You are on page 1of 11

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.

Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negaranegara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985. Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:

Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.

Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).

Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

Sejarah globalisasi Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi. Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia. Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak

politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini. Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.]] Dampak positif globalisasi antara lain:

Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan Mudah melakukan komunikasi Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi) Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran Memacu untuk meningkatkan kualitas diri Mudah memenuhi kebutuhan

Dampak negatif globalisasi antara lain:


Informasi yang tidak tersaring Perilaku konsumtif Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara

Globalisasi Kebudayaan Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ). Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan

komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya. 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah: 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugastugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan seringnya tawuran antar pelajar dan menurunnya karakter berkebangsaan pada generasi maka dicetuskan pendidikan karakter bangsa sebagai wujud pendidikan karakter kebangsaan kepada peserta didik. Pendidikan karakter bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter bangsa indonesia tidak berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan pelajan-pelajaran yang ada dengan memasukkan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka dengan kebiasaan (habit) yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Berikut 18 Indikator Pendidikan Karakter bangsa sebagai bahan untuk menerapkan pendidikan karakter bangsa: 1. Religius ; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. INDIKATOR SEKOLAH A Merayakan hari-hari besar keagamaan. B Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. C Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. INDIKATOR KELAS A Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. B Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. 2. Jujur ; Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. INDIKATOR SEKOLAH A Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang. B Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala. C Menyediakan kantin kejujuran. D Menyediakan kotak saran dan pengaduan. E Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian. INDIKATOR KELAS A Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang. B Tempat pengumuman barang temuan atau hilang. C Tranparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala. D Larangan menyontek. 3. Toleransi ; Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya INDIKATOR SEKOLAH A Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas. B Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.

INDIKATOR KELAS A Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi. B Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. C Bekerja dalam kelompok yang berbeda. 4. Disiplin ; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. INDIKATOR SEKOLAH A Memiliki catatan kehadiran. B Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin. C Memiliki tata tertib sekolah. D Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin. E Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah. F Menyediakan peralatan praktik sesuai program studi keahlian (SMK). INDIKATOR KELAS A Membiasakan hadir tepat waktu. B Membiasakan mematuhi aturan. C Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahliannya (SMK). D Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai program studi keahlian) (SMK). 5. Kerja Keras ; Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. INDIKATOR SEKOLAH A Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. B Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras. C Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja. INDIKATOR KELAS A Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. B Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar. C Mencipatakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja. D Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar. 6. Kreatif ; Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. INDIKATOR SEKOLAH A. Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif. INDIKATOR KELAS A Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif. B Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi.

7. Mandiri ; Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. INDIKATOR SEKOLAH Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik. INDIKATOR KELAS Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri. 8. Demokratis ; Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. INDIKATOR SEKOLAH A Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan. B Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan. C Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka. INDIKATOR KELAS A Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat. B Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka. C Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat. D Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif. 9. Rasa Ingin Tahu; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. INDIKATOR SEKOLAH A Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah. B Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. INDIKATOR SEKOLAH A Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. B Eksplorasi lingkungan secara terprogram. C Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik). 10. Semangat Kebangsaan; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. INDIKATOR SEKOLAH A Melakukan upacara rutin sekolah. B Melakukan upacara hari-hari besar nasional. C Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional. D Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. E Mengikuti lomba pada hari besar nasional.

INDIKATOR KELAS A Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi. B Mendiskusikan hari-hari besar nasional. 11. Cinta Tanah Air ; Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. INDIKATOR SEKOLAH A Menggunakan produk buatan dalam negeri. B Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia. B Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. INDIKATOR KELAS A Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia B. Menggunakan produk buatan dalam negeri. 12. Menghargai Prestasi; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. INDIKATOR SEKOLAH A Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah. B Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi. INDIKATOR KELAS A Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik. B Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi. C Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi. 13. Bersahabat/ Komuniktif; Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. INDIKATOR SEKOLAH A Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah. B Berkomunikasi dengan bahasa yang santun. C Saling menghargai dan menjaga kehormatan. D Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban. INDIKATOR KELAS A Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik. B Pembelajaran yang dialogis. C Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik. D Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik. 14. Cinta Damai; Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya

INDIKATOR SEKOLAH A Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, dan harmonis. B Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. C Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak bias gender. D Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang. INDIKATOR KELAS A Menciptakan suasana kelas yang damai. B Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. C Pembelajaran yang tidak bias gender. D Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang. 15. Gemar Membaca; Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. INDIKATOR SEKOLAH A Program wajib baca. B Frekuensi kunjungan perpustakaan. C Menyediakan fasilitas dan suasana menyenangkan untuk membaca. INDIKATOR KELAS A Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik. B Frekuensi kunjungan perpustakaan. C Saling tukar bacaan. D Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi. 16. Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. INDIKATOR SEKOLAH A Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. B Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan. C Menyediakan kamar mandi dan air bersih. D Pembiasaan hemat energi. E Membuat biopori di area sekolah. F Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik. G Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik. H Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik. I Penanganan limbah hasil praktik (SMK). J Menyediakan peralatan kebersihan. K Membuat tandon penyimpanan air. L Memrogramkan cinta bersih lingkungan. INDIKATOR KELAS A Memelihara lingkungan kelas. B Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas. C Pembiasaan hemat energi. D Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan (SMK).

17. Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. INDIKATOR SEKOLAH A Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial. B Melakukan aksi sosial. C Menyediakan fasilitas untuk menyumbang. INDIKATOR KELAS A Berempati kepada sesama teman kelas. B Melakukan aksi sosial. C Membangun kerukunan warga kelas. 18. Tanggung jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. INDIKATOR SEKOLAH A Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis. B Melakukan tugas tanpa disuruh. C Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. D Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. INDIKATOR KELAS A Pelaksanaan tugas piket secara teratur. B Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. C Mengajukan usul pemecahan masalah. Mau mengetahui bagaimana penerapan pendidikan karakter bangsa ? berikut contoh penerapan pendidikan karakter bangsa.

You might also like