You are on page 1of 21

Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah

Herry Darwanto

*)

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah. Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat strategi pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk bangun ekonomi daerah yang dicita-citakan. Dengan pembangunan ekonomi daerah yang terencana, pembayar pajak dan penanam modal juga dapat tergerak untuk mengupayakan peningkatan ekonomi. Kebijakan pertanian yang mantap, misalnya, akan membuat pengusaha dapat melihat ada peluang untuk peningkatan produksi pertanian dan perluasan ekspor. Dengan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan retribusi tidak naik, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan ekonomi daerah pada tahun depan. Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan yang keliru. Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Dua prinsip dasar pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali ekonomi wilayah dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro-bisnis.

I.

Mengenali Ekonomi Wilayah

Isu-isu utama dalam perkembangan ekonomi daerah yang perlu dikenali adalah antara lain sebagai berikut. a. Perkembangan Penduduk dan Urbanisasi

Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi, yang mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari
* )

Dr. Ir. Herry Darwanto, M.Sc adalah adalah Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Kantor Meneg PPN/Bappenas-red.

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 1

desa pertanian menjadi agropolitan dan selanjutnya menjadi kota besar. Pertumbuhan penduduk terjadi akibat proses pertumbuhan alami dan urbanisasi. Petumbuhan alami penduduk menjadi faktor utama yang berpengaruh pada ekonomi wilayah karena menciptakan kebutuhan akan berbagai barang dan jasa. Penduduk yang bertambah membutuhkan pangan. Rumah tangga baru juga membutuhkan rumah baru atau renovasi rumah lama berikut perabotan, alat-alat rumah tangga dan berbagai produk lain. Dari sini kegiatan pertanian dan industri berkembang. Urbanisasi dilakukan oleh orang-orang muda usia yang pergi mencari pekerjaan di industri atau perusahaan yang jauh dari tempat dimana mereka berasal. Perpindahan ke wilayah lain dari desa atau kota kecil telah menjadi tren dari waktu ke waktu akibat pengaruh dari televisi, perusahaan pengerah tenaga kerja, dan berbagai sumber lainnya. Suatu kajian mengindikasikan bahwa pendidikan berkaitan erat dengan perpindahan ini. Secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat perpindahan pun semakin tinggi. Hal ini semakin meningkat dengan semakin majunya telekomunikasi, komputer dan aktivitas high tech lainnya yang memudahkan akses keluar wilayah. Urbanisasi orang-orang muda ini dipandang pelakunya sebagai penyaluran kebutuhan ekonomi mereka namun merupakan peristiwa yang kurang menguntungkan bagi wilayah itu bila terjadi dalam jumlah besar. Untuk mengurangi migrasi keluar ini masyarakat perlu untuk mulai melatih angkatan kerja pada tahun-tahun pertama usia kerja dengan memberikan pekerjaan sambilan, selanjutnya merencanakan masa depan mereka sebagai tenaga dewasa yang suatu saat akan membentuk keluarga. Sebagai dorongan bagi mereka untuk tetap tinggal adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang sesuai. Lembaga pendidikan/pelatihan dan dunia usaha perlu menyadari adanya kebutuhan untuk membangun hubungan kerjasama. Pendidikan mencari cara agar mereka cukup berguna bagi pengusaha lokal dan pengusaha lokal mengandalkan pada pendidikan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja lokal. Jika metode pendidikan yang ada tidak dapat mengatasi tantangan yang dihadapi, maka ada keperluan untuk mendatangkan tenaga ahli dari wilayah lain untuk memberikan pelatihan yang dapat mensuplai tenaga kerja terampil bagi pengusaha lokal.

b.

Sektor Pertanian

Di setiap wilayah berpenduduk selalu terjadi kegiatan pembangunan, namun ada beberapa wilayah yang pembangunannya berjalan di tempat atau bahkan berhenti sama sekali, dan wilayah ini kemudian menjadi wilayah kelas kedua dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan penanam modal dan pelaku bisnis keluar dari wilayah tersebut karena wilayah itu dianggap sudah tidak layak lagi untuk dijadikan tempat berusaha. Akibatnya laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu menjadi semakin lambat. Upaya pengembangan sektor agribisnis dapat menolong mengembangkan dan mempromosikan agroindustri di wilayah tertinggal. Program kerjasama dengan pemilik lahan atau pihak pengembang untuk
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 2

mau meminjamkan lahan yang tidak dibangun atau lahan tidur untuk digunakan sebagai lahan pertanian perlu dikembangkan. Dari jumlah lahan pertanian yang tidak produktif ini dapat diciptakan pendapatan dan lapangan kerja bagi penganggur di perdesaan. Program kerjasama mengatasi keterbatasan modal, mengurangi resiko produksi, memungkinkan petani memakai bahan baku impor dan produk yang dihasilkan dapat mampu bersaing dengan barang impor yang sejenis serta mencarikan dan membuka pasaran yang baru. Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi dapat berasal dari dalam wilayah maupun dari luar wilayah. Globalisasi adalah faktor luar yang dapat menyebabkan merosotnya kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Sebagai contoh, karena kebijakan AFTA, maka di pasaran dapat terjadi kelebihan stok produk pertanian akibat impor dalam jumlah besar dari negara ASEAN yang bisa merusak sistem dan harga pasar lokal. Untuk tetap dapat bersaing, target pemasaran yang baru harus segera ditentukan untuk menyalurkan kelebihan hasil produksi pertanian dari petani lokal. Salah satu strategi yang harus dipelajari adalah bagaimana caranya agar petani setempat dapat mengikuti dan melaksanakan proses produksi sampai ke tingkat penyaluran. Namun daripada bersaing dengan produk impor yang masuk dengan harga murah, akan lebih baik jika petani setempat mengolah komoditi yang spesifik wilayah tersebut dan menjadikannya produk yang bernilai jual tinggi untuk kemudian disebarluaskan di pasaran setempat maupun untuk diekspor. Apa yang telah terjadi di Pulau Jawa kiranya perlu dihindari oleh daerah-daerah lain. Pengalihan fungsi sawah menjadi fungsi lain telah terjadi tanpa sulit dicegah. Hal ini mengurangi pemasukan ekonomi dari sektor pertanian di wilayah tersebut, disamping itu juga menghilangkan kesempatan untuk menjadikan wilayah yang mandiri dalam pengadaan pangan, termasuk mengurangi kemungkinan berkembangnya wisata ekologi yang memerlukan lahan alami.

c.

Sektor Pariwisata

Pariwisata memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi ekonomi lokal. Kawasan sepanjang pantai yang bersih dapat menjadi daya tarik wilayah, dan kemudian berlanjut dengan menarik turis dan penduduk ke wilayah tersebut. Sebagai salah satu lokasi rekreasi, kawasan pantai dapat merupakan tempat yang lebih komersial dibandingkan kawasan lain, tergantung karakteristiknya. Sebagai sumber alam yang terbatas, hal penting yang harus diperhatikan adalah wilayah pantai haruslah menjadi aset ekonomi untuk suatu wilayah. Wisata ekologi memfokuskan pada pemanfaatan lingkungan. Kawasan wisata ekologi merupakan wilayah luas dengan habitat yang masih asli yang dapat memberikan landasan bagi terbentuknya wisata ekologi. Hal ini merupakan peluang unik untuk menarik pasar wisata ekologi. Membangun tempat ini dengan berbagai aktivitas seperti berkuda, surfing, berkemah, memancing dll. akan dapat membantu perluasan pariwisata serta mengurangi kesenjangan akibat pengganguran.

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 3

Wisata budaya merupakan segmen yang berkembang cepat dari industri pariwisata. Karakter dan pesona dari desa/kota kecil adalah faktor utama dalam menarik turis. Namun kegiatan pariwisata bersifat musiman, sehingga banyak pekerjaan bersifat musiman juga, yang dapat menyebabkan tingginya tingkat pengangguran pada waktu-waktu tertentu. Hal ini menyebabkan ekonomi lokal dapat rentan terhadap perputaran siklus ekonomi. Ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu. Keaneka-ragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan dan untuk menstabilkan ekonomi wilayah. Ekonomi yang beragam lebih mampu bertahan terhadap konjungtur ekonomi.

d.

Kualitas Lingkungan

Persepsi atas suatu wilayah, apakah memiliki kualitas hidup yang baik, merupakan hal penting bagi dunia usaha untuk melakukan investasi. Investasi pemerintah daerah yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat sangat penting untuk mempertahankan daya saing. Jika masyarakat ingin menarik modal dan investasi, maka haruslah siap untuk memberi perhatian terhadap: keanekaragaman, identitas dan sikap bersahabat. Pengenalan terhadap fasilitas untuk mendorong kualitas hidup yang dapat dinikmati oleh penduduk suatu wilayah dan dapat menarik bagi investor luar perlu dilakukan. Kawasan bersejarah adalah pembentuk kualitas lingkungan yang penting. Pelestarian kawasan bersejarah berkaitan dengan berbagai aspek ekonomi lokal seperti keuangan daerah, permukiman, perdagangan kecil, dan pariwisata dengan menciptakan pekerjaan yang dapat signifikan. Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap kualitas hidup, meningkatkan citra masyarakat dan menarik kegiatan ekonomi yang menghasilkan pendapatan bagi penduduk. Pelestarian kawasan bersejarah memberikan perlindungan kepada warisan budaya dan membuat masyarakat memiliki tempat yang menyenangkan untuk hidup. Investor dan developer umumnya menilai kekuatan wilayah melalui kualitas dan karakter dari wilayahnya, salah satunya adalah terpeliharanya kawasan bersejarah. Selain aset alam dan budaya, sarana umum merupakan penarik kegiatan bisnis yang penting. Untuk melihat dan mengukur tingkat kenyamanan hidup pada suatu wilayah dapat dilihat dari ketersediaan sarana umum di wilayah tersebut. Sarana umum merupakan kerangka utama dari pembangunan ekonomi dan sarana umum ini sangat penting bagi aktivitas masyarakat. Sarana umum yang palling dasar adalah jalan, pelabuhan, pembangkit listrik, sistim pengairan, sarana air bersih, penampungan dan pengolahan sampah dan limbah, sarana pendidikan seperti sekolah, taman bermain, ruang terbuka hijau, sarana ibadah, dan masih banyak fasilitas lainnya yang berhubungan dengan kegiatan seharihari masyarakat. Kepadatan, pemanfaatan lahan dan jarak merupakan tiga faktor utama dalam pengembangan sarana umum yang efektif. Semakin padat dan rapat penduduk, biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan sarana umum jauh lebih murah jika dilihat daya tampung per unitnya. Pola
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 4

pembangunan yang padat, kompak dan teratur, berbiaya lebih murah daripada pembangunan yang linier atau terpencar-pencar. Semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan pengadaan sarana umum maka akan semakin memperkokoh dan memperkuat pembangunan ekonomi wilayah tersebut. Sarana umum yang baru perlu dibangun sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Idealnya fasilitas sarana umum yang ada harus dapat menampung sesuai dengan kapasitas maksimalnya, sehingga dapat memberikan waktu untuk dapat membangun sarana umum yang baru. Penggunaan lahan dan sarana umum haruslah saling berkaitan satu sama lainnya. Perencana pembangunan seharusnya dapat memprediksikan arah pembangunan yang akan berlangsung sehingga dapat dibuat sarana umum yang baru untuk menunjang kegiatan masyarakat pada wilayah tersebut. Penyediaan sarana dapat juga dilakukan dengan memberikan potongan pajak dan ongkos kompensasi berupa pengelolaan sarana umum kepada sektor swasta yang bersedia membangun fasilitas umum. Wilayah pinggiran biasanya memiliki karakter sebagai wilayah yang tidak direncanakan, berkepadatan rendah dan tergantung sekali keberadaannya pada penggunaan lahan yang ada. Tempat seperti ini akan membuat penyediaan sarana umum menjadi sangat mahal. Dalam suatu wilayah antara kota, desa dan tempat-tempat lainnya harus ada satu kesatuan. Pemerintah daerah perlu mengenali pola pengadaan sarana umum di suatu wilayah yang efektif, baik di wilayah lama maupun di wilayah pinggiran.

e.

Keterkaitan Wilayah dan Aglomerasi

Kemampuan wilayah untuk mengefisienkan pergerakan orang, barang dan jasa adalah komponen pembangunan ekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu memiliki akses transportasi menuju pasar secara lancar. Jalur jalan yang menghubungkan suatu wilayah dengan kota-kota lebih besar merupakan prasarana utama bagi pengembangan ekonomi wilayah. Pelabuhan laut dan udara berpotensi untuk meningkatkan hubungan transportasi selanjutnya. Pemeliharaan jaringan jalan, perluasan jalur udara, jalur air diperlukan untuk meningkatkan mobilitas penduduk dan pergerakan barang. Pembangunan prasarana diperlukan untuk meningkatkan daya tarik dan daya saing wilayah. Mengenali kebutuhan pergerakan yang sebenarnya perlu dilakukan dalam merencanakan pembangunan tarsnportasi. Umumnya usaha yang sama cenderung beraglomerasi dan membentuk kelompok usaha dengan karakter yang sama serta tipe tenaga kerja yang sama. Produk dan jasa yang dihasilkan juga satu tipe. Sumber daya alam dan industri pertanian biasanya berada di tahap awal pembangunan wilayah dan menciptakan kesempatan yang potensial untuk perkembangan wilayah. Pengelompokan usaha (aglomerasi) berarti semua industri yang saling berkaitan saling membagi hasil produk dan keuntungan. Pengelompokan itu juga menciptakan potensi untuk menciptakan jaringan kerjasama yang dapat membangun kegiatan pemasaran bersama dan untuk menarik kegiatan lainnya yang berkaitan ke depan atau ke belakang.

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 5

Pertumbuhan ekonomi yang sehat sangat penting jika suatu wilayah ingin bersaing di pasar lokal dan nasional. Untuk mencapai tujuan ini, pendekatan kawasan yang terpadu diperlukan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi. Prioritas utama adalah mengidentifikasi kawasankawasan yang menunjukkan tanda-tanda aglomerasi dengan seluruh kegiatan dan institusi yang membentuknya. Kemungkinan kawasan ini menjadi pusat usaha dan perdagangan tergantung pada jaringan transportasi yang baik, prasarana yang lengkap, tempat kerja yang mudah dicapai, dukungan modal, dan kesempatan pelatihan/pendidikan.

II.

Manajemen Pembangunan Daerah Yang Pro-Bisnis

Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah daerah, mempunyai kelebihan dalam satu hal, dan tentu saja keterbatasan dalam hal lain, demikian juga pengusaha. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi daerah akan diarahkan perlu menjadi pemahaman bersama. Pemerintah daerah mempunyai kesempatan membuat berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan peluang, serta membentuk wawasan orang banyak. Tetapi pemerintah daerah tidak mengetahui banyak bagaimana proses kegiatan ekonomi sebenarnya berlangsung. Pengusaha mempunyai kemampuan mengenali kebutuhan orang banyak dan dengan berbagai insiatifnya, memenuhi kebutuhan itu. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan gaji dan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Dengan pajak, pemerintah daerah berkesempatan membentuk kondisi agar perekonomian daerah berkembang lebih lanjut. Pemerintah daerah dalam mempertahankan keberlanjutan pembangunan ekonomi daerahnya agar membawa dampak yang menguntungkan bagi penduduk daerah perlu memahami bahwa manajemen pembangunan daerah dapat memberikan pengaruh yang baik guna mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang diharapkan. Bila kebijakan manajemen pembangunan tidak tepat sasaran maka akan mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Maka manajemen pembangunan daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi serta menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah. Prinsip-prinsip manajemen pembangunan yang pro-bisnis adalah antara lain sebagai berikut. a. Menyediakan Informasi kepada Pengusaha

Pemerintah daerah dapat memberikan informasi kepada para pelaku ekonomi di daerahnya ataupun di luar daerahnya kapan, dimana, dan apa saja jenis investasi yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang akan datang. Dengan cara ini maka pihak pengusaha dapat mengetahui arah kebijakan pembangunan daerah yang diinginkan pemerintah daerah, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan dalam kegiatan apa usahanya akan perlu dikembangkan. Pemerintah daerah perlu terbuka mengenai kebijakan pembangunannya, dan informasi yang diterima publik perlu diupayakan sesuai dengan yang diinginkan.
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 6

b.

Memberikan Kepastian dan Kejelasan Kebijakan

Salah satu kendala berusaha adalah pola serta arah kebijakan publik yang berubah-ubah sedangkan pihak investor memerlukan ada kepastian mengenai arah serta tujuan kebijakan pemerintah. Strategi pembangunan ekonomi daerah yang baik dapat membuat pengusaha yakin bahwa investasinya akan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Perhatian utama calon penanam modal oleh sebab itu adalah masalah kepastian kebijakan. Pemerintah daerah akan harus menghindari adanya tumpang tindih kebijakan jika menghargai peran pengusaha dalam membangun ekonomi daerah. Ini menuntut adanya saling komunikasi diantara instansiinstansi penentu perkembangan ekonomi daerah. Dengan cara ini, suatu instansi dapat mengetahui apa yang sedang dan akan dilakukan instansi lain, sehingga dapat mengurangi terjadinya kemiripan kegiatan atau ketiadaan dukungan yang diperlukan. Pengusaha juga mengharapkan kepastian kebijakan antar waktu. Kebijakan yang berubah-ubah akan membuat pengusaha kehilangan kepercayaan mengenai keseriusannya membangun ekonomi daerah. Pengusaha daerah umumnya sangat jeli dengan perilaku pengambil kebijakan di daerahnya. Kerjasama yang saling menguntungkan mensyaratkan adanya kepercayaan terhadap mitra usaha. Membangun kepercayaan perlu dilakukan secara terencana dan merupakan bagian dari upaya pembangunan daerah.

c.

Mendorong Sektor Jasa dan Perdagangan

Sektor ekonomi yang umumnya bekembang cepat di kota-kota adalah sektor perdagangan kecil dan jasa. Sektor ini sangat tergantung pada jarak dan tingkat kepadatan penduduk. Persebaran penduduk yang berjauhan dan tingkat kepadatan penduduk yang rendah akan memperlemah sektor jasa dan perdagangan eceran, yang mengakibatkan peluang kerja berkurang. Semakin dekat penduduk, maka interaksi antar mereka akan mendorong kegiatan sektor jasa dan perdagangan. Seharusnya pedagang kecil mendapat tempat yang mudah untuk berusaha, karena telah membantu pemerintah daerah mengurangi pengangguran. Pada waktunya pengusaha kecil akan membayar pajak kepada pemerintah daerah. Dengan menstimulir usaha jasa dan perdagangan eceran, pertukaran ekonomi yang lebih cepat dapat terjadi sehingga menghasilkan investasi yang lebih besar. Adanya banyak pusat-pusat pedagang kaki lima yang efisien dan teratur akan menarik lebih banyak investasi bagi ekonomi daerah dalam jangka panjang. Sebagian besar lapangan kerja yang ada dalam suatu wilayah diciptakan oleh usaha kecil dan menengah. Namun usaha kecil juga rentan terhadap ketidakstabilan, yang terutama berkaitan dengan pasar dan modal, walaupun secara umum dibandingkan sektor skala besar, usaha kecil dan menengah lebih tangguh menghadapi krisis ekonomi. Pemerintah daerah perlu berupaya agar konjungtur ekonomi tidak berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha kecil.

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 7

d.

Meningkatkan Daya Saing Pengusaha Daerah

Kualitas strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari apa yang akan dilakukan pemerintah daerah dalam menyiapkan pengusahapengusaha di daerahnya menghadapi persaingan global. Globalisasi (atau penduniaan) akan semakin mempengaruhi perkembangan ekonomi daerah dengan berlakunya perjanjian AFTA, APEC dan lain-lain. Mau tidak mau, siap atau tidak siap perdagangan bebas akan menjadi satu-satunya pilihan bagi masyarakat di semua daerah. Upaya untuk menyiapkan pengusaha daerah oleh sebab itu perlu dilakukan. Pengusaha dari negara maju telah siap atau disiapkan sejak lama. Pengusaha daerah juga perlu diberitahu konsekuensi langsung dari ketidaksiapan menghadapi perdagangan bebas. Saat ini, pengusaha lokal mungkin masih dapat meminta pengertian manajer supermarket untuk mendapatkan tempat guna menjual produksinya. Tahun depan, bisa tidak ada toleransi untuk produksi lokal yang tidak lebih murah, tidak lebih berkualitas dan tidak lebih tetap pasokannya. Meningkatkan daya saing adalah dengan meningkatkan persaingan itu sendiri. Ini berarti perlakuan-perlakukan khusus harus ditinggalkan. Proteksi perlu ditiadakan segera ataupun bertahap. Pengembangan produk yang sukses adalah yang berorientasi pasar, ini berarti pemerintah daerah perlu mendorong pengusaha untuk selalu meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis. Peraturan perdagangan internasional harus diperkenalkan dan diterapkan. Perlu ada upaya terencana agar setiap pejabat pemerinah daerah mengerti peraturan-peraturan perdagangan internasional ini, untuk dapat mendorong pengusaha-pengusaha daerah menjadi pemain-pemain yang tangguh dalam perdagangan bebas, baik pada lingkup daerah, nasional maupun internasional.

e.

Membentuk Ruang yang Mendorong Kegiatan Ekonomi

Membentuk ruang khusus untuk kegiatan ekonomi akan lebih langsung menggerakkan kegiatan ekonomi. Pemerintah daerah perlu berusaha mengantisipasi kawasan-kawasan mana yang dapat ditumbuhkan menjadi pusat-pusat perekonomian wilayah. Kawasan-kawasan yang strategis dan cepat tumbuh ini dapat berupa kawasan yang sudah menunjukkan tanda-tanda aglomerasi, seperti sentra-sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan; klaster industri, dsb. Kawasan cepat tumbuh juga dapat berupa kawasan yang sengaja dibangun untuk memanfaatkan potensi SDA yang belum diolah, seperti yang dulu dikembangkan dengan sistim permukiman transmigrasi. Kawasan-kawasan ini perlu dikenali dan selanjutnya ditumbuhkan dengan berbagai upaya pengembangan kegiatan ekonomi, seperti pengadaan terminal agribisnis, pengerasan jalan, pelatihan bisnis, promosi dsb. Pengembangan kawasan-kawasan strategis dan cepat tumbuh ini perlu dilakukan bersamaan dengan upaya peningkatan keterampilan, pengembangan usaha, dan penguatan keberdayaan masyarakat

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 8

investasi daerah
PENGEMBANGAN INVESTASI DAERAH: Agenda Pemerintah Daerah Agussalim Abstrak Investasi daerah merupakan salah satu kekuatan penting untuk mengakselerasi pembangunan daerah. Namun untuk merangsang investasi dibutuhkan agenda-agenda yang jelas dan komprehensif yang secara internal dikreasikan sendiri oleh pemerintah daerah. Agenda-agenda dimaksud, antara lain: (i) merumuskan kebijakan investasi; (ii) memperbaiki peraturan dan regulasi; dan (iii) memperbaiki dukungan dan pelayanan birokrasi; (iv) mengembangkan promosi daerah; (v) mengembangkan kemitraan; (vi) mengembangkan regional management; (vii) mengembangan business networking; dan (viii) mempertajam strategi belanja publik. Keywords: local investment, local government agenda. 1. Pendahuluan Secara normatif, investasi daerah (local investment) dipahami sebagai salah satu kekuatan penting untuk mengakselerasi pembangunan daerah. Tak terkecuali di kalangan pemerintah daerah, timbul semacam kesadaran - terlebih sesudah implementasi desentralisasi dan otonomi daerah - bahwa akselerasi pembangunan hanya dimungkinkan jika terdapat arus investasi yang signifikan. Persepsi yang kuat tentang pentingnya investasi telah mendorong pemerintah daerah untuk melakukan berbagai upaya, mulai dari promosi investasi yang gencar hingga kunjungan pejabat daerah keluar negeri. Namun secara umum, antusiasme pemerintah daerah tersebut belum sepenuhnya dibarengi dengan agenda-agenda yang jelas dan komprehensif yang secara internal dikreasikan sendiri oleh pemerintah daerah. Perumusan kebijakan investasi, penyempurnaan
Halaman 9

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

peraturan dan regulasi, penyusunan master-plan investasi, pengembangan sistem informasi investasi, pelayanan one-roof system atau one-stop shop, pengembangan partnership, belum dikembangkan secara optimal oleh pemerintah daerah. Nampak jelas bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya mengalami reorientasi peran, dari peran tradisional menuju peran kewiraswastaan. 2. Masalah dan Tantangan Secara umum, iklim investasi di Indonesia, dihadapkan tidak saja pada tantangan untuk menarik investasi baru, tetapi juga tantangan untuk mempertahankan investasi yang sudah ada. Kepindahan sebagian lainnya masih tahap rencana - beberapa perusahaan multinasional menunjukkan bahwa iklim investasi di Indonesia sudah berada pada tahap yang cukup mengkhawatirkan. Kedepan, diperkirakan tantangan tersebut akan kian berat, bukan hanya karena lingkungan eksternal yang semakin ketat, akan tetapi juga karena daya tarik domestik yang masih relatif rendah. Secara eksternal, tantangan dimaksud, antara lain (Bappenas, 2003): Pertama, terdapat kecenderungan arus masuk penanaman modal asing (PMA) menurun akibat meningkatnya ketidakpastian global yang mempengaruhi rasa aman dalam kegiatan penanaman modal, kemungkinan terjadinya berbagai spekulasi dalam proses merger dan akuisisi perusahaan, serta masalah-masalah kelembagaan seperti kelambatan proses privatisasi di beberapa negara. Kedua, dari arus masuk PMA yang cenderung menurun tersebut, sebagian besar mengalir ke negara-negara tertentu saja. RRC diperkirakan tetap menjadi negara tujuan terbesar arus masuk PMA yang mengalir ke kawasan Asia karena didukung oleh pertumbuhan pasar dalam negeri yang tinggi, biaya produksi yang murah, dan ketersediaan tenaga kerja yang memadai. Sedangkan secara internal, sejumlah faktor yang dinilai menghambat investasi di Indonesia, antara lain: Pertama, masih adanya gangguan keamanan pada beberapa wilayah yang meskipun bersifat lokal namun dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap iklim investasi nasional. Selain itu, masih maraknya aksi teror bom di berbagai wilayah juga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor untuk menanamkan modalnya atau paling tidak menunda realisasi dari rencana investasinya. Kedua, kurangnya kepastian hukum yang selanjutnya mengakibatkan ketidakpastian hak milik (property right) dan perjanjian usaha di Indonesia serta lemahnya penegakan hukum yang terkait dengan kinerja pengadilan niaga.

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 10

Ketiga, kurang kondusifnya pasar tenaga kerja di Indonesia. Dengan produktivitas yang rendah dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti serta ketidakpastian hubungan industrial antara perusahaan dan tenaga kerja, daya tarik investasi di Indonesia dari sisi ketenagakerjaan menurun drastis. Keempat, tumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah, serta kesimpangsiuran pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah yang berkaitan dengan penyusunan kebijakan di bidang investasi, pemberian insentif, dan perijinan. Kelima, prosedur yang panjang dan berbelit mulai dari perijinan hingga kepabeanan yang tidak saja menyebabkan ekonomi biaya tinggi tetapi juga menghilangkan peluang usaha yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Keenam, kurangnya insentif investasi, khususnya insentif perpajakan. Dibandingkan dengan negara-negara lain, insentif perpajakan di Indonesia relatif tertinggal. Meskipun dengan tingkat pajak progresif yang diperkirakan relatif sama dengan negara-negara lain, sistem perpajakan di Indonesia tidak memberikan pembebasan pajak (tax holiday) untuk jangka waktu tertentu dan relatif tertinggal dalam memberikan kelonggaran pajak (tax allowances). 3. Dukungan Kebijakan Nasional Dengan mencermati beragam masalah dan tantangan investasi di atas, maka perkembangan investasi di tahun-tahun mendatang akan sangat tergantung pada sejauh mana keseriusan pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah tersebut melalui serangkaian kebijakan yang bersifat holistik dan lintas sektoral. Berkaitan dengan hal tersebut, secara makro telah diterbitkan White Paper yang menguraikan mengenai peran pemerintah dalam meningkatkan iklim investasi. Peran pemerintah dimaksud adalah menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi sektor swasta melalui kebijakan dan kelembagaan yang baik, yang didalamnya mencakup pemberiaan kepastian hukum, penyederhanaan proses pemberian lisensi, dan penghapusan hambatan untuk berinvestasi. Selain itu, oleh pemerintah juga telah dikembangkan dua kebijakan dasar yaitu: (i) mempertahankan penanaman modal yang sudah ada melalui peningkatan check and balanced system yang mampu menampung keluhan dari kegiatan investasi yang ada serta menindaklanjuti secara cepat dan efektif; dan (ii) meningkatkan daya tarik perekonomian yang mampu menarik minat investor melalui penanganan aksi teror dan konflik, peningkatan kepastian hukum, penyederhanaan proses perijinan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan penyempurnaan sistem perpajakan termasuk prosedur kepabeanan.
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 11

Oleh departemen, kebijakan dasar ini kemudian ditindak-lanjuti dalam berbagai bentuk agenda, program, dan rencana aksi. Departemen Perindustrian misalnya, telah mengembangkan agenda-agenda yang diarahkan untuk mendorong investasi, antara lain: (i) agenda peningkatan iklim usaha yang mencakup harmonisasi tarif bea masuk produk industri, peningkatan dukungan perpajakan, dan peningkatkan ketersediaan bahan baku lokal; dan (ii) agenda peningkatan investasi yang meliputi percepatan proses perizinan di pusat dan daerah, peningkatan pemanfaatan kawasan industri, dan penyediaan insentif perpajakan bagi investasi daerah tertentu. Dalam satu tahun terakhir, berbagai upaya pemerintahan baru untuk mereformasi iklim investasi nampak menunjukkan hasil. Dalam Laporan Doing Business in 2006 sebuah laporan mengenai perbandingan internasional atas iklim usaha di seluruh dunia yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada bulan September 2005 lalu, Indonesia dianggap telah menunjukkan kemajuan dalam tiga bidang: (i) perkenalan peraturan perundang-undangan kepailitan yang baru yang telah memperjelas peraturan-peraturan bagi penutupan usahausaha yang pailit serta penataan kembali usaha-usaha yang menjanjikan; (ii) perbaikan peraturan-peraturan yang melindungi para penanam modal; dan (iii) beberapa peraturan bagi pengembangan usaha seperti penurunan biaya untuk memulai suatu usaha. Indonesia saat ini menempati peringkat 115 dan berada dalam perempat yang ketiga, naik dari perempat paling bawah tahun lalu. Meski demikian, reformasi iklim investasi belum sepenuhnya berjalan secara optimal akibat terkatung-katungnya pembahasan RUU Penanaman Modal. Padahal RUU tersebut sudah disusun sejak tiga tahun yang lalu, namun sampai saat ini pembahasannya masih berlangsung di tingkat eksekutif. Beberapa aspek yang masih menimbulkan perdebatan, antara lain: perlakuan yang sama (equity treatment) antara investor domestik dan investor asing, 4. Agenda Pemerintah Daerah Ke Depan Meski investasi sangat penting bagi daerah, namun mendatangkan investasi ke daerah bukanlah pekerjaan sederhana. Bagaimanapun, investasi memiliki logikanya sendiri. Secara umum, investasi, baik dalam bentuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun pananaman modal asing (PMA), akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik daerah tersebut terhadap investasi serta adanya iklim investasi yang kondusif. Oleh karena itu, guna meningkatkan iklim investasi dan mendorong investasi daerah, terdapat sejumlah agenda yang seyogyanya dipertimbangkan oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan di masa depan, antara lain merumuskan kebijakan investasi, memperbaiki regulasi, menyederhanakan prosedur perijinan,
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 12

mengembangkan infrastruktur, melakukan promosi daerah, mengembangkan regional management, dan lain-lain. Meski agendaagenda tersebut bukanlah sesuatu yang baru, namun tetap menarik untuk didiskusikan mengingat bahwa selama ini agenda-agenda tersebut belum diimplementasikan secara optimal. 5. Merumuskan kebijakan investasi Pemerintah daerah perlu merumuskan kebijakan investasi daerah, khususnya yang terkait dengan peningkatan iklim investasi. Kebijakan tersebut sebaiknya ditetapkan dengan standarisasi yang baku, dan selanjutnya dipublikasikan agar investor dapat mempelajarinya. Rumusan kebijakan investasi daerah itu penting agar daya tarik investasi daerah yang bersangkutan bisa dipelajari oleh investor. Sedikitnya terdapat 3 (tiga) alasan mengapa suatu daerah perlu merumuskan kebijakan investasi. Pertama, semangat desentralisasi dan otonomi daerah mengharuskan pemerintah daerah untuk secara cerdas mendorong pembangunan daerahnya dan meningkatkan pendapatan daerahnya dengan cara menggali potensi daerah dan menarik investasi. Namun hal itu hanya dapat diwujudkan, sekiranya pemerintah daerah memiliki kebijakan dan perencanaan investasi yang memadai. Kedua, terkait dengan point pertama di atas, persaingan di kalangan pemerintah daerah untuk menarik investasi seringkali menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Namun, tentu saja, hanya daerahdaerah yang secara cerdas mampu merumuskan kebijakan investasi yang akan memenangkan persaingan. Ketiga, dengan adanya kebijakan investasi, memungkinkan pemerintah daerah untuk menyusun kerangka perencanaan dan rencana aksi yang diarahkan untuk mendorong investasi, khususnya investasi swasta, baik domestik maupun asing. Disadari sepenuhnya bahwa di tengah kian merosotnya kepercayaan dunia usaha terhadap iklim investasi di Indonesia, hanya kebijakan dan strategi investasi yang jitu yang sanggup merangsang minat investor. Dari segi muatan, kebijakan investasi dimaksud sedikitnya memuat: (i) arah pengembangan investasi daerah; (ii) legal aspect dan kepastian investasi; (iii) pengembangan tata ruang dan kawasan investasi; (iv) hak dan kewajiban investor; (iv) pelayanan investasi; (v) insentif perpajakan, dan lain-lain. 6. Memperbaiki peraturan dan regulasi Dalam banyak kasus, perkembangan investasi seringkali tidak digerakkan semata-mata oleh pertimbangan potensi daerah, dukungan infrastruktur, dan prospek ekonomi, akan tetapi juga ditentukan oleh peraturan dan regulasi serta pelayanan birokasi
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 13

pemerintah. Regulasi yang bersifat distortif dan pelayanan birokrasi pemerintah yang buruk sangat potensial menghambat investasi. Jika dicermati, jumlah produk hukum (dalam bentuk peraturan daerah) yang dibuat oleh pemerintah daerah saat ini relatif cukup banyak. Di satu pihak, gejala ini dianggap sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, namun di lain pihak, juga dianggap sebagai ekses atas pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Sebab sebagian besar produk hukum yang dihasilkan tersebut nampak lebih berorientasi pada upaya menarik sebanyak mungkin pungutan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Timbul kesan, desentralisasi dan otonomi daerah dianggap sebagai bentuk legitimasi untuk meningkatkan PAD, sehingga ekonomi biaya tinggi (high cost economy) sulit untuk dihindari. Sejak desentralisasi dan otonomi daerah mulai diimplementasikan secara efektif tahun 2001, pajak daerah (regional taxes) memang telah menjadi ancaman bagi kegiatan bisnis. Ketiadaan sumbersumber penerimaan daerah telah mendorong pemerintah daerah untuk memperkenalkan format baru perpajakan dan retribusi. Sejumlah pemerintah daerah telah memberlakukan pajak perdagangan (tax trade), baik dalam maupun antar kabupaten/kota dan provinsi, karena jenis pajak ini dianggap mudah untuk diterapkan (hanya menempatkan petugas pada sejumlah lokasi strategis, seperti batas kota, stasiun penimbangan, pelabuhan, jembatan, dll.). Kabupaten Bima misalnya, mengenakan pajak terhadap hampir semua komoditas atau produk yang dikirim keluar melewati perbatasan. Begitu pula Provinsi Lampung memberlakukan licence fee terhadap 180 jenis komoditas yang di ekspor keluar. Kecenderungan pemerintah daerah yang hanya sekedar memikirkan bagaimana memperbesar pundi-pundi penerimaan daerah, tentu saja bukanlah sebuah kecenderungan yang positif dan sehat. Sebab hal tersebut bukan hanya potensial menghambat laju investasi, tetapi juga berdampak buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. 7. Memperbaiki dukungan dan pelayanan birokrasi Beberapa faktor domestik yang menghambat iklim investasi nampaknya belum mengalami perbaikan yang berarti. Salah satu diantaranya adalah prosedur yang panjang dan berbelit, yang tidak hanya mengakibatkan ekonomi biaya tinggi tetapi juga menghilangkan peluang usaha yang seharusnya dapat dimanfaatkan, baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasional seperti dalam penciptaan lapangan kerja. Saat ini misalnya, berdasarkan peraturan dan regulasi yang berlaku, untuk memulai suatu kegiatan bisnis di Indonesia, para investor memerlukan 11 prosedur yang membutuhkan waktu selama 168 hari
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 14

dengan biaya 14,5 persen dari rata-rata pendapatan, serta membutuhkan modal minimum tiga kali rata-rata pendapatan. Walaupun biaya tersebut tidak lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia Timur lainnya, namun dari segi waktu hampir tiga kali lipat. Lebih dari itu, masing-masing prosedur merupakan point of contact, sehingga membuka kesempatan terjadinya praktek penyuapan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu sistem pelayanan investasi yang transparan, cepat, tanggap, dan terkoordinasi. Salah satu bentuk pelayanan investasi yang dinilai efektif dan efisien adalah one-stop licencing office. Sistem ini diyakini dapat menenangkan para investor, karena sistem ini dapat memberi kepastian waktu, biaya, dan prosedur. Tujuan utama sistem ini disamping dapat mengurangi banyaknya lisensi dan surat ijin, juga dapat memangkas banyaknya prosedur yang diperlukan untuk memperoleh lisensi dan surat ijin tersebut. 8. Mengembangkan promosi daerah Untuk mendorong investasi, daerah dituntut untuk aktif menggali potensi daerahnya dan menginformasikannya kepada publik melalui berbagai media. Keberadaan informasi yang cepat akses, akurat, dan mutakhir, akan membantu pihak investor dalam menganalisis potensi daerah dan melakukan keputusan investasi. Dewasa ini, salah satu bentuk informasi potensi daerah yang diharapkan dapat membantu pihak investor dalam melakukan keputusan investasi adalah Geographic Information System (GIS). Format informasi ini sedikitnya memuat: (i) data bio fisik, termasuk daerah aliran sungai, hutan, sumberdaya air, keanekaragaman hayati, dan lingkungan hidup; (ii) data sosio-ekonomi, seperti demografi, struktur ekonomi, statistik pertanian, konsumsi dan pengeluaran, kemiskinan, dan indikator pembangunan daerah; (iii) batas administratif wilayah hingga tingkat desa; (iv) tata pemerintahan, informasi kebijakan dan perencanaan; dan (v) peta infrastuktur, termasuk jalan, pelabuhan, bandara, rel kereta. 9. Mengembangkan kemitraan (partnership) Ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu prasyarat bagi tumbuhkembangnya investasi. Namun pemerintah daerah secara umum memiliki keterbatasan untuk menyediakan infrastruktur yang memadai, akibat anggaran pemerintah daerah yang relatif terbatas. Oleh karena itu, konsep kemitraan (partnership) menjadi sebuah alternatif yang paling mungkin bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan infrastuktur daerah. Hampir sulit mengharapkan tersedianya infrastruktur yang memadai tanpa adanya keterlibatan pihak swasta dan masyarakat.

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 15

Namun dalam kenyataannya, konsep kemitraan, katakanlah dalam bentuk public-private partnership, belum banyak dipraktekkan oleh pemerintah daerah. Ketidak-mampuan pemerintah daerah untuk menawarkan berbagai bentuk kemitraan, ketidak-jelasan konsep kemitraan yang ditawarkan oleh pemerintah daerah, tawaran kemitraan yang tidak menarik bagi kalangan investor, merupakan beberapa faktor penyebab mengapa konsep kemitraan belum berkembang di daerah. Nampaknya, pemerintah daerah perlu lebih mencurahkan perhatian mengenai hal ini di masa-masa yang akan datang. 10. Mengembangkan regional management Untuk menciptakan efektifitas, efisiensi, dan peningkatan daya saing daerah, konsep manajemen kewilayahan (regional management) nampaknya patut dipertimbangkan. Konsep ini berbasis pada kebutuhan untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi pembangunan antar daerah pada suatu kawasan (wilayah). Konsep ini bukan hanya akan menciptakan skala ekonomi (economic scale), memberdayakan potensi ekonomi, memperluas pasar regional, menciptakan efisiensi pembangunan dan efektifitas pemanfaatan infrastruktur, tetapi juga menciptakan lokalisasi investasi dan platform kebijakan investasi. Pada sisi lain, konsep regional management juga dapat menurunkan tensi persaingan antar daerah, karena konsep ini lebih mengedepankan pada semangat kerjasama yang saling menguntungkan antar daerah. Melalui konsep ini, berbagai bentuk kerjasama wilayah akan dapat diwujudkan, misalnya pengembangan komoditas unggulan, pembangunan infrastruktur (pembangkit listrik, pelabuhan, jaringan telekomunikasi, dll.). 11. Membangun business networking Salah satu pendekatan yang patut dipertimbangkan untuk mengoptimalkan investasi daerah adalah pengembangan jaringan bisnis dan investasi (investment and business networking). Untuk efektifnya suatu jaringan bisnis dan investasi di daerah, maka perlu dilakukan pembinaan yang lebih intensif terhadap pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam jaringan dimaksud, yaitu: (i) aparatur pembina bisnis (misalnya BKPMD); dan (ii) para pelaku ekonomi dan bisnis. Dalam banyak kasus, hubungan antara kedua pihak tersebut seringkali tidak sejalan terutama karena perbedaan persepsi yang berkaitan dengan wawasan bisnis, sistem pengendalian manajemen, dan penerapan teknologi. Hal ini mengakibatkan pengembangan bisnis di daerah belum optimal. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan kemampuan SDM aparat sehingga lebih profesional, mandiri dan memiliki wawasan bisnis. Di samping itu harus diciptakan pula hubungan yang lebih harmonis antara aparatur pembina bisnis
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 16

dan para pelaku ekonomi di daerah sebagai upaya mewujudkan jaringan bisnis di daerah. 12. Mempertajam strategi belanja publik Pemerintah daerah sudah saatnya memikirkan strategi pembelanjaan (financing strategy), yang di satu pihak efektif mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, namun di lain pihak mampu memberi efek balik bagi penerimaan daerah. Pemerintah daerah sudah saatnya mengkalkulasi secara cermat multiplier effect dan return of investment atas setiap jenis belanja modal yang dialokasikan. Pengembangan revenue program dan pemilihan secara cermat pembangunan social overhead capital yang potensial merangsang investasi, merupakan bagian dari upaya ini. Cara seperti ini setidaknya dapat membantu pemerintah daerah untuk tidak selalu berpikir tentang bagaimana memperbanyak jenis pungutan (pajak dan retribusi). 5. Penutup Pemerintah daerah merupakan aktor kunci bagi penciptaan iklim investasi yang kondusif dan pengembangan investasi daerah. Kebijakan yang tepat, peraturan dan regulasi yang jelas, pelayanan yang responsif, merupakan sejumlah aspek yang perlu mendapat perhatian serius oleh pemerintah daerah di masa yang akan datang. Amat sulit mengharapkan adanya arus investasi ke daerah sekiranya sejumlah aspek tersebut tidak ditangani atau dibenahi secara sungguh-sunguh oleh pemerintah daerah

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 17

Daya Tarik Investasi Ke Daerah


Daya tarik investasi ke suatu Daerah tidak terjadi dengan serta merta. Pembentukan daya tarik investasi berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak aspek. Faktor ekonomi, politik dan kelembagaan, sosial dan budaya diyakini merupakan beberapa faktor pembentuk daya tarik investasi ke suatu negara atau daerah. Investasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara umum investasi atau penanaman modal membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Iklim investasi daerah juga dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi daerah yang bersangkutan. Kondisi inilah yang mampu menggerakkan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda ekonomi. Banyaknya anggapan Daerah yang menganggap investasi adalah sumber baru untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengakibatkan timbulnya pungutan-pungutan baru baik yang legal maupun ilegal. Pemerintah Daerah telah menerapkan peraturan daerah yang dimaksudkan untuk meningkatkan PAD namun tanpa mempertimbangkan beban yang harus ditanggung oleh para pengusaha. Selain itu masalah birokrasi, pungutan liar dan ketidakpastian hukum juga mengurangi investasi di Daerah. Yang terutama adalah tidak tersedianya prasarana dan sarana yang mampu menarik orang, investor dan modal. Tetapi beberapa pemerintah daerah telah melakukan beberapa langkah untuk menarik PMDN. Ada beberapa langkah yang telah dilakukan, namun belum secara menyeluruh. Beberapa inisiatif yang dilakukan antara lain dengan melakukan reformasi birokrasi layanan investasi, membangun sistem informasi potensi investasi serta peningkatan dan provisi infrastruktur fisik. Pertama, reformasi pelayanan investasi. Koordinasi antar tingkatan pemerintahan, baik vertikal maupun horizontal sangatlah penting, beberapa pemerintah daerah telah menerapkan sistem Unit Pelayanan Terpadu (UPT) dalam pelayanan perijinan. Sistem ini ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi perijinan. Penerapan sistem ini berbeda-beda antardaerah, dalam hal prosedur kerja dan cakupan kewenangan. Selain itu beberapa pemerintah daerah telah menerapkan Sistem Perijinan Satu Atap (SINTAP). Dengan menciptakan layanan perijinan dan investasi, permohonan perijinan dapat diproses di satu tempat sehingga birokrasi menjadi lebih pendek, cepat dan efisien. Kedua, sistem informasi potensi investasi. Banyak pemerintah daerah yang telah menggunakan berbagai cara dan strategi tertentu untuk menarik investasi, antara lain pameran produk dan potensi investasi dan promosi melalui internet, berupa situs web yang berisi berbagai macam informasi mengenai potensi investasi dan prosedur layanan untuk investor. Ketiga, peningkatan dan provisi infrastruktur fisik. Ketersediaan infrastruktur pendukung dirasakan sangat penting untuk kegiatan
Halaman 18

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

usaha. Beberapa daerah telah memahami pentingnya investasi bagi pembangunan perekonomian daerah. Investasi diperlukan untuk menutup defisit pendanaan pembangunan. Memperbaiki iklim investasi dan bisnis merupakan penentu penting dalam investasi. Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik daerah tersebut terhadap investasi dan adanya iklim investasi yang kondusif. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu, hal yang juga penting untuk diperhatikan dalam upaya menarik investor, selain makroekonomi yang kondusif juga adanya pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur. Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi daya tarik investasi daerah, yaitu (1) kelembagaan, (2) sosial politik, (3) perekonomian daerah, (4) tenaga kerja dan produktifitas, serta (5) infrastruktur fisik. Faktor kelembagaan yang dimaksud adalah kepastian hukum; aparatur dan pelayanan; keuangan daerah dan peraturan daerah. Investor maupun dunia usaha membutuhkan kepastian hukum dalam berusaha, apakah pemerintah daerah konsisten terhadap pemberlakuan peraturan daerah dan kebijakan lainnya yang mengatur kehidupan berusaha; apakah hukum ditegakkan terkait dengan konsistensi keputusan peradilan, pungutan liar di luar birokrasi dan hubungan antara pihak eksekutif dan legislatif. Demikian juga dengan kepastian birokrasi dan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan aparat pemda. Investor membutuhkan kepastian dalam kemudahan pelayanan birokrasi dan profesionalisme aparat pemda dalam melakukan pelayanan terhadap dunia usaha. Pungutan yang berlaku di daerah seperti pajak maupun retribusi daerah juga merupakan hal yang diperhatikan oleh investor selain komitmen pemerintah daerah dalam menyediakan sarana pendukung dalam kegiatan usaha. Peraturan daerah yang berkaitan dengan pelayanan, pungutan, penetapan harga, ketenagakerjaan dan sebagainya merupakan salah satu faktor yang menentukan. Faktor sosial politik yang dimaksud adalah keamanan dan sosial budaya masyarakat. Investor membutuhkan keamanan terhadap aktivitas usaha mereka, keamanan terhadap masyarakat di lingkungan sekitar tempat kegiatan usaha dan kualitas aparat keamanan dalam menangani gangguan keamanan/ketertiban umum serta jaminan dan perlindungan keamanan yang dapat diberikan oleh aparat keamanan di daerah. Faktor sosial budaya masyarakat, seperti motivasi kerja yang tinggi dari masyarakat, budaya wirausaha dari masyarakat, keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha, stabilitas politik dan intensitas unjuk rasa di suatu daerah serta partisipasi masyarakat maupun dunia usaha dalam perumusan kebijakan pemerintah daerah tentunya merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh suatu daerah bila menginginkan investor masuk ke daerah mereka.
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 19

Faktor perekonomian daerah yang dimaksud adalah potensi ekonomi dan struktur ekonomi. Daya beli, kesejahteraan dan produktivitas masyarakat merupakan tolok ukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Memperhatikan faktorfaktor ini tentunya dunia usaha membutuhkan pasar terhadap produk-produk mereka. Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan salah satu indikator yang digunakan dunia usaha dalam menilai apakah daerah tersebut perekonomiannya sudah berkembang atau belum. Mengukur dan melihar struktur perekonomian di suatu daerah pada sektor primer yang berbasis di Sumber Daya Alam, sektor sekunder yang berbasis dalam kegiatan ekonomi produktif dan industrialisasi serta pada sektor tersier yang berbasis pada kemampuan jasa lembaga keuangan dalam perekonomian daerah. Dengan memperhatikan PDRB Perkapita, kita dapat melihat apakah masyarakat di daerah tersebut mempunyai daya beli yang tinggi atau tidak Faktor ketenagakerjaan yang dimaksud adalah ketersediaan tenaga kerja usia produktif dan berpengalaman serta tenaga kerja pencari kerja; biaya tenaga kerja berdasarkan aturan formal dan aktual serta produktifitas tenaga kerja. Yang terpenting dari kesemua faktor yang mempengaruhi daya tarik investasi adalah faktor infrastruktur. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur merupakan faktor yang utama, apakah itu ketersediaan jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, sarana komunikasi dan ketersediaan listrik. Selain terpenuhinya kesemua faktor tersebut diatas oleh pemerintah daerah, masih dirasa perlu bagi pemerintah daerah untuk memasarkan daerahnya kepada investor. Menurut Mudrajat Kuncoro, ada 4 aktivitas utama dalam memasarkan daerah : 1. Mengembangkan positioning yang kuat dan menarik. 2. Merancang insentif yang menarik bagi investor baru maupun yang sudah ada. 3. Menawarkan produk dan jasa secara efisien dan bisa diakses dengan mudah. 4. Mempromosikan daya tarik dan manfaat daerah Dalam praktek, setidaknya ada empat strategi untuk menarik investasi, orang dan industri ke suatu daerah, yaitu : Image (Citra) Marketing. Untuk mengkomunikasikan citra suatu daerah dapat digunakan beberapa cara: slogan, pengambilan posisi citra (image positioning), dan simbol secara visual. Slogan adalah ungkapan/pernyataan singkat yang merefleksikan visi menyeluruh suatu daerah. Bila diintegrasikan dengan rencana pemasaran stratejik, slogan ini dapat bermanfaat untuk menumbuhkan antusias, optimisme, momentum dan ide-ide baru, sebagai contoh Hong Kong dengan City of Life, Perth dengan Best on Earth in Perth atau Singapura dengan Live It Up In Singapore. Selain slogan, pemasaran daerah dapat dilakukan dengan image positioning, yaitu menempatkan daerah dalam konteks regional, nasional dan internasional pada suatu jenis aktivitas, lokasi,
/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 20

daya tarik tertentu dibanding daerah lain yang memiliki posisi yang lebih kuat/mapan. Contohnya Singapura Tourism Capital, Sydney Cultural Capital, Jogjakarta Jogja Never Ending Asia, dll. Attraction Marketing. Atraksi (daya tarik) merupakan alasan penting untuk wisatawan, investor dan modal datang ke suatu tempat. Atraksi dibagi menjadi sumber daya alam dan buatan manusia. Lebih jauh, klasifikasi tersebut dibagi lagi menjadi dua yaitu atraksi berdasarkan lokasi dan atraksi yang nyata karena merupakan peristiwa. Kita dapat melihat bahwa atraksi lokasi dan atraksi peristiwa dapat merupakan aktivitas yang komplementer. Sebagai contoh, sebuah festival daerah dapat meningkatkan penampilan Danau Toba, dan pertunjukkan kesenian daerah berupa tarian dan nyanyian daerah dapat dilaksanakan ditempat-tempat atau gedung-gedung yang bernilai sejarah. Pembagian antara sumber daya alam dan atraksi buatan manusia tidak selalu jelas. Banyak atraksi natural membutuhkan infrastruktur dan manajemen untuk digunakan sebagai tujuan wisata, seperti Taman Safari, Sea World, dll. Infrastructure Marketing. Infrastruktur fisik merupakan faktor pendukung bagi kelancaran kegiatan usaha. Keterediaan dan kualitas infrastruktur fisik ini sangat berpengaruh bagi kelancaran kegiatan usaha yang terjadi di daerah. Semakin besar skala usaha, maka kebutuhan akan infrastruktur fisik juga semakin besar. Infrastruktur merupakan dasar utama dalam memasarkan daerah. Slogan dan image positioning tidak ada artinya tanpa diikuti oleh tersedianya prasarana dan sarana yang mampu menarik orang, investasi dan modal. Dalam mempromosikan infrastruktur perlu ditekankan pada : Aksesbilitas; kemudahan untuk didatangi, mencakup jalan, kereta api, bandara, pelabuhan, transportasi umum dan telekomunikasi. Kualitas infrastruktur; seberapa jauh sumber daya modal, fisik dan prasarana yang mendukung aktivitas ekonomi telah tersedia. People Marketing. Dapat dilakukan melalui (1) orang-orang terkenal, (2) pemimpin daerah, (3) orang-orang kompeten dan wirausaha dan (4) sikap masyarakat (seberapa jauh masyarakat lokal menerima pembaharuan, baik itu investasi, industri, orang, produk) dari luar. Apabila faktor-faktor tersebut tersedia dan diterapkan dengan strategi pemasaran yang tepat, bisa dipastikan perkembangan investasi di daerah akan membaik dan investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut.

/opt/scribd/conversion/tmp/scratch2696/78807415.doc

Halaman 21

You might also like