You are on page 1of 12

KONSEP DASAR Definisi 1.

Penyakit paru obstruksi kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara disaluran pernapasan yang bersifat progesif non reversible. PPOK dari bronkitis kronik, emfisema atau gabungan keduanya (PDPI, 2001) 2. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran nafas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurangkurangnya 2 tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lain (Amin Muhammad , Hood Alsagaff, 1989) 3. Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding alveolus (Arief Mansjoer dkk FKUI, 2001) Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial Etiologi 1. Kebiasaan merokok merupakan penyebab penting dari pada yang lain . Riwayat merokok perlu diperhatikan : a. b. Riwayat merokok : perokok aktif, pasif, bekas perokok Derajat berat merokok dengan indeks Brinkman (IB) yaitu

perkalian jumlah rata-rata batang merokok (hari)x lama merokok (tahun ) - Ringan - Berat c. : 0-200 : lebih dari 600 - Sedang : 200-600 Riwayat terpajan polusi udara dilingkungan dan tempat kerja

2. Hiperreaktif bronkus 3. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang 4. Bersifat genetik yaitu defisiensi alfa-1 antitripsin

Pathway Bronkitis Hipertropi dan hiperplasia Obstruksi jalan nafas PPOK Sekresi mukus meningkat Edema mukosa Kontraksi otot Emfisema

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Resistensi pernapasan meningkat Frekuensi nafas meningkat Dyspnea Tekanan expirasi meningkat Konpresi bronkial Ekspresi yang buruk Overdistensi paru Hipertensi pulmunal Gagal jantung kanan Gangguan intoleransi aktivitas

Ventilasi tak normal. Hypoksia

- Gangguan pertukaran gas. - Resiko infeksi. - Cemas.

- Gangguan pemenuhan nutrisi. - Gangguan pola nafas - Gangguan konsep diri - Gangguan personal hygine - Gangguan spiritual

Gejala klinis 1. Batuk 2. Sputum putih atau mikoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen 3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas Diagnosis 1. Anamnesa : riwayat penyaktit yang ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab 2. Pemeriksaan fisik Inpeksi yaitu kita lihat dari ujung atas hingga ujung bawah klien terutama akan bentuk dada atau paru apakah berbentuk simetris , pencembungan atau bentuk abnormal lainnya. Palpasi yaitu kita raba, dimana pada klien paru ini palpasi kita mengarah pada dada atau paru apakah pergerakannya simetris atau tertinggal antara kanan dan kiri. Perkusi yaitu pemeriksaan fisik dengan diketuk, dimana padaklien paru disini perkusi kita mengarah pada dada atau paru atau abdoment apakah redup , sonor, ataupun hipersonor. Auskultasi yaitu suatu pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan suara-suara tambahan terutama pada jalan nafas dimana akan kita dapat suara-suara tambahan seperti suara gerak pleura, suara bisik, suara percakapan, egofoni, ronchi, dan whezing. Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada Perkusi dada hipersonor,peranjakan hati mengecil, batas paru Suara napas berkurang dengan ekspirasi memanjang (Kapita selekta kedokteran , 2001)

hati lebih rendah , pekak jantung berkurang 3. Pemeriksaan radiologi 4. Pemeriksaan fungsi paru 5. Pemeriksaan gas darah 6. Pemeriksaan EKG 7. Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih

Penatalaksanaan Bertujuan : - mengurangi gejala - mencegah eksaserbasi ulang - memperbaiki / mencegah penurunan faal paru - meningkatkan kualitas hidup pasien Penatalaksanaan meliputi : 1. Edukasi a) b) c) d) e) f) g) a) b) c) d) PPOK adalah penyakit yang irreversible dan progesif Intinya menyesuaikan keterbatasan aktifitas dan mencegah Berhenti merokok (disampaikan pertama kali, bila sudah tegak) Penggunaan obat (macam obat ,penggunaan dan jenis obatnya) Penggunaan oksigen (kapan digunakan ,berapa dosisnya) Mengenal efek samping obat atau oksigen Mengenal eksaserbasi akut dan pengelolaannya Menghindari faktor pencetus eksaserbasi Menyesuaikan hidup dan aktifitas Brokodilator (anti kolinergik, B2 agen S, xantin) Anti inflamasi (kortikosterid, prednison) Antibiotika, bila ada infeksi (amoksilin, sefalosporin) Anti oksidan, mengurangi eksaserbasi (N- asetilsistein)

kecepatan perburukan fungsi paru, meliputi :

2. Obat-obatan

3. Terapi oksigen, penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel dengan indikasi PaO2 kurang dari 60 mmhg atau sat O2 kurang dari 90% PaO2 antara 55-59 mmhg

4. Ventilasi mekanik, digunakan dengan atau tanpa intubasi. Bila ada gagal nafas bisa gagal nafas akut atau kronik 5. Nutrisi, sering terjadi malnutrisi karena bertambahnya kebutuhan energi, akibat kerja muskulus respirasi meningkat . Nutrisi diberikan tinggi lemak rendah karbohirat , protein 6. Rehabilitasi dengan jalan : a. b. c. Latihan fisik Psikososial Latihan pernafasan

Komplikasi Infeksi yang berulang , pneumotoraks spontan , eritositosis karena keadaan hipoksia kronik , gagal nafas ,dan kor pulmonal II. ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN 1. Identitas Penyakit PPOK banyak diderita oleh kaum pria dari pada wanita, yang perbandinganya adalah 3-10 : 1. Pekerjaan penderita sering berhubungan erat dengan faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. Didaerah perkotaan, insiden PPOK 1 kali lebih banyak daripada dipedasaan. ( Hood Alsagaff, 1989) 2. Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang : a. b. c. d. 3. Merokok produl tembakau ( Faktor faktor penyebab utama ) Tinggal atau bekerja diarea dengan polusi udara berat Riwayat alergi pada keluarga Riwayat asma pada anak-anak atau adanya faktor-faktor yang dapat mencetuskan

Riwayat

eksaserbasi, seperti alergen (serbuk, debu kulit, serbuk sari ,jamur ), stres emosional , aktivitas fisik berlebihan , polusi udara , infeksi saluran napas, kegagalan program pengobatan yang dianjurkan 4. Pemeriksaan a. b. fisik berdasarkan pengkajian sistem pernafasan (Apendiks A) yang meliputi : Manifestasi klasikn dari PPOK : Peningkatan dispnea (paling sering ditemukan ) Penggunaan otot-otot asesori pernapasan (retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, napas cuping hidung ) Penurunan bunyi napas Takipnea Ortopnea Gejala- gejala menetap pada proses penyakit dasar : Asma batuk ( mungkin produktif atau non produksi ), dan perasaan dada seperti terikat mengi saat inspirasi dan ekspirasi, yang sering terdengar tanpa stetoskop

pernapasan cuping hidung ketakutan dan diaforesis Bronkitis Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabuabuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari dan sering diabaikan oleh perokok(disebut batuk perokok) Inspirasi ronki kasar (crakcles) dan mengi Sesak nafas

Bronkitis (tahap lanjut) - Penampilan sianosis (karena polisitemia yang terjadi sebagai akibat dari hipoksemia kronis) - Pembengkakan umum atau penampilan puffy (disebabkan oleh edem asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmonal); secara klinis, pasien ini umumnya disebut blue bloaters

Emfisema - Penampilan fisik kurus dengan dada barrel chest (diameter toraks anterior-posterior meningkat sebagai akibat hiperinlasi paru-paru) - Fase ekspirasi memanjang

Emfisema (tahap lanjut) - Hipoksemia dan hiperkapnia tetapi tak ada sianosis; pasien ini sering digambarkan secara klinis sebagai pink puffers - Jari-jari tabuh

5. -

Pemeriksaan diagnostik : Gas darah arteri (GDA) menunjukkan paO2 rendah dan paCO2 Sinar x dada menunjukkan hiperinflasi pari-paru, pembesaran Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan peningkatan kapasitas tinggi jantung dan bendungan pada area paru-paru paru-paru total (KPT)dan volume cadangan (VC), penurunan kapasitas vital (KV), dan volume ekspirasi kuat(VEK) JDL menunjukkan peningkatan hemoglobulin , hematokrit, dan Kultur sputum positif bila ada infeksi jumlah darah merah (JDM)

Esei imunoglobulin menunjukkan adanya peningkatan IgEserum

(imunoglobulin E) jika asma merupakan salah satu komponen dari penyakit tersebut III. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi kental dan tertekan Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplay oksigen, bronkospasme Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake kurang, dispnea, anoreksia, mual muntah Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatnya pertahan tubuh, penurunan imunitas IV. PERENCANAAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret , sekresi kental dan tertekan Tujuan : Jalan nafas kembali efektif b) c) d) Rencana intervensi : 1) whezing, krekels, ronki Rasional : untuk melihat obstruksi penyebab PPOK dan menilai derajat keparahan pernapasan 2) sekresi ,jika tidak mampu : Anjurkan metode batuk terkontrol Gunakan suction untuk mengeluarkan sekret Lakukan fisioterapi dada : Memantau tingkat kecemasan jalan nafas dan membersihkannya 3) Berikan posisi yang nyaman dengan peninggian kepala tempat tidur , duduk pada sandaran tempat tidur Kaji kemampuan klien untuk mobilisasi Auskultasi bunyi nafas , catat adanya Bunyi nafas bersih atau jelas Tidak terjadi dispnea , sianosis Adanya batuk efektif dan mengeluarkan sekret Kriteria hasil : a) Mempertahankan jalan nafas paten

Rasional

Rasional : Mempermudah fungsi paru dan membantu dalam meningkatkan ekspansi paru 4) Anjurkan minum kurang lebih 2 liter atau hari bila tidak ada kontraindikasi Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret 5) pemberian obat-obatan Rasoinal : Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan dan sebagai evaluasi perbaikan kondisi klien dan pengembangan parunya 6) sesudah batuk Rasional 2. : Kebersihan mulut meningkatkan rasa nyaman dan mencegah bau mulut Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplay oksigen , bronkospasme Tujuan : Kebutuhan oksigen terpenuhi b) Oksigenasi jaringan adekuat c) GDA dalam batas normal d) Tidak ada gejala distres pernapasan Rencana intervensi : 1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit 2) Tinggikan kepala tempat tidur dan bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan possi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan napas dan kerja napas 3) Bantu atau dorong pasien untuk mengeluarkan sputum dengan penghisapan bila diindikasikan Rasional : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil . Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif 4) Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara Kriteria hasil : a) Menunjukkan perbaikan ventilasi Lakukan hygiene mulut yang baik Kolaborasi dengan tim medis dalam

Rasional : Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara . Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus atau tertahannya sekret 5) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur atau istirahat dikursi selama fase akut Rasional : Selama distres pernapasan berat atau akut atau refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas seharihari karena hipoksemia dan dispnea 6) Observasi tanda-tanda vital dan irama jantung efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung 7) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi oksigen yang sesuai dengan indikasi Rasional : Dapat memperbaiki atau mencegah buruknya hipoksia Rasional : Takikardi, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA Carpenito , lynda juall (1999), Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan edisi 6 : EGC , Jakarta Arif Mansjoer ( 2001), Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta Marilyn E Dongoes (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien , EGC, Jakarta Dr. H Tabrani Rab (1996), Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga Univercity pers , Surabaya Engran Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume Penerbit Buku Kedokteran EGC , Jakarta , 1994 Slamet Suyono dkk , Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi 3, Balai Penerbit FKUI , Jakarta , 2001 Sudarto , Penyakit- Penyakit Infeksi di Indonesia ,Widya Medika , Jakarta , 1996 Pedoman diagnostik dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, RSUD Dr. Soetomo , Surabaya, 1994 Noer Syaifulloh.M.H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3, Balai Penerbit Buku FKUI < Jakarta , 1996 Hood Alsagaff , Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University, Press, Surabaya, 2003 1,

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DEWASA 1 PADA KLIEN DENGAN PPOK ( PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK )

OLEH: Putu Aditya S 010109a108

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2011

You might also like