You are on page 1of 11

MENINGITIS Definisi Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piamater dan ruang subarachnoid

oid maupun arachnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CSS)

(Hickey, 1997). Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah

kedalam cairan otak (Black & Hawk, 2005). Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan

selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus. Patofisiologi Organisme penyebab meningitis memasuki meningen dapat secara langsung maupun tidak langsung (faktor predisposisi). Faktor faktor predisposisi mencakup infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dan dekat dengan saluran vena-vena meningen itu semuanya merupakan penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organism masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolism akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar hinga dasar otak dan medulla sinallis. Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral.

Jenis Meningitis Meningitis bacterial Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai meningitis purulen atau

meningitis septik. Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan subarahnoid. Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah Streptococcus pneuemonia (pneumococcus) Bakteri ini penyebab tersering meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Neisseria meningitides Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcu

pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah Haemophilus influenza

Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis bakteri ini sebagai penyebab terjadinya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis (Ginsberg, 2008). Bentuk penularan meningitis bakteri dapat melalui kontak langsung, mencakup droplet dan secret dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman atau infeksi dari orang lain. Resiko terhadap penyebab bakteri yang berbeda bervariasi sesuai kelompok usia. Kebanyakan meningitis Haemophilus influenza terjadi pada bayi usia kurang dari 2 tahun dan paling banyak pada usia 6-12 bulan. Peningkatan resiko pada bayi terjadi pada keadaan-eadaan seperti pada bayi dengan defisiensi immunoglobulin, penyakit sel sabit, atau riwayat splenektomi. Bakteri Streptococcus pneuemonia adalah sumber paling sering di meningitis pada orang dewasa. Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis Virus Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi : measles, mumps, herpes

simplek, dan herpes zoster. Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu : Virus RNA (ribonuclear acid) Contoh virus RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis, morbili) Virus DNA (deoxyribo nucleid acid)

Contoh virus DNA antaa lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS) Virus ditularkan melalui jalur fekal-oral. Gejala yang timbul sering berkaitan dengan infeksi gastrointestinal dengan mual, muntah, dan lemah.. Meningitis Jamur Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) 1999). (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Wilkinson, penyakit

Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan

oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista). Manifestasi klinik Walaupun banyak jenis organisme penyebab meningitis, secara umum tanda dan gejalanya hampir sama semua. Tanda dan gejala yang ditimbulkan merupakan akibat iritasi pada meningen dan peningkatan TIK. Secara umum gejala meningitis pada pasien dewasa adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, photopobia, adanya tanda rangsang meningeal/iritasi meningen seperti; kaku kuduk positif, tanda Kernig kesadaraan, positif, dan tanda Brudzinski positif, perubahan tingkat

kejang, peningkatan tekanan intrakranial, disfungsi saraf kranial, dan

penurunan status mental (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Hickey, 1997). Sakit kepala dan demam Sakit kepala dan demam adalah tanda gejala awal yan paling sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Perubahan pada tingkat kesadaran Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, serta respons individu

terhadap proses fisiologik. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsive dan koma Iritasi meningen Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali dan umumnya terlihat pada semua tipe meningitis. Rigiditas nukai (kaku leher) Kesukaran untuk fleksi kepala karena adanya spasme otot-otot leher. Nyeri berat akan timbul jika melakukan fleksi secara paksa. Tanda kernig positif Suatu keadaan dimana ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan secara sempurna Tanda Brudzinsky Merupakan keadaan ketika leher pasien difleksikan, maka dihasilnya adalah fleksi lutut dan pinggul serta bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan Kejang dan peningkatan TIK Kejang dan peningkatan tekanan intrakranial juga berhubungan dengan meningitis. Kejang sekunder terjadi akkibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK muncul akibat eksudat purulen dan edema serebral seperti perubahan karakteristik tanda vital, pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah, dan hingga penurunan ketidaksadaran. Komplikasi Komplikasi akut yang dapat terjadi pada meningitis diantaranya adalah kejang, pembentukan abses, hidrosephalus, sekresi hormone antidiuretik yang tidak sesuai dan syok septic. Komplikasi yang sering terjadi pada meningitis adalah peningkatan TIK yang menyebabkan penurunan kesadaran .Komplikasi lain pada meningitis yaitu disfungsi neurology, disfungsi saraf kranial (N.C III,IV VII atau VIII ), hemiparesis, dysphasia dan hemiparesia. Juga dapat terjadi syok, gangguan koagulasi, komplikasi septic (bacterial endokarditis) dan demam yang terus menerus. DIC (Dimensi Intravascular Coagulation) adalah komplikasi yang serius pada meningitis yang dapat menyebabkan kematian.

Manifestasi berat syok septic dengan koagulasi intravaskuler diseminata dan perdarahan adrenal adalah komplikasi meningitis meningokokal. Komplikasi meningokokal lainnya adalah arthritis, baik arthritis septic atau diperantarai kompleks imun. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik rutin pada pasien meningitis, meliputi laboratorium klinik rutin (Hb, leukosit, glukosa). Serum elektrolit dan glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Pemeriksaan laboratorium pada meningitis adalah cairan otak. Lumbal pungsi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Analisis cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya, kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal. Pungsi lumbal pada meningitis bakterial akut yang tidak diterapi akan menunjukkan : Cairan serebrospinal keruh Peningkatan tekanan cairan serebrospinal leukositosis polimorfik (ratusan atau ribuan sel per L ) Peningkatan konsemtrasi protein (lebih dari 1g/L) Konsentrasi glukosa rendah (kurang dari setengah konsentrasi glukosa dalam darah, tetapi seringkali tidak terdeteksi) Tabel. Temuan LCS (Liquor Cerebrospinal/cairan serebrospinal) pada berbagai infeksi
Penyakit Meningitis bakterialis Meningitis virus Meningitis tuberkulosis Ensefalitis Tekanan LCS Meningkat Normal Meningkat Normal Meningkat atau normal Protein Meningkat sedang sampai tinggi Meningkat sedikit atau normal Meningkat sedang Meningkat sedikit atau normal Hitung sel >50 PMN Limfosit Pleositosis atau limfositosis Limfositosis Glukosa Rendah Normal Rendah Normal

Meningitis maligna

Meningkat sedikit atau normal

Meningkat

Meningkat: baik limfosit reaktif atau sel-sel maligna

Rendah

Kontraindikasi pungsi lumbal pada pasien dengan kecurigaan meningitis adalah edema papil, penurunan tingkat kesadaran, dan tanda neurologis fokal. Pada pasien dengan gejala tersebut, diperlukan CT scan kranial sebelum pungsi untuk menyingkirkan adanya massa pada fosa posterior, yang dapat menyerupai meningitis. Untuk mengetahui jenis mikroba, organisme penyebab infeksi dapat diidentifikasi melalui kultur kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counter Immuno Electrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine. Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien, meliputi foto rontgen paru, dan CT scan kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan adanya edema serebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Medis a. Menentukan organisme penyebab. Jika organisme penyebab masih belum diketahui, maka digunakan kombinasi benzilpenisilin dan sefotaksim atau seftriakson. b. Isolasi pernapasan atau ketat tergantung pada organisme c. Puasakan, selanjutnya beri diet dari cairan jernih sampai diet yang sesuai usia dan toleransi pasien. Cairan dapat saat diet mulai diberikan. Cairan perenteral diturunkan sesuai peningkatan cairan per oral. d. Penatalaksanaan yang berhasil bergantung pada pemberian antibiotik yang melewati darah-barier otak ke dalam ruang subarakhnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menhentikan perkembangbiakan bakteri. Cairan serebrospinal (CSS) dan darah perlu dikultur, dan terapi mikroba dimulai segera. Dapat digunakan penisilin, ampisilin dan khloramfenikol, atau satu jenis dari sefalosforins. Antibiotik dosis tinggi diberikan melalui intravena untuk mengisolasi organisme (antibiotik yang mencakup spektrum luas sampai organisme dapat diisolasi).

Dalam jurnal Dexamethasone in Adults with Bacterial Meningitis disebutkan bahwa dengan terapi dexamethasone dapat meningkatkan outcome pada pasien dewasa dengan meningitis bakterial. Dexamethasone (10 mg setiap 6 jam selama empat hari) diberikan untuk semua pasien dewasa dimulai sebelum atau pada saat dosis pertama pemberian antibiotik. Pengobatan ini tidak meningkatkan risiko perdarahan gastrointestinal. e. Dehidrasi atau syok diobati dengan pemberian tambahan volume cairan. f. Kejang dapat terjadi pada awal penyakit, dikontrol dengan menggunakan diazepam atau fenitoin. Sedangkan untuk mengobati edema serebral dapat digunakan diuretik osmotik (seperti manitol). g. Ulangi pungsi lumbal untuk mengkaji efektivitas terapi. Jika pungsi lumbal ditunda karena harus dilakukan CT scan sebelumnya, maka terapi antibiotik harus segera dimulai sebelum scan, setelah sebelumnya diambil kultur darah. Penatalaksanaan Keperawatan Prognosis pasien bergantung pada dukungan perawatan yang diberikan. Pasien yang parah dan dengan kombinasi adanya demam, dehidrasi, alkalosis dan edema serebral memungkinkan terjadinya kejang. Obstruksi jalan napas, henti napas atau disritmia jantung dapat terjadi, sehingga intervensi keperawatan harus bekerjasama dengan dokter. 1. Pada semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terusmenerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Penentuan gas darah arteri, pemasangan selang endotrake (trakeostomi) dan penggunaan ventilasi mekanik. Oksigen dapat diberikan untuk mempertahankan tekanan oksigen arteri parsial (PO2) pada tingkat yang diinginkan. 2. Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, yang mendahului gagal jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokonstriksi, sianosis yang menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak. 3. Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema serebral.

4. Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khususnya bila dicurigai hormon sekresi antidiuretik yang tidak tepat (ADH). 5. Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus menerus terhadap status klinis pasien, perhatikan kebersihan kulit dan mulut, peningkatan kenyamanan, dan perlindungan selama kejang dan saat koma. 6. Isolasi pernapasan dianjurkan sampai 24 jam setelah dimulainya terapi antibiotik 7. Bantu kebutuhan aktivitas dengan memberikan mobilisasi atau fisioterapi pada saat tidak kejang dan panas untuk mempertahankan Range of Motion (ROM) 8. Lakukan fisioterapi paru dan batuk efektif apabila ditemukan adanya masalah kurangnya oksigenasi. 9. Berikan lingkungan yang tenang dan bebas dari kebisingan atau yang dapat memberikan stimulus yang besar Pencegahan Untuk mencegah terjadinya meningitis dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut. 1. Kemoprofilaksis (rifampisin atau siprofloksasin) diindikasikan untuk orang yang serumah dengan pasien meningitis meningokokal. Individu yang kontak langsung dengan pasien harus diobservasi dan diperiksa secara langsung bila demam atau tanda dan gejala meningitis lain yang berkembang. Resiko dari meningitis pada kontak keluarga sekitar 4 dalam 1000, kurang lebih 500-1000 kali lipat dibandingkan populasi secara umum, dan resiko akan meningkat pada anak-anak. Resiko untuk terkena meningitis menjadi tinggi segera setelah kontak dengan penderita, dimana kebanyakan kasus timbul pada minggu pertama setelah kontak, paling lambat dalam 2 bulan. Pada kasus dengan penderita, secepatnya harus diberikan kemoprofilaksis. Kontak didefinisikan sebagai keluarga, perawat yang kontak dengan sekret oral dari pasien dan petugas kesehatan yang melakukan tindakan resusitasi mouth to mouth secara langsung.

Tabel. Kemoprofilaksis meningitis meningokokal

2. Imunisasi untuk pencegahan infeksi Haemophilus influenzae (menggunakan vaksin Haemophilus influenzae tipe b) direkomendasikan untuk diberikan secara rutin pada anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Sumber : Brunner dan Suddarth. 2000. Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincot Cecily L, Betz and Linda A, Sowden. 2002. Keperawatan Pediatri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Tucker, S. M, et all. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. De Gans, J and Van De Beek, D. 2002. Dexamethasone in Adults with Bacterial Meningitis. N Eng J Med, Vol.347(20). www. nejm.org. Diakses tanggal 13 Desember 2011. Muttaqin, A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Davey, P. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga Ginsberg, L. 2005. Lecture Notes: Neurologi. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga Medical Series Japardi, I. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library.

You might also like