan keluarga relatif cukup Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup, karena seluruh penghuni kos adalah mahasiswa Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga kos Tn.W pergi ke praktek dokter umum Patologis -

Social Culture Religious Economic Educational Medical Kesimpulan

Keluarga kos Tn.W tidak memiliki fungsi patologis Pola Interaksi Keluarga Diagram Pola interaksi Tn.W
Tn.W

Tn.H

Tn.S

Tn.D

Keterangan : Hubungan baik Hubungan tidak baik Kesimpulan Hubungan antara Tn.W dengan semua teman kos baik dan hubungan semua penghuni kos antara satu sama lain baik. BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR
20

YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN 1. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga Faktor Perilaku Keluarga a. Pengetahuan Tn.W dan penghuni kos yang lain memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan. Menurut pendapat mereka semua kesehatan itu tidak hanya secara jasmani saja tetapi dalam hal pikiran dan ketenangan hati. Tn.W dan teman-teman mengetahui bahwa hipertensi bisa diturunkan dan bisa karena faktor lain seperti stress yang berlebihan. Namun mereka kurang mengenai masalah komplikasi yang diahadapi bila hipertensi terus berlanjut. b. Sikap Tn.W, keluarga beserta teman-temannya sekarang perduli terhadap kesehatan penderita. Mereka menganggap masalah ini harus diatasi meskipun tidak begitu mengerti masalah komplikasi yang terjadi. Mereka semua berusaha untuk memulihkan kondisi tubuh mereka ketika menderita sakit agar bisa melaksanakan studi dan bekerja dengan baik. c. Tindakan Keluarga kos Tn.W mengantarkan Tn.W untuk kontrol di RS dan menjaga Tn.W selama menjalankan rawat inap di RS. Faktor Non Perilaku Dipandang dari segi ekonomi, penghuni kos ini termasuk orang yang cukup. Mereka yang berada di kos adalah seorang pegawai negeri sipil yang sedang melanjutkan pendidikan S-2 dari beasiswa. Rumah kos yang dihuni Tn. W kurang memadai karena dirasa kurang dalam pemenuhan standar kesehatan. Pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, peletakan barang-barang yang tidak dipakai disekitar kamar, lingkungan perumahan yang padat. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah klinik dokter dan RS. 2. Identifikasi Lingkungan Rumah
21

Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah tetangganya. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu, 7 kamar kos, satu dapur, dan 2 kamar mandi. Pintu masuk dan keluar ada dua, pintu samping yaitu pintu kecil yang langsung berbatsan dengan kamar-kamar kos dan pintu utama yang berbatasan dengan ruang tamu. Tiap kamar hanya memiliki satu jendela. Ventilasi dan penerangan rumah kurang. Dalam satu kamar hanya satu tempat tidur. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan termasuk praktek dokter, apotek dan sebagainya tergolong dekat dengan rumah kos Tn.W. Jika salah satu anggota kos ada yang yang sakit biasanya pergi berobat ke dokter praktek. Dan bila dirasa sakitnya parah mereka membawa ke RS untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Ketururnan Terdapat faktor keturunan hipertensi yakni ibu Tn.W Kesimpulan : Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.

Denah Rumah
Pintu depan Pintu samping

Ruang tamu

Kamar Kos

22

Garasi Mototr

Kamar Kos

dapur
gudang

kamarmandi

Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku


Pengetahuan Keluarga kos cukup memahami penyakit penderita Rumah kurang memenuhi syarat kes

Sikap Keperdulian terhadap sakit penderita Tindakan Keluarga kos mengantarkan ke RS

Tn.W

Memiliki keturunan hipertensi (ibu)

Bila sakit berobat ke dokter praktek/RS

Ket: : Faktor Perilaku


: Faktor Non-perilaku

DAFTAR MASALAH Masalah medis : Hipertensi grade I Masalah non medis : 1. Tn.W merasa stress menghadapi tugas kuliah yang padat
2. Keluarga memiliki riwayat hipertensi (ibu) 3. Ketidakpatuhan control 23

4. Kurangnya olahraga.latihan jasmani Diagram Permasalahan Pasien (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Keluarga riwayat (ibu)

memiliki hipertensi

Tn.W Hipertensi grade I

Tn.W

merasa

stress tugas

menghadapi kuliah yang padat

Tidak rajin kontrol

Kurang latihan jasmani /olahraga

Matrikulasi Masalah Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
No. Daftar Masalah P 1. 2. 3 4 Tn.W merasa stress menghadapi tugas kuliah yang padat Adanya keluarga (Ibu) yang memilki riwayat sakit yang sama Tidak rajin kontrol tek. darah Kurang latihan jasmani/olahraga 5 5 5 5 I S 5 5 5 5 SB 5 3 4 4 2 2 3 2 T Mn 3 3 3 3 R Mo 3 3 3 2 Ma 3 3 2 3 Jumlah IxTxR 6.750 4050 5400 3600

Keterangan : I P S SB T R Mn : Importancy (pentingnya masalah) : Prevalence (besarnya masalah) : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) : Technology (teknologi yang tersedia) : Resources (sumber daya yang tersedia) : Man (tenaga yang tersedia)

24

Mo Ma 1 2 3 4 5

: Money (sarana yang tersedia) : Material (pentingnya masalah) : tidak penting : agak penting : cukup penting : penting : sangat penting

Kriteria penilaian :

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.W adalah sebagai berikut : 1. Tn.W merasa stress menghadapi tugas kuliah yang padat 2. Tidak rajin kontrol tekanan darah 3. Keluarga (Ibu) memiliki riwayat hipertensi 4. Kurang latihan jasmani/olahraga Kesimpulan : Kesibukan tugas kuliah yang padat membuat Tn.W stress dalam menghadapinya

BAB IV HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI Hipertensi didefinisikan apabila tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) 90 mmHg.
25

Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa 18 tahun menurut JNC-7 2003

Etiologi Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial Hipertensi primer (essensial) Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gengen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen. Hipertensi sekunder Kurang dari 10% penderita merupakan hipertensi sekunder. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
26

penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.
Evaluasi diagnostik Sebelum melakukan pengobatan, diagnosis hipertensi harus ditegakkan lebih dahulu. Prosedur diagnostik bertujuan untuk menentukan nilai tekanan darah yang benar, mengidentifikasi penyebab hipertensi sekunder dan mengevaluasi risiko kardiovaskular secara keseluruhan dengan mencari faktor risiko lain, kerusakan organ target dan penyakit yang menyertainya. Selain pengukuran tekanan darah yang berulang; anamnesis tentang riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Cara pengukuran yang tepat dengan alat ukur yang akurat akan menghasilkan pengukuran tekanan darah yang tepat pula. Oleh karena hasil pengukuran TD di tempat praktek biasanya lebih tinggi maka pengukuran di rumah oleh pasien sendiri diperlukan sebagai bahan perbandingan. Pemeriksaan fisik lengkap diperlukan untuk mendapatkan faktor risiko tambahan, menemukan tanda atau gejala hipertensi sekunder, atau mendeteksi adanya kerusakan organ target. Pemeriksaan penunjang seperti EKG, urinalisis, kadar gula darah, fungsi ginjal, serta profil lemak diperlukan dalam kerangka diagnosis hipertensi

Komplikasi hipertensi Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan
27

kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung. Kerusakan Organ Target Didapat melalui anamnesis mengenai riwayat penyakit atau penemuan diagnostik sebelumnya guna membedakan penyebab yang mungkin, apakah sudah ada kerusakan organ target sebelumnya atau disebabkan hipertensi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal seperti: Otak: stroke, TIA, dementia Mata: retinopati Jantung: hipertropi ventrikel kiri, angina atau pernah infark miokard, pernah revaskularisasi koroner Ginjal: penyakit ginjal kronis Penyakit arteri perifer Terapi Hipertensi Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.

Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)
Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi

obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko. Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII. Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg Terapi Non-Farmakologi Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
28

melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Terapi Farmakologi Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama. Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Terapi Kombinasi
29

Rasional kombinasi obat antihipertensi: Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan:46 1. Mempunyai efek aditif 2. Mempunyai efek sinergisme 3. Mempunyai sifat saling mengisi 4. Penurunan efek samping masing-masing obat 5. Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ target tertentu 6. Adanya fixed dose combination akan meningkatkan kepatuhan pasien (adherence) Menurut European Society of Hypertension 2003, kombinasi dua obat untuk hipertensi ini dapat dilihat pada gambar 3 dimana kombinasi obat yang dihubungkan dengan garis tebal adalah kombinasi yang paling efektif.

30

You might also like