You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Mengumpat merupakan sebuah ekspresi kekesalan seseorang terhadap suatu hal yang tidak mengenakkan hati, terkait dengan suasana hati saat itu. Hal ini menyebabkan perilaku yang tidak wajar dalam kacamata norma. Kecenderungan mengumpat ini memperlihatkan seseorang tidak mempunyai tata nilai yang sopan dan berpendidikan, sehingga efek dari sang pengumpat akan dijauhi teman, bahkan sampai berakibat fatal dalam dunia pekerjaan. kasus yang akan kamu tangani disini adalah masalah seorang satpam yang seringnya mengumpat dengan umpatan tertentu. X dengan bahasa jawa, yang artinya vagina, atau alam kelamin wanita, dimana jika sang subjek mendapati suatu stimulus untuk merespon dengan umpatan, semakin subjek menahan keinginan itu semakin itu pula dorongan untuk mengumpat semakin kuat dan subjek tidak kuasa untuk tidak melakukanya. Kami mengambil tema ini, karena pentingnya merubah perilaku tersebut agar efek negatif dari mengumpat dapat terhapus, sehingga seseorang akan dapat menjalani kehidupanya dengan kebahagiaan. Disamping itu, perilaku mengumpat perlu segera ditanngani karena hal ini menggambarkan sikap seseorang dalam beriteraksi dengan lingkunganya untuk lebih disiplin terhadap norma, adat istiadat yang berlaku. Perilaku yang kurang tepat ini harus segera ditangani dan dirubah menjadi perilaku yang lebih positif. Oleh karena itu, kami mencoba untuk memodifikasi perilaku yang bermaslah tersebut dengan beberapa pendekatan terapi Modifikasi perilaku.

B. PROBLEM BEHAVIOUR Perilaku yang negatif tersebut disebut obsesif-kompulsif disorder (OCD), adalah salah satu dari beberapa gangguan kecemasan. Obsesi adalah sesuatu yang tidak diinginkan dan mengganggu pikiran, berupa impuls dan gambar atau kombinasi dari keduanya, yang umumnya ditolak. Sedangkan Kompulsi adalah perilaku repetitif (mengulang) dan tampaknya tujuan, didahului atau disertai dengan rasa subjektif dari paksaan, dan umumnya ditentang oleh orang tersebut. Asosiasi psikiater diognostik dan statistik gangguan mental amerika, edisi ke 3, Revisi (1987) (DSM III-R) menjelaskan gangguan obsesif-kompulsif memiliki karakteristik berikut :

1. Fitur penting adalah obsesi berulang atau dorongan. Untuk diagnosis, orang tersebut harus mempunyai obsesi atau dorongan, atau keduanya 2. Obsesi yang berulang. Hal tersebut tidak dialami sebagai sukarela yang dihasilkan. Juga tidak masuk akal atau menjijikkan, dan upaya yang dilakukan untuk mengabaikan atau suppres mereka. 3. Dorongan adalah bentuk berulang dan tujuan perilaku yang dilakukan sesuai aturan tertentu atau dengan cara stereotip, dan dilakukan dengan rasa paksaan subjektif dan dengan keinginan untuk melawan. Perilaku tersebut bukan tujuan riel, tetapi bertujuan untuk menghasilkan atau mencegah beberapa peristiwa atau situasi. Namun, aktivitas tersebut tidak terhubung secara realistis dengan itu adalah bertujuan untuk memproduksi atau mencegah, atau jelas berlebihan. Orang umumnya mengakui perilaku tidak masuk akal dan tidak berasal dari kesenangan melakukan kegiatan, meskipun memberikan pelepasan ketegangan. 4. Obsesi atau dorongan menyebabkan penurunan fungsi organ dan / atau menyebabkan kesulitan. 5. Obsesi atau dorongan yang bukan karena kelainan lain, seperti skizofrenia, sindrom organik atau gangguan afektif utama.

C. TUJUAN MODIFIKASI PERILAKU Adapun tujuan Modifikasi perilaku dalam kasus ini bertujuan untuk mengubah

kebiasaan subjek yang di anggap tidak baik menjadi perilaku yang baik atau diharapkan oleh orang lain dan lingkungannya, serta membantu subjek untuk dapat menerapkan kebiasaan yang baik dalam kehidupannya sehari-hari.

BAB II RANCANGAN MODIFIKASI PERILAKU A. IDENTITAS SUBJEK Nama Alamat TTL / Umur Sex Status Perkawinan Suku Agama :RN : ds. Patianrowo Kec. Patianrowo, Kab. Nganjuk : 27 Oktober 1989 / 22 tahun : Laki-laki : belum nikah : Jawa : Islam

Riwayat Pendidikan : SDN 1Patianrowo SLTP Negri 1 Kertosono SMAN I Patianrowo Pekerjaan Posisi keluarga B. MASALAH SUBJEK Mengumpat dengan umpatan tertentu. X dengan bahasa jawa, yang artinya vagina, atau alam kelamin wanita. C. TUJUAN MODIFIKASI PERILAKU SUBJEK Tujuan modifikasi perilaku subjek yaitu untuk merubah perilaku subjek agar dapat meninggalkan perilaku yang salah tersebut (mengumpat). D. HASIL WAWANCARA Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan pada hariMinggu tanggal 2 Oktober 2011, pukul 14.00 15.30 WIB. RN, 22 tahun adalah anak terakhir dari empat bersaudara dari sebuah keluarga menengah ke atas, dan dia menjadi anak kesayangan keluarga. Waktu ia bekerja sebagai satpam di Surabaya, ia mempunyai pacar yang sangat dia cintai. 1 tahun mereka berpacaran secara sembunyi-sembunyi karena orang tua RN tidak setuju dengan hubunganya. : Satpam PG. Lestari : Anak terakhir dari empat bersaudara

Suatu hari, RN mendapati kekasihnya sedang bermesraan dengan laki laki lain, hal itu mengundang kemarahan RN dan pertengkaran dengan kekasihnya tak dapat dihindari lagi . Akhirnya keduanya sepakat memutuskan hubungan mereka. Sejak saat itu RN merasa hidupnya mengambang dan kosong, dia mudah tersinggung dan marah-marah yang tidak jelas, jika sudah marah dia selalu mengumpat dengan umpatan tertentu, yankni X dengan bahasa jawa, dimana artinya adalah vagina atau alat kelamin wanita. Dan ketika dirinya mendapati moment untuk mengumpat (saat marah atau tersinggung), RN merasakan tubuhnya menegang dan jantungnya berdetak kencang. RN sadar akan perbuatanya itu, sekalipun RN telah berusaha keras untuk tidak melakukanya (mengumpat), sejauh ini dia belum berhasil mengatasinya. Ketika RN menahan dorongan untuk tidak mengumpat saat marah, maka makin kuat pula dorongan atau desakan untuk mengucapkanya. Sudah tentu hal ini dirasakan RN tidak wajar dan menimbulkan perasaan tegang, terutama saat ia mengalami dorongan kuat yang tidak dapat ia tahan untuk mengumpat.

E. RANCANGAN MODIFIKASI PERILAKU MENGGUNAKAN REBT REBT akan sangat membantu dalam pemberian strategi modifikasi perilaku ini guna merubah perilaku mengumpat menggunakan penyanggahan (Dispute) keyakinan keyakinan irrasional subjek untuk memunculkan effect new philosophy dan perasaan yang lega dalam mengurangi perasaan cemas. Langkah-langkahnya adalah: 1. Behavioral contracting. Dalam memodifikasi perilaku subjek, diperlukan adanya suatu kontrak atau perjanjian dengan subjek. Kami membuat suatu kontrak perilaku dengan subjek, dimana subjek harus berperilaku sesuai dengan yang kami inginkan bedasarkan rancangan treatment yang telah kami buat demi mengubah kebiasaan sulit bangun pagi tersebut. 2. Defining the target behavior & competing behavior. Pada langkah ini kami menentukkan perilaku apa yang akan diubah dan perilaku apa yang akan dimunculkan. Adapun perilaku yang ingin di ubah yaitu perilaku mengumpat dan akan menghilangkan kebiasaan atau keinginan mengumpat tersebut. 3. Membedakan antara kekhawatiran, kehati-hatian, dan kewaspadaan yang sehat dan kecemasan, kegelisahan, dan panik yang tidak sehat. Hal pertama yang dilakukan adalah mencari berbagai macam keharusan, kebutuhan, dan generalisasi yang

berlebihan dalam menghadapi suatu stimulus. Melihat kedalam diri apakah perasaan ini secara sehat berasal dari keinginan dan hasrat diri yang menginginkan kondisi disekitar menjadi lebih baik. 4. Memberikan wawasan baru untuk menyadari sepenuhnya perasaan sehat dan perasaan tidak sehat. Menekankan dan menyadarkan sang subjek bahwa perilaku itu

merupakan ciptaan subjek yang berasal dari perasaan yang tidak sehat ketika berbagai tujuan dan keinginan kuat subjek terhambat. 5. Menekankan masa kini dan melupakan masa lalu. Memberikan bantahan bahwa boleh jadi perilaku yang sekarang terjadi akibat masa lalu, namun hal itu bukan berarti sang subjek tenggelam akan peristiwa lalu. Menekankan kekinian dan lebih berorientasi pada masa depan. 6. Self monitoring. Subjek melakukan self monitoring pada dirinya sendiri dengan mengggunakan data sheet dimana subjek harus mengisinya seperti memberikan tugas rumah, jika setiap keyakinan irrasional itu muncul, secara aktif subjek membantah keyakinan irrasional tersebut. Sesaat ketika subjek merasa keyakinan irrational itu muncul, sang subjek diminta secara mandiri untuk meng-cute keyakinan irrational tersebut. F. ALASAN TREATMENT Pada masalah ini, kami memilih untuk menggunakan treatment stimulus REBT dikarenakan model treatmen ini sangat cocok untuk merubah pikiran obsesif begitupula kompulsif dalam perilaku mengumpat. Dimana dalam REBT secara tegas membantah keyakinan keyakina irational yang berupa stimulus yang nantinya meunculkan respon mengumpat. Akan sangat baik sekali usaha merationalkan pikiran subjek dan menyadarkan bahwa pikiran dan perilakunya itu kurang tepat. G. KESIMPULAN Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara, yang telah kami lakukan, maka

kesimpulan yang kami dapatkan bahwa setiap perilaku yang dianggap tidak baik, mengganggu, atau merugikan dapat di ubah atau di modifikasi dengan treatment-treatment yang sesuai. Modifikasi perilaku juga harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan perjanjian yang ada antara terapis dengan subjek. Dalam permasalahan ini, perilaku mengumpat yang didahului adanya suatu stimulus dengan REBT stimulus itu dibantah dan selalu merationalkan pikiran yang sehat, sehingga dimungkinkan subjek akan merasa lebih produktif dalam bekerja dan berinteraksi dengan lingkunganya.

MODIFIKASI PERILAKU OBSESSIFE COMPULSIVE


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Modifikasi Perilaku

Dosen pengampu: Imron Muzakki. M. Psi

Disusun oleh:

Zenu shobiri

9334 022 08

JURUSAN USHULUDDIN PRODI PSIKOLOGI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2011

You might also like