You are on page 1of 23

Makalah Daya Dibidang Pertanian

TENAGA T E R N A K

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2009

I. PENDAHULUAN Sebahagian besar (lebih dari 90 %) penduduk Di Dunia dan Di Indonesia menggunakan BBM (bahan bakar minyak) sebagai sumber energi utama untuk menjalankan aktivitasnya sehari - hari. Sedangkan BBM termasuk salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Dan juga karena harga BBM Di Dunia yang mengalami fluktuasi harga sehingga akhirnya berdampak terhadap harga BBM di dalam negeri. Dengan populasi yang bertambah banyak maka penggunaan terhadap BBM akan semakin meningkat sehingga kita perlu sesegera mungkin untuk mencari sumber energi yang baru, untuk mengantisipasi jika sewaktu waktu minyak bumi yang merupakan bahan utama untuk membuat BBM habis. Dampak dari populasi yang meningkat tidak hanya terhadap BBM saja, akan tetapi juga kepada kebutuhan pangan terutama komoditi daging yang mengalami peningkatan yang sangat tajam. Di sebahagian Negara penghasil daging, mereka hanya mementingkan input dan produksinya saja. Sehingga outputnya (kotoran) ternak tersebut menjadi residu yang tidak terpakai yang menyebabkan timbulnya bau tak sedap dan berbagai penyakit untuk masyarakat yang tinggal dekat peternakan tersebut. Maka kondisi yang seperti itu timbul sebuah ide / pemikiran untuk memanfaatkan kotoran ternak yang tidak terpakai tersebut sebagai salah satu sumber energi baru atau yang lebih dikenal dengan nama Biogas. Biogas adalah salah satu sumber energi terbaru yang bisa menjawab kebutuhan akan energi sekaligus dapat menyediakan kebutuhan unsur hara tanah dalam suatu sistem pertanian yang berkelanjutan. Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas mendukung penerapan konsep zero waste sehingga pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai. Biogas yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai sumber energi kompor gas dan lampu penerangan. Salah satu dari energi terbaru adalah biogas, biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya. Energi biogas dapat diperoleh dari air limbah rumah tangga, 2

kotoran cair dari peternakan ayam, sapi, sampah organik dari pasar; industri makanan dan sebagainya. Kotoran segar yang dihasilkan oleh seekor ternak (anak, muda, dewasa) rata-rata 12 kg/ekor/hari, dapat menghasilkan kotoran segar 164 160 000 ton per hari atau setara dengan 8,2 juta liter minyak tanah/ hari. Sejalan dengan pengembangan daerah-daerah sentra peternakan di pedesaan, bahan input produksi biogas menjadi tersentralisir dan ketersediannya terjamin secara berkelanjutan. Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik. Disamping itu, prinsip zero waste merupakan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.. Teknologi pembuatan biogas ini sangat ramah terhadap lingkungan karena tidak meninggalkan residu dan emisi gas berbahaya. Pengembangan teknologi biogas sangat mendesak untuk dilakukan, mengingat kebutuhan energi yang semakin mendesak pula. Berbagai penelitian pun sangat dibutuhkan untuk kemajuan teknologi biogas di masa depan. Teknologi ini harus semakin disosialisasikan sebagai alternatif bahan bakar bagi masyarakat Indonesia, tentunya melalui dukungan kuat dari pemerintah. Dari berbagai akibat penggunaan pupuk kimia tersebut masalah yang timbul antara lain : 1) Tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama, 2) Pembodohan terhadap petani yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket teknologi pertanian produk industri. Hampir 90% produk-produk pertanian di Indonesia diproduksi dengan menggunakan bahan anorganik seperti pupuk kimia dan pestisida, sehingga besar

kemungkinan produk pertanian Indonesia tidak memenuhi standar internasional dan tidak diminati oleh pasar internasional. Kurangnya minat pasar internasional terhadap produk pertanian dalam negeri tersebut dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran mengenai kesehatan makanan, padahal dengan penggunaan bahan-bahan kimia dalam pertanian dapat mengganggu kesehatan manusia. Oleh karena itu untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam menghasilkan produk pertanian yang mampu bersaing di pasar internasional perlu diupayakan pemenuhan terhadap minat konsumen yang membutuhkan konsumsi pangan bebas bahan anorganik. Untuk itu perlu segera digalakkan produkproduk pertanian organik di Indonesia dengan cara meningkatkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebagai sarana produksinya yang didukung dengan keanekaragaman hayati terutama bibit dan pestisida organik.

II. TUJUAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan bahwa semua bagian dari ternak bisa untuk dimanfaatkan. Dan juga sebagai sebuah pemikiran baru tentang sumber energi yang berasal dari kotoran ternak yang dapat dibuat dan dimanfaatkan hasilnya secara langsung oleh masyarakat. Serta diharapkan dengan sumber energi baru tersebut yang bersifat ekonomis namun efektif dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemakalah juga mengharapkan dengan adanya makalah ini bisa memicu timbulnya pemikikiran pemikiran tentang sumber energi yang baru.

III. POTENSI TERNAK DI NAD Biogas merupakan proses produksi energi berupa gas yang berjalan melalui proses biologis. Hal ini menyebabkan terdapatnya berbagai komponen penting yang berpengaruh dalam proses pembuatan biogas. Komponen biokimia (biochemist) dalam pembuatan biogas memerlukan perhatian penting. Proses kerja dari komponen tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah, sehingga membuka peluang untuk diadakannya penelitian lebih lanjut. Gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi dari pembuatan biogas adalah berupa gas metan. Gas metan ini diperoleh melalui proses dekomposisi bahanbahan organik oleh mikroorganisme. Bahan-bahan organik yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan sangat mudah, bahkan dapat diperoleh dalam limbah. Seperti: Proses produksi peternakan yang menghasilkan kotoran ternak (manure) dalam jumlah banyak. Di dalam kotoran ternak tersebut terdapat kandungan bahan organik dalam konsentrasi yang tinggi. Gas metan dapat diperoleh dari kotoran ternak tersebut setelah melalui serangkaian proses biokimia yang kompleks. Kotoran ternak terlebih dahulu harus mengalami dekomposisi yang berjalan tanpa kehadiran udara (anaerob). Tingkat keberhasilan pembuatan biogas sangat tergantung pada proses yang terjadi dalam dekomposisi tersebut. Salah satu kunci dalam proses dekomposisi secara anaerob pada pembuatan biogas adalah dengan adanya mikroorganisme. Biogas dapat diperoleh dari bahan organik melalui proses "kerja sama" dari tiga kelompok mikroorganisme anaerob. Pertama, kelompok mikroorganisme yang dapat menghidrolisis polimerpolimer organik dan sejumlah lipid menjadi monosakarida, asam-asam lemak, asam-asam amino, dan senyawa kimia sejenisnya. Kedua, kelompok mikroorganisme yang mampu memfermentasi produk yang dihasilkan kelompok mikroorganisme pertama menjadi asam-asam 6

organik sederhana seperti asam asetat. Oleh karena itu, mikroorganisme ini dikenal pula sebagai mikroorganisme penghasil asam (acidogen). Ketiga, kelompok mikroorganisme yang mengubah hidrogen dan asam asetat hasil pembentukan acidogen menjadi gas metan dan karbondioksida. Mikroorganisme penghasil gas metan ini hanya bekerja dalam kondisi anaerob dan dikenal dengan nama metanogen. Salah satu mikroorganisme penting dalam kelompok metanogen ini adalah mikroorganisme yang mampu memanfaatkan (utilized) hidrogen dan asam asetat. Metanogen terdapat dalam kotoran sapi yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan biogas. Lambung (rumen) sapi merupakan tempat yang cocok bagi perkembangan metanogen. Gas metan dalam konsentrasi tertentu dapat dihasilkan di dalam lambung sapi tersebut. Proses pembuatan biogas tidak jauh berbeda dengan proses pembentukan gas metan dalam lambung sapi. Pada prinsipnya, pembuatan biogas adalah menciptakan gas metan melalui manipulasi lingkungan yang mendukung bagi proses perkembangan metanogen seperti yang terjadi dalam lambung sapi. Metanogen membutuhkan kondisi lingkungan yang optimal untuk dapat memproduksi gas metan. Metanogen sangat sensitif terhadap kondisi di sekitarnya. Bahan organik dalam kotoran sapi dapat menghasilkan gas metan apabila metanogen bekerja dalam ruangan hampa udara. Oleh karena itu, proses pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dilakukan dalam sebuah reaktor atau digester yang tertutup rapat untuk menghindari masuknya oksigen. Reaktor harus bebas dari kandungan logam berat dan sulfida (sulfides) yang dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme. Jumlah metanogen dalam kotoran sapi belum tentu dapat menghasilkan gas metan yang diinginkan. Gas metan diperoleh melalui komposisi metanogen yang seimbang. Jika jumlah metanogen dalam kotoran sapi masih dinilai kurang, maka perlu dilakukan penambahan metanogen tambahan berbentuk strater atau substrat ke dalam reaktor. 7

Metanogen dapat berkembang dengan baik dalam tingkat keasaman (pH) tertentu. Lingkungan cair (aqueous) dengan pH 6,5 sampai 7,5 di dalam reaktor merupakan kondisi yang cocok bagi pembentukan gas metan oleh metanogen. Tingkat keasaman di dalam reaktor harus dijaga agar tidak kurang dari 6,2. Untuk memperoleh biogas yang sempurna, ketiga kelompok

mikroorganisme tadi harus bekerja secara sinergis. Keadaan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ketiganya menjadi tidak optimal dalam menjalankan perannya masing-masing. Contohnya, jumlah kandungan bahan organik yang terlalu banyak dalam kotoran sapi akan membuat kelompok mikroorganisme pertama dan kedua untuk membentuk asam organik dalam jumlah banyak sehingga pH akan turun drastis. Hal itu akan menciptakan lingkungan yang tidak cocok bagi kelompok mikroorganisme yang ketiga. Akhirnya, gas metan yang dihasilkan akan sedikit, bahkan tidak menghasilkan gas sama sekali. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembuatan biogas diperlukan ketelitian untuk memberikan lingkungan yang optimal bagi pembentukan gas metan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengontrolan terhadap berbagai aspek, seperti tingkat keasaman, kandungan dalam kotoran sapi (C/N), temperatur, hingga kadar air. Selain itu, reaktor yang digunakan harus memenuhi syarat dan kapasitasnya sesuai dengan jumlah kotoran sapi sebagai input. Manfaat lainnya Sisa kotoran sapi yang telah digunakan dalam proses pembuatan biogas dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Jika kandungan gas metan dalam kotoran sapi telah diperoleh, maka kotoran tersebut dapat diambil dari reaktor dan digunakan sebagai kompos. Pupuk kompos dapat menyuburkan tanah dan tidak mengandung bahan kimia, sehingga penggunaannya dapat mendukung gerakan pertanian organik (organic farming). Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat 8

dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak dapat lebih unggul daripada pupuk anorganik. Namun penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding penggunaan pupuk anorganik. Selain itu penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Bahkan produk-produk yang dihasilkan akan diterima negaranegara yang mensyaratkan ambang batas residu yang sudah diberlakukan pada produk tertentu seperti teh dan kopi. Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk mikroba. Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat. Sebagai contoh kompos merupakan contoh pupuk organik padat yang dibuat dari bahan organik padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thilurine adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk organik dapat dibuat dari limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik berupa feses maupun urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik. Potensi peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam cukup besar, oleh sebab itu pemerintah berupaya untuk memantapkan landasan bagi penataan kawasan usaha peternakan, yaitu Aceh Besar sebagai kawasan untuk pengembangan ternak sapi, Aceh Utara dan Pidie untuk pengembangan unggas dan Aceh utara sebagai kawasan ternak domba. Kebutuhan akan produksi hasil peternakan di NAD semakin meningkat dari tahun ketahun. Produksi hasil peternakan dapat dibagi menjadi produksi daging, telur, susu dan kulit. Untuk produksi daging sapi yaitu 1.278.650,30 kg, kerbau

sebanyak 189.889,79 kg, kambing dengan produksi 355.328 kg dan domba 47.099 kg. Produksi daging ternak unggas seperti ayam buras tercatat 196.730,21 kg, ayam ras petelur sebanyak 18.899,79 kg, ayam ras pedaging 180.575,80 kg dan itik sebanyak 15.322,90 kg. Untuk produksi telur ayam buras tercatat 709.698 kg, ayam ras petelur sebanyak 412.635 kg dan itik yaitu sebanyak 1.502.682 kg. Produksi susu sapi hanya ada di kecamatan Lembah Seulawah yang memproduksi sebanyak 5.223 liter. Jika kita lihat pula produksi kulit sapi ada 7.890 lembar, kerbau 849 lembar, kambing merupakan produksi terbanyak yaitu 20.928 lembar dan domba hanya memproduksi 3.264 lembar.

Tabel 1. Unjuk Kerja Instalasi Biogas Pemanfaatan Biogas - Lampu penerangan jam) Referensi 0,11 0,15 Hasil pengukuran 0,15 0,3 = 30 60

(m3/ (penerangan setara dengan Tekanan 60 watt lampu bohlam mmH2O 100 candle power 620 lumen). Tekanan: 70 85 mmH2O 10

Kompor gas (m3/ jam) 0,2 0,45 0,3 m3/ orang/ hari Tekanan: 75 90 mmH2O

0,2 0,4 Tekanan mmH2O = 60 85

Tabel 2. Perbandingan Biogas dengan Sumber energi yang lain 1 pon (0,48 kg) gas LPG 1 m3 biogas (1,5 ekor kotoran sapi) setara dengan 0,52 liter minyak diesel (solar) 0,62 liter minyak tanah (kerosin) 4,7 kWh listrik 3,5 kg kayu bakar Memasak selama 3 jam. Menyalakan listrik 80 Watt (6 jam) Menjalankan motor (1 hp) 2 jam. Menggerakkan truk 3 ton 2,8 km. Membangkitkan listrik 1,25 kW.

Kompor gas

Kandang Sapi Lampu penerangan

Bak Penampung Kotoran Sapi

Motor penggerak (daya listrik/mekanis )

Gas

Digester
Slurry

Pemanfaatan pupuk cair / kompos Kolam Penampung Air (pupuk cair / kompos )

Gambar 1. Pemanfaatan energi biogas dari kotoran sapi

Komposisi gas yang terdapat di dalam Biogas dapat dilihat pada tabel berikut: Jenis Gas Volume (%)

11

Methana Karbondioksida Hidrogen Hidrogen Sulfida

(CH4) (CO2) (H2) (H2S)

40 30 0 0

70 60 1 3

Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil. Biogas dapat dipergunakan dengan cara yang sama seperti gas-gas mudah terbakar yang lain. Pembakaran biogas dilakukan dengan mencampurkan dengan sebagian oksigen (O2). Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal, perlu dilakukan pra kondisi sebelum Biogas dibakar yaitu melalui proses pemurnian/penyaringan karena Biogas mengandung beberapa gas lain yang tidak menguntungkan. Sebagai salah satu contoh, kandungan gas Hidrogen Sulfida yang tinggi yang terdapat dalam Biogas jika dicampur dengan Oksigen dengan perbandingan 1:20, maka akan menghasilkan gas yang sangat mudah meledak. TEKNOLOGI BIOGAS Sejarah Penemuan Biogas Gas methan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno, untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan. Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900.

12

Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia.Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di Negara berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman. Prinsip Teknologi Biogas Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan sehingga dihasilkan gas methan. Gas methan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas methan yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran, dan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, serta air yang cukup banyak Prinsip pembangkit biogas, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa penyaluran biogas yang terbentuk. Di dalam digester ini terdapat bakteri methan yang mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain.

13

Alat biogas ini terbagi atas dua tipe, tipe terapung (floating type) yang dikembangkan di India dan tipe kubah tetap (fixed dome type) yang dikembangkan di China. Tipe terapung terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya diletakkan drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Bagian sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah seperti pasir, batu bata, dan semen. Berbeda halnya dengan tipe terapung, tipe kubah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah, kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Untuk permulaan pembangunan pembangkit biogas memang diperlukan biaya yang relatif besar bagi penduduk pedesaan tetapi alat tersebut dapat dipergunakan untuk menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Keuntungan pembangkit biogas selain sebagai sumber energi adalah untuk mengatasi masalah sampah organik terutama di pedesaan seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan sebagainya. Sampah ini akan semakin menjadi masalah ketika adanya pengembangan usaha di pedesaan karena semakin berkembang usaha peternakan, maka semakin meningkat limbah yang dihasilkan. Perhitungan Peluang Pemanfaatan Biogas dalam Mengatasi Masalah BBM Hal yang pertama harus diperhitungkan dalam menghitung jumlah energi yang dihasilkan adalah berapa banyak jumlah bahan baku yang dihasilkan. Jumlah bahan baku gas ini didapatkan dengan menjumlahkan jumlah feses dan sampah organik yang dihasilkan setiap hari. Jumlah bahan baku ini akan menentukan berapa jumlah energi dan volume alat pembentuk biogas. Dengan jumlah energi yang cukup besar dan tidak adanya pemanfaatan merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah baru, terutama masalah pemanasan global karena gas methan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon.

14

Di lain pihak, apabila biogas ini dimanfaatkan, maka akan mengurangi kecenderungan penggunaan BBM di masa depan. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Namun sampai saat ini pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk belum dilakukan oleh petani secara optimal, terkecuali di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sedangkan didaerah-daerah yang banyak ternak dan bukan daerah sentra produksi sayuran, kotoran ternak banyak yang tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak yang dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber sumber bahan bakar dalam bentuk gas bio dan biorang. Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat, petani dan peternak kita. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Karena pada pembuatan gas bio, kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas metan(CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran ternak yang sudah diproses pada pembuatan gas bio dipindahkan ketempat lebih kering, dan bila sudah kering dapat disimpan dalam karung untuk penggunaan selanjutnya. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak di Sumatera Barat banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebahagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan akibat menghasilkan bau yang tidak sedap. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman.

Tabel. 3 Kandungan unsur hara pada pupuk kandang yang berasal dari beberapa jenis ternak Jenis Ternak Unsur Hara (kg/ton)

15

Sapi perah Sapi potong Domba Unggas

N 22 26,2 50,6 65,8

P2o5 2,6 4,5 6,7 13,7

K 13,7 13 39,7 12,8

Disamping menghasilkan unsur hara makro, pupuk kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman. Manfaat memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan menarik gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur. SUMBER ENERGI ALTERNATIF Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk keperluan rumah tangga. Dari kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis bahan bakar yaitu (gas bio) dan biorang dalam bentuk arang. Gas bio dapat dihasilkan dari fermentasi kotoran ternak pada keadaan aerobik (tanpa oksigen). Kotoran ternak yang sudah diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 1 bila ditempatkan pada ruang tertutup seperti dalam drum akan terjadi fermentasi. Proses ini terjadi pada 2 tahap yaitu tahap aerobik dan tahap an aerobik. Proses aerobik masih membutuhkan O2 dan hasil prosesnya berupa CO2. Proses ini berakhir bila O2 dalam ruangan habis. Dalam keadaan anaerobik akan terjadi gas metan. Gas yang sudah terbentuk inilah nantinya akan dialirkan ketempat pembakaran (kompor). Selain penghasil gas, bio, kotoran ternak juga dapat menghasilkan biorang.

16

Penggunaan kotoran ternak sebagai bahan pembuatan biorang tidak saja sebagai merupakan cara pemanfaatan energi yang lebih baik tetapi juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kotoran ternak. Pembuatan biorang berbeda dengan pembuatan biogas. Dimana pembuatan biorang dilakukan dengan merubah kotoran ternak dalam bentuk briket dengan menggunakan alat cetak. Briket yang sudah terbentuk dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah kering, briket tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas. Alat pemanas diletakkan diatas kompor atau tungku. Setelah briket berubah jadi arang yang ditandai dengan habisnya asap yang keluar pada tempat pemanas. Lalu alat pemanas di buka dan briket yang masih membara disemprot dengan air. Briket yang sudah jadi arang ini dapat dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak atau kebutuhan rumah tangga. Kelebihan biorang dari arang kayu biasa adalah : (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dapat menghasilkan panas pembakaran yang tinggi Asap yang dihasilkan sedikit Bentuknya lebih seragam karena pembuatannya dengan dicetakkan mempergunakan alat Tampilan arangnya lebih menarik Pembuatan bahan baku dari bahan yang tidak menimbulkan masalah dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan Kedua jenis bahan bakar ini yaitu bio gas dan biorang pada kondisi tertentu dapat menggantikan fungsi minyak tanah dan kayu sebagai sumber energi bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.

Pencemaran lingkungan akibat usaha peternakan Di sisi lain muncul dampak negatif yang mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan secara luas. Hal ini dapat dimaklumi sebagai akibat kotoran 17

(feces), urine, sisa pakan, air buangan, alas kandang (litter) atau bangkai ternak dan sisa hasil olahan produk peternakan (bulu, darah, kulit, isi perut) yang dihasilkan notabene adalah limbah yang harus dibuang. Masalah ini kemudian menjadi serius, karena sistem yang dikembangkan hanya dari sisi input dan produksi saja, dan kurang memperhatikan usaha menjaga keseimbangan antara produksi limbah yang dihasilkan dengan daya tampung lingkungan. Limbah peternakan menghasilkan gas-gas yang cepat menguap dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari berbagai hasil penelitian terungkap bahwa beberapa jenis gas yang dihasilkan antara lain CO, CO2, CH4, NO2, NO, NH3, H2S, SO, SO2 konsentrasinya bervariasi menurut jumlah dan species ternaknya. Pada usaha peternakan yang intensif, sejumlah besar limbah bahkan melebihi kapasitas memberikan kontribusi terhadap meningkatnya nitrogen dan fosfor. Sebaliknya nitrogen dan fosfor dikenal sebagai pemicu utama terjadinya penurunan kualitas aliran air permukaan dan air bawah tanah yang merupakan sumber air alami, bahkan hasil studi terakhir di bebarapa negara industri berbasis peternakan menunjukkan dampak serius limbah peternakan terhadap perubahan iklim (climate change) di era sekarang ini yang lebih popular dengan istilah pemanasan global (global warming).

IV. JENIS PENGEMBANGAN YANG PERNAH ADA Feces padat sebagai pupuk organik (kandang, kompos, hijau dan lain lain).

18

Feces cair sebagai pupuk cair. Biogas untuk keperluan rumah tangga. Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan. Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia. Sebagai pengangkutan.

V. IDE PENGEMBANGAN ANDA

19

Ide pengembangan kami adalah membuat alat penampung biogas perpaduan antara tipe tipe kubah tetap (fixed dome type) yang dikembangkan di China dengan tipe terapung (floating type) yang dikembangkan di India . Karena di Aceh potensi peternakan yang begitu besar dan cocok maka kami merasa tipe ini yang sesuai. Pembuatan yang ingin kami kerjakan adalah memodifikasi supaya mengetahui bentuk bagaimana yang menghasilkan biogas secara optimal. Saluran drainase kotoran sapi dari kandang dibuat menjadi saluran yang mempunyai tingkat kemiringan yang berbeda sehingga kotoran sapi langsung menuju tempat penampung (digester). Digester yang digunakan ditempatkan sebagian dalam tanah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga temperatur tetap stabil sehingga tidak terjadi perubahan temperatur. Perubahan temperatur akan mengakibatkan bakteri yang terdapat dalam digester menjadi tidak optimal atau bahkan mati. Sedangkan penggunaan penampung gas secara floating drum yakni dimaksudkan agar dapat diamati produksi biogas yang dihasilkan, dengan dihitung kenaikan penampung gas yang diakibatkan oleh tekanan gas yang berada dalam penampung gas tersebut. Instalasi yang dibangun meliputi saluran inlet, digester, saluran outlet dan penampung gas. Untuk mencegah timbulnya kerak pada dasar digester dan lapisan atas slurry, maka dibuat sebuah pengaduk manual. Hal ini dikarenakan lapisan kerak dapat mencegah gas yang akan keluar dari digester. Lapisan kerak tersebut dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme yang erat hubungannya dengan produksi biogas. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang homogen dalam digester. Pengadukan pada digester dapat meningkatkan produksi gas sebesar 10 15% dibandingkan dengan yang tidak diaduk. Untuk menghilangkan H2O yang ikut dalam aliran gas maka perlu adanya water trap. Perangkap H2O biogas akan dilewatkan melalui pipa T yang terhubung dengan tabung air. Uap air yang ikut bersama biogas diharapkan turun melalui pipa ke tabung penampung air.

20

Hasilnya berupa gas yang bisa dipakai untuk memasak keperluan lainnya

dan juga untuk

Peternakan Sapi
Tenaga H ew an : - A n g k u ta n - P e n g o la h a n T a n a h - P enanam an - P em upukan

P ro d u k M in u m a n : Susu Sapi
A la s te m p a t tid u r s a p (je ra m i a ta u i ru m p u t )

Budidaya Padi

P u p u k C a ir

K o to ra n s a p i

K om pos

- P e n g e rin g a n

Residu

P upuk P adat

B io g a s

J e ra m i

K e b u tu h a n R u m a h T a n g g a ( M e m a saPko m p a a ir d a n la in , )

Siklus pemanfaatan biogas untuk budidaya tanaman padi DAFTAR PUSTAKA

21

Jasmal A Syamsu, Dr.Ir.M.Si, 2007. Daya dukung limbah Sebagai Sumber Ternak di Indonesia, [ 2 Maret 2009 ]. Google, 2009. pemanfaatan-limbah-ternak-untuk-pembuatan-pupuk-organikcair-studi-pemanfaatan [ 3 Maret 2009 ]. Freddy Pattiselanno, 2008. Kotoran Ternak : Antara Polusi Lingkungan Dan Sumber Energi Alternatif [ 3 Maret 2009 ]. Google, 2009. oleh-oleh dari pelatihan sistem biogas. [ 10 Maret 2009 ]. Google, 2009. Peternakan.htm. [ 11 Maret 2009 ]. Google, 2009. Website BPTP NAD - Potensi Twinning Sapi di Aceh Besar.htm. [ 13 Maret 2009 ]. Ridwan, Ir. MS, 2006. Kotoran Ternak sebagai pupuk dan Sumber Energi. [ 14 Maret 2009 ]. Google, 2009. Olah Kotoran ternak menjadi Sumber Energi. [ 14 Maret 2009 ]. Widodo, T.W, Asari, A., Nurhasanah,A. and Rahmarestia,E. 2006. Pemanfaatan Energi Biogas untuk Mendukung Agribisnis Pedesaan. [ 15 Maret 2009 ]. NAD, 2008. Peternakan Ketapang Aceh Tengah Cukup Menjanjikan. [ 17 Maret 2009 ]. Manaf Mustafa, Drh. H. A. 2008. Biogas Sebagai Energi Alternatif Pedesaan. 18 Maret 2009 ]. Google, 2009. Budidaya ternak Sapi Potong. [ 20 Maret 2009 ]. Ikhsan Shiddieqy, M. S.Pt. 2007. Prinsip dasar Pembuatan Biogas. [20 Maret 2009] Disnak. 2009. Biogas sebagai energi alternatif pedesaan disnak prov. Kalbar. [2603-2009]. Gasbio. 2008. Pelatihan sistem biogas. [26-03-2009]. Mahasiswa FTI-UBH. 2009. Olah kotoran ternak jadi energi listrik. [26-03-2009]. Pikiran Rakyat. 2009. Prinsip dasar pembuatan biogas. [28-03-2009]. Pontianakpost. 2009. Biogas bakal jadi pengganti BBM. [26-03-2009].

22

Tabloid Jubi. 2008. Kotoran ternak antara polusi lingkungan dan sumber energi alternatif. [26-03-2009]. 2009. Biogas sebagai peluang pengembangan energi alternatif. [28-03-2009]. 2009. Kotoran ternak sebagai pupuk dan sumber energi. [28-03-2009].

23

You might also like