You are on page 1of 5

DI S U S U N OLEH : KELOMPOK IV

STIM YAPIM MAROS 2011

HUKUM KEWARISAN
ADALAH HUKUM YANG MENGATUR TENTANG PEMINDAHAN HAK PERMILIKAN HARTA PENINGGALAN (TIRKAH) PEWARIS, MENENTUKAN SIAP-SIAPA YANG BERHAK MENJADI AHLI WARIS DAN BERAPA BAGIANNYA MASING-MASING. ADAPUN PENGERTIAN YANG BERKAITAN DENGAN KEWARISAN YAITU: Pewaris adalah Orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan Ahli waris adalah Orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah Atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris Harta peninggalan adalah Harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda

yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. Harta Warisan adalah Harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah, pembayaran hutang dan pembelian untuk kerabat (hibah) Wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia Hibah adalah Pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki Anak Angkat adalah Anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggungjawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan. Baitul Mal adalah Balai Harta Keagamaan

Pengertian Mawaris
Mawaris menurut bahasa perpindahan dari sesuatu kepada orang lain, baik perpindahan konkrit maupun abstrak. Menurut istilah mawaris adalah aturan yang berkaitan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan tentang cara perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak pusaka (Suryana dkk, 1996) Setelah mayat dikuburkan, keluarganya wajib mengelola harta peninggalannya dengan langkahlangkah berikut : a. Membiayai perawatan jenazahnya b. Membayar zakatnya, jika si mayat belum mengeluarkan zakat sebelum c. Membayar utang-utangnya apabila mayat meninggalkan utang d. Membayar wasiatnya, jika si mayat mewasiatkan sebelum meninggal dunia e. Setelah dibayarkan semua, tentukan sisa harta peninggalan milik sebagai harta pusaka yang dinamai tirkah atau harta yang akan dibagikan kepada ahli waris mayat berdasarkan ketentuan hukum waris islam.

Seseorang berhak pusaka mempusakai disebabkan oleh hal-hal berikut : 1. Perkawinan yaitu adanya ikatan yang sah antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri. Keduanya memiliki hak waris mewaris yang tidak terhalang 0leh ahli waris manapun. 2. Kekerabatan yaitu hubungan nasab antara orang yang mewariskan dan orang yang mewarisi yang disebabkan oleh kelahiran. Hubungan ini tidak akan terputus , karena yang menjadi sebab adanya seseorang tidak bisa dihilangkan.

3. Perkawinan yaitu Kekerabatan yang timbul karena membebaskan budak, dan kekerabatan yang timbul karena adanya perjanjian tolong menolong dan sumpah setia antara seseorang dengan orang lain. Pembagian harta pusaka dalam Islam telah ditentukan dengan rincian dan jelas diantaranya yaitu : Pusaka dengan sebab perkawinan : 1. Istri , bagian istri ada dua macam 1). Seperempat, jika suami tidak mempunyai anak, baik lakilaki maupun perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki terus ke bawah. 2). Seperdelapan, jika suami mempunyai anak (Dasar hukumnya surat an-Nisa ayat 12) 2. Suami, Bagian suami ada dua macam 1). Seperdua, jika istrinya tidak mempunyai anak, baik lakilaki maupun perempuan atau cucu perempuan ke bawah, 2). Seperempat, jika istrinya meninggalkan anak atau cucu (Dasar hukumnya an-Nisa ayat 2). Pusaka dengan sebab kekerabatan 1. Anak Perempuan , Bagian anak perempuan ada 3 (tiga) kemungkinan : 1). Seperdua, jika ia sendiri saja, tidak ada saudaranya laki-laki (Surat an-Nisa ayat 11), 2). Dua pertiga , jika dua anak perempuan ke atas dan tidak mempunyai saudara laki-laki (Surat an-Nisa ayat 11), 3). Ashabah, jika anak perempuan mempunyai saudara laki-laki. 2. Anak laki-laki, Anak laki-laki tidak termaksuk ahli waris yang menerima sisa dari seluruh kadarnya, tetapi ia termaksuk ahli waris yang menerima sisa dari seluruh harta pusaka apabila tidak ada saudaranya seorang perempuaan atau lebih. 3. Cucu perempuan dari anak laki-laki Bagian cucu perempuan dari anak laki-laki yaitu : Setengah, jika ia seorang diri Dua pertiga, jika dua orang atau lebih dan tidak ada saudara laki-laki. Ashabah, bila ia bersama dengan saudara laki-laki yang sederajat.

4. Cucu laki-laki dari anak laki-laki Ia mendapatkan semua harta warisan, jika tidak ada anak laki-laki (ayahnya) dan tidak ada saudaranya perempuan yang sederajat. Mendapat sisa dengan cara 2:1, jika ada saudara perempuan yang sederajat.

5. I b u Bagian ibu ada 2 (dua) macam yaitu: 1. Seperenam, jika si mayit mempunyai anak dan ahli waris lain (Dasar hukumnya surat an-Nisa 11) 2. Sepertiga, jika si mayit tidak mempunyai anak tidak ada ahli waris lain (Dasar hukumnya surat an-Nisa) 3. Ayah Bagian ayah ada 3 (tiga) macam : 1. Seperenam, jika si mayit mempunyai anak dan ahli waris lain. 2. Seperenam dan ashabah 3. Ashabah, ayah menerima semua sisa warisnya, jika si mayit tidak mempunyai anak laki-laki maupun perempuan. 6. Kakek Bagian kakek ada tiga macam : 1. 2. Seperenam, jika si mayit mempunyai anak Seperenam dan ashabah

3. Ashabah (sama kedudukannya dengan ayah di atas

You might also like