You are on page 1of 103

.

Teknik Analisis Data Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dimana data dan informasi diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif, dengan titik berat pada penjelasan hubungan kausalitas antara variabel indikator, tehnik analisis data yang dilakukan meliputi: (1) reduksi data, berarti merangkum, memilihdan memfokusan pada hal-hal penting, sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. (2) penyajian data, setelah proses reduksi data selanjutnya data diolah lagi dengan menyusun atau menyajikannya yang sesuai dengan keadaan data, (3) verifikasi data, pemeriksaan tentang kebenaran laporan/pernyataan responden, dan penarikan kesimpulan, dari proses penyajian data, peneliti

menghasilkan pemahaman dan pengertian yang mendalam tentang keseluruhan data yang diolah. Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dan secara teknis penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan analisis kinerja Guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah yang berprestasi merupakan dambaan setiap komponen masyarakat, perhatian besar terhadap kualitas dan kuantitas out put sekolah yang dihasilkan

seharusnya yang utama. Dalam kondisi seperti ini jelas sulit diharapkan untuk mewujudkan sekolah berprestasi apalagi kalau guru yang mempunyai masalah khusus didalam melaksanakan tugas dan fungsinya guna mewujudkan tanggung jawabnya sebagai tenaga pengajar dan pendidik untuk melakukan inovasi pada aktivitas

pembelajarannya, sehingga beban tugas yang berlebihan diberikan kepada guru akan mempengaruhi kinerjanya, serta masalah kurang tersedianya sarana dan prasarana sebagai alat pendukung yaitu laboratorium dan perpustakaan. 1

Berkaitan dengan terwujudnya sekolah berprestasi, guru yang diposisikan sebagai posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pendidikan. Kinerja guru didalam meningkatkan kinerjanya seharusnya ke arah yang lebih baik, sehingga yang dilakukan kedepan akan lebih baik dari kemarin. Berkaitan dengan terwujudnya sekolah berprestasi, hal itu tidak terlepas dari kinerja guru di sekolah di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Kinerja guru dapat dilihat sejauh mana kinerja tersebut dapat memberikan hasil yang baik terhadap peserta didiknya. Guru sebagai fasilitator dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya harus memilki kinerja yang baik dalam menyusun dan membuat perangkat pembelajaran seperti RPP, media belajar, sistem penilaian berdasarkan arah kurikulum dari kepala sekolah. Namun jika kegiatan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Maka masalah kinerja guru tidak akan sesuai dengan harapan dan kenyataan yang ada pada sekolah tersebut. Guru harus memiliki kemampuan mengelola dan mengorganisir tugas dan fungsinya sebagai seorang tenaga pendidik dan pengajar. Dalam perspektif desentralisasi pendidikan, kepala sekolah merupakan figur sentral yang harus menjadi teladan bagi para tenaga kependidikan di sekolah. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan dalam perubahan-perubahan yang dilakukan dan diharapkan, perlu

dipersiapkan

kepala

sekolah

profesional

yang

mau

dan

mampu

melakukan

perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi terhadap kinerja guru. Guru sebagai tenaga pengajar merupakan motor penggerak dalam dunia pendidikan yang secara langsung mempengaruhi pengembangan kemampuan potensi anak didik menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral. Setiap

penyelenggaraan jenjang pendidikan pada hakikatnya diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional, yang prosesnya dilakukan oleh guru yang tugasnya

adalah mengajar, mendidik, melatih dan mengevaluasi anak didik dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai komponen yang paling memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa, mempunyai peran sebagai informator, organisator, motivator, direktor, inisiator, fasilitator, mediator dan evaluator (Sardiman, 2006:32). Seharusnya dan sepantasnyalah seorang guru memiliki peran sesuai dengan tugas utamanya yang ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 Bab I Pasal 1 bahwa guru sebagai pendidik professional, guru mempunyai tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Di Bab lain yakni Bab IV Pasal 52 ayat 1 dinyatakan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok; (1) merencanakan proses pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, (3) menilai hasil belajar siswa, (4) membimbing dan melatih peserta didik dan (5). Dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan peran guru dinilai tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru, seperti diuraikan Sardiman (2006:35), yaitu: (1) guru harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaannya, (2) guru harus mengenal diri siswanya, (3) guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan, (4) guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas, serta (5) guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan. Sehingga apa yang diajarkan kepada siswa dapat bermanfaat bagi dirinya, agama serta bagi bangsanya. Dalam hal memahami dan menempatkan kedewasaannya, sebagai pendidik guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan. Akan tetapi pada

kenyataannya guru selalu melakukan kesalahan yang disengaja atau tidak karena beberapa faktor yang dapat memepengaruhi sikap atau cara mengajar guru didalam kelas. Seorang guru di haruskan mampu mengajar tanpa mempunyai beban yang dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku yang tidak wajar didalam kelas. Adanya tekanantekanan dan faktor psikologi yang dialami akan mempengaruhi dari hasil atau kinerja guru itu sendiri. Guru lebih mempunyai semangat dalam mengajar, apabila kepala sekolah memperhatikan dari masalah otoritas dan tanggung jawabnya sebagai guru harus mempunyai tambahan insentif sebagai penghasilan tambahan, disiplin dalam arti ketepatan didalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik dan harus disesuaikan waktu dan tata tertib yang berlaku pada sekolah ini, serta dukungan dari kepala sekolah baik dari pemimpin itu sendiri, maupun dari sesama rekan guru lainnya dan yang paling penting adalah kelengkapan didalam proses belajar mengajar yaitu sarana dan prasarana sebagai kebutuhan utama didalam proses belajar mengajar

didalam kelas. Sebab tanpa hasil yang yang dicapai terhadap keberhasilan seorang peserta didik, maka tidak akan mungkin dapat berkembang dan berubah sesuai

dengan pengalaman berdasarkan minat dan kebutuhan yang ingin dicapainya menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini yang tumbuh dengan

pesatnya, sehingga membawa akibat dan perilaku dalam berbagai kehidupan manusia itu sendiri. Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) UU 14 / 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Pasal 52 ayat (1) PP 74 / 2008 tentang Guru dinyatakan bahwa Beban Kerja Guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Selanjutnya, dalam Pasal 35 ayat (2) UU 14 / 2005 dan Pasal 52 ayat (2) PP 74 / 2008 dinyatakan bahwa Beban Kerja Guru adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Ketentuan mengenai Beban Kerja Guru secara jelas dan terinci diatur dalam Pasal 52, Pasal 53 dan Pasal 54 PP 74 / 2008. Pencapaian kinerja guru ini sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang diangggap bisa mengorganisir sumber daya lainnya. Salah satu sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya yang dimiliki oleh pimpinan pada tingkat satuan pendidilkan, dalam hal ini adalah kepala sekolah (Simamora, 1999).Dalam konteks administrasi pendidikan kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan organisasi untuk mencapai tujuan pendidikan dengan mengarahkan sumber daya yang ada di sekolah termasuk guru, sebagai salah satu aspek penentu

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan khususnya di sekolah adalah kepala sekolah dimana dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya akan mewujudkan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sehingga guru akan termotivasi melakukan tugas dan perannya secara sadar dan bertanggung jawab sesuai dari arah dan tujuan yang akan dicapai. Peningkatan kompetensi guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan melalui pelatihan/penataran, diantaranya pertemuan guru mata pelajaran, studi banding ke sekolah-sekolah lain serta penelitian yang berhubungan dengan tindakan kelas. Kegiatan tersebut selalu oleh SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu dengan harapan dapat menemukan pendekatan alternatif dan pemecahan masalah yang berhubungan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kinerja guru yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas sekolah. Namun demikian fenomena yang ada di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan tersebut belum memberikan kontribusi yang berarti dalam pelaksanaan tugas guru di kelas. Hal ini dapat dilihat dari segi kualitas dan produktivitas tamatan sekolah yang menunjukkan prestasi yang minim. Fenomena di atas diduga belum optimalnya kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

membimbing/melatih, serta melaksanakan tugas tambahan. Guru dalam melaksanakan tugasnya belum melakukannya secara optimal, seperti persiapan materi pelajaran, pengalokasian waktu, pemilihan media dan pemilihan metode mengajar. Minimnya

persiapan tersebut akan berimplikasi pada pelaksanaan tugas dalam penyajian materi di kelas. Melihat kompleksitas tugas mengajar guru diperlukan persiapan yang matang, pelaksanaan yang sistematis dan tindakan evaluasi untuk melihat sejauh mana keefektifan pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, sebagai umpan balik dalam melaksankan tugas mengajar. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait analisis kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang fenomena yang terjadi sehingga akan diuraikan di dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu? 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu? C. Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan pada latar belakang. Tujuan penelitian yang akan dicapai lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan gambaran kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. 2. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu

. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini mencakup: 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan referensi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan bidang pendidikan untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan. 2. Manfaat praktis 1. Sebagai referensi bagi Departemen Pendididkan Nasional khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu selaku Pembina pengelola tehnis persekolahan, sehingga tujuan pembangunan sumber daya manusia guru tercapai secara maksimal. 2. Sebagai sumber bahan informasi dan sumbangsi nyata peneliti bagi segenap guru dan staf administrasi sebagai komponen sekolah dalam rangka perbaikan sistem kinerja guru pada sekolah lain akan berubah ke arah yang lebih baik. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian yang mengkaji permasalahan atau topik yang relevan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Guru

Kinerja oleh para ahli banyak memberikan defenisi yang berbeda, tetapi pada hakekatnya kinerja mengarah pada suatu upaya untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik dari sebelumnya.Pengertian kinerja dan kerja memiliki makna yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari pendapat berikut: Yandianto dalam kamus bahasa Indonesia (1997:65) mengemukakan bahwa kerja adalah pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Benneth, dalam Ismaya (2003:161) mengemukakan bahwa kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Orientasi manusia dalam melakukan kerja meliputi: 1. orientasi ekonomi (instruksional): pekerja memandang pekerjaan dari sudut uang yang didapat. 2. orientasi sosial (relasional): pekerja sebagai suatu lingkungan sosial yang diminati oleh hubungan interpersonal/loyalitas personal. 3. orientasi psikologi (personal): pekerja mengembangkan diri dan memenuhi

kebutuhannya dari pekerjaan yang dilakukannya. Setiap aktivitas seseorang pada hakikatnya merupakan suatu kinerja yang ditunjukkan, baik berdasarkan pikiran maupun perbuatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas kerja. Mangkunegara (2005: 80) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Sementara Hasibuan (2003: 80) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan.

Kedua pendapat di atas menekankan kinerja sebagai kemampuan dalam melaksanakan proses pekerjaan dan hasil kerja yang dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2001:503), kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Sedangkan Mulyasa (2004:136) mengemukakan kinerja adalah sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Berdasarkan berbagai rumusan para ahli di atas, maka kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan dalam melaksanakan suatu proses pekerjaan dan hasil pekerjaan yang dicapai seseorang dalam waktu tertentu, baik dari segi kualitas maupun kuantitas kerja dalam periode waktu tertentu. Selanjutnya menurut Mangkunegara (2005:16) kinerja guru tersebut tak bisa dipungkiri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut: 1. Faktor individu. Secara psikologis individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi yang baik, yang merupakan modal utama untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi secara optimal dalam melaksanakan kegiatan dan aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Faktor lingkungan. Lingkungan kerja sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, dan target kerja yang memadai. Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok.

Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan tugas tambahan, misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket. Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, idealnya guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat

pendidiknya. Disamping itu, guru juga akan terlibat dalam kegiatan manajerial sekolah/madrasah antara lain penerimaan siswa baru (PSB), penyusunan kurikulum dan perangkatnya, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas guru dalam manajemen sekolah/madrasah tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah/madrasah tempat guru bertugas. 1. Jam kerja Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Alokasi waktu tatap muka pada tiap jenjang pendidikan berbeda, pada jenjang TK satu jam tatap muka dilaksanakan selama 30 menit, pada jenjang SD 35 menit, pada jenjang SMP 40 menit, sedangkan pada jenjang SMA dan SMK selama 45 menit. Beban kerja guru untuk melaksanakan kegiatan tatap muka tersebut merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) dalam 1 (satu) minggu.

Lebih lanjut Pasal 52 ayat (3) menyatakan bahwa pemenuhan beban kerja tersebut dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam)jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran mingguan yang dilaksanakan secara terus-menerus selama paling sedikit 1 (satu) semester. Kegiatan tatap muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu dalam 1 (satu) semester. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun secara mingguan, tapi menggunakan sistem blok atau perpaduan antara sistem mingguan dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis semesteran, tahunan, atau bahkan dalam 3 (tiga) tahunan. 2. Tatap Muka Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, bagian penjelasan Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa istilah tatap muka berlaku untuk pelaksanaan beban kerja guru yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian yang dapat dihitung sebagai tatap muka guru adalah alokasi jam mata pelajaran dalam 1 (satu) minggu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/ madrasah. Kinerja guru sebagai prestasi yang dicapai seorang guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ukuran yang berlaku bagi pekerjaannya. Kinerja guru berhubungan positif dengan penghargaan kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap kinerja guru, sikap persahabatan kepala sekolah terhadap guru dan lain sebagainya. Kesanggupan memberikan indikasi tentang berbagai kemungkinan prestasi. Usaha (effort) merupakan fungsi dari memenuhi kebutuhan, sasaran, harapan, dan

imbalan. Kemampuan besar di dalam diri manusia dapat direalisasikan, namun bergantung pada tingkat motivasi individu atau kelompok untuk mencurahkan usaha fisik dan mentalnya. Tetapi prestasi tidak akan muncul apabila manajer tidak memberikan kesempatan (opportunity). Prawirosentono (1999:96) bahwa keterampilan dan kemampuan mempunyai kontribusi terhadap kinerja seseorang:. Faktor

keterampilan dan kemampuan dalam diri seseorang berpengaruh terhadap prestasi kerja, sehingga jika seseorang akan berprestasi dalam kerjanya harus memiliki keterampilan dan kemampuan dalam bidang kinerjanya. Ditinjau dari segi proses, maka kinerja guru dikatakan efektif apabila perilaku guru memenuhi standar performans yang telah ditentukan, hal ini terlihat dalam proses pelaksanaan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya yaitu bagaimana mempersiapkan hal-hal yang dapat meningkatkan efektifitas kinerja. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki jenis kerja sebagai berikut: a. Merencanakan Pembelajaran Perencanaan merupakan aspek penting dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan dalam bidang pendidikan. Tanpa adanya suatu perencanaan yang matang maka pelaksanaan pengajaran tidak akan memberikan hasil secara efektif dan efisien. Mulyasa (2004:48) menyatakan bahwa kegiatan perencanaan sedikitnya memiliki dua fungsi utama yaitu: (1)perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumbersumber yang dapat disediakan, dan (2) perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. program pendidikan

Depdiknas (2000:89) menyatakan bahwa penyusunan persiapan mengajar bertujuan agar kegiatan belajar mengajar terlaksana dengan lancer dan efektif sebagai umpan balik bagi guru untuk mengukur hasil belajar mengajar dan bahan supervise bagi kepala sekolah. Menurut Harjanto (1997:43), perencanaan pengajaran dapat menolong

pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan member peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Menurut Depdiknas (2000:91) kompetensi guru dalam perencanaan

pembelajaran meliputi: 1. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran; 2. Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang ditentukan; 3. Mengorganisir materi berdasarkan urutan dan kelompok; 4. Mengalokasikan waktu; 5. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai; 6. Merencanakan prosedur pembelajaran; 7. Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum dan bahan yang digunakan; 8. Menentukan sumber belajar yang sesuai (Buku, modul, program computer, dan sejenisnya); 9. Menentukan tehnik penilaian yang sesuai. Pada dasarnya perencanaan pengajaran meliputi: 1. Memberikan pemahaman kepada guru tenang tujuan pengajaran; 2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap tujuan pendidikan;

3. Mempersiapkan prosedur-prosedur pengajaran; 4. Membantu guru untuk mengenal kebutuhan, harapan dan dorongan motivasi belajar siswa; 5. Mengurangi kegiatan pengajaran yang bersifat uji coba. b. Melaksanakan Pembelajaran Kegiatan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pembelajaran. Kegiatan terpenting dalam proses pembelajaran adalah menciptakan kondisi dan situasi dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasil guna. Selain itu kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa sehingga proses komunikasi baik dua arah maupun multi arah antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dapat berjalan secara demokratis. Gagne dan Bringgs, dalam Suparman, (2001:34) menyebutkan urutan langkahlangkah kegiatan instruksional sebagai berikut: (1) member motivasi dan menarik perhatian, (2) menjelaskan tujuan instruksional kepada siswa, (3) meningkatkan kompetensi prasyarat, (4) member stimulus (masalah, topik, konsep), (5) member petunjuk belajar, (6) menimbulkan penampilan siswa, (7) member umpan balik, (8) menilai penampilan, (9) menyimpulkan. Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Penjelasan kegiatan tatap muka adalah sebagai berikut:

Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari kegiatan penyampaian materi pelajaran, membimbing dan melatih peserta didik terkait dengan materi pelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan pembelajaran dalam kegiatan tatap muka, menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka antara lain berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari kegiatan tatap muka, kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi dengan menggunakan media antara lain video, modul mandiri, kegiata observasi/eksplorasi, kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan, Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah. Sebelum

pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan melakukan persiapan, antara lain pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi. c. Menilai (evaluasi pengajaran) Menurut Raffi (1995:114), evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Bukka (2005:76), evaluasi program adalah proses bertujuan untuk: (1) menentukan standar program, (2) menentukan apakah terdapat perbedaan antara beberapa aspek pelaksanaan program dan standar yang diberlakukan atas aspekaspek program, dan (3) menggunakan informasi tentang perbedaan tersebut, baik untuk mengubah pelaksanaan maupun untuk mengubah standar program.

Menurut Beeby (dalam Suke, 1991:96), evaluasi adalah pengumpulan dan penafsiran bukti-bukti, secara sitematis sebagai bagian dari proses, yang menjurus kepada pendugaan nilai dengan suatu telaah terhadap kegiatan yang ada. Evaluasi dari Beeby mempunyai empat komponen: evaluasi adalah system pengumpulan dan penafsiran fakta, petunjuk, sebagai suatu bagian dari proses pembuatan keputusan, nilai dengan pandangan dalam kegiatan. Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Melalui penilaian hasil

pembelajaran diperoleh informasi yang bermakna untuk meningkatkan proses pembelajaran berikutnya serta pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil

pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi dengan tatap muka seperti ulangan harian dan kegiatan menilai hasil belajar dalam waktu tertentu seperti ujian tengah semester dan akhir semester. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes. Penilaian nontes dapat berupa pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik atau produk jasa. 1) Penilaian dengan tes. Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ulangan harian, tengah semester, dan ujian akhir semester. Tes ini dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditentukan. Tes tertulis dan tes lisan dapat dilakukan untuk mengevaluasi hasil belajar di dalam kelas. Pengolahan hasil tes dilakukan di luar jadwal pelaksanaan tes.

2)

Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap. Pengamatan dan pengukuran sikap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, dilaksanakan oleh guru dengan tujuan untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis atau lisan. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dengan proses tatap muka, dan atau di luar kelas. Pengamatan dan pengukuran sikap yang dilaksanakan di luar kelas merupakan kegiatan di luar jadwal tatap muka.

3) Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya. Penilaian hasil karya peserta didik dalam bentuk tugas, proyek fisik atau produk jasa, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di luar jadwal tatap muka. Adakalanya dalam penilaian ini, guru harus menghadirkan peserta didik agar untuk menghindari kesalahan pemahaman dari guru, jika informasi dari peserta didik belum sempurna. d. Membimbing dan melatih peserta didik. Menurut Raffi (1995:75), membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam proses tatap muka, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler. 1) Bimbingan dan latihan pada proses tatap muka. Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. 2) Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler. Bimbingan dalam kegiatan intrakurikuler terdiri dari pembelajaran perbaikan (remedial teaching) dan pengayaan (enrichment) pada mata pelajaran yang diampu guru. Kegiatan pembelajaran perbaikan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum

menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam setiap pembelajaran. Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi yang ditentukan lebih cepat dari alokasi waktu yang ditetapkan dengan tujuan untuk memperluas atau memperkaya perbendaharaan kompetensi. Bimbingan dan latihan intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan dengan kebutuhan, tidak harus dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu. 3) Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain adalah: pramuka, olimpiade/lomba kompetensi siswa, olahraga, kesenian karya ilmiah remaja, kerohanian, paskibra, pecinta alam, palang merah remaja (PMR), jurnalistik, unit kesehatan sekolah (UKS), fotografi. e. Melaksanakan Tugas Tambahan. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket, kepala laboratorium, kepala perpustakaan.

Tugas tambahan guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan beban kerja (tugas tambahan guru) antara lain: 1. mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar berbagai mata pelajaran yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan pendidikan lain; 2. mengelola taman bacaan masyarakat (TBM); 3. menjadi tutor program Paket A, Paket B, Paket C, Paket C Kejuruan atau program pendidikan keaksaraan; 4. menjadi guru bina atau guru pamong pada sekolah terbuka; 5. menjadi pengelola kegiatan keagamaan; 6. mengelola Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; 7. sebagai guru inti/instruktur/tutor pada kegiatan Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG/MGMP); 8. membina kegiatan mandiri terstruktur dalam bentuk pemberian tugas kepada peserta didik; 9. membina kegiatan ektrakurikuler dalam bentuk kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka), Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa, Olahraga, Kesenian, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Kerohanian, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Pecinta Alam (PA), Palang Merah Remaja (PMR), Jurnalistik/Fotografi, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan

sebagainya; 10. membina pengembangan diri peserta didik dalam bentuk kegiatan pelayanan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, sikap, dan perilaku siswa dalam belajar serta kehidupan pribadi, sosial, dan pengembangan karir diri;

11. kegiatan lain yang berkaitan dengan pendidikan masyarakat dan dilakukan secara rutin dan berkelanjutan; 12. Kegiatan pembelajaran bertim (team teaching) dan/atau; 13. Kegiatan pembelajaran perbaikan (remedial teaching). Munasef (1983:23) mengatakan bahwa prestasi kerja adalah kemampuan seseorang dalam usaha mencapai hasil kerja yang lebih baik/lebih menonjol kearah tercapainya tujuan organisasi, sedangkan Moenir (1983) mendefinisikan kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja orang pada waktu atau ukuran tertentu. Kinerja adalah tingkat terhadap mana para guru mencapai persayaratan-persayaratan pekerjaan (Simamora, 1997:34). Kinerja guru adalah penampilan hasil kerja guru baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu suatu sekolah. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja seseorang. Penampilan hasil kerja tidak terbatas kepada orang yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan kerja atau kegiatan yang dilakukan orang di dalam tempat orang itu bekerja. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kinerja guru adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu sekolah atau kantor. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh kelompok dalam periode tertentu. Hal tersebut sesuai dengan konsep kinerja yang terbagi dalam 3 (tiga) bagian yakni: 1) kinerja individu, 2) kinerja kelompok, 3) kinerja organisasi (Simamora, 1997).

Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu: tujuan, ukuran, dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan setiap orang. Walaupun demikian,

penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seseorang telah mencapai kinerja yang telah diharapkan. Untuk setiap tugas dan jabatan orang memegang peranan penting. Aspek ketiga dari dari definisi kinerja adalah penilaian. Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap orang. Tindakan ini akan membuat orang untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional, dan penilaian mempunyai peran penting dalam meningkatkan

motivasi orang .Identifikasi yang akurat tentang penyebab-penyebab kinerja orang adalah sesuatu yang fundamental bagi pengawasan yang baik serta pembuatan keputusan yang lebih efektif dalam strategi-strategi yang baik terhadap perbaikan kinerja. Gibson (1994:71) berpendapat bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh orang sehubungan dengan posisinya .Sedangkan menurut Kast & Rosenzweig (2002:29), kinerja meliputi seluruh tujuan usaha bagi manajer tingkat bawah, kinerja adalah sasaran yang membantu pencapaian keseluruhan misi. Untuk setiap tugas manajemen adalah mencapai kinerja yang diukur dengan kriteria yang relevan. Kinerja setiap manajer dan setiap unit sangat ditentukan oleh status dalam jenjang lingkup tugas dan wewenangnya. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja

adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas. Secara umum ada tiga perangkat kriteria yang populer dalam mengevaluasi kinerja pegawai (guru) yaitu: (1) hasil tugas individual, (2) perilaku kerja, dan (3) ciri individu (Robbins, 1996). Untuk mengukur hasil tugas individual, maka yang dievaluasi adalah hasil tugas dari orang atau apa produk yang dihasilkan, bukan bagaimana caranya mencapai hasil tersebut. Pada umumnya hasil kerja pegawai dapat dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu berupa data atau informasi, jasa dan benda (Sujak, 1990:98), sedangkan evaluasi pengukuran hasil kerja, biasanya dilihat dari kuantitas dan kualitas item atau produk yang dihasilkan, serta banyaknya kesalahan atau tingkat kerusakan menurut Simamora, (1997:69). Kualitas atau mutu kerja yang dijalankan atau diukur dari ketepatan, keterampilan, ketelitian dan kerapihan hasil kerja, sementara kuantitas kerja disamping diukur dari jumlah keluaran, juga perlu dilihat seberapa cepat si guru dapat menyelesaikan tugas-tugas ekstra atau mendesak. Ukuran kinerja adalah ancangan yang memandang kinerja (efektivitas) berpusat pada satu kriteria evaluasi. Ukuran efektivitas multi dimensi mengembangkan model dengan berbagai kriteria berbeda secara serempak. Kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seseorang Guru akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara mengajar di dalam kelas.

Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Kinerja guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan di luar kelas dengan sebaik-baiknya. Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru pada dasarnya merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah. Dapat menggambarkan mengenai prestasi kerjanya dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki keahlian dan kwalifikasi tertentu sebagai guru. Kinerja Guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah khususnya dalam proses pembelajaran dalam konteks sekarang ini memerlukan pengembangan dan perubahan kearah yang lebih inovatif. Kinerja inovatif guru menjadi inovasi pendidikan dalam hal yang penting bagi berhasilnya rangka meningkatkan kualitas

implementasi

pendidikan/pembelajaran. Guru menerima pekerjaan sebagai pendidik, jika mempersiapkan diri dengan kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan yang dituntut oleh sekolah. Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kualitas kinerja guru

merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi keberhasilan proses

pendidikan di Sekolah. Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja guru untuk terus meningkat dan ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi apabila memperhatikan tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru. Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah thing done (sesuatu hasil yang telah dikerjakan). Jadi arti performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu sekolah, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Mangkunegara (2005:67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja seseorang berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang. Menurut Sulistiyani (2003:223) kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan menurut Rivai (2004:309), kinerja adalah: merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan guru sesuai dengan perannya di sekolah.

Sedangkan menurut Malayu (2005:34) mengemukakan bahwa; kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai kinerja di atas, penulis

berkesimpulan bahwa kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Dengan kata lain, kinerja adalah perumusan tujuan, terdapatnya kerja sama, sifatnya berkelanjutan, terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, staf administrasi, maupun peserta didiknya. Pidarta (Susanto, 2000:2) mengemukakan bahwa, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas kerja, (3) harapan-harapan, dan, (4) kepercayaan personalia sekolah. David . Mc Cleland (dalam Mangkunegara, 2001:68), berpendapat bahwa, Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Sedangkan Gibson (dalam Abdullah, 2008:43) mengemukakan tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu: (a) Faktor individu, terdiri dari; kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang; (b) Faktor psikologis, seperti; persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi

dan kepuasan kerja; dan,(c) Faktor organisasi, yaitu; struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Menurut Ilyas (2006:234), unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut: 1. Kesetiaan; adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab. 2. Prestasi kerja; adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. 3. Tanggung Jawab; adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. 4. Ketaatan; adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan, peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang. 5. Kejujuran; adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya. 6. Kerja sama; adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. 7. Prakarsa; adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan, dan 8. Kepemimpinan; adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan membimbing guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan hal di atas, ada beragam pandangan ilmuan yang dikemukakan mengenai kinerja atau prestasi. Secara etimologis, kinerja berasal dari kata performance yang berarti prestasi kerja, Sebagaimana dikemukakan Gibson,

Ivancevich, & Donnely (1994:20) yang mengatakan bahwa kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik dan kependidikakan sesuai dengan latar belakang ilmunya, guru dituntut dapat memahami siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan, melengkapi perangkat pembelajaran, melakukan evaluasi terhadap pembelajaran, dan membimbing serta mengarahkan siswa dalam pengembangan potensi diri dalam belajar untuk mencapai hasil belajar yang baik. Guru selaku salah satu komponen utama dan terpenting sekaligus sebagai anggota organisasi sekolah pada prinsipnya harus memiliki kinerja yang baik dalam rangka mendukung dan melaksanakan kegiatan pembelajaran pengajaran terhadap anak didiknya. B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Guru

Umumnya setiap program yang dilaksanakan di sekolah menghadapi sejumlah masalah seperti daya dukung stake holder yang rendah, baik dari sisi pelaksanaan dan alokasi anggaran yang terbatas, dan tidak merata dan menyeluruhnya pelaksanaan program sehingga berakibat pada rendahnya partisipasi aktif seluruh komponen sekolah seperti guru dan staf, yang kemudian dapat dikatakan sebagai faktor penghambat keberhasilan suatu kinerja. Namun demikian, potensi sumber daya manusia seluruh komponen sekolah merupakan kekuatan/pendukung yang dapat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan bila mana kepala sekolah sebagai pemimpin jeli terhadap hal tersebut.

Penghambat Kinerja Guru

Ada beberapa komponen pokok yang perlu diperhatikan sehingga kehidupan organisasi sekolah dapat berjalan dinamis dan efektif. Komponen itu dapat menjadi kendala pada setiap organisasi, apapun dan dimanapun, yaitu: a. Sumber daya manusia Sumber daya manusia merupakan komponen utama dari organisasi yang dapat berpengaruh terhadap keefektifan organisasi baik pimpinan tingkat atas, pimpinan tingkat menengah, pimpinan tingkat bawah maupun tenaga professional. Keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam organisasi memang sangat menentukan efektif atau tidak efektifnya suatu organisasi. Tingkat kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada pendidikan formal, pendidikan professional, keterampilan, dan kesesuaian latar belakang dengan pekerjaannya. b. Dana Dana adalah faktor yang sangat penting bahkan menentukan di dalam setiap proses pencapaian tujuan organisasi. Setiap program atau kegiatan baik rutin maupun insidentil, baik berskala besar maupun skala kecil, semua itu tidak akan terlaksana tanpa adanya persediaan dana atau biaya yang cukup. Ketidakefektifan organisasi yang terjadi pada komponen-komponen sumber dana sangat cepat untuk diketahui, seperti biaya operasional, baik biaya tenaga kerja berupa gaji maupun biaya material. c. Sarana dan prasarana pendukung proses belajar mengajar Tersedianya sumber daya manusia yang handal tanpa didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan menjadi salah satu penghambat jalannya proses kerja dalam suatu organisasi. Sarana dan prasarana yang

baik akan mendukung efektifitas jalannya kegiatan dalam suatu organisasi, sehingga akan meningkatkan kinerja guru. 2. Faktor Pendukung Kinerja Guru Thoha (2002:54) mengemukakan bahwa faktor pendukung kinerja disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor individu (interinsik) berupa, kebutuhan, pengalaman, penghargaan, motivasi dan sebagainya dan faktor lingkungan organisasi (ekstrensik). a. Faktor interinsik; adalah suatu faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang bersangkutan, seperti motivasi, partisipasi, prestasi kerja. Faktor ini bukan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk dorongan moril dari dalam diri. 1) Motivasi Motivasi adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukankegiatan-kegiatan tertentu, guna mencapai suatu tujuan. Motivasi kerja adalah sesuatu menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi pengajar berperan menumbuhkan gairah, rasa senang dan semangat mengajar. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. 2) Partisipasi Partisipasi merupakan keterliban diri seseorang dalam suatu kegiatan termasuk kerjasama yang terbangun dengan interpersonal dalam mencapai tujuan tertentu. 3) Prestasi kerja Dapat menimbulkan sikap positif yang selalu ingin melakukan pekerjaan dengan sukses. Prestasi kerja dapat meningkatkan motivasi yang bersangkutan.

b. Faktor ektrensif; adalah faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan. Faktor ekstrensif ini dapat berupa: 1) Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. 2) Kompensasi/Imbalan Imbalan merupakan kompensasi yang diterimanya atas jasa yang diberikan kepada organisasi. Masalah imbalan dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh manajemen suatu organisasi. Kepentingan para pekerja harus mendapat perhatian dalam arti bahwa kompensasi yang diterimanya atas jasa yang diberikan kepada organisasi harus memungkinkannya, mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai insan yang terhormat. Tegasnya kompensasi tersebut

memungkinkan mempertahankan taraf hidup yang wajar dan layak serta hudup mandiri tanpa menggantungkan pemenuhan berbagai jenis kebutuhannya pada orang lain. Sistem imbalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan memperkerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi.

Menurut Tenner (2008:1) elemen-elemen pendukung untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan, yaitu elemen sumber daya menusia, dan non sumber daya manusia. 1. Sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah orang-orang yang terlibat atau terkait dengan penerapan sistem, mulai dari unsur pimpinan sampai dengan seluruh para pekerja atau bawahan. Keberhasilan lembaga pendidikan mencapai prestasi juga ditentukan oleh mereka dan sebagai penggerak utamanya adalah pemimpin dengan segala aspek kepemimpinannya. 2. Sumber daya non manusia. Sumber daya non manusia juga menjadi faktor penentu organisasi dalam mencapai keberhasilan di bidang kualitas. Sumber daya manusia yang dimaksudkan berupa sarana dan prasarana yang digunakan oleh sumber daya manusia yang ada dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui penggunaan sarana dan prasarana yang ada, semua aktivitas organisasi dapat tertopang secara lebih optimal. Selain itu, pemahaman terhadap kinerja kerja dapat pula difokuskan pada beberapa karakteristiknya. Beberapa karakteristik dalam kinerja guru adalah didalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, memiliki komitmen jangka panjang, memerlukan kerjasama tim, memperbaiki proses secara berkelanjutan,

menyelenggarakan pendidikan kedepan. C. Kerangka konsep Kinerja guru akan mendapatkan hasil yang optimal, apabila diciptakan dan dikerjakan secara baik dan bersama-sama dengan komponen yang ada didalam sekolah. Baik bersama dengan kepala sekolah dan guru-guru serta dalam pengadaan sarana dan prasarana kerja yang selalu dapat memadai. Kepemimpinan yang efektif dapat tercipta apabila kepala sekolah juga dapat memiliki sifat, perilaku dan keterampilan yang baik untuk dapat memimpin sebuah organisasi sekolah. Apabila sekolah dapat menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana walaupun secara pelan-pelan, agar guru dapat bekerja dengan baik dan secara bertanggung jawab.

Kinerja guru yang dilakukan didalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik harus dapat memiliki kompetensi intelektual yang merupakan perangkat pengetahuan didalam setiap diri individu seorang guru. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas dan kuantitas dari hasil pendidikan yang didapatkan oleh siswa, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya di lembaga pendidikan sekolah. Namun kenyataan yang diperoleh bahwa kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, guru lebih mempunyai semangat dalam mengajar, apabila kepala sekolah memperhatikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru tanpa ada beban lain, otoritas dan tanggung jawabnya sebagai guru harus mempunyai tambahan insentif sebagai penghasilan tambahan, disiplin dalam arti ketepatan didalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik dan harus disesuaikan waktu dan tata tertib yang berlaku pada sekolah ini, serta masalah inisiatif atau dukungan dari kepala sekolah baik dari pemimpin itu sendiri, maupun dari sesama rekan guru lainnya dan yang paling penting adalah kelengkapan didalam proses belajar mengajar yaitu sarana dan prasarana sebagai kebutuhan utama didalam proses belajar mengajar didalam kelas. Sebab tanpa hasil yang yang dicapai terhadap keberhasilan seorang peserta didik, maka tidak akan mungkin dapat berkembang dan berubah sesuai dengan

pengalaman berdasarkan minat dan kebutuhan yang ingin dicapainya menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini yang tumbuh dengan pesatnya, sehingga

membawa akibat dan perilaku dalam berbagai kehidupan manusia itu sendiri. Hal terpenting dalam penilaian kinerja guru adalah penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran, antara lain: a) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pengajaran, c) melaksanakan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, dan d) melakukan tindakan reflektif terhadap pembelajaran. Kerangka konsep penelitian dapat disederhanakan dalam skema sebagai berikut:

Gambar 1. Skema kerangka konsep

BAB III METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian dijelaskan secara berurutan, yaitu jenis dan lokasi penelitian, fokus dan desain penelitian, deskripsi fokus penelitian, informan, sumber data, dan tehnik pengumpulan data, tehnik pengabsahan data serta tehnik analisis data. A. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat kualitatif karena

bertujuan untuk mencari data dengan berinteraksi secara simbolik dengan informan atau subyek yang diteliti terkait dengan kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu beserta faktor yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu berada di Jalan Sungai Paremang, Desa Pammanu, Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. B. Fokus dan Desain Penelitian 1. Fokus penelitian Penelitian ini memfokuskan pada kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa ditinjau dari indikator guru mencakup kegiatan pokok yaitu: 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai hasil pembelajaran, 4) membimbing dan melatih peserta didik, 5) serta melaksanakan tugas tambahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa. 2. Desain penelitian

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

deskriptif

yang

bertujuan

untuk

menggambarkan kinerja guru dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa. C. Deskripsi Fokus Penelitian Untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang focus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan defenisi operasional sebagai berikut: 1. Kinerja adalah proses dan hasil kerja guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam kedudukannya sebagai anggota organisasi sekolah di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, dengan indikator mencakup kegiatan pokok guru yaitu: 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai hasil pembelajaran, 4) membimbing dan melatih peserta didik, 5) serta melaksanakan tugas tambahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. 2. Faktor faktor penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu adalah aspek yang dapat menghambat serta aspek yang dapat

membantu kelancaran dan terlaksananya tugas dan funsi pokok guru di sekolah D. Informan Dalam penelitian ini informan yang diambil secara purposive pengetahuan yang cukup luas serta memiliki

mampu menjelaskan keadaan sebenarnya

tentang obyek penelitian. Informan adalah orang yang berada pada tempat penelitian, artinya orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi masalah penelitian. Data yang dikumpulkan dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu: 1. Data primer, adalah informasi utama dari para nara sumber yang dianggap berkompeten dan dianggap memiliki otoritas dan pengetahuan terhadap

penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 2 Belopa dengan cara pengamatan langsung, dan wawancara dengan informan sebanyak 8 orang guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. 2. Data sekunder, yaitu informasi atau data yang diperoleh melalui laporan-laporan serta berbagai dokumen yang relevan untuk mendukung kajian teoritis dan kerangka konsep penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data Tenik pengumpulan data yang digunakan antara lain sebagai berikut: 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengungkap fenomena gambaran kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa yang dilakukan dengan mengunjungi sekolah yang menjadi

sasaran penelitian dan mengamati kondisi sekolah (sarana dan prasarana) 2. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab secara langsung dengan responden atau

informan untuk memberikan data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara dilakukan dengan terbuka dan tidak terstruktur. Hal ini berarti bahwa peneliti dapat bebas melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten. Proses wawancara dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pelaksanaan wawancara diawali dengan menanyakan terlebih dahulu kesiapan informan untuk melakukan wawancara. b. Peneliti menyatakan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, dengan memperlihatkan salinan dan konsep proposal penelitian.

c. Meminta kesediaan waktu dan tempat kepada sumber data untuk kepentingan wawancara. d. Merekam informasi lisan yang diberikan sumber data atas item pertanyaan yang diajukan dalam sesi wawancara. Wawancara kepada informan dilakukan pada waktu pagi hingga sore hari (08.00 15.00 WITA) dengan pertimbangan informan mudah ditemui pada jam pelajaran sekolah. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data berupa dokumen atau informasi yang cukup signifikan dalam penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh, memperkuat dan mengkonfirmasi data yang di dapat melalui observasi dan wawancara. Data dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti berupa foto-foto kegiatan maupun dokumen-dokumen untuk mendukung analisis kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti umumnya mengikuti proses perencanaan yaitu merencanakan lamanya penelitian, waktu, biaya dan sasaran penelitian. Proses berikutnya, melaksanakan pengumpulan data yaitu melakukan wawancara dan dokumentasi sesuai sasaran penelitian yang disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan. Proses berikutnya adalah pengolahan data dan selanjutnya menarik kesimpulan. F. Teknik Pengabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan menggunakan tehnik triangulasi . Menurut Moleong dalam Iskandar (2008:230) bahwa penelitian yang

menggunakan tehnik triangulasi dalam pemeriksaan melalui sumbernya artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan sumber informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Untu itu perlu diadakan pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara: 1. membandingkan data hasil pegamatan dengan hasil pengamatan. 2. membandingkan apa yang diadakan oleh seseorang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3. membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain; 5. membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. G.Teknik Analisis Data Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dimana data dan informasi diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif, dengan titik berat pada penjelasan hubungan kausalitas antara variabel indikator, tehnik analisis data yang dilakukan meliputi: (1) reduksi data, berarti merangkum, memilihdan memfokusan pada hal-hal penting, sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. (2) penyajian data, setelah proses reduksi data selanjutnya data diolah lagi dengan menyusun atau menyajikannya yang sesuai dengan keadaan data, (3) verifikasi data, pemeriksaan tentang kebenaran laporan/pernyataan

responden,

dan

penarikan

kesimpulan,

dari

proses

penyajian

data,

peneliti

menghasilkan pemahaman dan pengertian yang mendalam tentang keseluruhan data yang diolah. Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dan secara teknis penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan analisis kinerja Guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 2 Belopa beralamat di Jalan Sungai Paremang Desa Pammanu, Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan. Berdiri di atas lahan seluas 8715 M2, dan dengan luas bangunan 576 M2. Dari segi sarana dan prasarana, SMA Negeri 2 Belopa memiliki 15 Ruang Kelas Belajar (RKB) dengan

kondisi 5 diantaranya dalam keadaan rusak sehingga dibutuhkan upaya renovasi. Saat ini SMA Negeri 2 Belopa di pimpin oleh Bapak Drs. Munawar, M.Pd. Pada tahun pelajaran 2009-2010 jumlah siswa yang ditampung sebanyak 818 orang terdiri atas 21 rombongan belajar. Sebagai salah satu sekolah yang tergolong baru, SMA Negeri 2 Belopa dalam menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki visi; menjadikan SMA Negeri 2 Belopa sebagai sekolah yang bermutu, berkualitas, berdisiplin dan menciptakan generasi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan misinya adalah; meningkatkan prestasi dalam IPTEK dan IMTAQ, membentuk siswa menjadi generasi yang handal, meningkatkan semangat prestasi kerja yang dilandasi dengan kekeluargaan, dan keteladanan, mengarahkan siswa menjadi generasi mandiri, memiliki sikap gotong royong, saling menghormati, santun kepada orang tua, keluarga serta cinta tanah air. Oleh karena itu, pengembangan kelembagaan organisasi sekolah diorientasikan pada efisiensi dan efektivitas, yaitu: 1. Efisiensi dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada konsep minimaks (masukan minimum dan keluaran maksimum). 2. Efektivitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Berdasarkan dengan kinerja guru, maka SMA Negeri 2 Belopa mempunyai tujuan sekolah yaitu 1. Memiliki prestasi yang handal sehingga tingkat kelulusan siswa mampu menembus PTN 2. Mewujudkan manusia yang memiliki IQ, EQ, dan SQ, yang selaras dan seimbang. 3. Menumbuhkan sikap kreatif, onovatif dan dan bertanggung jawab serta memiliki jiwa kemandirian. Sekaitan dengan itu, tujuan sekolah SMA Negeri 2 Belopa dibagi dalam dua garis besar yaitu: 1. Tujuan Jangka Menengah. a) Penataan taman sekolah secara profesional dan kondusif bagi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. b) Meningkatkan prestasi belajar siswa . c) Meningkatkan kemampuan siswa untuk bersaing dengan sekolah lain baik tingkat Kabupaten, Propinsi maupun Nasioal. 2. Tujuan Jangka Panjang a) Menjadikan SMA Negeri 2 Belopa sebagai sekolah favorit atau unggulan. b) Menjadikan SMA Negeri 2 Belopa mampu bersaing dengan alumni SMA lainnya di tanah air pada SPMB baik Propinsi maupun Nasional. Adapun sasaran kebutuhan sekolah meliputi : 1. Aspek peningkatan manajemen sekolah a) Menjalin kerja sama dalam pengembangan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dengan semua komponen yang terkait.

b) Menyusun program kerja pengembangan manajemen dan melaksanakan program pengawasan dan pengendalian. c) Memajukan sekolah agar supaya handal dan profespional dengan mengutamakan nilai kejujuran,fleksibel,produktivitas, kretif dan inovatif 2. Aspek peningkatan manajemen sekolah a) Menjalin kerja sama dalam pengembangan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dengan semua komponen yang terkait. b) Menyusun program kerja pengembangan manajemen dan melaksanakan program pengawasan dan pengendalian. profespional dengan mengutamakan

c) Memajukan sekolah agar supaya handal dan

nilai kejujuran,fleksibel, produktivitas, kreatif dan inovatif 3. Aspek pengembangan kurikulum a) Materi pelajaran harus mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. b) Materi pembelajaran harus mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. c) Pengembangan alat bantu pembelajaran. d) Materi pembelajaran tidak dari satu sumber saja. e) Penetapan waktu pembelajaran harus ditetapkan berdasarkan pengalaman

penggunaan jam pembelajaran untuk mencapai suatu kemampuan dasar. f) Melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. g) Melakukan pembinaan olah raga kepada siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. 4. Aspek sistem pengujian a) Pengujian secara berkelanjutan

b) Pengujian harus mengacu pada kelangsungan proses mulai dari penentuan indikator sampai analisis hasil ujian c) Penilaian harus dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan memperhatikan keutuhan kompetensi yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 5. Aspek Pembinaan Kesiswaan a) b) c) Peningkatan keterampilan di bidang teknologi informatika, Pengembangan kegiatan ekstra kurikuler. Peningkatan perluasan wawasan di bidang bahasa asing d) Peningkatan pembinaan dan latihan dasar kepemimpinan organisasi siswa. 6. Aspek Pengembangan Sarana / Prasarana a) b) c) Peningkatan pemberdayaan ruang praktek dan teori Pemberdayaan ruang pengelolaan dan administrasi kurikulum Pengembangan multi media soffware pembelajaran

7. Aspek Pengembangan Ketenagaan a) Peningkatan kualitas tenaga pendidikan melalui MGMP b) Mengadakan study banding c) Mengadakan kerja sama dengan tim pengembangan kurikulum, tingkat propinsi untuk mengadakan Diklat /sosialisasi Berdasarkan uraian di atas, maka penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 2 Belopa sejalan/relevan dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003.

B. Kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa kabupaten Luwu

Penilain terhadap kinerja guru sangat diperlukan untuk mengukur sejauhmana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sekolah secara umum, dan keterlaksanaan tugas pokok, peran dan fungsi guru di sekolah, dalam hal ini pelaksanaan proses pembelajaran kepada anak didik. Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Penilaian kinerja guru sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi: 1) merencanakan pembelajaran, 2) pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi

pembelajaran, 4) membimbing siswa, dan 5) pelaksanaan tugas tambahan. Untuk mengetahui tentang kinerja guru tersebut, lebih jauh akan dideskripsikan sebagai berikut: 1. Merencanakan pembelajaran Perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran adalah proses dalam membuat persiapan

pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakukan persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran yang dilakukan hendaknya dilakukan guru menurut Diknas (2004:38) meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). 2. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah pembelajaran berakhir; 3. Menentukan pemetaan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ditentukan yang bertujuan untuk mengoperasionalkan program kerja pengajaran; 4. Mengorganisir pokok-pokok materi sesuai dengan kompetensi yang akan disajikan; 5. Melakukan pengalokasian waktu; penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan kompetensi dasar, keluasan, tingkat kesulitan. 6. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai (ceramah, presentase power point, penugasan, diskusi ); 7. Merencanakan prosedur pembelajaran 8. Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (bahan) yang akan dijadikan acuan. 9. Menentukan sumber belajar yang sesuai (buku, modul, surat kabar, program komputer); 10. Menentukan tehnik penilaian yang sesuai. Secara umum perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada SMA Negeri 2 Belopa cukup baik, hal ini dikarenakan setiap permulaan tahun ajaran baru, wakil kepala sekolah bagian kurikulum membagikan kalender akademik kepada seluruh guru mata pelajaran sehingga perencanaan pelaksanaan pengajaran dapat disusun sebelum memasuki proses belajar mengajar di kelas.

Terkait dengan perencanaan pembelajaran tersebut dan sesuai hasil wawancara dengan beberapa orang guru, informasi yang diperoleh yaitu: Perencanaan pembelajaran yang saya laksanakan adalah dengan menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk RPP yang merupakan penjabaran dari silabus mata pelajaran yang ajarkan. (Herawati, Senin 22 November 2010). Setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam silabus selanjutnya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kelas/siswa, sehingga pembelajaran yang terlaksana tidak menyulitkan siswa, mudah dipahami, dan prestasi belajar siswa meningkat

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh guru. Olehnya itu perencanaan pembelajaran sangat penting disiapkan sebelum melakukan aktivitas pembelajaran di kelas. (Wahyuddin, Senin 22 November 2010). Senada dengan informasi di atas, Enny Rahman, Luther Lamba dan Rosita Annas menegaskan bahwa: Perencanaan pembelajaran harus dilakukan sebelum memasuki kelas. Perencanaan tersebut berupa kelengkapan perangkat pembelajaran, yaitu silabus dan RPP. Skenario pembelajaran harus dituangkan dengan baik dalam RPP agar arah pembelajaran menjadi jelas, dan tujuannya dapat tercapai. (Enny Rahman, Senin 22 November 2010). Rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi sebagai acuan untuk

melaksanakan proses blajar mengajar di kelas agar lebih efektif dan efisien. Adanya dukungan dari kepala sekolah untuk menyediakan sarana pendukung terutama dalam pembiayaan, baik dalam penyusunan maupun dalam hal penggandaan perangkat pembelajaran secara maksimal sehingga guru termotivasi dalam membuatperencanan perangkat pembelajaran. (Luther Lamba, Senin 22 November 2010)

Dukungan dalam bentuk moril dan materi dari komponen-komponen pendidikan banyak memberikan kontribusi epada guru dalam melakukan perencanaan

pembelajaran yang baik sehingga dapat menunjuang tugas-tugas pokok guru. Perencanaan pembelajaran berupa penyiapan program semester, tahunan, silabus, pembagian alokasi waktu efektif, dan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) wajib disiapkan oleh setiap guru mata pelajaran sebelum memasuki ruang belajar. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya ketidak tercapaian semua kompetensi yang ada setiap semester. (Rosita Annas,Senin 22 November 2010) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus disiapkan oleh seorang guru karena merupakan bagian dari perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Muhajir, Munjiah Lata, dan Sukmawati mengemukakan bahwa: Kepala sekolah terkadang melakukan pemeriksaan kepada masing-masing guru untuk melaksakan tugas yang diembannya dalam mengajar, sehingga ada kesadaran untuk melaksanakan tugas dengan baik. (Muhajir, Senin 22 November 2010). Adanya pelaksanaan fungsi kontroling dari kepalah sekolah terhadap perangkat-perangkat pembelajaran guru menjadikan seorang guru termotivasi

menyiapkannya sebelum diberikan teguran atau sangsi dari atasan. Perencanaan pembelajaran dibuat sebelum melaksanakan pembelajaran untuk menghindari kegiatan proses belajar (PBM) berlangsung tanpa acuan yang jelas sehingga kompetensi yang seharusnya dicapai terbengkalai. (Munjiah Lata, Senin 22 November 2010) Perencanaan pembelajaran bagi seorang guru khususnya bagi guru yang telah menikmati tunjangan sertifikasi hukumnya wajib karena terkait dengan tuntutan profesionalisme. (Sukmawati, Senin, 22 November 2010) Berdasarkan beberapa informasi guru di atas, perencanaan pembelajaran mutlak dilakukan guru, sehingga arah kegiatan pembelajaran jelas. Skenario pembelajaran harus dibuat dan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) atas dasar dasar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus mata pelajaran. Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdiri atas: a) Identitas Silabus b) Standar Kompetensi (SK), c) Kompetensi Dasar (KD), d) materi

pembelajaran, e) kegiatan pembelajaran, f) indikator, g) alokasi waktu, dan h) sumber pembelajaran. Lebih lanjut, perencanaan pembelajaran atau RPP merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari silabus, ditandai oleh adanya komponenkomponen: a) identitas RPP, b) stndar kompetensi (SK), c) Kompetensi Dasar (KD), d) indikator, e) tujuan pembelajaran, f) materi pembelajaran, g) metode pembelajaran, h) langkah-langkah kegiatan, i) sumber pembelajaran, dan j) penilaian. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah perencanaan pembelajaran merupakan aspek mendasar dalam keterlaksanaan proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Melaksanakan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa, dan disinilah inti penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pembelajaran dapat berjalan baik jika skenario pembelajaran telah disusun guru dalam bentuk RPP, dan sebagai inti penyelenggaraan pendidikan di sekolah pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran merupakan komponen yang harus dipahami guru. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab guru yang secara ptimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu dilakukan dengan melakukan langkah-langkah instruksional sebagai berikut: 1. Tahap pendahuluan/membuka pembelajaran; yang dilakukan dalam tahap ini adalah: memberikan motivasi dan menarik perhatian, menjelaskan tujuan instruksional kepada siswa serta manfaat materi dalam kehidupan siswa, meningkatkan kompetensi prasyarat 2. Tahap penyajian materi/pelaksanaan pembelajaran; tahap ini menjelaskan proses

penyajian materi pelajaran yang akan diikuti oleh guru. Proses ini terdiri atas: uraian materi dengan menggunakan media yang dianggap sesuai, pemberian contoh untuk uraian praktis dan nyata dalam kehidupan, latihan yang berisi tentang upaya mencari tahu sampai sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang akan disajikan serta umpan balik, menilai penampilan/performance siswa dan menyimpulkan materi. 3. Tahap menutup pembelajaran, tahap ini mengakhiri pembelajaran yang meliputi: merangkum materi sajian, latihan , penugasan, pertemuan berikutnya, dan lain-lain. Kinerja guru terkait aspek pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dapat diketahui dari informasi wawancara peneliti kepada beberapa orang guru (informan) sebagai berikut: Pelaksanaan pembelajaran sangat terkait dengan perencanaan pembelajaran yang di susun sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah melaksanakannya di dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mengarahkan siswa memiliki segenap pengetahuan terhadap mata pelajaran yang saya ajarkan, sehingga siswa memiliki prestasi belajar yang bagus (Herawati, Senin 22 November 2010). penyampaian kompetensi pada

Kegiatan

pembelajaran

dirancang

untuk

memberikan

pengalaman

pembelajaran yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan pada perencanaan pembelajaran (Wahyudi, Senin 22 November 2010) Berdasarkan kedua informasi tersebut, disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam PBM harus direncanakan dengan baik agar pembelajaran tersebut berlangsung dengan baik dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Sementara itu, Enny Rahman, Luther Lamba mengemukakan: Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat. Karena dengan menggunakan metode yang tepat, siswa akan senang mengikuti pelajaran (Enny Rahman, Senin 22 November 2010). Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu guru dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik tidak bosan mengikuti aktivitas pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur dan tidak terstruktur (baik tugas individu maupun kelompok) untuk mencapai kompetensi yang dibahas pada pertemuan tersebut. (Luther Lamba, Senin 22 November 2010). Sedangkan, Rosita Annas, Muhajir, Munjiah lata dan Sukmawati lebih jelas menyatakan: Kegiatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga macam kegiatan instruksional yakni kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang masingmasing harus di lakukan pembagian alokasi waktu yang proporsional supaya kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan efektif. (Muhajir, Senin 22 November 2010)

Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional yang memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi (Munjiah Lata, Senin 22 November 2010) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang guru secara berurutan mulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti sampai kegiatan penutup untuk mencapai kompetensi yang telah ditentuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru harus mengetahui komponenkomponen yang akan dilakukan yang menunjang pelaksanaan pembelajaran berupa:1) pengelolaan kelas, guru harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan kepada siswa, 2) media dan sumber belajar. menggunakan media yang tepat diperlukan karena keberadaan media membantu memperjelas materi yang diajarkan, sedangkan sumber buku pelajaran yang digunakan hendaknya bervariasi sehingga pengadaannya juga mampu dilakukan oleh siswa, 3) metode/teknik. Metode menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan untuk menghindari kejenuhan belajar siswa. (Rosita Annas, Senin 22 November 2010). Guru sebagai pengelola kelas hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupaan aspek lingkungan yang harus diatur, diawasi, agar kegiatan pembelajaran dapat terarah pada tujuan-tujuan pendidikan. Penggunaan media pembelajaran, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Sedangkan pemilihan metode pembelajaran diupayakan menyenangkan bagi siswa sehingga kejenuhan dalam belajar terhindarkan. Kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, tugas mandiri tidak berstruktur serta harus sesuai dengan konsep materi pembelajaran (Sukmawati,, Senin 22 November 2010) Berdasarkan pelaksanaan beberapa informasi baik di dapat atas, dapat disimpulkan dari bahwa

pembelajaran

yang

diindikasikan

perencanaan

pembelajaran yang disusun sebelumnya, sedangkan komponen-komponen utama yang

harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran terdiri atas tiga aspek, yaitu pengelolaan pembelajaran secara interaktif, penggunaan dan pemanfaat media dan sumber belajar untuk kemudahan belajar siswa, serta pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran secara tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Dengan mengetahui komponen-komponen dasar pelaksanaan pembelajaran tersebut, diharapkan guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, terarah, terstruktur sesuai dengan langlah-langkah dan alokasi waktu yang direncanakan. Dampak yang diharapkan dari kondisi tersebut adalah terciptanya proses pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. a) Pengelolaan kelas Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa. Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/setting tempat duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang produktif. Komponen-komponen dalam

mengelola kelas adalah sebagai berikut: 1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement). 2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan strategi: (a) Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis (b) Guru menggunakan

pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok (c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Di samping dua jenis keterampilan di atas, hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah menghindari campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan,

penyimpangan, dan sikap yang terlalu membingungkan. b) Penggunaan media dan sumber belajar Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual, termasuk mengembangkan media dan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan belajar anak didik.

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran (Ibrahim dan Syaodih, 1993: 78) Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-buku/ sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya. Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya. Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. c) Penggunaan metode pembelajaran Guru mampu menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Ketepatan pemilihan dan penggunaan metode dapat mencapai output belajar yang maksimal. Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan

menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan Syaodih (1993:74) Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai. Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa. 3. Menilai hasil pembelajaran Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya. Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa

jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan. Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kemapuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Terkait dengan penilaian pembelajaran yang dilaksakan guru di SMA Negeri 2 Belopa, hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang guru (informan) sebagai berikut, yaitu: Hubungan antara belajar dan penilaian adalah kuat, siswa akan belajar lebih giat apabila ada penilaian yang merupakan suatu bagian internal dari pengajaran (Herawati, Selasa 23 November 2010) Kegiatan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan sudah tercapai atau belum, apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut aan dapat dijawab melalui penilaian, sehingga antara kegiatan belajar dengan penilai memiliki hubungan yang kuat. Penilaian di kelas meliputi semua proses dan media yang digunakan oleh guru untuk membuat keputusan tentang kemajuan siswa dalam suatu proses yang sistematis termasuk didalamnya pengamatan hasil belajar baik yang diselesaikan di dalam maupun di luar kelas serta jawaban-jawaban siswa atas pertanyaan dalam pembelajaran (Wahyudi, Selasa 23 November 2010). Evaluasi dapat dikemukakan sebagai suatu proses sistematis dari menentukan tingkat tujuan bahan pelajaran yang diterima oleh siswa. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu

proses yang sistematis untuk mengumpulkan dan menginterprestasikan informasi tentang pencapaian pembelajaran guna menentukan nilai. Penilaian pembelajaran harus dilakukan seobyektif mungkin, yang dapat dilakukan melalui pemenuhan tugas-tugas belajar yang diberikan. Keaktifan, kehadiran, sikap dan perilaku siswa secara keseluruhan merupakan acuan penilaian yang obyektif, meliputi penilaian aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotorik. Sedangkan alat penilaian yang digunakan adalah KKM sebagaimana dijabarkan dalam kurikulum (Enny Rahman, Selasa 23 November 2010). Penilaian pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa proyek, portopolio dan penilaian diri. Penilaian ketuntasan tiap kompetensi dilakukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. Apabila belum memenuhi standar tersebut, maka harus dilakukan pengayaan ataupun remedial dalam kegiatan belajar hingga memperoleh standar KKM tersebut (Luther Lamba, Selasa 23 November 2010) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tinda lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan program pengayaan (remedial) bagi peserta didik yang belum memenuhi KKM. Sementara Rosita Annas dan Muhajir menyatakan sebagai berikut: Penilaian pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagaimana diatur dalam kurikulum KTSP. Siswa yang belum memenuhi KKM diberikan kegiatan remedial, ataupun tugas-tugas individu yang setara dengan nilai kegiatan remedial tersebut. Penilaian yang dilakukan pada dasarnya terintegrasi dalam aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik (Rosita Annas, Selasa 23 November 2010). Penilaian menggunakan acuan criteria (KKM) yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang dalam kelompok. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data hasil belajar siswa yang dilakukan dalam satu semester secara

berkesinambungan sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan (Muhajir, Selasa 23 November 2010) Penilaian pencapaian kompetensi dilakukan berdasarkan indicator yang

dilakukan untuk mendapatan suatu keputusan tentang hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna. Senada dengan informasi di atas, Mujiah Lata dan Sukmawati menegaskan sebagai berikut: KKM merupakan acuan yang harus digunakan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran. Namun, pencapaian KKM sangat dipengaruhi metode pembelajaran yang digunakan guru. Biasanya yang umum terjadi adalah hasil belajar siswa tidak mencapai KKM akibat dari metode pembelajaran yang tidak tepat bahkan salah. Pembelajaran secara klasikal yang selama ini digunakan sudah seharusnya dirubah, dengan harapan hasil belajar siswa meningkat pula (Munjiah Lata, 23 November 2010). Untuk menilai hasil-hasil pembelajaran diperlukan suatu acuan yang dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan setiap awal tahun pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk persentase berkisar antara 0-100. Dalam pencapaian KKM, penentuan metode pembelajaran sangat mempengaruhi kelancaran pencapaian penilaian yang didasarkan pada tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indicator dan kemampuan sumber daya pendukung. Bentuk penilaian/evaluasi yang sering kami laksanakan dalam pembelajaran berupa tagihan (kuis, tugas individu/kelompok, ujian pratek, laporan kerja praktek), pengamatan kinerja siswa, dan pengukuran sikap, penilaian hasil karya dengan tetap mengacuh pada KKM masing-masing mata pelajaran (Sukmawati, Selasa 23 November 2010). Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penilaian pembelajaran

dilaksanakan pada SMA Negeri 2 Belopa dilakukan berdasarkan obyektivitas atas dasar keterpenuhan kriteria-kriteria penilaian yang ditetapkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal setiap mata pelajaran. Untuk melaksanakan penilaian tersebut, guru

menggunakan pendekatan PAN dan PAP. Guru dapat menentukan alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan. Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam benar/ salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya ditujukan untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, keterampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya. Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, karena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain yang harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar, yaitu: a) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelajaran, melainkan cukup memberikan kegiatan remedial bagi siswa-siswa yang bersangkutan. b) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh sebagian besar siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembelajaran, khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami. Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan pengembangan pembelajaran dapat dijadikan

indikasi kemampuan guru dalam pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatankegiatan tersebut meliputi: (1) Kegiatan remedial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa (2) Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program semesteran maupun program satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan. 4. Membimbing dan melatih Dalam melakukan kegiatan jenis ini guru harus mengetahui betul potensi anak didik, karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan strategi PBM yang sinerjik dengan potensi anak didik. Faktor the how memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan potensi anak didik, hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menjadi manusia seutuhnya yang akan mampu membangun dirinya dan masyarakat lingkungannya. Berkenaan dengan ungkapan di atas, maka tugas membimbing dan melatih siswa erat kaitannya dengan tugas dan peran guru sebagaimana dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan sistem pendidikan nasional. Jenis-jenis layanan bimbingan pada SMANegeri 2 Belopa yaitu: 1. Bimbingan Pribadi, pelayanan bimbingan pribadi membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap, mandiri serta sehat jasmani dan rohani. 2. Bimbingan sosial, pelayanan bimbingan mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggungjwab kemasyarakatan dan

kenegaraan,

misalnya

pemantapan

kemampuan

berkomunikasi,

berpendapat,

bertingkah laku dan sebagainya. 3. Bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dalam pengembangan sikap dan pegetahuan serta keterampilan. 4. Bimbingan karier, pelayanan bimbingan untuk membantu siswa merencanakan masa depan pendidikan dan kariernya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan beberapa orang guru, diketahui bahwa tugas membimbing dan melatih dapat digambarkan sebagai berikut: Pelayanan bimbingan dilakukan dalam upaya membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dan menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi dapat dilakukan baik pada waktu sekolah maupun pada waktu di luar jam sekolah (Herawati,Rabu 24 November 2010) Pelayanan bimbingan dan koseling, dapat memberian sumbangan yang berarti bagi siswa terhadap pengajaran dan keterampilannya serta kesiapannya dalam menentukan jenjang pendidikan yang sesuai dengan potensinya. Proses belajar mengajar dapat berjalan baik dan efektif apabila siswa terbebas dari masalah yang mengganggu proses belajarnya. Pemberian bimbingan kegiatan ekstrakurikuler pada siswa dimaksudkan agar siswa yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya tanpa mengesampingkan tugas utamanya sebagai siswa (Wahyuddin, Rabu 24 November 2010). Pemantapan pemahaman tentang bakat minat serta potensi yang dimiliki seorang peserta didik dapat disalurkan dan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang

ada di sekolah seperti kegiatan PMR, Pramuka, OSIS, Paskibran dan kegiatan olahraga lainnya melalui pembimbingan yang dilakukan oleh guru. Membimbing dan melatih siswa dalam berbagai kegiatan akademik maupun non akademik sehingga mampu mencapai prestasi yang baik. Pembimbingan akademik berupa pemberian remedial, sedangkan pembimbingan non akademik sebagai pelatih/instruktur kegiatan lomba yang mengikutsertakan siswa untuk mewakili dan membawa nama sekolah, baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional (Enny Rahman, Rabu 24 November 2010). Pelayanan bimbingan dan pelatihan baik pada kegiatan akademik maupun non akademik memiliki peran yang sangat penting, semakin banyak intesitas pembimbingan dilakukan semakin mantap pula siswa dalam menguasai materi/kompetensi yang diajarkan sehingga hasil yang diinginkan dapat dicapai. Tugas membimbing siswa dapat dilaksanakan di kelas, seperti: membimbing untuk belajar kelompok, menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan tuntunan guru, dan lain sebagainya. Sedangkan tugas melatih lebih cenderung mengarah pada kegiatan ekstrakurikuler siswa, seperti kegiatan OSIS, PKS, Pramuka, pembinaan cabangcabang olah raga, dan sebagainya (Luther Lamba, Rabu 24 November 2010). Membimbing siswa dalam penguasaan kompetensi pembelajaran dapat

dilakukan di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung , sedangkan pembimbingan terhadap kegiatan penunjang kompetensi pribadi siswa melalui kegiatan ekstraurikuler dilakukan baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah di luar jam pembelajaran. Dalam kaitannya pelaksanaan tugas sebagai pembimbing, guru tidak hanya berhubungan dengan siswa (sebagai sasaran utama pelayanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-sama menunjang tujuan tersebut seperti (wali kelas, guru mata pelajaran, Pembina OSIS, orang tua siswa dan masyarakat pada umumnya (Rosita Annas, Rabu 24 November 2010). Pada hakekatnya setiap individu mempunyai perbedaan dengan orang lain. Perbedaan itu bersumber dari latar belakang keluarga, pengalaman, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki dan lainya, sehingga penangananya pula dapat dilakukan

dengan melibatkan berbagai pihak termasuk orang tua, teman sejawat, guru mata pelajaran lain, wali kelas dan pihak lainnya. Sementara itu, Muhajir, Munjiah Lata dan Sukmawati menyatakan bahwa: Tugas membimbing dan melatih siswa mengarah pada peran dan fungsi guru di sekolah, antara lain sebagai: demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator serta peran-peran lainnya. Prinsipnya, peran dan fungsi tersebut dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah sehingga guru dapat menjadi panutan/contoh yang baik kepada siswanya (Muhajir, Rabu 24 November 2010). Melalui perannya sebagai demonstrator, guru hendaknya senantiasa

menguasai materi yang akan dibawakan dalam kegiatan membimbing serta senantiasa meningkatkan kemampuannya karena hal ini sangat menentukan hasil yang dicapai siswa. Sebagai mediator dan fasilitator, guru pun menjadi perantara antar manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi. Tugas utama bagi guru khususnya guru BP/BK adalah mengupayakan untuk membantu siswa secara perorangan, agar dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan studi dan kemasyarakatan secara optimal mencapai penyelesaian yang baik (Munjiah Lata, Rabu 24 November 2010). Pada umumnya, bimbingan dilakukan secara individual dan dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap mua untuk membantu seorang peserta didik dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan kemampuannya sendiri membutuhan orang yang ahli khususnya guru BP/BK. Membimbing siswa dapat dilakukan dalam dua macam yakni bimbingan yang bersifat individual (bimbingan konseling) dan bimbingan bersifat kelompok (bimbingan mata pelajaran). Keduanya dilakukan seoptimal mungkin meskipun sarana prasarana dan keterbatasan tenaga masih merupakan kendala utama disekolah kami (Sukmawati, Rabu 24 November 2010). Berdasarkan informasi wawancara di atas, maka tugas membimbing dan sehingga

melatih siswa dapat dilaksanakan guru di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan

sekolah. Pembimbingan dilakukan dalam proses pembelajaran melalui penerapan model-model pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan seperti: pembelajaran kelompok, diskusi, penemuan terbimbing, kontekstual, kooperatif, dan lain-lain. Tugas tersebut terkait erat pula dengan peran dan fungsi guru di sekolah, yaitu: a) Guru sebagai demonstrator Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, memahami kurikulum, dan ia sendiri sebagai sumber belajar yang terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagi kesempatan. Pengajar yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan mengajar. b) Guru sebagai pengelola kelas Salah satu manajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi siswa sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan kepada guru, sehingga mereka mampu membimbing kegiatan sendiri.siswa harus belajar melakukan self control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer lingkungan belajar, guru harus mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan. c) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan alat yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan, serta mengusahakan media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metoda, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sebagai mediator guru juga menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk itu, guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya adalah agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menambah hubungan positif dengan siswa. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang percapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. d) Guru sebagai evaluator Guru mampu memberikan penilaian tentang hasil belajar sehingga dapat mengetahui tingkat penguasaan materi yang dibawakan, pengetahuan, daya serap materi pelajaran dan sebagainya.

e) Guru sebagai komunikator Guru menjadi penghubung antara sekolah dan masyrakat, guru mempersiapkan rencana awal pembelaja, kemudian menyusu rencana lengkap bersama siswa sebagai persiapan di lapangan. Guru harus mengenal dengan baik keadaan masyarakat di sekelilingnya agar dapat menyusun tugas-tugas kepada peserta didik, melakukan inventarisasi masalah-masalah yang muncul dalam masyarakat dan mengupayakan pemecahan masalahnya. Disamping mempunyai pengetahuan dalam bidang

pendidikan dan apresiasi, guru juga dituntut untuk mampu berintegrasi dan bekerjasama dengan masyarakat. 5. Melaksanakan tugas tambahan Pelaksanaan tugas tambahan guru merupakan salah satu tanggungjawab non keguruan di lingkungan sekolah. Tugas tambahan dapat berupa tugas-tugas yang berkaitan dengan administrasi dan upaya pengembangan sekolah, keikutsertaan guru dalam pendidikan dan latihan profesionalisme guru, keterlibatannya dalam kepanitiaan penerimaan siswa baru (PSB) berikut masa orientasi awal, pembimbingan dan pembinaan siswa, serta pengembangan dan pemberdayaan potensi siswa dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi sebagai berikut: Karena sekolah ini masih tergolong baru, penyelenggaraan administrasi sekolah biasanya tidak hanya terbatas pada pegawai saja, tetapi juga melibatkan guru-guru tertentu. Walaupun bukan Tupoksinya, tetapi intinya adalah harapan yang ingin dicapai. Misalnya, pengembangan sekolah seperti sarana dan prasarana disusun oleh tim pengembang yang terdiri dari komite sekolah dan guru-guru yang sengaja dilibatkan untuk pelaksanaannya. Saya kira, tugas tambahan tersebut dilakukan dengan tidak meninggalkan tugas pokoknya, mengingat sudah ada komitmen yang kuat dari para guru yang terlibat tersebut (Herawati, Rabu 24 November 2010).

Pemberian tugas tambahan kepada guru selain tugas pokok yang diembannya merupakan salah satu bentuk pengaktualisasi diri akan kompetensi yang dimiliki selain dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Paskibra merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang saya bimbing sebagai tugas tambahan yang mengkoordinir siswa yang bertugas sebagai pengibar bendera pada upacara penaikan bendera setiap hari senin dan hari besar lainnya (Wahyuddin, Rabu 24 November 2010).

Enny Rahman, Luther Lamba dan Rosita Annas mengungkapkan: Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuluer siswa difasilitasi melalui lembaga/organisasi siswa seperti OSIS, pramuka, PMR, sebagai wadah bagi dalam mengeksplorasi potensipotensinya untuk berprestasi dalam berbagai kegiatan baik dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah (Enny Rahman, Rabu 24 November 2010). Tugas pokok sebagai guru olah raga membuat saya dipercaya mengemban tugas tambahan sebagai Pembina olahraga yang mengkoordinir, membimbing dan melatih siswa yang memiliki bakat minat dalam bidang olah raga (Luther Lamba, Rabu 24 September 2010) Selain menjadi petugas piket, saya juga mendapatkan tugas tambahan sebagai wali kelas 1 IPA1 (Rosita Annas, Rabu 24 November 2010) Berdasarkan tiga informasi di atas, disimpulkan bahwa tugas tambahan yang diberikan kepada guru diluar jam mengajar wajib yakni dalam bentuk tugas pembimbingan egiatan ekstrakurikuler, Pembina olahraga, dan petugas piket. Yang dilaksanakan secara berdampingan dengan tugas-tugas pokok. Sementara itu, Muhajir, Munjiah Lata dan Sukmawati mengemukakan sebagai berikut: Tugas-tugas tambahan yang diberikan adalah tugas-tugas non keguruan yang pelaksanaannya tidak boleh mengganggu tugas pokok guru.Pemberian tugas tambahan tersebut bernilai positif untuk pencapaian kompetensi profesional guru. (Muhajir, Rabu 24 November 2010).

Pemberian tugas tambahan diharapkan dapat bernilai positif untuk pencapaian kompetensi bagi guru yang professional terkhusus guru yang telah tersertifikasi. Selain mengajar pada jam pembelajaran di kelas, pembimbingan siswa pada sore hari khususnya menjelang pelaksanaan UAN/UAS juga merupakan salah satu tugas tambahan yang diberikan kepada guru (Munjiah Lata, Rabu 24 November 2010) Tugas tambahan yang diberikan kepada guru di luar jam mengajar wajib berupa pembimbingan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan sebagai petugas piket yang bertugas dari jam pertama hingga jam terakhir pembelajaran yang dilakukan secara bergilir (Sukmawati, Rabu, 24 November 2010) Berdasarkan informasi wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tugas tambahan kepada guru merupakan suatu hal yang positif terhadap

pengembangan komptensi profesional guru, karena guru yang profesional bukan hanya melaksanakan tugas-tugas keguruan (pembelajaran) disekolah, tetapi juga

melaksanakan tugas-tugas keguruan lainnya diluar sekolah. Adapun bentuk tugas tambahan yang diberikan oleh guru pada SMA Negeri 2 Belopa berupa tugas piket, Pembina Pramuka, Osis, Paskibra, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Palang Merah Remaja (PMR), dan Sanggar Seni. C. Faktor faktor penghambat dan pendukung kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu

1. Faktor penghambat kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu Data berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada obyek penelitian ditemukan bahwa yang menjadi penghambat dalam proses peningkatan kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa adalah: Sumber daya manusia Sumber daya manusia merupakan komponen pertama dalam organisasi, baik dilihat pada aspek kualitas maupun pada aspek kuantitas. SMA Negeri 2 Belopa

memiliki tenaga pengajar sebanyak 40 orang yang terdiri dari 35 orang guru pegawai negeri sipil, 5 orang guru honorer. Guru dengan tingkat pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi akademiknya terdiri atas 1 orang (S2) magister, 31 orang sarjana (S1) dan 5 orang diploma (D3). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tidak sesuai kualifikasi akademik yaitu S1, sebanyak 3 orang dan D3 sebanyak 1 orang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan beberapa orang guru , diketahui bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penghambat kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa dapat digambarkan sebagai berikut: Masih terbatasnya, baik jumlah maupun tenaga pengelola pendidikan, tenaga kepustakaan yang berkompeten merupakan salah satu penghambat kinerja guru dalam memberikan pelayanan pendidikan (Herawati, Senin 22 November 2010).

Salah satu penghambat komponen sekolah dalam memberikan pelayanan pendidikan yang baik bagi masyarakat luas adalah secara kuantitas proporsi guru yang ditugaskan pada satuan pendidikan masih jauh dari yang dibutuhkan sehingga terjadi ada mata pelajaran guru yang mengajarkannya tidak sesuai kualifikasi pendidikannya. Jumlah kekurangan tenaga guru saat ini masih relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian tenaga honorer yang masih banyak serta tenaga pendidik yang memiliki jenjang pendidikan diploma yang masih perlu program penyetaraan juga pengembangan kelompok kerja guru (KKG).(Wahyuddin, Senin 22 November 2010) Pendidikan mempunyai fungsi sebagai penggerak sekaligus pemacu terhadap potensi kemampuan SDM dalam meningkatkan prestasi kerjanya (Irianto, 2001 : 75), ia juga mengatakan bahwa nilai kopetensi seorang pekerja dapat dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan dan pelatihan. Olehnya itu salah satu solusi bagi guru yang mengajar pada jenjang sekolah menengah maka perlu diikutkan pada program penyetaraan sarjana. Masih banyak guru mata pelajaran yang membuat perangkat pembelajarannya dengan cara manual (tulis tangan), Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki keterampilan

dalam mengoperasikan perangkat komputer sehingga mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja (Enny Rahman, Senin 22 November 2010). Terpakunya pada penguasaan materi semata, masih gagap teknologi terutama yang berkaitan dengan teknologi (komputer), serta belum mampu

mengimplementasikan teori yang ada dengan kondisi di lapangan merupakan salah faktor yang menghambat peningkatan mutu pendidikan. Pihak sekolah perlu mengupayakan adanya peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan media dan sumber pembelajaran teknologi misalnya dan adanya pembelajaran dengan khusus guru dalam

penguasaaan

hubungan

baik

dunia

usaha,

sehingga

pembelajaran tidak monoton dan bertambah wawasannya. Pada aspek kuantitas sumber daya manusia khususnya dalam bidang Kesenian pada umumnya masih kurang. Semua kegiatan keseniaan hanya dikoordinir oleh satu orang guru saja yang bertanggung jawab terhadap beberapa kegiatan seni. Beban kerja ini berat dilakukan oleh satu orang, sedangkan beban kerja membutuhkan minimal tiga orang (Luther Lamba, Senin 22 November 2010) Kurangnya pengelola yang secara khusus menangani bidang-bidang tertentu (misalnya pengelola kegiatan seni) dapat menjadi salah satu penghambat kelancaran program sekolah. Olehnya itu sekolah harus mengupayakan tenaga terdidik dan memiliki keterampilan tentang kompetensi tertentu. Peningkatan kualitas tenaga pendidikan melalui wadah MGMP dan studi banding jarang dilakukan oleh beberapa guru mata pelajaran dengan berbagai macam alasan yang dikeluhkan seperti minimnya dana (Rosita Annas, Senin 22 November 2010) Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan kualifikasi guru melalui wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan studi banding yang dapat dilakukan dengan bekerja sama sekolah lain atau piha yang terkait dengan program tersebut. Perlunya mengadakan kerjasama dengan tim pengembang kurikulum baik di tingkat daerah maupun di tingkat propinsi untuk meminimalisir lambatnya pengembangan

ketenagaan khususnya didaerah pedesaan seperti di Belopa (Muhajir, Senin 22 November 2010) Para pegawai yang sudah berpengalamanpun selalu memerlukan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, karena selalu ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan produktivitas kerja. Peningkatan, pengembangan dan pembentukan tenaga kerja dapat dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan dan latihan dengan mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian khususnya bagi seorang guru terkhusus lagi di daerah pedesaan. Peningkatan keterampilan di bidang tehnologi informatika merupakan hal yang mendesak untuk ditindak lanjuti mengingat masih banyaknya guru SMAN 2 Belopa yang belum mampu mengoperasionalkan perangkat komputer (Munjiah Lata, Senin 22 November 2010) Inovasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi guru misalnya penguasaan tehnologi komputer harus dilakukan secepatnya agar pekerjaanpekerjaan guru dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam upaya peningkatan mutu SMA prioritas program perlu diarahkan bukan hanya pada wajib belajar 9 tahun saja tetapi pengembangan guru SMA dan peningkatan fasilitas belajar. Untuk pengembangan kemampuan professional guru,perlu dilaksanakan program penyetaraan dari diploma ke strata satu/sarjana (Sukmawaty, Senin 22 November 2010) Dalam pengembangan sumber daya manusia bahwa nilai-nilai kompetensi seseorang guru dapat dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan atau pelatihan yang berorientasi pada tuntutan kerja aktual dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge dan ability yang secara signifikan akan dapat memberi standar perilaku dalam sistem dan proses kerja yang diterapkan seperti pengembangan keterampilan mengoperasikan komputer dan media pendidikan lainnya.

Hal lain yang menjadi penghambat dalam peningkatan kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa adalah masih banyaknya guru yang belum menguasai tehnologi komputer sehingga masalah pengadministrasian perangkat-perangkat pembelajaran

dan pemanfaatan media pembelajaran masih dilakukan secara manual. b. Dana Dana atau biaya merupakan sumber daya organisasi yang ikut menentukan pencapaian tujuan suatu lembaga atau organisasi, seperti biaya honor/gaji dan biaya operasional untuk mencapai efisiensi dan efektifitas pencapaian suatu program. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan beberapa orang guru , diketahui bahwa dana/anggaran merupakan salah satu faktor penghambat kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa dapat digambarkan sebagai berikut: Penerimaan biaya pendidikan yang dimanfaatkan untuk peningkatan mutu sekolah masih dominan bersumber dari pemerintah pusat sehingga sumber dana tersebut masih jauh dari kebutuhan biaya pendidikan sekolah (Herawati, Rabu, 24 November 2010). Besarnya kontribusi pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja daerah dalam penyelenggaraan pendidikan masih dalam kategori sangat kecil sehingga anggaran penyelenggaraan pendidikan sehingga masih mengandalkan pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) pemerintah pusat. Banyak program kerja sekolah yang terlaksana seadanya dikarenakan minimnya dana yang tersedia. Hal ini tentu menghambat kinerja guru dalam mengaktualisasi diri dalam berbagai kegiatan sekolah (Wahyuddin, Rabu, 24 November 2010). Diperlukan dana yang besar untuk pengembangan kualitas pendidikan/latihan disebaban mahalnya bahan/alat yang bertehnologi tinggi. Sumber pembiayaan daerah dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan seperti APBD BP3 dan komite sekolah, peran dunia usaha dan masyarakat sangat diharapkan yang selama ini kontribusinya ke sekolah masih sangat minim (Enny Rahman, Rabu 24 November 2010).

Anggaran atau biaya pendidikan di sekolah ini sebagian besar masih bergantung pada pemerintah pusat. Peran serta orang tua dalam menanggung seluruh biaya pendidikan masih relative sangat rendah, sehingga mutu pendidikan banyak terkendala oleh faktor dana ( Rosita Annas, Rabu 24 November 2010). Berdasarkan kedua informasi diatas diketahui bahwa anggaran

penyelenggaraan pendidikan untuk menunjang mutu pendidikan selain mengandalkan pendapatan daerah yang bersumber dari alokasi umum, sekolah juga mendapatkan pembiayaan dari dana APBD masyarakat. Minimnya biaya pendidikan yang dialokasikan untuk pengadaan fasilitas pendidikan untuk sarana kelas, alat pembelajaran, pengadaan buku pelajaran dan perawatan ruang belajar serta sarana pembelajaran (computer, infocus, faxmile, telepon, dsb) perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak karena hal tersebut memberikan dampak dalam proses belajar mengajar (Luther Lamba, Rabu 24 November 2010). Diperlukan dana yang besar untuk pengembangan kualitas pendidikan/latihan disebaban mahalnya bahan/alat yang bertehnologi tinggi. Komputer, infokus dan laptop lainnya adalah salah satu perangkat yang mempunyai nilai tinggi dan sangat dibutuhkan dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara beberapa informan lainya menyatakan: Penggunaan dana untuk kelengkapan sarana prasarana dalam kegiatan sekolah (misalnya partisipasi dalam perayaan Hari Proklasi) disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada, seperti alat-alat kesenian, kostum dan lain-lain (Muhajir, Rabu 24 November 2010) Pembayaran gaji bagi tenaga honorer seringkali tidak terlaksana tepat waktu, hal ini dikarenakan kurang tersedianya dana komite yang dipunggut dari orang tua siswa sehingga dapat mempengaruhi kinerja bagi tenaga honerer (Munjiah Lata, Rabu 24 November 2010) Keterlambatan pembayaran gaji/inseptif bagi tenaga honorer seringkali menjadi kendala bagi sekolah yang memiliki sumber dana yang kurang memadai. BP3 dan komite sekolah, peran dunia usaha dan

Menyangkut masalah dana, perlu mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah khususnya pemerintah daerah, agar sekolah yang berada di daerah pedesaan dapat berkembang dengan baik (Sukmawati, Rabu 24 November 2010) Hasil wawancara dengan beberapa informan menunjukkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan proses pembelajaran dan program kerja sekolah banyak terkendala oleh minimnya dana yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kondisi sekolah yang masih tergolong baru sehingga untuk menghimpun dana dari masyarakat melalui komite sekolah dilakukan melalui pendekatan persuasive. Sumber dana yang berasal dari komite SMA Negeri 2 Belopa terdiri dari Sumbangan Peningkatan Mutu Pendidikan sebesar Rp. 100.000,- per tahun, iuran komite sekolah sebesar Rp. 700.000,- per tahun dengan jumlah siswa sebanyak 880 orang siswa. Sedangkan sumber dana lainnya berasar dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Dukungan untuk faktor ini masih sangat terbatas, karena dana yang dikelola masih relative kecil. c. Sarana dan prasarana Keterbatasan sarana dan prasarana pada SMA Negeri 2 Belopa juga merupakan faktor yang menjadi kendala dalam upaya meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Hal ini dapat dipahami bahwa untuk melaksanakan setiap program kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun

memerlukan dana dan sarana prasarana pendukung. Sarana menjadi unsur terpenting karena guru tidak dapat melaksanakan tugastugasnya jika tidak didukung sarana dan prasarana yang memadai. SMA Negeri 2 Belopa memiliki 1 buah ruang guru, 1 buah ruang perpustakaan, 1 buah ruang

laboratorium IPA, 1 buah ruang Laboratorium komputer, 1 buah ruang laboratorium

bahasa, I buah gudang, 1 buah koperasi sekolah, 1 buah mushallah, 1 buah kanting, dan ruang kelas sebanyak (15) dengan kondisi 5 diantaranya rusak, tidak sebanding dengan jumlah rombongan belajar (21 rombel) , kondisi lingkungan sekolah yang hingga saat ini belum memiliki pagar pembatas yang memungkinkan siswa dapat keluar masuk dengan bebas. Perlengkapan belajar seperti alat peraga dan sarana olahraga yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas masih minim. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada Kamis, diperoleh informasi sebagai berikut: Kami masih membutuhkan ruang-ruang kelas baru, perpustakaan berikut buku-buku bacaan yang bisa dimanfaatkan guru dan siswa, alat pendukung belajar, alat-alat olah raga dan sarananya, maupun sarana lainnya untuk kelancaran dan optimalisasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah kami (Herawati, Kamis 25 November 2010 ). Kegiatan belajar mengajar agar berjalan dengan baik, maka sekoalh perlu mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat bejalan dengan efektif dan efisien.

Kualitas bangunan yang tida sesuai dengan persyaratan mutu bangunan yang baik (bestek) merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan ruang kelas sehingga tidak mampu lagi memberikan kontribusi yang optimal dalam proses pembelajaran (Wahyuddin, Kamis, 25 November 2010). Keterbatasan sarana dan prasarana/sumber daya yang dimiliki sekolah untuk mendukung proses pencapaian kompetensi tamatan yang sesuai standar kompetensi yang berlaku. Sementara beberapa informan lainya menyatakan:

Kadang-kadang memang kebutuhan kami tidak terpenuhi, misalnya ingin spidol tetapi di TU tidak ada, sehingga siswa kami sarankan untuk memiliki buku kas sendiri mengantisipasi pengadaannya (Enny Rahman, Kamis 25 November 2010). Minimnya dukungan sarana dan prasarana pembelajaran seperti buku referensi yang dimiliki oleh setiap gurudan siswa dan tidak didukung pula pengadaan buku penunjang di perpustakaan merupakan kendala utama efektifnya kegiatan pembelajaran (Luther Lamba, Kamis 25 November 2010). Pengadaan alat-alat perlengkapan sekolah berupa buku-buku pelajaran, mobiler belum mencukupi sesuai kebutuhan siswa yang ada sehingga pelaksanaan pembelajaran kurang masimal (Rosita Annas, Kamis 25 November 2010). Berdasarkan ketiga informasi diatas, diketahui bahwa keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran dapat menjadi kendala yang besar bagi tercapainya mutu pendidikan yang baik bagi keluaran sekolah. Untuk meningkatkan mutu SMA Negeri 2 Belopa, hal yang prioritas utama adalah pengadaan alat peraga IPA, Matematika, Bahasa Inggris, sarana olahraga, kesenian, alat kerajinan tangan, dan pengadaan media muatan local (Muhajiri, Kamis 25 November 2010). Sedangkan Munjiah Lata, dan Sukmawati menyatakan: Rehabilitasi dengan biaya yang sangat tidak memadai sehingga pelaksanaan perbaikan ruang kelas yang rusak tidak tuntas dilakukan (Munjiah Lata,Kamis 25 November 2010). Kondisi mebeler sebagai perlengkapan fasilitas belajar banyak yang rusak. Oleh karena itu, perlu penggantian atau penambahan di beberapa ruang belajar. Namun hal tersebut belum sepenuhnya terealisasi dengan cepat karena keterbatasan anggaran (Sukmawati, Kamis 2 November 2010) Berdasarkan informasi di atas, tergambar jelas bahwa sarana dan prasarana senantiasa harus terpenuhi untuk kelancaran proses pembelajaran di kelas. Perencanaan pembelajaran tidak dapat dilakukan guru dengan baik jika guru tidak memiliki motivasi tinggi untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas, sementara pembelajaran harus dilaksanakan secara menyeluruh melalui komponen-komponen yang telah diatur dalam kurikulum, berikut kegiatan penilaian hasil belajar siswa.

2. Faktor pendukung kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja guru tersebut tentu saja banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang datangnya dari dalam diri guru (intern) maupun yang datangnya dari luar diri guru (ektern). Faktor-faktor tersebut selanjutnya ibarat dua sisi mata uang, dimana faktor pendukung sekaligus dapat menjadi faktor penghambatnya. Berdasarkan hasil temuan diketahui bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor Individu (interinsik) 1) Motivasi Guru memiliki motivasi yang tinggi yang dapat melaksanakan semua tugastugasnya di sekolah, yang ditandai dengan ketersediaan silabus, perangkat pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, serta alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemajuan hasil belajar siswa. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan pada Rabu, 24 November 2010 sebagai berikut: Sekolah kami ini adalah sekolah yang masih baru di Luwu. Oleh karena itu, kami juga merasa malu kepada sekolah lain jika ternyata para guru belum memiliki perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) yang belum dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Media dan sumber belajar pun semaksimal mungkin digunakan di kelas, sesuai dengan sarana yang tersedia di sekolah, tetapi jika yang dibutuhkan tidak ada maka dikembangkan sendiri oleh guru. Kami semua tidak ingin mendengar hal-hal negatif tentang sekolah ini (Herawati, Rabu 24 November 2010). Senada dengan informasi di atas, Herawati menyatakan: Kepala sekolah senantiasa mendorong secara positif pelaksanaan tugas-tugas guru melalui pemberian pujian ataupun penghargaan kepada kami (guru) yang telah melaksanakannya dengan baik. Dengan itu Tupoksi kami sebagai guru disekolah ini kami laksanakan dengan baik pula (Wahyuddin, Rabu 24 November 2010). Searah pernyataan-pernyataan informan di atas, informan lainnya menyatakan:

Untuk melaksanakan tupoksi dengan baik, semua komponen-komponen pelaksanaan pembelajaran harus dapat dipenuhi, yaitu: memiliki silabus, menyusun RPP, menggunakan media dan sumber belajar yang tepat, serta melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa (Enny Rahman, Rabu 24 November 2010). Motivasi dan dorongan yang tinggi baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar (kepala sekolah, keluarga, teman) yang selalu memberikan arahan dan bimbingan bagi mereka (guru) yang mengalami hambatan dalam menjalankan tugasnya dengan baik dan benar (Luther Lamba, Rabu 24 November 2010) Pada dasarnya motivasi kerja seseorang itu berbeda-beda. Ada motivasi kerjanya tinggi dan ada motivasi kerjanya rendah, bila motivasi kerjanya tinggi maka akan berpengaruh pada kinerja yang tinggi dan sebaliknya jika motivasinya rendah maka akan menyebabkan kinerja yang dimiliki seseorang tersebut rendah. Jika guru mempunyai motivasi kerja tinggi maka ia akan bekerja dengan keras, tekun, senang hati, dan dengan dedikasi tinggi sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Peningkatan profesionalisme guru yang terakomodasi melalui MGMP yang dilakukan oleh masing-masing sekolah, dan dorongan dari kepala sekolah, dapat membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga memiliki motivasi kerja yang tinggi. (Rosita Annas, Rabu 24 November 2010) Seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, selain mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi, juga dituntut untuk memiliki motivasi kerja yang tinggi. Secara logika seorang yang mempunyai kemampuan intelektual tinggi dan didukung dengan motivasi tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi, dan sebaliknya orang yang mempunyai kemampuan intelektual rendah dan motivasi rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah juga. Keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa SMAN 2 Belopa juga mampu menghasilkan output yang handal merupakan motivasi yang dapat memacu komponen-kompenen pendidik untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tersebut (Muhajir, Rabu 24 November 2010).

Pengakuan merupakan kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan atau fisik dimana orang tersebut bekerja, yang masuk dalam kompensasi non finansial. Seseorang yang memperoleh pengakuan atau penghargaan akan dapat meningkatkan semangat kerjanya. Untuk menjamin efektifitas pengembangan sekolah, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran menjalin hubungan kerjasama dengan semua guru mata pelajaran dengan memberikan perlakuan dan kesempatan yang sama (Munjiah Lata, Rabu 24 November 2010). Berdasarkan dua informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerjasama yang terjalin hubungan

akan memacu motivasi ditandai dengan keinginan untuk

mencapai hasil yang baik dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara bersama-sama kompenen pendidikan. Pemberian pujian atau pengakuan terhadap prestasi dan kinerja yang baik kerap kali dilakukan bukan hanya dari kepala sekola melainkan juga antar guru terhadap mereka yang memberikan sumbangsih untuk pengembangan sekolah (Sukmawati, Rabu 24 November 2010). Berdasarkan hasil wawancara di atas, disimpulkan bahwa motivasi guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya cukup tinggi, ditandai dengan keinginan untuk mencapai hasil yang baik dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Oleh karena itu, guru memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum yaitu dengan memiliki silabus, membuat RPP, serta membuat alat penilaian. Untuk meningkatkan kinerja guru, maka perlu ditingkatkan kemampuan intelektual dan motivasi kerja guru, sehingga guru dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. 2) Partisipasi/keterlibatan

Partisipasi dalam hal ini termasuk kerjasama yang terbangun di antara para guru dan manajemen untuk kelancaran tugas dan pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kerterlibatan aktif guru dalam setiap pelaksanaan program pengembangan sekolah merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kinerja guru. Sesuai dengan hasil wawancara peneliti , diketahui bahwa: Untuk program-program pengembangan sekolah, beberapa orang guru dilibatkan dalam pelaksanaannya, dengan tetap memperhatikan kompetensi untuk keberhasilan program tersebut (Herawati, Kamis 25 November 2010). Dalam pelaksanaan UAS/UAN dan ujian sekolah, semua guru mata pelajaran dilibatkan baik dalam pengajaran, pembimbingan maupun dalam pembagian tugas mengawas, memeriksa sehingga kerjasama antar kompenen-kompenen pendidikan tetap terjalin dengan baik (Wahyuddin, Kamis 25 November 2010) Berdasarkan kedua informasi tersebut, disimpulkan bahwa partisipasi dan keterlibatan semua komponen sekolah dalam me untuk kelancaran tugas dan pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kerterlibatan aktif guru dalam setiap pelaksanaan program pengembangan sekolah merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kinerja guru. Sedangkan Wahyuddin menyatakan: Saya termasuk salah satu tim pengembangan sekolah karena saya memiliki banyak relasi dan keluarga di pemerintah kabupaten, dengan itu lobi-lobi secara kekeluargaan menjadi alat yang tepat untuk digunakan dalam rangka kesuksesan program sekolah (Enny Rahman, Kamis 25 November 2010). Kerjasama dan kekompakan antar warga sekolah sangat jelas terlihat khususnya pada saat pelaksanaan Sabtu bersih, semua warga sekolah ikut berpartisipasi termasuk guru yang tidak memiliki jam mengajar pada hari tersebut (Luther Lamba, Kamis 25 November 2010) Senada dengan informan di atas, Rosita Annas, Muhajir, Munjiah Lata dan Sukmawati menyatakan:

Terjalinnya kerjasama yang baik diantara sesama guru dalam mendiskusikan segala permasalahan yang timbul dalam prosese pembelajaran, sehingga diantara guru saling melengkapi dan saling memberikan informasi tentang perkembangan belajar peserta didik (Rosita Annas, Kamis 25 November 2010). Adanya kerjasama dan komunikasi yang baik mengakibatkan kinerja yang tinggi, karena pekerjaan yang sulit dapat diselesaikan dengan kerjasama. Banyak prestasi dalam bidang akademik seperti juara lomba pidato, cerdas cermat, perlombaan seni dan olahraga telah kami capai berkat kerjasama yang baik antar warga sekolah dan masyarakat sekitarnya (Muhajir, Kamis 25 November 2010) Keterlibatan beberapa guru mata pelajaran, guru BP/BK dan wali kelas dalam pembimbingan siswa yang mengalami kendala/masalah dalam belajar merupakan salah satu trik yang cukup baik dalam menyelesaikan kesulitan belajar bagi siswa (Munjiah Lata, Kamis 25 November 2010). Partisipatif mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja seseorang, melalui partisipasi, seorang guru akan mampu mengumpulkan informasi pengetahuan, kekuatan dan kreaktivitas untuk memecahkan persoalan yang dialami bagi siswanya dengan melibatkan/partisipasi dalam berbagai pembimbingan. Bekerjama merupakan hal yang harus tetap terjalin dengan baik, hal ini dapat dilihat pada saat guru yang senior memberikan petunjuk dan bimbingan kepada guru yang masih baru baik dalam pembuatan perencanaan, pelasanaan, penilaian pembelajaran dan pembimbingan bagi siswa (Sukmawati, Kamis 25 November 2010) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi atau keterlibatan guru untuk keberhasilan program sekolah baik pada program pengajaran maupun pada

program pengembangan sekolah juga dilakukan oleh warga SMA Negeri 2 Belopa. 3) Prestasi kerja/peluang untuk maju Prestasi kerja yang dicapai dalam pekerjaan akan menimbulkan sikap positif yaitu sikap yang selalu ingin melakukan pekerjaan dan sukses dalam pekerjaan yang dilakukannya. Sebaliknya kegagalan dalam pekerjaan dapat menimbulkan frustasi dan rasa yang tidak puas dalam diri seseorang.

Bentuk prestasi kerja yang dilakukan oleh beberapa guru SMA Negeri 2 Belopa berupa prestasi dalam pembinaan siswa mengikuti berbagai perlombahaan baik dalam bidang, seni, olah raga maupun kegiatan akademik. Peluang untuk maju merupakan potensi diri seseorang dalam melakukan pekerjaannya. seorang karyawan akan selalu menginginkan bahwa dirinya dari waktu ke waktu tidak bersifat statis atau baku tetapi menghendaki adanya perubahan. Perubahan tersebut dalam hal jenis pekerjaan yang bervariasi, posisi yang berbeda, kenaikan pangkat, kesempatan untuk promosi, pelatihan keterampilan dan jabatan. Peluang mendapatkan pengembangan potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat bagi setiap orang orang untuk lebih giat bekerja dan lebih baik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan beberapa orang guru , diketahui bahwa prestasi kerja dan peluang untuk maju yang merupakan faktor pendorong kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa dapat digambarkan sebagai berikut: Pihak sekolah senantiasa memberikan peluang bagi guru-guru yang ingin melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi dengan syarat tetap melaksanakan tugas pokoknya seperti biasanya (Herawati, Jumat 26 November 2010) Indikator kebutuhan untuk berkembang belum optimal, hal ini di karenakan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi pihak seolah hanya memberikan

dukungan moril sedangkan anggaran pendidikannya menggunakan biaya sendiri, sehingga hal ini tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu perlu upaya-upaya konkrit untuk lebih meningkatkan motivasi kerja guru terutama berkaitan dengan kebutuhan untuk berkembang/aktualisasi diri.

Pada beberapa kesempatan, sekolah mengutus beberapa orang guru untuk mengikuti berbagai pelatihan dan seminar pengembangan kompotensi dalam upaya meningkatkan prestasi kerja (Wahyuddin, Jumat 26 November 2010)

Adanya peluang mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan membangkitkan kemauan untuk maju pada guru itu sendiri dan juga menimbulkan kesungguhan dalam mengikuti pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi. Bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai pembimbing baik kegiatan estrakurikuler maupun pembimbingan non ekstrakurikuler yang mampu memberikan prestasi yang membanggakan diberikan kepadanya tunjangan dan penghargaan yang layak dari pihak sekolah (Enny Rahman, Jumat 26 November 2010) Kebutuhan akan prestasi dan kekuasaan, merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang guru. Ego manusia yang ingin berprestasi/ berkuasa lebih dari guru lainnya akan menimbulkan persaingan, persaingan ini oleh pimpinan ditumbuhkan secara sehat dalam memotivasi bawahannya supaya termotivasi untuk bekerja giat. Peluang untuk berprestasi terbuka secara luas bagi semua warga sekolah, untuk itu pihak sekolah senantiasa menghimbau kepada semua warga sekolah untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik (Luther Lamba, Jumat 26 November 2010) Kebutuhan akan prestasi guru akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk hal itu diberi kesempatan, seseorang menyadari bahwa dengan hanya mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar, dengan pendapatan yang besar ia dapat memenuhi kebutuhan kebutuhannya. Kepala sekolah melakukan pengawasan kepada masing-masing guru terkait pelaksanaan tugasnya, dan bagi guru yang berprestasi diberikan kesempatan untuk ikut berkompetisi dalam ajang pemilihan guru berprestasi baik dalam lingkup sekolah sekolah maupun pada jenjang yang lebih tinggi (Rosita Annas, Rabu 24 November 2010). Kebutuhan akan afiliasi seseorang akan memotivasi dan mengembangkan diri serta memanfaatkan semua energinya untuk membuktikan bahwa ia mampu berkompetisi dan memenangkan kompetisi.

Pihak sekolah tidak menutup mata terhadap guru-guru yang ingin maju, hal ini terlihat dari kesempatan/peluang yang diberikan kepada guru-guru untuk mengikuti berbagai macam kegiatan pengembangan kompetensi (Muhajir, Rabu 24 November 2010). Setiap guru tentunya menghendaki adanya kemajuan atau perubahan dalam

pekerjaannya yang tidak hanya dalam hal jenis pekerjaan yang berbeda atau bervariasi, tetapi juga posisi yang lebih baik. Setiap guru menginginkan adanya promosi ke jenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalamannya dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik. Penganugerahan guru berprestasi dalam lingkup SMAN 2 Belopa dilakukan setiap tahunnya bertepatan pada hari ulang tahun Korpri yang dilakukan pada saat upacara yang dipimpin langsung oleh Bapak kepala SMAN 2 Belopa (Munjiah Lata, Rabu 24 November 2010). Peluang untuk maju senantiasa terbuka bagi semua guru SMA Negeri 2 Belopa. Hal ini terlihat dari pembagian tugas tambahan yang dibebankan kepada guru dilakukan berdasarkan kompetensi dan keterampilan yang dimiliki oleh guru. Kesempatan untuk mengikuti berbagai seminar, kursus dan pelatihan-pelatihan diberikan kepada guru secara bergantian sesuai dengan kompetensinya masingmasing. Sejalan dengan pendapat Keitner Robert dan Kinicki Angelo (2000:187), prestasi atau kinerja tergantung pada kombinasi yang tepat dari usaha, kemampuan dan keterampilan. Hal ini berarti bahwa kemampuan intelektual dapat mempengaruhi kinerja guru. jika guru mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi ia akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan dalam bekerja, lebih cepat mengembangkan kemampuan diri dan akhirnya akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sebaliknya jika kemampuan intelektual rendah maka kinerjanya juga akan menurun.

Berdasarkan data yang diperoleh secara keseluruhan kemampuan intelektual guru tinggi. Hal ini berpengaruh pada kinerja guru yang baik pula. b. Faktor Ekstrinsik 1) Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan aspek manajerial yang sangat penting dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepemimpinan dalam ini termasuk dukungan manajemen dalam keterlaksanaan tugas-tugas guru. Terkait dengan hal tersebut, maka faktor kepemimpinan sebagai salah satu faktor pendukung dapat digambarkan dalam wawancara berikut: Kepala sekolah sudah berlaku adil dalam memperlakukan para guru, baik dalam bentuk pemberian insentif maupun hukuman atas pelanggaran atau tindakan indisipliner yang dilakukan guru. Fungsi mengarahkan, pembinaan dan kontroling dilaksanakan dengan baik oleh kepala sekolah sehingga terwujud suasana kerja yang kondusif. Kebutuhankebutuhan para guru semaksimal mungkin diupayakan pengadaannya demi kelancaran tugas mereka (Herawati, Kamis 25 November 2010). Keterpaduan antara pimpinan (kepala sekolah) dan bawahan (guru) serta perlakuan yang adil sebagai suatu keutuhan atau totalitas sistem merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui pendekatan manajemen partisipatif, bawahan tidak lagi dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek. Kepemimpinan merupakan aspek pengelolaan organisasi yang penting untuk memimpin secara efektif untuk mencapai kemajuan suatu organisasi. Hal ini tergambar pada kepemimpinan Bapak Munawwir yang berupaya membimbing dan mengarahkan seluruh omponen organisasi bertindak untuk mencapai tujuan dengan mendayagunakan kemampuan secara maksimum (Wahyuddin,Kamis 25 November 2010) peneliti dengan beberapa informan sebagai

Tugas kedinasan kami sangat terbantu oleh sikap yang reaktif dari kepala sekolah yang tidak segan-segan memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan tugas kedinasan (Enny Rahman, Kamis 25 November 2010)

Berdasarkan beberapa informasi diatas, disimpulkan bahwa Kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah sangat memainkan peranan penting untuk mempengaruhi, mendorong, membimbing, memotivasi, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait, agar bekerja dan berperan serta untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Pernyataan di atas diakui dan dibenarkan rekannya yang menyatakan sebagai berikut: Kepala sekolah adalah kunci keberhasilan kami di sekolah. Tugas-tugas kami dapat terlaksana dengan baik karena kepala sekolah bersikap reaktif dan positif kepada kami, yang mana hal tersebut juga kami manfaatkan untuk kelancaran pelaksanaan tugastugas di sekolah (Luther Lamba, Kamis 25 November 2010). Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk mampu mengakomodir aspirasi guru, bersikap reaktif dan positif. Kepala sekolah yang mampu berkomunikasi dan bekerja sama dapat menumbuhkan motivasi kerja guru, sehingga menjadi salah satu kunci keberhasilan sekolah Disposisi yang diberikan kepala sekolah setiap ada pengutusan untuk mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi (work shop, seminar, pelatihan) diberikan kepada guru-guru secara bergilir sehingga semua guru berpeluang untuk mengembangkan potensinya (Rosita Annas, Kamis 25 November 2010) Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengikut sertaan pada kegiatan work shop, seminar, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan baik oleh pihak sekolah, swasta maupun instansi pemerintah.

Dukungan dari kepala sekolah untuk menyediakan sarana pendukung khususnya dalam pembiayaan, baik dalam penyediaan media pembelajaran maupun dalam hal penggandaan perangkat pembelajaran senantiasa dilakukan meskipun dananya masih sangat terbatas (Muhajir, Kamis 25 November 2010) Pimpinan sekolah berfungsi sebagai penanggungjawab kegiatan administrasi termasuk administrasi pembelajaran yang dibuat oleh guru. Olehnya itu penyediaan sarana pendukung perlu diupayakan dengan maksimal baik dalam hal pembiayaan maupun pengadaan sarana. Untuk pengembangan kemampuan manajemen sekolah, Kepala sekolah menyediakan fasilitas berupa perangkat komputer meskipun jumlahnya sangat terbatas, untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas guru (Munjiah Lata, Kamis 25 November 2010) Fungsi personalia yang dilaksanakan oleh kepala sekolah kami, adalah merekrut, mengembangkan, mengkaji dan memotivasi guru guna mencapai tujuan system, membantu bawahan dalam mencapai suatu posisi serta memaksimalkan pengembangan karier tenaga pendidik (Sukmawati, Kamis 25 November 2010)

Berdasarkan kedua informasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur/faktor kepemimpinan merupakan faktor pendukung dalam ketercapaian

pelaksanaan tugas guru. Kepala sekolah yang tegas dan tidak tebang pilih dalam pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishmen) adalah penting untuk dipahami kepala sekolah dengan demikian guru melaksanakan tugasnya dengan rasa penuh tanggungjawab. 2) Kompensasi/insentif Kompensasi yang memadai merupakan motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong pegawai bekerja dengan baik. Kompensasi yang tidakmemadai akan membuat mereka kurang tertarik untuk bekerja keras. Ini berarti kompensasi mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja.

Terkait dengan hal tersebut, maka faktor kepemimpinan sebagai salah satu faktor pendukung dapat digambarkan dalam wawancara informan sebagai berikut: Pemberian kompensasi/insentif tidak hanya diperuntuk kepada guru semata, tetapi diperuntukkan pula bagi siswa yang berprestasi dan mengharumkan nama baik sekolah dalam berbagai ajang kompetisi (Herawati, Jumat 26 November 2010) Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki system kompensasi yang realitis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi pegawai untuk lebih giat dan termotivasi untuk berprestasi. peneliti dengan beberapa

Kompensasi/insentif sengaja diberikan dalam upaya memotivasi guru/siswa yang bersangkutan untuk tetap berprestasi, dan memacu guru/siswa lainnya untuk bekerja keras agar dapat berprestasi pula (Wahyuddin, Jumat 26 November 2010) Bagi pegawai, gaji/kompensasi merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Gaji/kompensasi selain berfungsi memenuhi kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk menjadi daya dorong bagi pegawai agar dapat bekerja dengan penuh semangat. Untuk pembayaran kompensasi tugas tambahan dilakukan setiap enam bulan sedangkan untuk kompensasi pembimbingan dalam pelasanaan program sekolah dilakukan pada saat program tersebut terlaksana (Enny Rahman, Jumat 26 November 2010) Pendistribusian kompensasi yang dilakukan tepat watu membantu kelancaran pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan yang menjadi daya dorong sesorang untuk meningkatkan produktivitas.

Jumlah pemberian kompensasi ditetapan berdasarkan kemampuan sekolah atas persetujuan dalam rapat dewan guru dan komite sekolah yang dilaksanakan setiap tahun pembelajaran (Luther Lamba, Jumat 26 November 2010) Kompensasi ditetapkan tergantung dari kemampuan suatu organisasi, namun demikian besaran jumlahnya diupayakan tidak terlalu kecil agar dapat bermanfaat bagi pekerja/pegawai dalam pemenuhan kebutuhannya. Besaran kompensasi bagi guru di SMAN 2 Belopa masih tergolong rendah, hal ini disebabkan kondisi sekolah yang membutuhkan sarana prasana penunjang yang masih sederhana sehingga kebutuhan anggaran pendidikan yang tinggi sementara sumber anggarannya masih terbatas (Rosita Annas, Jumat 26 November 2010) Herzberg (1999:59) mengatakan bahwa memberikan seseorang kenaikan gaji atau kondisi kerja yang baik tidak dapat memotivasinya karena kebutuhan tingkat rendah dapat dipenuhi secara cepat. Implikasi teori ini ialah bahwa seorang pekerja mempunyai persepsi berkarya tidak hanya sekedar mencari nafkah, akan tetapi sebagai wahana untuk memuaskan berbagai kepentingan dan kebutuhannya, bagaimanapun kebutuhan itu dikategorisasikan. Senada dengan kelima informan di atas, Muhajir, Munjiah Lata dan Sukmawati mengemukakan: Guru yang melakukan pembimbingan siswa pada sore hari, misalnya melatih pengembangan bakat melalui ekstrakurikuler. Umumnya, aktivitas ini mendapat dukungan dari pihak sekolah termasuk memperoleh insentif berupa uang transport (Muhajir, Jumat 26 November 2010) Guru yang mendapatkan tugas tambahan di luar jam sekolah, selain tugas-tugas itu mendapatkan angka kredit untuk kenaikan pangkat, pihak sekolah memberikan honorarium atau kesejahteraan dari dana Komite, meskipun pelaksanaannya berdampingan dengan tugas pokok (Munjiah Lata, Jumat 26 November 2010) Berdasarkan informasi informan diatas disimpulkan bahwa pemberian

kompensasi/insentif diberikan pula kepada guru yang melakukan pembimbingan

kegiatan ekstrakurikuler di luar jam pembelajaran yang diberikan sekolah melalui komite dalam bentuk uang transportasi Selain gaji pokok, guru berhak mendapatkan tunjangan dan kesejahteraan lain-lain berupa pemberian kompensasi terhadap tugas tambahan yang dibebankan seperti menjadi ketua program studi, wali kelas, guru piket, kepala laboratorium, petugas perpustakaan, panitia pengembangan potensi siswa, panitia ulangan atau ujian, hingga pengawas ulangan dan koreksi, sampai menjadi bendahara dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau Komite Sekolah (Sukmawati, Jumat 26 November 2010) Pemberian kompensasi dilakukan pada SMA Negeri 2 Belopa berupa insetif bagi guru yang melakukan pembelajaran di kelas, bimbingan UAS/UAN, pembinaan terhadap siswa pada kegiatan ekstrakurikuler, pembuatan karya ilmiah (modul, bank soal, diktat), dan kompensasi terhadap tugas tambahan lainnya seperti wali kelas, kepala perpustakaan, kepala laboratorium dan lain-lain. Jumlah pemberian kompensasi ditetapkan berdasarkan kemampuan sekolah atas persetujuan dewan komite SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Hasil penelitian tersebut, didukung teori dua faktor oleh karena

mengungkapkan aspek pekerjaan. Teori dua faktor (two factor theory) pertama kali dikemukakan oleh Herzberg yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya dibagi dua kelompok yaitu kelompok satisfiers/ motivator (prestasi, pengakuan, penghargan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, promosi/kenaikan pangkat), dimana hadirnya faktor ini akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan dan kelompok hygiene factor (kebijaksanaan, pengawasan, gaji/kompensasi, hubungan antara pribadi serta kondisi kerja), dimana perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan.

Pembahasan Untuk mengetahui kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa, digunakan lima indikator yaitu: 1) perencanaan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) melakukan evaluasi, 4) membimbing dan melatih siswa, serta 5) melaksanakan tugas tambahan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspek perencanaan

pembelajaran dilaksanakan guru dengan memiliki silabus dan menyusun perangkat pembelajaran, mempersiapkan media dan sumber belajar, serta membuat alat penilaian dalam bentuk format penilaian acuan norma (PAN) dan format penilaian acuan patokan (PAP). Perangkat pembelajaran terdiri dari unsur/komponen: 1) identitas silabus, 2) stndar Kompetensi (SK), 3) kompetensi Dasar (KD), 4) materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, 6) indikator, 7) alokasi waktu, dan 8) sumber pembelajaran. Dari aspek pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui tiga komponen utama, yaitu: 1) pengelolaan kelas, 2) penggunaan media dan sumber belajar, serta 3) penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan efektif. Pengelolaan kelas dilakukan untuk melaksanakan serangkain kegiatan dalam perilaku siswa terhadap pelajaran, melalui pemanfaatan media dan sumber belajar yang tepat dan sesuai dengan ciri atau karakteristik pelajaran yang diajarkan, yang didukung pula oleh penggunaan metode pembelajaran yang tepat sehingga suasana proses pembelajaran yang akan tercipta adalah belajar aktif, kreatif dan menyenangkan bagi para siswa. Oleh sebab itu diharapkan siswa mampu memperoleh hasil belajar yang baik, atau dengan kata lain prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran yang benarbenar melibatkan keaktifan siswa. Dari aspek pelaksanaan evaluasi pembelajaran, diketahui bahwa guru memiliki alat penilaian yang disebut PAN dan PAP. Kedua alat penilaian ini selanjutnya 5)

merupakan acuan penilaian yang mencakup unsur penilaian afektif (perilaku), kognitif (pengetahuan), dan psikomotorik (keterampilan) siswa, dengan demikian penilaian dapat dilakukan secara obyektif. Aspek membimbing dan melatih siswa lebih dipahami sebagai peran dan fungsi guru di sekolah. Terkait dengan hal tersebut, maka pelaksanaan tugas pembimbingan dan pelatihan kepada siswa diarahkan pada kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler untuk mencapai prestasi akademik maupun non akademik siswa, seperti OSIS, UKS, kepramukaan, cabang-cabang olah raga, kesenian, dan lain sebagainya. Kinerja guru dari aspek pelaksanaan tugas tambahan seperti keikutsertaan guru dalam pendidikan dan latihan pengembangan profesionalisme dan kepemimpinan, atau program pengembangan sekolah berjalan baik dengan tidak mengganggu

terlaksananya tugas pokok dan fungsinya di sekolah, terutama dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil penelitian di atas sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 pasal 1 ayat 1, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Demikian halnya pada Bab lain yaitu Bab IV Pasal 52 ayat 1

dinyatakan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai hasil pembelajaran, 4) membimbing dan melatih peserta didik dan, 5) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu

dapat terlaksana dengan baik, karena memiliki motivasi yang tinggi sebagai bagian dari partisipasi dan kerjasama yang terbangun di antara sesama guru dan pegawai, didukung oleh faktor kepemimpinan yang mampu memfasilitasi kebutuhan guru, serta sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas guru di sekolah, baik tugas keguruan maupun tugas non keguruan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri 2 Belopa antara lain: sumber daya manusia, dana, dan sarana prasarana. Dalam deskripsi data hasil penelitian ditemukan bahwa secara kuantitas, guru yang mengajar pada SMA Negeri 2 Belopa pada umumnya. Penemuan tersebut dibuktikan oleh dokumentasi bahwa masih ada beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang tidak sesuai dengan kualikasi akademiknya. Pada aspek kualitas guru ditinjau dari segi tingkat pendidikan formal masih terdapat 4 orang guru yang memiliki kualifikasi akademik D3 yang seharusnya tidak mengajar pada jenjang sekolah menengah atas. Minimnya dana yang dikelola oleh pihak sekolah yang diterima melalui komite sekolah menjadi salah satu kendala dalam melaksanakan kegiatan

pengembangan sekolah dan kegiatan program kerja sekolah. Keterbatasan sarana prasarana yang pada SMA Negeri 2 Belopa juga menjadi kendala dalam upaya

meningkatkan kinerja guru. Hal ini dapat dilihat pada kondisi 5 ruang belajar yang rusak, minimnya alat peraga dan sarana olahraga. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa kendala peningkatan kinerja termasuk sumber daya manusia baik ditinjau dari aspek kualitas maupun kuantitas, dana dan sarana prasarana dapat menghambat kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.

Yang merupakan faktor pendukung dalam peningkatan kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa terdiri dari dua factor yaitu: Faktor individu (Intrinsik) meliputi motivasi, partisipasi/keterlibatan,prestasi kerja/peluang untuk maju, dan sebagainya. Faktor

lingkungan organisasi (ekstrinsik) meliputi kepemimpinan dan imbalan/kompensasi. Dalam deskripsi data hasil penelitian ditemukan bahwa Guru SMA Negeri 2 Belopa memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah ditandai dengan ketersediaan perangkat-perangkat pembelajaran. Pelibatan dalam program pengembangan sekolah merupakan salah bentuk partisipasi dapat meningkatkan kinerja . Prestasi dalam bentuk pembinaan siswa dalam mengikuti berbagai perlombaan dilakukan oleh guru SMA Negeri 2 Belopa. Karena itu seorang pemimpin hendaknya selalu mendorong bawahannya agar mempunyai prestasi yang baik sehingga dapat diteladani oleh orang lain. Prestasi yang baik bukan saja meningkatkan motivasi bagi yang bersangkutan tetapi akan menguntungkan pula organisasi/sekolah dalam usaha meningkatkan kinerja. SMA Negeri 2 Belopa memberikan peluang yang seluas-luasnya untuk maju kepada semua guru untuk mengembangkan potensi diri sebagai seorang pendidik baik melalui seminar, pelatihan, maupu pendidikan. Hal ini dimaksudkan bahwa semua guru berpeluang yang sama untuk mendapatkan kesempatan menduduki suatu posisi, promosi, kenaikan pangkat, pelatihan diri akan dan melanjutkan motivasi pendidkan.Peluang yang kuat dalam guru yang

mendapatkan

pengembangan

menjadi

meningkatkan kinerja bagi guru.

.Jika kinerja guru baik, diduga berpengaruh terrhadap keberhasilan peserta didik, sebaliknya jika kinerja guru rendah diduga mutu pendidikan akan jelek pula. Dalam deskripsi data hasil penelitian ditemukan bahwa yang menjadi faktor ekstrinsik

yaitu kepemimpinan, pengakuan, kompensasi, dan kondisi kerja. Kepemimpinan kepala SMA Negeri 2 Belopa Guru SMA Negeri 2 Belopa dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat pelaksanaan fungsi manajemen, pemenuhan kebutuhan, pemberian kompensasi, pengakuan telah dilakukan semaksimal mungkin meskipun pemenuhan kondisi kerja yang baik belum sepenuhnya tercipta.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kinerja guru di SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu dapat dikatakan baik dari pemenuhan komponen-komponen pelaksanaan pembelajaran, yaitu: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) menilai hasil pembelajaran, d) membimbing dan melatih siswa

dalam berbagai kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, serta e) tugas tambahan karena telah dilaksanakan dengan baik. 2. Faktor penghambat kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu antara lain; sumber daya manusia , dana, sarana dan prasarana belum memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 3. Faktor pendukung kinerja guru SMA Negeri 2 Belopa antara lain: faktor interinsik berupa motivasi, partisipasi/keterlibatan,prestasi kerja, peluang untuk maju, dan sebagainya. Faktor (ekstrinsik) meliputi kepemimpinan, pengakuan, imbalan/kompensasi sudah

memadai dan diupayakan semaksimal mungkin meskipun kondisi kerja belum sepenuhnya tercipta dengan baik.

B. Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,maka saran yang diajukan yaitu: 1. Kepala sekolah senantiasa dapat selalu mendukung pelaksanaan tugas guru sehingga kinerja guru dapat meningkat. 2. Guru harus mampu memotivasi dirinya dalam melaksanakan tugas pembelajaran disekolah. 3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan dan mengembangkan hasil penelitian yang telah dicapai terutama yang terkait dengan kinerja guru sebagaimana dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2008. Pengaruh Budaya Organisasi, Locus of Control dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru Pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat. Online. http://www.wordpress.com/pdf. Diakses tanggal 18 Februari 2010. Bukka, Muh. 2005. Monitoring dan Evaluasi. Makassar: Pustaka Pena Ekspress. Burhanudin. 2001. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2000. Panduan manajemen Madrasah. Jakarta: Direktorat Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama. Fitriyulianti. 2008. Pengaruh Budaya Oerganisasi Terhadap Kinerja Guru Matematika di Kabupaten Indramayu. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. Online. http://www.wordpress.com/php/html. Diakses tanggal 18 Februari 2010. Flippo.1989. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Gibson. Et al.1994. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses (Edisi Kedelapan). Jilid 2. Terjemahan Nunuk Adiami. Jakarta: Binarupa Aksara. Harjanto. 1997. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Salemba Empat. Hasibuan, Malayu. 2003. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara Ilyas, Yaslis. 2006. Kinerja. Teori, Penilaian dan Penelitian. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi. Universitas Indonesia. Ismaya.2003.Etos Kerja dan Produktivitas. Bandung:. Remaja Rosda Karya. Kast & Rosenzweig. (2002).Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Malayu S. P. Hasibuan. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moeljono, Djoko Santoso. 2005. Culture-Budaya Organisasi dalam Tantangan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Moenir. 1983. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: PT. Gunung Agung Moleong J. Lexy. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2005. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:. Remaja Rosda Karya. -----------------. 2005. Menjadi Kepala Madrasa Professional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosda Karya. Munasef. 1983. Penilaian Prestasi Kerja: Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Pressindo. .Prawirosentono. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta. BPFE. Raffi, Suryatna. 1995. Tehnik Evaluasi. Bandung: Aksara. Rivas Veitzhel dan Dedy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Robert, Kreitner dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : Salemba Empat. Robbins, Stephen P. 2001, Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Education International.

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330) Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

You might also like