You are on page 1of 5

Nama NIM Kelas

: Harriad Akbar Syarif : 1107114142 :C

SISTEM PONDASI CAKAR AYAM

Peranan pondasi turut menentukan usia dan ke stabilan suatu konstruksi bangunannya. Dalam dekade terakhir ini sistem pondasi telah berkembang dengan bermacam variasi. Tapi hanya sedikit yang menampil kan sistem pondasi untuk mengatasi masalah membangun konstruksi di atas tanah lembek. Sistem pondasi yang konvensional, cenderung hanya di sesuaikan dengan besarnya beban yang harus didukung, tapi kurang mempertimbangkan kondisi tanah lembek. Akibatnya, bangunan itu mengalami penyusutan usia atau ketidakstabilan, seperti penurunan, condong, bahkan roboh. Hal itu tentu merugikan pemilik dan kontraktor bersangkutan. Perlakuan yang seimbang antara beban dan kondisi tanah lembek perlu dipecahkan. Problema ini pernah dihadapi oleh Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961, ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta.

Dengan susah payah, 2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962. Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru untuk mengatasi masalah itu. Lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan. Pada dasarnya systeem Cakar Ayam ini dapat digunakan untuk segala macam keadaan tanah, dari yang terlembek sampai kepada yang terkeras. Hanya dari sudut biaya maka penggunaannya akan sangat ekonomis dibanding dengan systeem lain apabila dayatahan-tanah yang diizinkan (toe te laten draagvermogen) terletak antara 0,15 kg/ cm2 sampai 0,35 kg/cm2 atau 1,5 ton/m2 sampai 3,5 ton/m2. Sistem pondasi ini bisa diterapkan pada tanah lunak maupun tanah keras. Tapi menurut pengalaman, lebih ekonomis bila diterapkan atas tanah yang berdaya dukung 1,5 sampai 4 ton per meter persegi. Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan kekakuan plat ini dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif. Dengan demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok.

Nama NIM Kelas

: Harriad Akbar Syarif : 1107114142 :C

Konstruksi Tanah Pondasi Candi Borobudur

Candi Borobudur itu terdiri dari 10 tingkat dengan 3 bagian utama yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah fondasi Candi Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit.Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi. Candi Borobudur itu merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi. Tanah ini ditambahkan di atas tanah asli sebagai pengisi dan pembentuk morfologi bangunan candi. Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi Borobudur, bukan

merupakan hasil pekerjaan restorasi. Ketebalan tanah urug ini tidak seragam walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu antara 0,5-8,5 m. Candi Borobudur secara keseluruhan terlihat sangat istimewa, baik dalam hal ukuran, tehnik penyusunan batu, maupun dari segi pemahatan relief dalam hal kwalitas maupun kwantitas , pemilihan jenis cerita, arca-arcanya dan sebagainya. Candi berdenah bujur sangkar dan secara keseluruhan berukuran 123 x 123 meter, tinggi asli (dengan chattra, yaitu bagian atas chaitya puncak) 42 m, tanpa chattra menjadi 31 meter. Pondasi candi Borobudur dibuat berbeda, candi didirikan langsung di atas bukit, yang dibentuk sesuai dengan bentuk candi yang dikehendaki dengan cara memotong bagian candi yang tinggi dan mengurug bagian bukit yang rendah. Pondasi bagian candi terluar dibuat masuk ke dalam tanah sedalam kurang lebih satu meter tertumpang di atas lapisan batu karang, sedangkan bangunan di atasnya tertumpang di atas beberapa lapis batu.

Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan. Kuat tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis. Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.

Nama NIM Kelas

: Harriad Akbar Syarif : 1107114142 :C Desain Bendungan Jatiluhur

Desain Awal (Preliminary Design) bendungan Jatiluhur dirancang pertama kali oleh Neyrpic Laboratory (sejak tahun 1955 Neyrpic Laboratory berubah menjadi Sogreah), sekitar tahun 1953. Sogreah (dulu Neyrpic Laboratory) adalah perusahaan Perancis yang bergerak dibidang konsultasi perencanaan yang juga memiliki pabrik pembuatan unit pembangkit listrik (khusus pembuatan turbin dan waterways). Berbeda dengan desain yang sekarang, denah bendungan berbentuk busur dengan jari-jari 360 m ke arah udik dengan pelimpah samping yang terletak di sebelah kiri bendungan. Panjang bendungan lebih pendek karena memanfaatkan semenanjung yang berada di udik bendungan saat ini. Terowongan pengelak berada di sebelah kiri bendungan, berjumlah dua buah dengan diameter 10,5 m. Direncanakan salah satu terowongan pengelak akan digunakan sebagai intake pembangkit listrik. Memiliki 4 unit pembangkit listrik yang terletak di hilir bendungan dengan pengambilan di kiri bendungan, (lokasi di tubuh bendungan sekarang pada bagian kiri) memanfaatkan sebagian diversion tunnel sebelah kanan. Rencana ini tidak diteruskan karena berdasarkan hasil penyelidikan geologi menunjukkan bukit tumpuan kanan terdapat sinklin dengan pelapisan yang miring kearah hilir. Sedangkan kondisi geologi lokasi spillway kurang baik. Desain bendungan berikutnya dilakukan oleh A. Coine & J. Beller Consulting Engineers Paris. Desain yang dibuat masih berbentuk busur, namun arahnya berlawanan dengan desain sebelumnya, yaitu berbentuk busur ke hilir. Mempertimbangkan kondisi geologi yang ada, maka bukit tumpuan bendungan digeser ke hilir, kurang lebih sekitar 100 m. Lokasi bukit tumpuan dalam desain kedua ini persis sama dengan lokasi bukit tumpuan bendungan saat ini. Desain pelimpah diubah dari sebelumnya menggunakan pelimpah samping, pada desain kedua ini menggunakan pelimpah dengan struktur morning glory (lihat penjelasan sebelumnya tentang pelimpah morning glory). Sedangkan PLTA disatukan dalam bangunan menara morning glory. Letak PLTA di udik bendungan tidak lazim, biasanya berada di bagian hilir bendungan. Pertimbangan PLTA disatukan dengan bangunan menara pelimpah adalah berdasarkan efisiensi, artinya tidak perlu dibuatkan bangunan tersendiri untuk bangunan PLTA (beda tinggi hilir tidak signifikan) dan intake ke PLTA tidak terlalu panjang sehingga dapat mengurangi loses.

http://k0l3k51rum4ht1n664l.blogspot.com/2009/05/gambar-rumah-19.html

You might also like