You are on page 1of 6

C.

KOMPONEN LOGIKA
1. Logika adalah pengertian, ide atau konsep a. Pengertian adalah hasil penangkapan hakikat objek. Jadi mengerti berarti menangkap hakikat objek (yang dimengerti), juga dapat di sebut ide. b. Filsafat Yunani Kuno, Plato (427-248 SM) mengatakan bahwa pengertian atau ide memang ada secara sungguh-sungguh, tetapi adanya tidak di dunia fana ini, melainkan adanya di dunianya sendiri. c. Aristoteles (384-322 SM) juga mengikuti bahwa ide itu ada tetapi bukan merupakan realita konkrit melainkan abstrak. Adapun cara manusia menangkap ide itu dengan abstraksi, yakni berbeda. d. Rene Descrates (1959-1950) adalah filosof Perancis yang terkenal sebagau bapak ilmu modern, dan juga bapak dari aliran rasionalisme. Menurutnya, manusia dapat mencapai idea tau rasionalnya yang selalu berpikir. Karena rasio, manusia dapat mencapai ide yang terang itulah Tuhan. Tuhan memberikan ide kepada manusia sebelum lahir, untuk dijadikan bekal hidup sehingga mustahillah jika ide pemberian Tuhan tidak benar. Untuk itu ide milik manusia sekjak lahir. Descrates menamakan ide innatae (bawaan). e. Empirisme berpendapat bahwa manusia pada waktu lahir tidak membawa ide, manusia ketika lahir seakan-akan berupa kertas tak bertulis (tabula rasa). Hanya dengan pengamatan manusia lambat laun mempunyai ide. Tetapi ide bukan sungguhan menyangkut inti dari semua hal yang semacamnya. Ide hanya merupakan jumlah pengalaman manusia. f. Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa ide memang ada, semua pengetahuan bermula dari pengamatan atau empiric. Manusia mengenal objeknya, yang terlibat dalam ruang dan waktu, bukanlah milik objek, mrlainkan milik subjek. Yang tertangkap oleh manusia (subjek) itu hanyalah gejala yang teratur sedemikian rupa dengan ruang dan waktu. Itulah sebabnya yang konkrit selalu tertangkap oleh

manusia dalam ruang dan waktu. Jadi, terjadinya ide atau pengertian itu berkat kerjasama antara objek dan subjek. g. Menurut pendapat dari tokoh dewasa ini cara menangkap ide atas dasar kemanusiaan, merupakan realita yang satu dan dinamis, mempunyai aspek nampaknya sering bertentangan, yaitu jiwa dan raga manusia. 2. Penalaran atau pemikiran

3. Keputusan atau pendapat

Dalam teori logika dikenal adanya suatu pernyataan atau preposition. Preposition merupakan komponen logika dasar yang dilambangkan dengan huruf dan memiliki nilai kebenaran true atau false. Preposition dideklarasikan dengan sebuah kalimat tertutup yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu pernyataan lengkap akan suatu keadaan. Dua preposition atau pernyataan ini dapat dihubungkan dengan penghubung tertentu yang menghasilkan kalimat logika. Interpretasi merupakan pemberian nilai kebenaran pada setiap pernyataan atau preposition dalam suatu kalimat logika. Sebuah kalimat logika dapat dianalisa kebenarannya dengan aturan semantik. Aturan semantik memproses setiap hubungan-hubungan atar pernyataan yang ada dalam suatu kalimat sehingga diketahui kebenaran dari kalimat tersebut.

D. Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara terminology akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subyek) memiliki yang diketahui (obyek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional obyek dalam subyek. Sedangkan dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). Menurut Burhanuddin Salam, jenis-jenis pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat , yaitu: 1. Pengetahuan biasa Pengetahuan biasa adalah pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Dengan common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, dimana

mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari.

2. Pengetahuan ilmu Pengetahuan ilmu adalah ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan

mensistematisasikan common sense, suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Pengetahuan diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif). Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.

3. Pengetahuan filsafat Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku akan cenderung menjadi kembali longgar.

4. Pengetahuan agama Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan (hubungan vertikal) dan hubungan dengan sesama manusia. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena doktrin tentang hidup setelah mati, karenanya masih dibutuhkan.

Jika seseorang mempermasalahkan dan ingin membuktikan apakah pengetahuan itu bernilai benar, menurut para ahli estimologi dan para ahli filsafat, pada umumnya, untuk dapat membuktikan bahwa pengetahuan bernilai benar, seseorang harus menganalisa terlebih dahulu cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan. Seseorang yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indera akan berbeda cara pembuktiannya dengan seseorang yang bertitik tumpu pada akal atau rasio, intuisi, otoritas, keyakinan dan atau wahyu atau bahkan semua alat tidak dipercayainya sehingga semua harus diragukan seperti yang dilakukan oleh faham skeptisme yang ekstrim di bawah pengaruh Pyrrho.

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain sebagai berikut: 1. The Correspondence Theory of Truth Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya. 2. The Consistence Theory of Truth Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan denga sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu. 3. The Pragmatic Theory of truth Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidakny suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam

kehidupannya.

Dari tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia. Sedangkan nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagaimana yang telah diuraikan oleh Andi Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains, bahwa kebenaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu haq al-yaqin, ain alyaqin, dan ilm al-yaqin.

Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu: 1.Kebenaran wahyu 2.Kebenaran spekulatif filsafat 3.Kebenaran positif ilmu pengetahuan 4.Kebenaran pengetahuan biasa.

You might also like