You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui saat ini jumlah ketersediaannya di alam mulai memprihatinkan. Pemakaian dan eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan jumlahnya semakin sedikit, sehingga diprediksi sumber daya alam ini akan benar-benar habis. Bukan hanya sumber daya alam yang habis tapi alam pun menjadi rusak karena pengambilan sumber daya alam yang tidak memperhatikan keadaan alam. Dengan keadaan ini mulai timbul kesadaran untuk menjaga dan menggunakan sumber daya alam ini dengan hemat. Bahkan saat ini untuk menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui munculah energi alternatif yang ramah lingkungan. Pemanfaatan energi alternatif pada saat ini sangat di cari dan penanggulangan permasalahan pencemaran lingkungan serta maraknya isu global warning membuat orang-orang mencari energi alternatif yang dapat digunakan, salah satunya energi alternatif yang dapat digunakan adalah energi alternatif biogas pada kotoran sapi. Selama ini peternak belum memanfaatkan limbah kotoran sapi ini sebagai energi yang dapat bermanfaat untuk kegiatan mereka. Dikarenakan pengetahuan mengenai energi ini belum banyak yang tahu. Dengan adanya teknologi pengolahan kotoran sapi menjadi biogas, peternak menghemat penggunaan bahan bakar gas untuk kegiatan sehari-hari. Sebagai contoh potensi sumber daya alam yangd apat dikembangkan menjadi sumber energi adalah batu bara, panas bumi , aliran sungai, angin , matahari , sampah serta sumbersumber lain yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti pohon jarak . energi terbaharukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau biomassa didalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sia panenan seperti jerami , sekam , dan daun-daun sortiran sayur dan sebagainya . Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak . Oleh karena itu, diharapkan energi alternatif ini dapat menjadi solusi yang tepat untuk menghemat bahkan mengganti sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui untuk kegiatan sehari-hari. Sehingga ketersediaan di alam dapat tetap tersedia dan lingkungan pun bisa tetap terjaga.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah seperti berikut : 1. Apakah pengertian biogas? 2. Efektifkah biogas sebgai pengganti LPG untuk menghasilkan energi? 3. Apa saja kandungan yang dimiliki biogas? 4. Bagaimana cara mengolah kotoran sapi menjadi biogas? 5. Bagaimana cara pemanfaatan biogas? 6. Apakah biogas bisa menjadi bahan bakar pengganti BBM? 1.3 Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalh di atas laporan ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan : 1. Pengertian biogas 2. Manfaat kotoran sapi sebagai sumber energi alternatif 3. Proses pengolahan kotoran sapi menjadi biogas 1.4 Cara memperoleh data Data yang diperoleh didapatkan dari studi eksperimen dan mencari sumber dari literatur.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah biogas

Cina Sejak tahun 1975 biogas for every household. Pada tahun 1992, 5 juta rumah tangga

di China menggunakan biogas. Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak & manusia serta limbah pertanian.

India Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui The National Project on Biogas

Development oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional. Tahun 1999, 3 juta rumah tangga menggunakan biogas. Reaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian.

Indonesia Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek

Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah

2.2 Pengertian Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses

fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Disamping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem Biogas.

Di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem Biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen. Jenis bahan organik yang diproses sangat seperti mempengaruhi produktifitas sistem biogas disamping parameter-parameter lain

temperature digester, pH, tekanan dan kelembaban udara. Salah satu cara menentukan bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem Bio-gas adalah dengan mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N. Beberapa percobaan yangtelah dilakukan oleh ISAT menunjukkan bahwa aktifitas metabolisme dari bakterimethanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20.Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara (disebut tersebut gas Digester) sehingga bakteri anaerob akan membusukkan ester selanjutnya dialirkan melalui pipa penyalur gas atau langsung ke lokasi penggunaannya menuju bahan organik tabung

yang kemudian menghasilkan gas (disebut Biogas). Biogas yang telahterkumpul di dalam dig penyimpan

2.3 Prinsip teknologi biogas Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempattempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
4

Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, The Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia, 1981). Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. 2.4 Komposisi biogas Komponen utama penyusun biogas adalah gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hidrogensulfida (H2S) dan amonia (NH3) serta hidrogen (H2) dan nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Komposisi gas yangterdapat di dalam Biogas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 : Komposisi gas yang terdapat dalam biogas Jenis Gas Metana (CH4) Karbondioksida (CO2) Hidrogensulfida (H2S) Hidrogen (H2) Jenis Gas Volume (%) 40-70 30-60 0-1 0-3

Sedangkan komponen biogas untuk skala rumah tangga biasanya memilikikomposisi sebagai berikut : Tabel 2 : Komposisi gas yang terdapat dalam biogas untuk skala rumah tangga Jenis Gas Jenis Gas Volume (%) Metana (CH4) 60 Karbondioksida (CO2) 38 O2 H2S H2 2 Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara

dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai bhan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil. Kesetaraan biogas dapay dilihat dari tabel berikut : Tabel 3 : Biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain Keterangan 1m3 biogas Bahan bakar lain Elpiji 0,46 kg Minyak Tanah 0,62 L Minyak Solar 0,52 L Bensin 0,8 L Gas Kota 1,5 m3 Kayu bakar 3,5 kg

Biogas dapat dipergunakan dengan cara yang sama seperti gas-gasmudah terbakar yang lain. Pembakaran biogas dilakukan dengan mencampurnyadengan sebagian oksigen (O2).Namun demikian,untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal, perlu dilakukan p ra kondisi sebelum Biogas dibakar yaitu melalui proses pemurnian/penyaringan karena Bioga s mengandung beberapa gas lain yang tidak menguntungkan. Sebagai salah satu contoh,kand ungan gas Hidrogen Sulfida yang tinggi yang terdapat dalam Biogas jikadicampur dengan Oksigen dengan perbandingan 1:20, maka akan menghasilkangas yang sangat mudah meledak. Tetapi sejauh ini belum pernah dilaporkanterjadinya ledakan pada sistem Biogas sederhana. 2.5 Pemanfaatan Biogas Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor

tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyedia energi di linkungan perumahan dapat berjalan dengan optimal. Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu: 1. Ketersediaan ternak Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan kotoran ternak. Untuk menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari 2 4 ekor sapi dewasa. 2. Kepemilikan ternak Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Bila ternak sapi dewasa yang dimiliki lebih dari 4 ekor , maka dapat dipilih biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga. 3. Pola pemeliharaan ternak Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan. 4. Ketersediaan lahan Untuk membangun biogas diperlukan lahan di sekitar kandang yang luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun reaktor biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m). 5. Tenaga kerja Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan perawatan peralatannya. Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.
7

6. Manajemen limbah/kotoran Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat-cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam reaktor. Bahan baku reaktor biogas adalah kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1:3. Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan setiap satu atau dua hari sekali. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan dengan cara diangkut atau melalui saluran. 7. Kebutuhan energi Sumber energi dari biogas dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan jika ketersediaan sumber energi lain terbatas. Bila sumber energi lain tersedia maka peternak dapat diarahkan untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos. 8. Jarak (antara kandang reaktor dan rumah) Agar pemanfaatan energi biogas dapat optimal sebaiknya antara kandang, reaktor dan rumah tidak terlampau jauh. 9. Pengelolaan hasil samping biogas Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair dan pupuk padat (kompos). 10. Sarana Pendukung Sarana pendukung berupa peralatan kerja digunakan untuk mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas. Selain sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk, menjalankan instalasi biogas dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas menjadi modal utama dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas

Proses produksi biogas dan pemanfaatannya :

Gambar 1. Diagram sistem produksi biogas dan pemanfaatannya

Gambar 2. Berbagai pemanfaatan biogas

Gambar 3. Instalasi biogas

10

BAB III ANALISIS DATA


3.1 Proses pembuatan biogas Dalam proses pembuatannya tidak terlalu dibutuhkan teknologi yang sangat canggih, di negara kita ini masih menggunakan digester sederhana yang hanya bisa digunakan untuk kegiatan rumah tangga saja, karena pemerintah sendiri tidak terlau peduli dengan energi yang memiliki potensi tinggi sebagai energi alternatif. Menurut observasi yang dilakukan soaialisasi mengenai biogas ini dilakukan oleh pihak swasta tanpa adanya campur tangan pemerintah. Berikut proses pengolahan biogas sederhana: 1. Proses awalnya siapkan kotoran sapi dan air perbandingannya 1:1, misalnya pembuatan 3 ember kotoran sapi berarti memerlukan 3 ember air, perbandingan itu di buat agar cairan tersebut kekentalannya pas tidak memiliki kelebihan air ataupun kekurangan air, setelah menyiapkan bahan-bahan itu maasukan semuanya kedalam disalurkan ke dapur bahan yang tadi telah disiapkan selanjutnya diaduk di bak tersebut dan setelah merata cairan itu dialirkan ke bak penampungan atau digester.

2. Cairan yang telah tercampur akan mengalir ke digester dan pada tahap inilah gas yang

kita butuhkan akan terbentuk, digester permanen merupakan bak pencerna yang dibuat permanen di dalam tanah. Bak digester ini diatur suhunya sekitar 32-37 derajat celcius dan untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung kotoran sapi harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh ada oksigen. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat. Keunggulan digester ini adalah tidak mudah bocor. Kotoran sapi akan masuk ke digester, produksi gas terbentuk dalam waktu 3 minggu, bahkan dapat satu bulan. Apabila sudah menghasilkan gas kotoran akan naik keatas sehingga bila diisi kotoran akan mengalir ke bak penampungan kotoran ternak

11

3. Gas yang telah terbentuk didalam digester ini akan disalurkan ke pipa yang akan berujung di tempat pembakarannya( kompor), tetapi sebelum gas ini disalurkan di pipa tersebut telah di pasang alat pengatur air, karena sambungan pipa ini berada di dalam tanah dan adanya kemungkinan gas tersebut bisa tercampur dengan uap air oleh karena itu dipasanglah pengontrol agar api yang yang terbentuk sempurna berwarna biru tidak kemerah-merahan.

3.2 Skema pembuatan biogas

Kotoran sapi + air

Bak penganduk

Digester

Pipa pengalir gas

Alat pengontrol air

Limbah cair

Kompor biogas

Gas yang telah terbentuk pada digester akan dialirkan ke kompor yang telah tersambung pada pipa pengalir gas, dilengkapi dengan klep dan pengukur banyaknya gas, limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan biogas itu bisa dijadikan pupuk bagi perkebunan disekitar wilayah pengolahan biogas tersebut atau di keringkan dan dijual.

Gambar klep dan pengukur banyaknya gas

12

BAB IV SIMPULAN dan SARAN


4.1 Simpulan Dengan adanya global warming (pemanasan global), berkurang sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui seperti BBM, biogas dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang muncul tentang itu. Biogas merupakan sistem teknologi penghasil energi dengan menggunakan bahan baku kotoran atau sampah organik. Menerapkan sistem fermentasi bakteri diciptakanlah alat biogas yang dapat dipergunakan sebagai penghasil energi dan pembangkit listrik. Bahan yang mudah didapatkan dan biaya yang tidak mahal sangat membantu masyarakat dalam menyelasaikan permasalahan ekonomi khususnya dengan naiknya harga BBM. 4.2 Saran Dari uraian dan kesimpulan yang telah disusun maka penyusun ingin memberikan saran: 1. Semoga masyarakat luas dapat mempraktikan teknologi ini secara langsung. 2. Teknologi terus dikaji lebih dalam agar dapat menarik masyarakat untuk menggunakannya. 3. Adanya sosialisasi dan penyuluhan dari para peneliti ilmuan atau pemerintah terhadap masyarakat luas.

13

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/5055298/biogas http://durkomp.wordpress.com/2011/07/18/makalah-biogas/ http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/03/21/makalah/ http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1123717100

14

You might also like