You are on page 1of 72

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Saat ini struktur bangunan gedung lebih didominasi oleh beton. Berbeda dengan struktur kayu dan baja, beton memiliki keunggulan tersendiri yaitu mudah untuk dibentuk. Kemudahan untuk dibentuk tersebut karena keplastisan beton segar yang dapat dicetak sesuai bentuk yang direncanakan. Cetakan beton tersebut lebih dikenal dengan nama bekisting atau acuan perancah. Beton membutuhkan suatu bekisting (cetakan) baik untuk mendapatkan bentuk yang direncanakan dan pengerasan beton itu sendiri. Acuan dan perancah (bekisting) merupakan suatu konstruksi sementara, dikatakan sementara dikarenakan konstruksi acaun dan perancah akan dibongkar kembali apabila beton sudah cukup umur. Dengan demikian, dalam perencanaannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan seperti biaya, kekuatan, kemudahan dalam pemasangan dan pembongkaran dll.Kualitas bekisting pun dapat menentukan bentuk dan rupa bekisting. Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perencanaan pembuatannya pun harus diperhatikan dengan baik, agar beton tidak mengalami lendutan dan lentur saat proses pengecoran. Di Indonesia metode bekisting sudah banyak menggunakan metoda semi sistem, tetapi tidak sedikit pula yang masih menggunakan metode konvensional. Pemilihan metode yang digunakan tergantung dari jumlah biaya, waktu, luas pengerjaannya, ketersediaan bahan dan alat, dll. Salah satunya ada di proyek pembangunan kampus STIKES Santo Borromeus. Di proyek ini menggunakan acuan dan perancah dengan metode konvensional dan semi sistem dengan perbedaan terletak pada penggunaan galvalum pada bondeks untuk plat lantai. Penggunaan dan pemilihan di proyek ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan paku dan bahan lainnya agar lebih menghemat biaya. Dengan penggunaan metode yang dilakukan di proyek tersebut, hal ini menjadi pendorong kami untuk meninjau lebih jelas tentang pekerjaan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

bekisting yang dilaksanakan di proyek pembangunan STIKES Santo Borromeus. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan studi ini adalah menambah wawasan mata kuliah acuan dan perancah labkon 2 dan meninjau pekerjaan bekisting di pembangunan STIKES Santo Borromeus. Peninjauan tersebut meliputi :
1. Mengamati pekerjaan bekisting langsung di lokasi proyek. 2. Mengamati metoda bekisting beserta alat dan bahan yang digunakan

dilapangan. 3. Mengetahui waktu siklus pekerjaan bekisting dari pemasangan hingga pembongkaran. 4. Menghitung perhitungan bahan yang digunakan dilapangan. 1.1 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam pembuatan laporan ini, kami membahas peninjaua pekerjaan acuan dan perancah yang dilaksanakan di proyek pembangunan gedung administrasi dan asrama STIKES Borromeus. Peninjauan berdasarkan metoda pekerjaan, alat dan bahan dan manajemen pekerjaan bekisting. 1.2 Metoda Pembahasan Metode penulisan yang digunakan adalah metode penulisan deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk membuat suatu karya tulis dengan cara mengumpulkan data dari hasil praktek kerja, tinjauan lapangan serta mengambil data analisis untuk menunjang penyusunan laporan. 1.3 Sistematika Pembahasan Laporan ini disusun dalam enam bab. Bab pertama berisikan tentang pendahuluan yang memuat latar belakang, maksud dan tujuan, metode penulisan, lokasi dan tempat penulisan serta sistematika penulisan. Bab dua meliputi dasar teori tentang pembahasan materi mengenai acuan dan perancah (bekisting) secara umum, Bab tiga menegenai tinjauan umum proyek agar mengetahun struktur organisasi dan letak pihak yang melakukan pekerjaan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

acuan dan perancah

Bab empat tinjauan alat, bahan dan tenaga kerja

membahas seputar sumberdaya yang digunakan untuk melakukan pekerjaan bekisting. Bab lima membahas tinjauan pekerjaan acuan dan perancah yang digunakan di proyek dari mulai metode hingga langkah kerja beserta gambar kerja. Bab enam berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan juga saran pada tahap praktikum hingga proses tinjauan ke lapangan.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Acuan dan Perancah

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Acuan dan perancah (Bekisting) adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara pada praktik kerja beton sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Dari namanya acuan dan perancah, terbagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi acuan dan fungsi perancah. Acuan adalah cetakan atau patokan untuk ukuran maupun bentuk beton yang diinginkan, sedangkan perancah adalah sebagai penyokong tegak dan lurusnya acuan tersebut. Acuan dan perancah harus kuat memikul beban sendiri, berat beton basah, beban hidup, dan beban peralatan kerja selama proses pengecoran. Sebuah bangunan tidak dapat berdiri dengan kuat ataupun kokoh tanpa pembuatan bekisting yang sesuai aturan. Maka dari itu, dalam praktik acuan dan perancah ini dijelaskan tentang pedoman perancangan dan pembuatannya. 2.1.1 Fondasi lebih spesifik Dalam pemasangan acuan dan perancah untuk fondasi, penampilan permukaan bukanlah merupakan suatu yang harus dicapai, yang penting adalah kepadatan dari sisi pelaksanaan pengecoran. Karena, kedudukan fondasi berada di bawah permukaan tanah. Dengan demikian, bahan acuan dan perancah bekas pada pekerjaan lainnya yang masih layak pakai dapat dimanfaatkan untuk pembuatan acuan fondasi. Acuan dan perancah (bekisting) untuk pondasi memiliki bagian-bagian utama, yaitu: 1. Papan acuan fondasi, terdiri atas papan 2/20 yang disambung sampai mencapai ukuran yang dikehendaki. Papan acuan fondasi ini hanya bagian kedua belah sisi. Kualitas permukaan beton tidak begitu dituntut karena nantinya akan terurug oleh tanah, walaupun demikian, kerapatan sambungan acuan tidak boleh diabaikan karena akan berpengaruh terhadap jumlah air yang ada pada beton, yaitu hilangnya air pencampur tersebut. Gaya yang bekerja merupakan tekanan ke samping dari beton yang baru dituang dan berangsur-angsur akan berkurang dan pada suatu saat akan menjadi nol sesuai dengan tingkat perkembangan ikatan dan pengerasan pada beton.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

2. Patok berfungsi mendukung papan acuan agar tidak bergerak dan berdiri kokoh pada tempatnya. Patok ini terdiri atas bahan kaso 4/6, 5/7 atau dolken yang ditancapkan masuk ke dalam tanah sampai kokoh kedudukannya. 3. Penggantung pada umumnya ada pada bekisting fondasi menerus, yaitu bagian ini berupa gelagar dari papan 2/20 yang dipasang melintang di atas acuan untuk menggantungkan acuan. 4. Penjepit berfungsi untuk menjepit acuan kolom. Bagian ini berupa papan 2/20 atau kaso 4/6, 5/7 dipasang mengapit keempat sisi acuan. Dengan adanya penjepit ini diharapkan acuan ujung bawah kolom dapat berdiri tegak dan tidak bergeser ke samping. Untuk mewujudkan struktur fondasi sesuai dengan bentuk, kedudukan, ketinggian yang diinginkan digunakan bahan sebagai berikut: Bahan acuan dibuat dari papan 2/20 yang dipotong dan disambung sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. Bahan perancah dari bahan kayu berukuran kaso 4/6 atau 5/7, bahan ini juga dipotong sesuai dengan kebutuhan. Sebagai bahan pengaku dapat digunakan papan atau kaso, disesuaikan dengan kebutuhan. Bahan perangkai atau alat sambung dipakai paku 4 5 cm. Bahan-bahan tersebut dipotong-potong dan sebagian dirangkai di tempat lain dan kemudian pasang di tempat beton akan dibentuk. Papan duga (stake out) adalah suatu acuan atau pedoman yang dibuat dan dipakai untuk menentukan ukuran bangunan. Ukuran yang dimaksud adalah ukuran ke arah mendatar misalnya jarak as fondasi/dinding, ke arah vertical misalnya kedalaman fondasi, ketinggian lantai, ketinggian kuda-kuda dan sebagainya. Papan duga merupakan pekerjaan pendahuluan sebelum bangunan dibuat dan keberadaannya hanya sementara, sehingga setelah bangunan berdiri atau sudah tidak difungsikan lagi papan duga dibongkar. Papan duga dengan bangunan sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan bekisting, namun untuk mendapat fondasi harus ada lebih dahulu papan duganya. Segala ukuran pada fondasi diambil dari papan duga, misalnya as, kedalaman, lebar, panjang, dan sebagainya. Papan duga berupa papan berukuran 2/20 yang dipasang pada posisi miring dan horizontal. Didukung oleh pato-patok

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

pada jarak tertentu mengelilingi rencana bangunan yang akan dibuat. Tetapi dapat juga dibuat hanya pada tempat-tempat tertentu, misalnya pada sudut bangunan dan jalur-jalur fondasi/dinding. Syarat-syarat utama papan duga, antara lain: 1. Patok harus kokoh, tidak bergerak ke arah mendatar maupun tegak (masuk ke dalam tanah). 2. Papan duga harus lurus dan horizontal, mempunyai ketinggian tertentu dari permukaan tanah asli. 3. Berjarak 1 sampai dengan 2 m dari tepi galian fondasi. 4. Membentuk segi empat siku. Ketinggian atau elevasi papan duga terhadap elevasi lantai (peil + 0,00 m) bisa di atas misalnya + 25 cm, ataupun sama dengan ketinggian lantai. Mengingat begitu pentingnya papan duga dalam penentuan ukuran bangunan, maka tidak boleh diganggu, misalnya diduduki, ditimbun bahan bangunan dan sebagainya. Titik-titik penting pada arah mendatar langsung diletakkan pada papan duga, as fondasi diukur dan diberi tanda berupa segitiga dari cat berwarna mencolok (merah) atau diberi dua buah paku dipasang miring dan dapat juga digergaji dengan kedalaman 1 mm. Benang as fondasi dapat ditarik dari kedua papan duga yang berhadapan dan diberi pemberat menggantung bebas agar benang tetap tegang. Benang pada as inilah yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan ukuran-ukuran fondasi. Bagian utama papan acuan, yaitu: 1. Patok yang digunakan kaso 4/6, 5/7 atau dolken berdiameter 8 10 cm, merupakan pendukung papan-papan duganya agar bisa berada pada posisinya. 2. Papan yang digunakan 2/20, merupakan bagian titik penting arah horizontal diletakkan. 3. Penyokong atau sekur, adalah bagian papan duga untuk menyokong patok apabila terlalu tinggi agar kokoh kedudukannya. Pekerjaan Bekisting Fondasi Menerus Dalam fondasi ini selain acuan fondasi itu sendiri juga dibuat acuan balok sloof pada bagian atasnya. Pada bagian pendukung acuan diikatkan ke penggantung, sehingga kedudukan acuan yang miring menjadi kuat. Selain itu, diperlukan sekur-sekur secukupnya untuk memperkokoh acuan fondasi. Pada

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

kedua ujung luar dan di luar galian dipasang papan duga guna mendapatkan ukuran-ukuran fondasi baik ke arah mendatar maupun vertical. Benang sangat berguna untuk mendapatkan kelurusan dan elevasi setiap bagian acuan, maka benang hendaknya ditarik sampai mencapai ketegangan tertentu agar tidak melendut. Selain itu, untuk mendapatkan ukuran lebar bagian atas yang kontinyu diperlukan papan sebagai klam yang dipasang zig-zag di sisi atas acuan. Pekerjaan Bekisting Fondasi Setempat Fondasi setempat pada gedung akan selalu berhubungan dengan balok sloof yang terletak dibagian bawah kolom berdekatan dengan telapak fondasi di bawah lantai, dan biasanya sloof ditumpu langsung oleh fondasi menerus dari batu kali. Gambar di bawah ini merupakan bekisting fondasi telapak yang terletak pada sudut bangunan. Pekerjaan Bekisting Fondasi Setempat Pada Basement Fondasi setempat ini adalah hampir sama dengan fondasi setempat yang telah dibahas, yang membedakan adalah balok yang mengikat antara fondasi yang satu dengan lainnya. Pada fondasi ini, balok pengikat menyatu dengan telapak fondasi dan tentunya mempunyai kedalaman yang lebih di banding fondasi telapak biasa. Balok pengikat berfungsi untuk mengikat antara fondasi yang satu dengan lainnya agar tidak terjadi pergeseran, sedangkan pada fondasi biasa mendukung berat dinding yang ada di atasnya dan menyalurkan ke fondasi. Gambar di bawah ini merupakan bekisting fondasi telapak yang terletak pada sudut bangunan.

2.1.2 Kolom Bagian-bagian acuan dan perancah kolom diantaranya adalah :


1. Acuan merupakan bagian acuan dan perancah yang berhubungan dan

membentuk langsung terhadap kolom beton yang dibuat. Papan acuan dipilhkan dari bahan yang cukup halus dan rata. Untuk mendapatkan hubungan yang rapat, bahan acuan dipilih papan yang lurus dan diserut. Papan-papan acuan dibelah dan dirangkai sesuai dengan bentuk kolom yang akan dibuat, khusus untuk kolom yang berpenampang bulat dan bukan segi

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

empat perlu diperhatikan khusus terutama dalam menyediakan papan-papan perangkainya.


2. Papan perangkai atau klam merupakan bagian acuan dan perancah yang

berfungsi untuk untuk merangkaikan papan-papan acuan. Papan perangkai dipasang pada jarak-jarak tertentu melalui proses perhitungan, sehingga dengan jarak tersebut setelah mendapatkan tekanan samping masih dalam kondisi layak.
3. Penguat atau pengaku tegak merupakan bagian acuan dan perancah yang

menempel langsung klem di sisi luar acuan. Pengaku tersebut dari kayu kaso 4/6 atau 5/7 dan dipilih bahan yang lurus. Apabila acuan dan perancah membentuk kolom segi empat, maka setiap sisi dipasang minimum 2 batang atau dengan jarak tertentu sesuai dengan perhitungan perencanaan. Pengaku inilah yang akan memperkaku atau menambah kekuatan papan acuan secara keseluruhan.
4. Penguat atau pengaku mendatar terbuat dari bahan kaso 4/6 atau 5/7 yang

terletak diluar pengaku tegak. Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan kolom sekaligus menopang tekanan samping beton, sehingga semua gayagaya yang disebabkan oleh pengaruh pengecoran dapat dieliminasi dan tidak perlu sekur penyangga. Jika dipasang sekur penyangga, hanya dipakai agar acuan dan perancah dapat berdiri dengan kokoh dan tegak. Bahan pengaku dipotong sepanjang yang diperlukan, dipasang tepat pada klam papan acuan dengan jarak-jarak tertentu di sekelilingnya, menempel langsung pada pengaku tegak serta diperkuat dengan paku agar papan acuan tidak lepas dari kedudukannya dan kuat mendukung gaya-gaya horizontal.
5. Sekur terbuat dari bahan kaso 4/6 atau 5/7 yang dipasang pada bagian ujung

atas dan bawah acuan dan perancah kolom. Apabila kolom menggunakan acuan dan perancah tunggal dalam arti tidak mengkombinasikan dengan acuan dan perancah balok maupun lantai, maka sekur perlu dipasang. Tetapi, jika kolom dikombinasikan dengan acuan dan perancah balok dan laitai, maka tidak perlu memasang sekur, karena antara acuan dan perancah kolom dan balok serta lanti merupakan satu kesatuan dan dilengkapi dengan sekur-sekur perancah, sehingga cukup memperkokoh kedudukan acuan dan perancah kolom. Pada ujung bagian bawah sekur dipasang balok beton atau balok kayu yang sudah diperkokoh sebagai tumpuan sekur yang ada. Dalam pelaksanaan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

pemasangan acuan selalu berkaitan dengan pekerjaan pembesian, agar tidak saling terganggu, maka acuan yang akan dipasang dirangkai pada ketiga sisinya (khusus acuan kolom segi empat), kemudian apabila pembesian kolom sudah berdiri baru dipasang sisi satunya lagi. Pada bagian dasar kolom yang pengecorannya dilaksanakan di lantai dua ke atas, dipasang mal atau penentu (semacam proil) yang bertujuan untuk memudahkan pemasangan papan acuan, menempatkan as kolom dan mencegah gaya geser. Acuan kolom yang diabuat dengan ketinggian tertentu sangat sulit diambil jika ada kotoran yang masuk kedalamnya, apalagi acuan mempunyai ukuran yang terbatas dan banyak tulangan yang telah dirangkai. Bahan lain selain bahan beton merupakan bahan asing, jika ikut serta dalam pencampuran dapat mengurangi kekuatan atau kalau berhubungan dengan udara luar akan menjadi peratara yang dapat menghantarkan pengaruh-pengaruh yang mempunyai sifat merusak besi beton, contohnya kayu. Oleh karena itu benda-benda sepertin ini harus dihilangkan. Berdasarkan PBI 1971 halaman 48 disyaratkan bahwa pada cetakan kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan - perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kawat pengikat dan lain-lain. Suatu syarat yang harus dipenuhi dalam dalam pengecoran adalah bila bidang kontak beton (acuan dalam) sudah bebas dai bahan-bahan yang tidak dibutuhkan, misalnya adanya serbuk gergaji, potongan-potongan atau sisa kayu, dan adanya peralatan yang jatuh ke dasr kolom. Keadaan seperti itu tidak boleh terjadi sampai saat pengecoran dilaksanakan, maka untuk mengatasinya harus dibuat lubang sementara dibagian samping dasr kolom, yang nantinya setelah bagian dasar kolom dibersihkan, lubang pembersih tersebut ditutup kembali dan diperkuat. Lubang tersebut berukuran 15 x 15 cm yang dibuat dengan digergaji dan harus dipersiapkan penutupnya. Pengecoran kolom, balok dan lantai biasanya dilakukan secara terpisah dengan urutan pengecoran pertama adalah kolom, setelah bekisiting kolom dibongkar dilakukan pengecoran kedua yaitu pengecoran balok dan lantai yang menumpang di ujung kolom (sisi balok bagian bawah) secara bersamaan. Dengan dilaksanakan pengecoran sacara bertahap terbeut berarti kolom dicor dua tahap yang dapat memperpendek tinggi jatuh pengecoran. Pekerjaan acuan dan perancah kolom segi empat merupakan bentuk kolom yang

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

sering dilaksanakan karena mudah dalam pelaksanaan baik pembuatan acuan dan perancah nya maupun pekerjaan finishingnya. Selain itu, ditinjau dari analisis strukturnya juga lebih menguntungkan. Apabila penampang kolom bukan merupakan segi empat, yang perlu mendapat perhatian adalah pada waktu penyetelan acuannya, bentuk tersebut akan mempunyai posisi tersendiri. Papan acuan selain dari papan 2/20 dapat juga dari kayu lapis 18 mm yang dipotongpotong sesuai kebutuhan. Pekerjaan acuan dan perancah kolom segi delapan perlu diperhitungkan lebih dahulu lebar setiap sisinya setelah diketahui diagonal terpanjangnya. Setiap bagian acuan dibelah miring pada kedua sisi panjangnya menuju titik pusat (as) kolom dan diperhitungkan pula bahwa beton yang akan dicetak berada di bagian dalam. Klam dibentuk dari papan 3/20 memuat 2 lembara acuan, dalam sekeliling acuan ada 4 bagian klam yang dibuat seemikian rupa, sehingga setelah dirangkai akan membentuk bidang bujur sangkar bagian dalamnya terisi oleh acuan kolom segi delapan. Hubungan antara klam dengan oapan acuan dipaku dari arah dalam acuan minimum 2 buah pku. Untuk menyatukan klam yang ada dipakai papan 2/10 yang sudah dipotong pendek, dipasang di atas klam tegak lurus terhadap arah sambungan. Sebagai pengaku digunakan kaso 4/6 atau 5/7 yang dipasang pada tepi klam minimum 2 batang di sepanjang acuan kolom. Dari bentuk kolom berpenampang segi delapan, maka dapat dikembangkan kolom berpenampang segi banyak beraturan lainnya. Pekerjaan acuan dan perancah kolom lingkaran terdiri atas sususan papan tebal 2 cm dan lebar 3 cm yang disusun pada klam membentuk lingkaran. Klam ini sama halnya dengan acuan kolom segi delapan yaitu dipotong-potong dan dibentuk lengkungannya. Bagian lengkung membentuk busurseperempat lingkaran merupakan sisi luar acuan dan tumpuan papan-papan tersebut serta dipaku dari arah dalam. 2.1.2 Balok Struktur balok beton adalah konstruksi yang menghubungkan satu kolom dengan kolom lainnya untuk menopang lantai dan beban-beban yang ada diatasnya. Bentuk penopang balok beton umumnya persegi panjang dengn posisi berdiri. Berikut langkah kerja pelaksanaan acuan dan perancah balok, dengan bentuk acuan dan perancah balok persegi panjang :

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

1. Pembuatan (build) a. Persiapan material kontak acuan dan perancah balok berupa multiplek atau papan yang dipotong sesuai dengan ukuran balok yang akan dikerjakan. Perlu diperhatikan metode pemotongan agar tidak terjadi banyak pemborosan material. b. Pembuatan panel pipi balok dan alas (bodeman) dengan pemotongan rangka panel sesuai dengan ukuran dan jarak pemasangan yang telah direncanakan. Apabila menggunakan rangka kayu, maka sebaiknya diserut terlebih dahulu untuk memastikan kerataan permukaan kayu dan memudahkan perangkaian. 1. Pemasangan (erect) a. Menentukan dan mengukur ketinggian dasar acuan dan perancah balok, kemudian menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai dasar acuan dan perancah. b. Memasang papan alas sebagai tempat berdirinya perancah (tiang). c. Memasang perancah / stempel kaso atau balok dengan jarak antar tiang sesuai dengan gambar kerja. Pemasangan pengaku antar tiang apabila diperlukan. d. Memasang gelagar memanjang (balok engkel) dengan posisi gelagar bagian atas menyentuh benang yang sudah di waterpass. e. Pemasangan balok suri di atas gelagar memanjang dengan jarak pemasangan sesuai gambar rencana. f. Pemasangan rangka alas balok (bodeman) dengan mengacu pada titik as balok yang telah ditandai dengan benang dan untingunting. g. Setelah alas balok terpasang dengan benar, maka dilakukan perangkaian panel pipi-pipi balok. Diusahakan agar posisi pipi balok tegak lurus alas balok. h. Pemasangan skoor penahan untuk mempertahankan ketegakan pipi balok dan menahan beban pada saat pengecoran terjadi. 1. Pembongkaran (strip) a. Pembongkaran diawali dengan pelepasan skoor-skoor penahan pipi balok.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

b. Pembongkaran pipi-pipi balok dengan metode kerja yang efisien agar tidak terjadi kerusakan terhadap panel-panel pipi acuan dan perancah tersebut. c. Pembongkaran alas balok dilakukan bersamaan dengan pembongkaran balok suri dan gelagar memanjang. d. Stembel (tiang) penyangga dibuka dan ditempatkan secara teratur untuk memudahkan penggunaan selanjutnya. Bentuk penampang balok umumnya berbentuk segi empat dengan posisi berdiri. Bagian-bagian dari acuan dan perancah balok terdiri dari : a) Acuan dan perancah kontak pipi dan bodeman Acuan dan perancah kontak adalah bagian dari acuan dan perancah yang berhubungan langsung dengan beton. Material yang digunakan adalah material plat yang memiliki sifat tahan air dan tahan aus. Fungsinya sebagai pemberi bentukan pada balok dan juga menerima langsung beban yang bekerja dari beton. Ketebalan dari plat ini tergantung dari perhitungan beban yang ditanggungnya. b) Rangka alas dan pipi vertikal dan horisontal Rangka ini berfungsi sebagai penerima beban yang disalurkan dari acuan dan perancah kontak kemudian disalurkan kepada komponen acuan dan perancah di bawahnya. Material yang digunakan biasanya adalah kayu ukuran 2/3, 4/6, 5/7 dan 5/10 atau juga dari material yang lebih kuat seperti besi hollow atau plat siku. Penggunaan material tersebut tergantung dari penentuan sistem metode yang akan dipakai dan juga dari perhitungan kekuatan bahan. c) Balok suri Balok suri berfungsi menyebarkan beban yang diperoleh dari rangka alas balok kepada gelagar memanjang yang ada di bawahnya. Balok suri dipasang arah berlawanan dengan panjang balok. Sedangkan panjang balok suri tergantung dari kebutuhan. Untuk posisi balok yang berada di tepi bangunan biasanya akan lebih panjang karena berfungsi juga sebagai penahan dinding pipi bebas balok. Tetapi untuk efisiensi bahan biasanya balok suri ini di buat panjang 2 m sehingga dari 1 batang panjang 4 m balok dipotong menjadi 2 buah balok suri tanpa ada sisa material yang

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

terbuang. Material balok suri biasanya dari kayu ukuran 5/10, 6/12, 6/15 dan 8/15 tergantung dari perhitungan kekuatan yang dilakukan. d) Balok engkel (gelagar memanjang) Balok engkel pada konstruksi balok dimensi kecil jarang dipakai. Fungsinya adalah menyalurkan beban dari konstruksi di atasnya kepada stempel atau penopang di bawahnya. e) Stempel / penopang Stempel adalah bagian yang menahan beban dari beban di atasnya dan menyalurkannya pada tanah atau lantai yang ada di bawah. Kekuatan daripada stempel ini yang menentukan kestabilan dari keseluruhan acuan dan perancah. Material stempel ini biasanya dari balok-balok kayu atau yang lebih modern lagi telah dibuat alat-alat standar stempel yang telah banyak macamnya seperti; standard scaffolding, ring scaffold, pipe support dan lain-lain. Selain lebih mudah dalam pemasangan dan pembongkaran, kekuatan dari stempel fabrikasi ini juga dapat disesuaikan dengan beban yang ada. f) Skoor Skoor adalah penopang pipi balok. Fungsinya menyebarkan gaya horisontal yang diterima pipi balok kepada balok suri atau kayu memanjang Skoor biasanya terbuat dari potongan-potongan berupa alat fabrikasi yang didesain sebagai besi siku latai pipa hollow segiempat. yang ada dipangkalnya.

kayu atau yang lebih mekanis lagi

penahan pipi balok biasanya terbuat dari 2.1.2 Slab (plat lantai)

Acuan dan perancah lantai merupakan acuan dan perancah yang terdiri atas sebuah bidang yang rata dan mendatar, yang didukung oleh tiang yang memadahi serta mempunyai kekuatan yang cukup dalam mendukung beban yang ada pada saat pelaksanaan. Kekakuan acuan dan perancah ini tidak boleh diabaikan karena beban pelaksanaan pengecoran sangat bervariasi, misalnya terjadi penumpukan material beton segar yang dituangkan dari bucket maupun pompa beton, sehingga terjadi konsentrasi pembebanan. Apabila acuan dan perancah tidak cukup kaku, maka akan berakibat runtuhnya ke arah samping acuan dan perancah tersebut karena pada suatu titik mengalami pembebanan yang melampaui kapasitas dan di lain tempat dengan beban yang sangat minim atau bahkan tanpa ada beban.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Papan acuan lantai merupakan bagian dari acuan dan perancah yang mempunyai kontak langsung dengan beton terutama pada sisi bawah lantai. Dengan adanya kontak langsung ini perlu dipersiapkan secara khusus terhadap permukaan acuan agar didapat hasil akhir yang memuaskan. Hasil akhir yang diharapkan merupakan cerminan dari permukaan acuan dan akan tampak jelas dari ruangan di bawahnya. Apabila permukaan acuan kasar, maka hasil akhir permukaan beton juga kasar. Permukaan yang demikian biasanya tidak di finishing dan diperuntukkan pada ruangan yang ditutup plafon pada bagian atasnya, sehingga tidak tampak lagi dari bawahnya. Untuk ruangan yang tidak ditutup plafon perlu disiapkan bahan-bahan yang cukup rata dan halus, sehingga hasil akhir permukaan beton tidak perlu difinishing atau walaupun difinishing tidak memerlukan penambahan pekerjaan yang berarti. Finishing secara tradisional dengan memplester akan mengalami banyak kesulitan karena selain posisinya yang tidak menguntungkan juga permukaan yang rata serta bahan beton akan sedikit sulit untuk dilaksanakan. Pada umumnya lantai dicor bersama-sama dengan balok. Konstruksi acuan dan perancah lantai harus dapat menahan beban-beban yang bekerja diatasnya agar memenuhi syarat sebagai acuan dan perancah dan tidak melebihi lendutan yang diijinkan. Bagian-bagian pada acuan dan perancah lantai yang menerima beban terdiri dari balok kayu yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan dibantu oleh papan pengokoh dan selur-selur yang terdiri dari kayu papan agar konstruksi lebih stabil a) Acuan dan perancah kontak Sama halnya seperti pada acuan dan perancah balok fungsi acuan dan perancah kontak ini menyalurkan ada di bawahnya. b) Anak balok / rangka plat Rangka plat inilah yang menjadi tulangan dari acuan dan perancah plat. Jarak praktis pemasangan anak balok ini antara 25 sampai 50 cm tergantung dari pembebanan dan c) Balok penyangga juga jenis dan tebal material plat yang dipakai sebagai acuan dan perancah kontak. beban dari beton ke anak balok yang

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Balok penyangga ini berfungsi seperti balok engkel pada acuan dan perancah balok. Beban yang diterima dai anak balok diteruskan kepada stempel yang ada di bawahnya. d) Stempel /penopang Stempel adalah bagian yang menahan beban dari beban di atasnya dan menyalurkannya pada tanah atau lantai yang ada di bawah. Kekuatan daripada stempel ini yang menentukan kestabilan dari keseluruhan acuan dan perancah. Material stempel ini biasanya dari balok-balok kayu atau yang lebih modern lagi telah dibuat alat-alat standar stempel yang telah banyak macamnya seperti; standard scaffolding, ring scaffold, pipe support dan lain-lain. Selain lebih mudah dalam pemasangan dan pembongkaran, kekuatan dari stempel fabrikasi ini juga dapat disesuaikan dengan beban yang ada. Tebal lantai beton yang dipakai untuk struktur umumnya acuan dan perancah antara 12 15 cm, sedangkan untuk atap beton tebalnya antara 8 12 cm. Berikut ini adalah langkah kerja pelaksanaan acuan dan perancah plat/lantai : 1. Pembuatan (build) Persiapan material kontak acuan dan perancah balok berupa multiplek atau papan yang dipotong sesuai dengan ukuran balok yang akan dikerjakan. Perlu diperhatikan alur penghamparan material kontak agar tidak terjadi pemborosan material 2) Pemasangan (erect) 1. Menentukan dan mengukur ketinggian elevasi acuan dan perancah plat lantai, kemudian menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai dasar acuan dan perancah. 2. Memasang papan alas sebagai tempat berdirinya perancah (tiang). 1. Memasang perancah / stempel kaso atau balok dengan jarak antar tiang sesuai dengan gambar kerja. Pemasangan pengaku antar tiang apabila diperlukan. 2. Memasang gelagar memanjang (balok engkel) dengan posisi gelagar bagian atas menyentuh benang yang sudah di waterpass. 3. Pemasangan anak balok / rangka plat dengan jarak pemasangan sesuai gambar rencana.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

1. Penghamparan acuan dan perancah kontak yang kemudian dipaku ke rangka plat lantai. 2. Pengecekan kerataan dan elevasi permukaan acuan dan perancah. 3) Pembongkaran (strip) 1. Pembongkaran diawali dengan pelepasan acuan dan perancah kontak dan rangka plat lantai. 2. Pembongkaran balok suri dan gelagar memanjang. 3. Stempel (tiang) penyangga dibuka dan ditempatkan secara teratur untuk memudahkan penggunaan selanjutnya. 2.2 Dasar Perencanaan Acuan dan Perancah Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja acuan dan perancah menjadi sepenuhnya tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebutsudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang malah menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting menjalani tiga fungsi :
a. Acuan dan perancah menentukan bentuk dari acuan perancah beton yang

akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menuntut acuan dan perancah yang sederhana. b. Acuan dan perancah harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta geteran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tertentu. c. Acuan dan perancah harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan dipindahkan. Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari pada masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini tergantung juga dari pengalaman dan jam terbang dari si pemborong kerja tersebut.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang acuan dan perancah, yaitu :
1. Kualitas : Acuan dan perancah harus didesain dan dibuat dengan

kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan : Acuan dan perancah harus didirikan dengan kekuatan yang

cukup dan faktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis

: Acuan dan perancah harus dibuat secara efisien,

meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan dan skedul demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik). Ada beberapa beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode acuan dan perancah yang akan dipakai yaitu: a) Kondisi struktur yang akan dikerjakan Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan acuan dan perancah menjadi komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan dalam bestek. Metode acuan dan perancah yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil. b) Luasan bangunan yang akan dipakai Pekerjaan acuan dan perancah merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama untuk penentuan n x siklus pemakaian material acuan dan perancah. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan. c) Ketersediaan material dan alat Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem acuan dan perancah yang akan diterapkan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek (work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut maka diambilah keputusan mengenai metode bekisting yang akan diterapkan. Pada pekerjaan konstruksi acuan dan perancah menjalankan 5 fungsi yaitu : a. Acuan dan perancah menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang sederhana. b. Acuan dan perancah harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tersebut. c. Acuan dan perancah harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan dan dipindahkan. d. Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru. e. Memberikan isolasi termis. 2.3 Siklus Pekerjaan Acuan dan Perancah Pelaksanaan acuan dan perancah merupakan bagian terintegrasi dari suatu proses konstruksi beberapa terminologi digunakan dalam pekerjaan beton dan acuan dan perancah. Proses penyediaan acuan dan perancah dan beton merupakan integrasi yang mutlak dibutuhkan. Siklus pada bagian kiri pada Gambar . menggambarkan siklus dari pekerjaan acuan dan perancah. Sedangkan yang bagian akhir dari siklus pekerjaan beton. Siklus acuan dan perancah dimulai dengan pemilihan metode acuan dan perancah. Aktifitas siklus acuan dan perancah ini digambarkan dengan langkahlangkah sebagai berikut : (1). Fabrikasi acuan dan perancah , (2). Pemasangan, (3). Pembongkaran. Sedangkan siklus pekerjaan beton dimulai setelah fabrikasi acuan dan perancah dan selesai sebelum pembongkaran acuan dan perancah. Fungsi dari siklus pekerjaan acuan dan perancah untuk menyediakan kebutuhan struktur untuk bentuk dan ukuran yang berbeda. Sedangkan fungsi dari siklus kanan menggambarkan siklus pekerjaan beton. 2 intersection menggambarkan awal dan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

pekerjaan beton untuk menyediakan kebutuhan sturktur akan kekuatan,durabilitas dan bentuk permukaan. 2.3.1 Pemilihan Metode Acuan dan Perancah Pemilihan sistem bekisting termasuk proses pemilihan sistem untuk elemen struktur yang berbeda. Itu juga termasuk pemilihan aksesori, bracing dan ketersedian komponen untuk sistem acuan dan perancah tersebut. Ada beberapa bentuk sistem yang dipakai dalam konstruksi struktur beton bertulang. Sebagai contoh, sistem bekisting untuk pelat lantai dapat diklasifikasikan sebagai sistem konvensional atau buatan tangan dan sistem yang dikerjakan dengan bantuan alat angkat atau crane. Sistem konvensional masih merupakan sistem yang biasa digunakan pekerjaan konstruksi. Karena sistem ini dapat disesuaikan dengan segala bentuk dan ukuran struktur. Walaupun sistem konvensional ini menghasilkan biaya yang tinggi akan material dan tenaga kerjanya. 2.3.2 Fabrikasi Acuan dan Perancah Langkah kedua dari siklus acuan dan perancah adalah fabrikasi bekisting. Kegiatan ini termasuk penerimaan material acuan dan perancah, pemotongan dan penempatan material menurut tipe dan ukuran, pemasangan bagian-bagian sesuai bentuk dan ukuran yang diminta, penempatan acuan dan perancah dekat dengan alat angkat. Pihak kontraktor pelaksana juga harus memilih area fabrikasi pada lokasi kerja guna dapat memenuhi kebutuhan akan mobilisasi alat dan material acuan dan perancah pada pelaksanaan pekerjaan. 2.3.3 Pemasangan acuan dan perancah, penempatan dan perkuatan Metode dan urutan kerja dari pekerjaan acuan dan erancah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan alat angkat dan ketersediaan perkuatan. Acuan dan perancah biasaya diangkat secara manual dengan derek atau small crane. Pemasangan acuan dan perancah termasuk pekerjaan pengangkatan, positioning, pengaturan penempatan elemen-elemen yang berbeda dari acuan dan perancah. Siklus pekerjaan beton dimulai setelah pemasangan acuan dan perancah dan berakhir dengan pemasangan besi

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

tulangan serta pengecoran. Gambar 2.4 adalah area kerja yang telah siap dicor setelah pemasangan acuan dan perancah dan pembesian.

Gambar 2.1. Area kerja (balok & pelat) siap cor setelah pemasangan Acuan dan perancah dan pembesian. 2.3.4 Konsolidasi Beton Konsolidasi merupakan proses vibrasi atau pemadatan adukan beton masuk kedalam bekisting melalui rongga-rongga yang tersisa setelah pemasangan pembesian supaya didapatkan penyatuan yang baik antara besi tulangan dan beton sehingga syarat kekuatan struktur yang direncanakan dapat tercapai. 2.3.5 Finishing beton Finishing beton merupakan langkah perataan permukaan beton setelah pengecoran. Langkah ini biasanya dilakukan dengan bantuan mistar kayu panjang yang lurus direntangkan dipermukaan beton kemudian dipindahkan dengan menarik disepanjang permukaan beton sesuai dengan elevasi yang diminta untuk permukaan beton tersebut. 2.3.6 Bahan tambahan beton Pengerasan beton merupakan proses kimia yang membutuhkan temperatur dan kadar air. Aktifitas ini termasuk penambahan zat aditif pada beton dengan air, uap, atau metode lain untuk mencegah penyusutan dan untuk memberikan kekuatan awal yang baik untuk beton.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

2.3.7

Penambahan perkuatan acuan dan perancah Bekisting haruslah cukup kuat menahan tegangan awal atau lendutan akibat berat sendiri serta akibat beban tambahan lainnya. Selama pekerjaan pengecoran, perkuatan bekisting harus tetap dipertahankan dengan melakukan penambahan-penambahan elemennya selama proses tersebut. Pembongkaran pada acuan dan perancah beton hanya boleh dilakukan apabila beton telah mencapai 70 % kekuatan rencananya.

2.3.8

Reshoring/Backshore Reshoring atau backshore adalah proses penyediaan temporary peyangga vertikal untuk penambahan elemen struktur yang belum mencapai kekuatan penuh rancangannya. Juga menambahkan perkuatan pada elemen struktur setelah penyangga awalnya dipindahkan atau dibongkar.

2.3.9

Pembongkaran Reshoring Reshoring dapat dipindahkan apabila beton sudah cukup umur dan kuat untuk menahan segala beban rencana yang akan ditahannya. Pembongkaran reshoring harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari struktur dari dampak-dampak pembebanan.

2.3.10 Perbaikan dan penggunaan kembali acuan dan perancah Setelah pembongkaran acuan dan perancah, biasanya harus ada langkah perbaikan akibat pemasangan pembongkaran sebelumnya. Langkah ini dilakukan supaya acuan dan perancah dapat dipakai kembali untuk pekerjaan selanjutnya.

2.4 Syarat dan Ketentuan Dalam Pekerjaan Acuan dan Perancah Untuk memenuhi fungsinya, menurut American Concrete Institute (ACI) dalam buku FORMWORK FOR CONCRETE menyebutkan bahwa acuan dan perancah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Kuat, dalam hal ini mampu menopang dan mendukung beban-beban yang terjadi baik sebelum ataupun setelah masa pengecoran berton.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

b. Stabil (kokoh), dalam hal ini maksudnya adalah tidak terjadi goyangan dan geseran yang mampu mengubah bentukan struktur ataupun membahayakan sistem acuan dan perancah itu sendiri (ambruk). c. Kaku, terutama pada acuan dan perancah struktur beton. Perancangan suatu acuan dan perancah dimulai dengan membuat konsep sistem yang akan digunakan untuk membuat cetakan dan ukuran dari beton segar hingga dapat menanggung berat sendiri dan beban-beban sementara yang terjadi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Kekuatan acuan dan perancah harus dapat menahan tekanan beton dan berat dari pekerja dan peralatan kerja pada penempatan dan pemadatan. 2. Kekakuan Lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi 0,3% dari dimensi permukaan beton. Perawatan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa lendutan kumulatif dari acuan dan perancah lebih kecil dari toleransi struktur beton. 3. Ekonomis Acuan dan perancah harus sederhana dan ukuran komponen serta pemilihan material harus ditinjau dari segi pembiayaan.
4. Mudah dipasang dan dibongkar tanpa merusak beton atau bekisting

kontak sehingga dapat

mencegah terjadinya perubahan dimensi, bunting atau keropos pada

Metode dan cara bongkar serta pemindahan bekisting harus dicermati dan dipelajari sebagai bagian dari perencanaan acuan dan perancah, terutama metode pemasangan dan levelling elevasi. 5. Tidak Boleh Bocor Mempengaruhi fas beton Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang acuan dan perancah, yaitu :
1. Kualitas : acuan dan perancah harus didesain dan dibuat dengan kekakuan

(stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

2. Keselamatan : acuan dan perancah harus didirikan dengan kekuatan yang

cukup dan faktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis

acuan

dan

perancah

harus

dibuat

secara

efisien,

meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan dan skedul demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).
2.5

Jenis dan Tipe Acuan dan Perancah Pada umumnya bekisting secara garis besar dibagi menjadi 3 tipe yaitu : 1) Acuan dan perancah tradisional Yang dimaksud dengan acuan dan perancah tradisional adalah acuan dan perancah yang setiap kali setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagianbagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain. Pada umumnya acuan dan perancah kontak terdiri dari kayu papan atau material plat, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok dan (pada lantai) dari stempel-stempel baja. Acuan dan perancah tradisional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk yang diinginkan pada kerja beton. 2) Acuan dan perancah setengah sistem Yang dimaksud dengan acuan dan perancah setengah sistem adalah satuan-satuan acuan dan perancah yang lebih besar, yang direncanakan untuk sebuah obyek tertentu. Untuk ini mereka pada prinsipnya digunakan untuk berulang kali dalam bentuk tidak diubah. Pada umumnya acuan dan perancah kontak terdiri dari material plat. Konstruksi penopang disusun dari komponen-komponen baja yang dibuat di pabrik atau gelagar-gelagar kayu yang tersusun. Setelah usai, komponenkomponen ini dapat disusun kembali menjadi sebuah acuan dan perancah setengah sistem untuk sebuah obyek yang lain. Sebagai contoh : Elemen-elemen panel dinding . 3) Acuan dan perancah sistem Yang dimaksud dengan acuan dan perancah sistem adalah elemen-elemen

acuan dan perancah yang dibuat di pabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari baja.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Acuan dan perancah sistem dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Ini berarti bahwa tipe acuan dan perancah ini dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan. Acuan dan perancah sistem dapat pula disewa dari penyalur alat-alat acuan dan perancah. Contoh : acuan dan perancah panel untuk terowongan, acuan dan perancah untuk beton precast. 2.6 Perbandingan Biaya Material dari Ketiga Acuan dan Perancah Laju biaya untuk acuan dan perancah tradisional, acuan dan perancah setengah sistem dan acuan dan perancah sistem, dalam hubungan terhadap satuansatuan yang akan dilaksanakan pada sebuah proyek saling berbeda satu sama lain. Dalam grafik-grafik berikut diperlihatkan sifat dari ketiga metode kaitannya terhadap biaya material untuk acuan dan perancah lantai. Dalam biaya ini mencakup : Untuk acuan dan perancah tradisional : a. Biaya angkutan untuk bagian-bagian yang tahan lama (stempel-stempel baja) b. Penyusutan nilai kayu akibat pemakaian c. Acuan dan perancah tepi d. Penyewaan alat bantu Untuk acuan dan perancah setengah sistem a. Biaya angkutan untuk bagian-bagian yang tahan lama (stempel-stempel baja) b. Penyusutan nilai kayu akibat pemakaian c. Acuan dan perancah tepi d. Penyewaan alat bantu Untuk acuan dan perancah sistem a. Biaya angkutan untuk bagian-bagian yang tahan lama (stempel-stempel baja) b. Penyusutan nilai kayu akibat pemakaian c. Acuan dan perancah tepi d. Penyewaan alat bantu untuk kemungkinan pemakaian lebih dari 1 lantai. 2.7 Zona Pelaksanaan Acuan dan Perancah

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Penentuan zona-zona pekerjaan pada bangunan gedung bertingkat dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor sebagai berikut : a. Ketersediaan lahan b. Bentuk struktur c. Metode pekerjaan d. Schedule pelaksanaan e. Ketersediaan sumberdaya Pada konstruksi bangunan yang besar, biasanya area pekerjaan dibagi menjadi zona-zona guna memudahkan dalam sirkulasi pekerjaan dan transportasi alat serta material. Ketersediaan alat angkut terutama untuk jenis tower crane biasanya dipertimbangkan juga jangkauannya terhadap area pekrjaan. Hal ini juga dipertmbangkan terhadap volume pengecoran yang akan dikerjakan karena pengecoran dengan volume yang besar akan membutuhkan perencanaan tambahan akan mobilisasi alat angkut adukan beton karena akan berpengaruh kepada kualitas hasil pengecoran akibat efek waktu terhadap sifat-sifat campuran beton itu sendiri. 2.8 Pemasangan Minimal Acuan dan Perancah Pemasangan sebuah bekisting ditentukan oleh perbandingan masa perputaran atau siklus pembangunan kasar / satuan. Masa perputaran bekisting adalah periode dimana bekisting dari sebuah satuan sedang dipergunakan atau beton hasil pengecoran dalam masa pengerasan sehingga acuan dan perancah belum bisa dibongkar. Periode ini mencakup jangka waktu untuk : a. Penyetelan acuan dan perancah b. Pemasangan tulangan c. Pengecoran Beton d. Masa pengerasan e. Pembongkaran acuan dan perancah atau sebagian elemen-elemennya. f. Pengangkutan acuan dan perancah

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

BAB III TINJAUAN UMUM PROYEK PEMBANGUNAN STIKES SANTO BORROMEUS 3.1 Latar Belakang Proyek

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Kenyamanan dan menciptakan efektifitas dalam proses belajar mengajar di suatu kampus tentunya sangat diperlukan sekali. Lokasi yang berada di tengah kota sangat rawan sekali kemacetan, akibatnya kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efektif akibat seringnya keterlambatan. Sehingga lokasi merupakan salah satu faktor pendukung produktifitas belajar mahasiswa. Kampus STIKes SANTO BORROMEUS yang sekarang ini berlokasi di Jl. Djuanda sudah tidak mungkin lagi dapat dikembangkan, baik itu secara fisik maupun pendidikannya. Dengan berbagai kesulitan yang ada untuk pengembangan kampus tersebut, maka Perhimpunan Perkumpulan Santo Borromeus bermaksud untuk memindahkan kampus ke lokasi yang memungkinkan untuk pengembangan kampus. Lokasi yang dipilih untuk membangun kampus baru tersebut adalah di Kota Baru Parahyangan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Keterangan: A : Gedung Administrasi B : Gedung Asrama C : Ground Water Tank (GWT) D : Power House E : Lapangan Basket

Gambar 3.1 Siteplan proyek

3.2 Data Proyek Nama Proyek : Kampus STIKes SANTO BORROMEUS

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Lokasi Proyek Barat Pemilik (Owner) Konsultan Konsultan MK

: Kota Baru Parahyangan Padalarang Jawa : Perhimpunan SANTO BORROMEUS : PT. Module Tri Arba

Konsultan Perencana : PT. Penta Rekayasa Kontraktor Pelaksana Kontraktor Utama Sub Kontraktor Sistem Pelelangan Manajer Proyek Jenis Kontrak Luas Bangunan Jumlah Lantai Fungsi Bangunan Struktur Bangunan Konstruksi Atap Konstruksi Tangga Konstruksi Dinding Produsen Beton Mutu Beton Mutu baja : PT. Pulauintan : PT. BES (Pekerjaan. Bekisting) : Lelang Terbatas : Ir. Turjaya : Lumpsum Fixed Price : 5045 m2 : 4 lantai : Gedung Administrasi : Beton Bertulang : Atap Baja Ringan : Tangga Beton Bertulang : Pasangan Bata bata : Tiang Pancang : PT. Pionir Beton : K-300 (untuk Kolom, Balok, dan Pelat) : 12 mm BJTP 12 mm BJTP Pendanaan proyek Kampus STIKes SANTO BORROMEUS berasal dari Perkumpulan Perhimpunan SANTO BORROMEUS, berikut adalah data mengenai administrasi proyek. Nama Proyek BORROMEUS Konsultan MK : PT. Module Tri Arba : Kampus STIKes SANTO BORROMEUS : Perkumpulan Perhimpunan SANTO

Tipe Pondasi bangunan

Pemilik Proyek/Owner

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Konsultan Perencana : PT. Penta Rekayasa Kontraktor Utama Nilai Kontrak : PT. PULAUINTAN : 24 miliyar

3.3 Struktur Organisasi Proyek


PERHIMPUNAN PERKUMPULAN SANTO BORROMEUS (OWNER)

PT. PENTA REKAYASA (KONSULTAN PERENCANA)

PT. MODULE TRI ARBA (KONSULTAN MK)

PT. PULAUINTAN (KONTRAKTOR UTAMA)

PT. BES (SUB. KONTRAKTOR BEKISTING CITRA. (SUB. KONTRAKTOR ME)

: Hubungan Kontrak : Hubungan Kerja/Koordinasi

BAB III TINJAUAN ALAT, BAHAN, DAN TENAGA KERJA

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

1.1 Mobilisasi Alat, Bahan, dan Tenaga Kerja Mobilisasi disuatu proyek sangat penting sekali demi menunjang keteraturan dan kemudahan dalam pekerjaan. Terutama dalam pekerjaanpekerjaan yang memelukan alat dan bahan dengan jumlah yang banyak, salah satunya adalah pada pekerjaan acaun dan perancah. Mobilisasi alat, bahan dan tenaga kerja di proyek pembangunan STIKES Santo Borromeus masih konvensional. Proses pengangkutan material dari tempat yang lebih bawah hingga ke atas menggunakan tangga kaso melalui scaffolding dan melalui katrol, tergantung kesulitan saat pemidahan. .

Gambar 3.1 Pengangkutan material secara manual

3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat pada pekerjaan acuan dan perancah harus sesuai dengan yang tertulis dalam persyaratan. Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik dan tidak cacat, sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan. Bahan dan alat bekisting disimpan disebuah gudang dan terdapat site office berupa container. Site office ini berfungsi untuk mengontrol kepentingan logistik dan bahan yang akan digunakan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 3.2 Site Office Untuk bekisting konvensional terdapat tempat khusus untuk fabrikasi. Tetapi untuk kolom yang berbentuk bulat tidak di pabrikasi di lokasi proyek, dikarenakan keterbatasan alat yang tersedia. Kegiatan fabrikasi termasuk penerimaan material bekisting, pemotongan dan penempatan material menurut tipe dan ukuran, pemasangan bagian bagian sesuai bentuk dan ukuran yang diminta, penempatan bekisting dekat dengan alat angkat. Pihak kontaktor pelaksana juga harus memilih area fabrikasi pada lokasi kerja guna dapat memenuhi kebutuhan dan mobilitas alat dan material bekisting pada pelaksana pekerjaan.

Gambar 3.2

3.3 Tenaga Kerja

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Tenaga kerja pada pekerjaan bekisting yang dibutuhkan pada proyek pembangunan STIKES Santo Borromeus terdiri dari 65 orang. Dapat diuraikan sebagai berikut : 1. 1 orang wakil mandor 2. 2 orang reger, yaitu tukang menaikan material 3. 2 orang revisi material 4. 12 orang untuk pekerjaan pembongkaran 5. 6 orang tukang angkut-angkut 6. 6 orang team kolom
7. 35 tukang

Para pekerja diberi fasilitas berupa bedeng pekerja dan toilet pekerja. Bedeng pekerja berfungsi untuk tempat pekerja beristirahat dan tempat tinggal selama proyek berlangsung.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 3.3 Fasilitas Pekerja

3.3.1 Keselamatan Tenaga Kerja Tujuan diterapkannya K3 dalam suatu proyek konstruksi adalah zero accident atau tidak ada korban jiwa. Oleh karena itu semua yang terlibat didalam proyek harus mematuhi peraturan yang ada. Untuk dapat menciptakan zero accident maka diberikanlah rambu-rambu mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di proyek, yang meliputi alat pelindung diri, ketersediaan fasilitas keselamtan kerja, dan safety induction. 1. Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri adalah sarana perlengkapan kerja yang harus disediakan oleh perusahaan dan wajib digunakan oleh setiap pekerja sebelum melakukan pekerjaannya. Alat pelindung diri yang terdapat dalam Proyek antara lain : Topi keselamatan (helmet), digunakan sebagai pelindung kepala. Kacamata keselamatan, digunakan sebagai pelindung muka dan penglihatan. Masker las, digunakan sebagai pelindung muka saat melakukan pengelasan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Masker, digunkaan sebagai pelindung dari bahaya debu ataupun partikel. Sarung tangan, digunakan sebagai pelindung kerja. Sepatu keselamtan, digunakan sebagai pelindung kerja Sabuk keselamatan, digunakan sebagai pelindung diri agar tidak jatuh dari ketinggian.

Penutup telinga, digunkan sebagai pelindung telinga untuk mengurangi kadar kebisingan.

2. Ketersediaan Fasilitas Keselamatan Kerja Fasilitas keselamatan kerja yang terdapat dalam Proyek Hotel Holiday Inn sunter antara lain : Alarm tanda darurat kebakaran Radio atau alat komunikasi Alat pemadam api Perlengkapan dan obat P3K Alamat dan nomor telepon penting seperti rumah sakit dan kantor polisi.

2. Peringatan Keselamatan Peringatan keselamatan sangat penting di dalam suatu proyek konstruksi, karena dengan adanya peringatan atau rambu-rambu keselamatan tersebut kecelakaan kerja dapat diminimalisasi dan menjadi suatu hal yang wajib ditaati oleh seluruh pihak yang terkait dengan pelaksanaan proyek konstruksi.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar sekian 3.4 Rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Gambar 3.5 Tanda Peringatan Keselamtan di proyek Konstruksi

1.4 Spesifikasi Bahan Tabel 3.1 Nama Alat dan Material Nama Gambar Keterangan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

bondek

Terbuat dari galvalum

Tripod

Balok UNP

Sebagai balok suri suri

Brace kecil

Leader frame

Ukuran lebar Leader Frame adalah 125 cm sedangkan ukuran tinggi leader frame adalah 40 cm, 50 cm, dan 90 cm.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

telescopic

Base jack

Fungsinya adalah sebagai tempat dudukan Main Frame. Jack Base memiliki ukuran tinggi 40 cm dan 60 cm.

Join pin

berfungis untuk menghubungkan atau menyambung antara frame yang satu dengan frame berikutnyaUkuran join pin adalah 5 cm

Wingnut

Braces besar

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Besi hollow

Main frame

Ukuran sedangkan tinggi cm

lebar

main ukuran frame

frame adalah 125 cm, main

adalah 170 cm dan 190

Cross brace

berfungsi sebagai konstruksi sehingga tidak goyang dan sebagai penghubung antara scaffholding satu dengan yang lainnya.

U Head

Berfungsi sebagai tempat dudukan balokbalok kayu penyanggah bekisting. Ukuran tinggi U-Head adalah 40 cm dan 60 cm.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

BAB IV TINJAUAN PEKERJAAN ACUAN DAN PERANCAH DI PROYEK PEMBANGUNAN STIKES SANTO BORROMEUS

4.1 Spesifikasi Teknis Acuan dan Perancah 4.1.1 Perencanaan Acuan dan perancah 1. Tanggung Jawab Perencanaan formwork, shoring, dan pembongkarannya serta keamanan konstruksinya dari setiap bagian formwork dan setiap bagian dari perancah menjadi tanggung jawab Kontraktor. 2. Kekuatan menahan beban. Perencanaan konstruksi formwork harus dapat menahan pembebanan pada kombinasi terburuk dari Berat total formwork + penulangan + beton dengan : a) Beban selama masa konstruksi termasuk efek dinamik dari pemasangan, pemadatan, dan lalu lintas konstruksi. b) Beban angin 3. Lendutan Formwork yang diijinkan. Lendutan maximum formwork harus <1/400 x bentang (untuk beton ekspos) dan < 1/360 x bentang (untuk struktur beton lainnya. 4.1.2 Bahan cetakan beton Cetakan beton untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex tebal 12 mm atau plywood tebal 15 mm, atau pelat besi atau fiberglass sesuai kebutuhan cetakan untuk elemen-elemen konstruksi. Cetakan harus diperkuat agar mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna. Khusus untuk cetakan kolom harus dipasang sabuk dari besi atau kayu sesuai kebutuhan. 4.1.3 Keserasian Bentuk Cetakan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

1.

Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang dikehendaki menurut gambar rencana. Kontraktor bertanggungjawab terhadap kekuatan dan keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan yang mungkin akan timbul pada waktu pemakaian

2) Direksi Lapangan/MK dapat mengafkir suatu bagian dari cetakan yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera membuang bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri. 4.1.4 Konstruksi Cetakan sehingga dapat dicegah pengembangan atau gerakan lain selama penuangan beton sampai dengan cetakan beton tersebut dilepas. 2) Semua cetakan beton harus kuat dan kaku sehingga tidak dapat bergerak secara berlebihan, baik kearah vertikal maupun kearah horizontal. 4.1.5 Konstruksi Perancah / steiger / scaffolding
1) Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya

1) Bahan Perancah Perancah harus dibuat dari pipa baja/besi yang bermutu baik sesuai standar pabrik dan tidak diperkenankan makai kayu atau bambu. 2) Perancangan Perancah Kontraktor harus menyerahkan gambar rancangan konstruksi perancah dan sistem pendukungnya atau sistem lainnya secara detail termasuk perhitungannya kepada Direksi Lapangan/MK untuk mendapat persetujuan. Pekerjaan pergecoran beton tidak boleh dilaksanakan sebelum gambar rancangan konstruksi perancah tersebut disetujui. 3) Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan ACI-347 4) Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat dan kaku yang bertumpu pada landasan yang baik dan kuat sehingga tidak akan timbul kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan pekerjaan beton. 5) Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gayagaya yang bekerja padanya sedemikian rupa sehingga pada akhir pekerjaan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

beton, permukaan dan bentuk konstruksi beton harus sesuai dengan bentuk dan kedudukan yang direncanakan. 6) Bila konstruksi perancah pada saat pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukkan tanda-tanda penurunan sehingga menurut pendapat Direksi Lapangan/MK hal itu akan menyebabkan kedudukan dan peil akhir permukaan beton tidak sesuai dengan gambar rencana atau dapat membahayakan keamanan konstruksi, maka Direksi Lapangan/MK dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan Kontraktor untuk memperbaiki konstruksi perancah tersebut sampai betul-betul kuat untuk kemudian dilakukan pengecoran kembali. Biaya yang timbul akibat hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor 4.1.6 Penyimpanan cetakan dan material cetakan Material cetakan dan cetakan yang belum dipasang harus disimpan di lokasi yang bersih dari tanah. 4.1.7 Bahan Pelepas Cetakan Sebelum adukan beton dituang kedalam cetakan, seluruh permukaan cetakan harus dilapisi dengan nonstaining oil (bahan pelepas) sehingga dapat mencegah secara efektif lekatnya beton pada cetakan dan akan memudahkan melepas cetakan beton. Bahan ini jangan sampai mengenai baja tulangan atau dek beton karena dapat mengakibatkan berkurangnya daya lekat antara tulangan dengan beton. 4.1.8 Logam Yang Tertanam dalam beton Logam yang tertanam sebagai angkur untuk peralatan atau barang-barang lain pada konstruksi beton harus disediakan sesuai dengan kebutuhan. 1) Logam berulir yang tertanam harus terbuat dari besi tempa, dilengkapi baut dengan panjang penuh sesuai persetujuan Direksi Lapangan/MK. 2) Angkur-angkur Penggantung untuk konstruksi plafon, langit-langit harus digalvanisir, dari suatu tipe yang disetujui oleh Direksi Lapangan/MK. 3) Angkur-angkur untuk pasangan batuan (kalau ada) harus dipasang sesuai kebutuhan pekerjaan pasangan batuan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

4.1.9 Construction Joints Kontraktor harus menyediakan cetakan baja dengan detil sambungan kunci dengan Vulcan screed, Burke Keyed Cold Joint form atau bahan lain yang sejenis. 4.1.10 Control Joints Control joints harus dapat dipotong atau disiapkan dengan menggunakan Keyed Cold joint form atau alat-alat lain yang disetujui. Kontraktos harus meniiapkan joint sebagaimana tertera pada gambar rencana atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan/MK. 4.1.11 Pelaksanaan Pekerjaan Formwork Secara Umum 1) Dalam pekerjaan perancangan, pemasangan, dan pengangkatan formwork, harus mengikuti ACI 301, ACI 318, dan ACI 347. Kontraktor harus melakukan perancangan, melaksanakan pengangkatan, membuat penunjang atau pengaku serta menyiapkan pendukung formwork dan shoring sehingga dapat mendukung seluruh beban. Kontrktor harus menempatkan formwork dengan tepat dan teliti yang dibantu dengan menggunakan peralatan ukur survei sehingga beban beban dari formwork dan pendukungnya bisa ditahan oleh struktur beton dengan aman. 2) Pada saat pengangkatan rangkaian rangka tulangan beton, Kontraktor harus yakin bahwa tidak ada bagian dari unsur vertikal yang keluar dari toleransi kelurusan lebih dari 10 mm. 3) Apabila dikehendaki permukaan beton yang berprofil, pasanglah dalam cetakan potongan kayu, blocking, nailers, dan sebagainya, sehingga dapat menghasilkan permukaan-permukaan yang sesuai dengan gambar rencana. Lapisi dengan bahan pelepas cetakan. Cetakan harus menghasilkan tekstur yang seragam jika digunakan untuk permukaan beton yang diekspos. 4) Cetakan kolom dapat dibentuk dan ditempatkan sampai dengan elevasi bawah balok, segera setelah pelat penyangga mencapai seting awal.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

5) Pengikat cetakan harus berada pada tempat dan interval yang secara aman dapat menahan cetakan pada posisinya selama pengecoran beton, dan dapat menahan berat dan tekanan dari beton basah. 6) Buat cetakan untuk setiap dan semua hal dari pekerjaan beton yang disyaratkan untuk atau dalam hubungan dengan penyelesaian yang memuaskan dari proyek, apakah setiap hal tersebut ditunjukkan (mengacu secara spesifik) ataupun tidak. 7) Jangan menempatkan lubang pipa pada kolom atau balok kecuali dinyatakan dalam gambar struktur. 8) Lapisi permukaan kontak cetakan dengan bahan lapisan nonstaining oil sebelum penulangan dipasang, tulangan jangan sampai terlapisi oleh bahan lapisan ini. Lakukan pekerjaan pelapisan ini sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Cetakan yang mempunyai bercak karat tidak dapat diterima. 4.1.12 Toleransi Pelaksanaan. Hasil pekerjaan akhir harus sesuai dengan toleransi dari ACI 301 dan ACI 347 yang diuraikan sebagai berikut : 1) Toleransi Untuk Struktur Beton bertulang a) Variasi dari plumb/kelurusan vertikal Pada garis dan permukaan kolom, tiang, dinding, dan bagianbagian dalam yang muncul/menonjol : Setiap 3 meter : maksimum 6 mm. Untuk panjang keseluruhan : maksimum 25 mm. Untuk kolom sudut yang diekspos : alur control joint grooves, dan garisgaris lainnya yang ditonjolkan : Setiap 6 meter : maksimum 6 mm. Untuk panjang keseluruhan : maksimum 12 mm. b) Variasi dari tingkat yang disebutkan dalam gambar rencana. Pada sisi bawah pelat, atap, sisi bawah balok diukur sebelum penyangga dilepas : Setiap 3 meter : maksimum 6 mm. Setiap bentang atau setiap 6 meter : maksimum 10 mm. Untuk panjang keseluruhan : maksimum 19 mm. Pada kolom/balok praktis, sills, parapet, alur yang diekspos horisontal, dan garis lainnya yang diekspos : Setiap bentang atau setiap 6 meter : maksimum 6 mm. Untuk panjang keseluruhan : maksimum 12 mm.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

c) Variasi pada garis lurus gedung terhadap posisinya yang ditetapkan pada denah dan posisi yang berkaitan dari kolom, dinding, dan partisi : Setiap bentang : maksimum 12 mm. Setiap 6 meter lari : maksimum 12 mm. Untuk panjang keseluruhan : maksimum 12 mm d) Variasi pada ukuran dan lokasi sleeve, bukaan lantai, dan bukaan dinding : maksimum 6 mm. e) Variasi pada ukuran penampang kolom, balok, tebal pelat, dan dinding : Minus : maksimum 6mm. Plus : maksimum 12mm. f) Variasi dalam injakan tangga : Pada injakan tangga : Tanjakan : maksimum 3 mm. Injakan : maksimum 6 mm. Pada anak tangga yang berurutan : Tanjakan : maksimum 1.5 mm. Injakan : maksimum 3 mm. 2) Toleransi dalam struktur beton massa : a) Variasi dari garis lurus konstruksi dari posisi yang telah ada dalam rencana setiap panjang 6 meter : maksimum 12 mm. Setiap panjang 12 meter : maksimum.19 mm. b) Variasi dari dimensi dari tampilan struktur secara tersendiri dari posisi yang ada: Pada panjang 24 meter : maksimum 32 mm. Pada konstruksi yang tertanam : maksimum Dua kali dari angka diatas (64 mm). 2.3.13) Pelaksanaan Formwork Dengan Chamber 1) Cetakan-cetakan dengan chamber untuk pelat dan balok harus sesuai dengan pedoman ACI 301, ACI 347. Toleransi chamber harus sesuai dengan persyaratan dpada butir 2.3.9, juga harus sesuai dengan ketentuan yang tertera pada gambar rencana bila ada. 2) Apabila tidak disebutkan dalam gambar rencana, besaran dari chamber cetakan

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

harus mengikuti tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Pengukuran Chamber BAGIAN CHAMBER KE ATAS (% DARI BENTANG) Pelat 0,10 Tengah DIUKUR DI

Balok 0,10

Tengah

Balok dan Pelat Kantilever 0,30

Ujung Bebas

3) Berat dari konstruksi beton basah harus dipertimbangkan baik-baik didalam memperhitungan lendutan formwork. 4) Permukaan atas beton juga harus dibentuk anti lemdut untuk menjaga ketebalan dan profil beton. 2.3.14) Kerusakan-kerusakan pada permukaan cetakan yang harus dihindari. 1) Cetakan harus bebas dari cacat permukaan untuk menjaga agar permukaan beton bebas dari kerusakan. Pada sudut yang terekspos agar dipasang chamfer/kayu siku-siku ukuran 20 mm. 2) Untuk mencegah kebocoran pada cetakan, gunakan karet/gasket, sumbat lubang-lubang pada cetakan dan pada sambungan-sambungan coak dalam formwork agar dapat mencegah rembesan/keluarnya air semen dari cetkan pada waktu pengecoran beton. 2.3.15) Benda Yang tertanam. Kontraktor harus menyediakan sisipan-sisipan, gantungan-gantungan, angkur dengan lubanglubang sleeve, angkur dan lain-lain. tetap stabil. 2.3.16) Pelat-pelat baja yang terbenam Untuk detai-detail dimana terdapat plat baja yang harus terbenam dalam beton, pasang dan stabilkan pelat yang terbenam, pasang bearing plate dan angkur sesuai Tempatkan

menggunakan pelat dudukan dengan dua buah mur untuk menjaga posisinya agar

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

gambar rencana agar tidak terjadi pergerakan/pergeseran pada waktu pelaksanaan pengecoran. 2.3.17) Construction dan Control Joints 1) Construction joints dan control joints harus dipasang sesuai dengan peraturan ACI 318. 2) Pasang jarak sambungan pada slab-on-grade di bawah partisi apabila memungkinkan dan tidak boleh lebih dari 6.0 meter antara satu dengan yang lainnya, kecuali jika ditentukan lain. 3) Kontraktor harus menyediakan construction joint tipe kunci dengan dalam 38 mm pada setiap tepi pelat, balok, dinding, dan elemen bagian bawah. 2.3.18) Pembersihan Kontraktor harus menyediakan lubang yang cukup pada bagian dasar dari cetakan vertikal dan semua cetakan lainnya yang diperlukan untuk menyediakan tempat pembersihan dan observasi dari bagian cetakan sebelum dilakukan pengecoran beton. Lokasi pembersihan ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK. 2.3.19) Pembongkaran Bekisting dan Support 1) Cetakan sudah bisa dibongkar jika bagian struktur beton pada cetakan tersebut sudah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan berat sendiri dan beban konstruksi yang dipikulnya. Kekuatannya harus ditunjukan dari hasil tes beton sesuai dengan uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat dalam buku ini yang dibuktikan dengan perhitungan. 2) Pada elemen struktur yang menerima beban melampaui beban rencana dan/atau apabila pembongkaran cetakan dilakukan lebih awal akan menyebabkan elemen struktur mengalami bahaya yang lebih besar dengan apa yang sudah diperkirakan, maka cetakan yang demikian sebaiknya tidak dibongkar dulu selama kondisi ini tetap berlangsung. Pembongkaran bekisting pada bagian struktur yang terbebani oleh beban yang mendekati beban rencana, harus dilakukan dengan tindakan sangat hati-hati. 3) Harus tersedia alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan beton tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai 4) Periode minimum cetakan sebelum dilakukan pembongkaran tidak boleh kurang dari tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Periode Pembongkaran

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

PERIODE MINIMUM JENIS FORMWORK SEBELUM FORMWORK DIBONGKAR

Formwork

vertikal

untuk

kolom,

24 jam

dinding dan balok-balok besar Dasar pada formwork pelat dengan penumpu ditinggalkan Dasar pada formwork untuk balok dengan penumpu ditinggalkan Penumpu pada pelat 10 hari 3 hari 3 hari

Penumpu pada balok

14 hari

Penumpu kantilever

pada

balok

dan

pelat

17 hari

. 2.3.20) Ketentuan-ketentuan bukaan pada formwork. Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan bukaan-bukaan pada formwork beton untuk mengakomodasi pekerjaan dari disiplin lain sesuai gambar rencana atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan/MK. Apabila harus membuat bukaan yang tidak terdapat dalam gambar rencana, terlebih dulu harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan/MK. 2.3.21) Pembersihan cetakan Sebelum pengecoran dilakukan, seluruh permukaan cetakan yang akan diisi adukan beton harus dibersihkan dari serpihan-serpihan kayu, kotoran, puing-puing

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

atau benda-benda lainnya yang dapat merusak kekuatan beton. 2.3.22) Reshoring Segera setelah pembongkaran cetakan, pelat dan balok harus di support penuh (reshore) sampai beberapa lantai dibawahnya, sebaiknya dilakukan sistem 1 lantai di shore dan 2 lantai reshore. Reshore dapat tetap dilakukan sampai beton mencapai tegangan tekan 28 hari 4.1 Waktu Siklus Pelaksanaan bekisting merupakan bagian terintergrasi dari suatu proses konstruksi beberapa cara digunakan dalam pekerjaan beton dan bekisting. Proses penyediaan bekisting dan beton merupakan integrasi yang mutlak dibutuhkan. Siklus pada bagian kiri Gambar . menggambarkan siklus dari pekerjaan bekisting di proyek pembangunan STIKES Santo Borromeus. Sedangkan bagian kana menggambarkan siklus pekerjaan beton. Intersection menggambarkan awal dan akhir siklus pekerjaan beton. Siklus bekisting dimulai dengan pemilihan metode bekisting. Aktifitas siklus bekisting ini digambarkan dengan langkah-langkah berikut : 1. fabrikasi bekisting 2. pemasangan 3. pembongkaran Sedangkan siklus pekerjaan beton dimulai setelah fabrikasi bekisting dan selesai sebelum pembongkaran bekisting. Fungsi dari siklus pekerjaan bekisting untuk menyediakan kebutuhan struktur untuk bentuk dan ukuran yang berbeda. Sedangkan fungsi dari siklus pekerjaan beton untuk menyediakan kebutuhan struktur akan kekuatan, durabilitas dan bentuk permukaan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.1 Alur Pekerjaan Beton

4.1 Zona Pelaksanaan Pekerjaan Acuan dan Perancah Diproyek pembangunan STIKES Santo Borromeus terbagi kedalam 3 zona seperti pada gambar sekian. Diantaranya 1. Zona 1 (gedung administrasi) 2. Zona 2 (gedung administrasi) 3. Zona 3 (gedung asrama) Misalkan luas suatu gedung 1500 m dibagi 3 zone dengan 1 zone = 500 m2. Waktu siklus setiap lantai adalah 7 hari (4 hari untuk pekerjaan bekisting, 2 hari untuk pembesian dan 1 hari untuk checklist). Waktu pembongkaran 7 hari setelah pengecoran . Maka, alat dan material yang harus disediakan minimal 1 lantai. Wase (untuk mengantisipasi kerusakan material) adalah 3%. Berikut diagram waktu silkus yang dilaksanakan di proyek pembangunan STIKES Santo Borromeus

Tabel 4.3 Waktu Siklus Proyek Material yang disediakan 1 lantai


Lantai

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Zona I Hari 13 Hari 45 Hari 67 Hari 810 Hari 11-12 Hari 13-14 Hari 15-17 Persiapan awal -

Zona II -

Zona III

Pengecoran

Pemasangan awal

Pengecoran

Pemasangan awal

Pengecoran

Pembongkaran

Pembongkaran

Pembongkaran

Lantai

Zona I Hari 810 Hari 11-12 Hari 13-14 Hari 15-17 Hari 18-19 Hari 20-21 Hari Pemasangan awal -

Zona II -

Zona III

Pengecoran

Pemasangan awal

Pengecoran

Pemasangan awal

Pengecoran

Pembongkaran

Pembongkaran -

Pembongkaran

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

22-24

Gambar 4.2 Layout zonning Pembagian zona dimaksudkan untuk membagi pekerjaan bekisting agar mempermudah sirkulasi penggunaan material dan alat. 4.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi menahan beban vertical, horizontal, dan momen. Perencanaan dimensi kolom disesuaikan dengan beban yang akan dipikul dan juga mutu beton bertulang

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

yang digunakan. Besarnya beban bangunan juga menentukan dimensi kolom. Semakin besar beban kolom, maka semakin besar pula dimensi kolomnya. Ketepatan dimensi kolom ditentukan pada saat membuat cetakannya yaitu bekisting. Alat yang digunakan pada pembutan acuan dan perancah kolom yang dipakai di proyek STIKES Santo Borromeus sebagai berikut : 1) Besi hollow 2) Weller 3) Terrot 4) Wingnut 5) Bracing besar dan kecil 6) Sepatu bracing Berikut adalah langkah-langkah pemasangan bekisting kolom : 1. Pembuatan (build)
a. persiapan material kontak bekisting balok berupa multiplek atau papan

yang dipotong sesuai dengan balok yang akan dikerjakan. Perlu diperhatikan metode pemotongan agar tidak terjadi banyak pemborosan material. 2. Pemasangan (erect)
a) Rakit penolite sesuai dengan gambar kerja b) Pasang besi hollow dengan ketentuan setiap 30 cm lebar penolite

maka dipasang 2 buah hollow memanjang. Jika lebih dari 60cm maka dipasang 3 buah buah hollow.

Gambar 4.3 Pemasangan Besi hollow


c) Pasang weller disekeliling cetakan dengan jarak 20cm-60cm-80cm-

80cm (dengan tinggi kolom 3m)

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

d) Kemudian dikunci dengan menggunakan terrot dan diperkuat dengan wingnut

Gambar 4.4 Pemasangan weller berjarak 20cm dari lantai e) Dirikan cetakan kolom sesuai dengan gambar kerja

Gambar 4.5 Pendirian Cetakan Kolom f) Perikasa tegak lurusnya acuan dengan unting-unting.
g) Perkuat cetakan kolom menggunakan bracing pada tiang cetakan

hingga keadaannya tidak bergerak.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.6 Penggunaan Bracing pada cetakan Dibawah ini adalah denah lokasi kolom pada bangunan asrama mahasiswa STIKES Santo Borromeus.

Gambar 4.7 Denah Lokasi Kolom

4.1 Pekerjaan Balok

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Struktur balok adalah konstruksi yang menghubungkan satu kolom dengan lainnya untuk menopang lantai dan beban-beban yang ada diatasnya. Bentuk penopang beton umumnya persegi panjang dengan posisi berdiri. Berikut langkah kerja pelaksanaan bekisting balok, dengan bentuk bekisting balok persegi panjang. 1. pembuatan (build)
a) persiapan material kontak bekisting balok berupa penolfelm atau

papan dengan permukaan yang halus pada kedua sisinya yang dipotong sesuai dengan balok yang akan dikerjakan. b) Pembuatan panel pipi balok ( dinding balok) dan alat (bodeman) dengan pemotongan rangka panel sesuai dengan ukuran dan jarak pemasangan yang telah direncanakan. Apabila menggunakan rangka kayu, maka sebaiknya diserut terlebih dahulu untuk memastikan kerataan kayu dan memudahkan perangkaian. 1. pemasangan ( erect)
a) menentukan dan mengukur ketinggian dasar bekisting balok,

kemudian menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai dasar bekisting b) memasang papan alas sebagai tempat berdirinya perancah ( tiang)
c) memasang perancah / stempel kaso atau balok dengan jarak antar

tiang sesuai dengan gambar kerja. Pemasangan pemaku antar tiang apabila diperlukan.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.8 Pemasangan scaffolding d) Memasang gelagar memanjang ( balok engkel) dengan posisi gelagar bagian atas menyentuh benang yang sudah diwaterpass. e) Pemasangan balok suri diatas gelagar memanjang dengan jarak pemasangan sesuai gambar rencana. f) Pemasangan rangka alas balok (bodeman) dengan mengacu pada titis as balok yang telah ditandai dengan benang dan untingunting.

Gambar 4.9 Balok suri dan gelagar memanjang telah terpasang

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

g) Setelah alas balok terpasang dengan benar, maka dilakukan perangkain panel pipi-pipi (dinding balok). Diusahakan agar posisi pipi-pipi balok tegak lurus dengan alas balok.

Gambar 4.10 Proses pemasangan pipi-pipi balok


h) Pemasangan skoor penahan untuk mempertahankan ketegakan

pipi balok dan menahan beban pada saat pengecoran terjadi. Skoor tersebut menggunakan PPM (perancah plat modif).

Gambar 4.11 penggunaan PPM sebagai skoor

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.12 contoh gambar kerja Menggunakan scaffolding Menggunakan Metode Telescopic 1. Pemasangannya sangat sederhana dan cepat. Dan tingkat kerusakan /kehilangan sangat sedikit bahkan bisa 0 % 2. Untuk elevasi bisa dari 2,5 m s/d 4 m 3. Untuk pemasangan tripot pada telescopic dipasang dengan cara diseling

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

1.

Pembongkaran
a) Pembongkaran diawali dengan pelepasan PPM penahan pipi

(didnding) balok. b) Pembongkaran pipi-pipi balok dengan metode kerja efisien agar tidak terjadi kerusakan terhadap panel-panel pipi bekisting tersebut. c) Pembongkaran alas balok dilakukan bersamaan dengan pembongkaran balok suri dan gelagar memanjang.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

d) Stembel (tiang ) penyangga dibuka dan ditempatkan secara teratur untuk memudahkan penggunaan selanjutnya.

Gambar 4.13 Denah Bekisting Balok

Gambar 4.14 contoh gambar kerja Menggunakan telescopic 4.1 Pekerjaan Plat Lantai

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Tebal lantai beton yang dipakai untuk struktur umumnya bekisting antara 1215 cm, sedangkan untuk atap beton tebalnya antara 8-12 cm. Alat yang digunakan sebagai berikut: a) PPM (perancah Plat Modif) b) U head c) Balok Suri-suri Sedangkan material yang digunakan sebagai berikut : a) Balok kayu b) Kaso c) Triplek d) penofelm Berikut adalah langkah kerja pelaksanaan bekisting plat lantai. 1) Pembuatan (built) Persiapan material kontak bekisting plat lantai yang dipotong sesuai ukuran yang akan dikerjakan. Perlu diperhatikan alur penghamparan material kontak agar tidak terjadi pemborosan material 2) Pemasanagan (erect) a) Menentukan dan mengukur ketinggian elevasi bekisting plat lantai, kemudian menarik dari buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai dasar bekisting. b) Memasang pengganti perancah (scaffolding) dengan menggunakan PPM dan U head yang dipasang diatas suri-suri balok dengan persyaratan maksimal 3m antara balok dengan balok. Penggunaan PPM dan U head dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan scaffolding.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.15 penggunaan PPM pada pemasangan plat lantai


c) Memasang perancah balok kayu yang diletakan melintang diatas U

head.
d) Memasang gelagar memanjang dan besi hollow diatas balok kayu

melintang .
e) Penghamparan penolfelm (triplek) kemudian dipaku ke rangka plat

lantai. f) Pemberian perkuatan dengan menggunakan sapot. g) Pengecekan kerataan elevasi permukaan bekisting. 1) Pembongkaran (strip) a) Pembongkaran diawali dengan pelepasan bekisting kontak dan rangka plat lantai. b) Pembongakaran balok suri dan gelagar memanjang. c) Stempel (tiang) penyangga dibuka dan ditempatkan secara teratur untuk memudahkan penggunaan selanjutnya.

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.16 embongkaran bekisting plat lantai

Gambar 4.17 pengaturan penyimpanan material

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.18 gambar kerja sistem telescopic

Gambar 4.19 gambar kerja sistem scaffolding

4.1 Pekerjaan Bekisting Retening Wall

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Metode Bekisting Retening Wall dengan sistim Konpensional 1. Phenolic film 15 mm kita pabrikasi menjadi panel dengan rangka holow 50 x 50 x 2.8 mm dikombinasikan dengan balok 5/10 cm 2. Dibelakang rangka panel ditambah weler untuk menyatukan panel yang satu dengan yang lainya. Sekaligus untuk penahan tierod bahan material weler yang digunakan yaitu siku 50 x 50 x 4 mm dan juga digunakan untuk tumpuan dari pada bracing. Contoh Gambar Methode Kerja :

Gambar 4.20 gambar kerja ratening wall

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Gambar 4.21 gambar kerja Ratening Wall

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

BAB V CONTOH ANALISIS PERHITUNGAN BAHAN


PERHITUNGAN MATERIAL BALOK

1. Misalkan : Sebuah bentang dengan panjang 8 m, Balok 40 x 70 dengan tebal lantai 12 cm dan panjang hollow 3 m. Hitung material yang harus digunakan Dik : p=8m Balok 70 cm 40 cm Hollow 3 m

70 cm

5 cm

40 cm

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Dinding balok Tinggi balok- tebal lantai 70 cm 12 cm = 58 cm 58 cm + 5 cm = 63 cm = 0,63 m 0,63 m x panjang bentang x jumlah sisi 0,63 x 8 m x 2 = 10,08 m 10,08 : hitungan efektif triplek 10,08 : 2,88 = 3,55 Jadi triplek yang dibutuhkan adalah 3,55 lembar Bodeman Lebar balok x panjang bentang 0,4 m x 8 m = 3,2 m 3,2 m : hitungan efektif triplek 3,2m : 2,88 m = 1,1 lembar Jadi bodeman yang diperlukan : 1,1 lembar Dinding balok + jumlah bodeman 3,5 m + 1,1 = 4,6 = 5 lembar Jadi jumlah bodeman yang diperlukan secara keseluruhan adalah : 5 lembar Hollow (panjang bentang : panjang hollow) x sisi kiri dan kanan (8m : 3 m) x 2 = 5,3 5,3 + 5,3 = 10,6 10,6 : panjang hollow 10,6 : 3 = 3,5 batang Jadi hollow yang diperlukan adalah 3,5 batang Kaso Horizontal 10,6 : panjang kaso = 10,6 m : 4 m = 2,6 batang 63 tebal lantai = 63-12 = 51 Kaso Vertikal Rangka vertikal (kaso atas+kaso bawah) 63 (7 + 5) = 63 12 = 51
(Panjang bentang : lebar balok) + 1 =

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

(8m : 0,4) + 1 = 21 21 x 2 sisi = 42 42 x 0,51 = 21,42 21,42 : panjang kaso = 21,42 : 4m = 5,355 5,355 + 2,6 = 7,9 = 8 batang

PERHITUNGAN MATERIAL LANTAI


1. Misalkan : Suatu gedung 3 x 6 , berapa luas lantai, alat yang diperlukan dengan jarak antar tepi pertama 50 cm. Jawab : Luas gedung = 3 x 6 = 18 m 3m Triplek = Luas : luas triplek = 18 m : 2,88 m = 6,25 = 7 lembar triplek

6m Jadi triplek yang dibutuhkan adalah : 7 lembar triplek

PERHITUNGAN MATERIAL KOLOM


1. Misalkan : Suatu kolom 50 x 30 , tinggi 3 m dengan luas 50 x 30. Jarak antar tarot untuk pemasangan shear wall (dinding penahan tanah dengan jarak pemasangan ) minimal 15 mm. Setiap pemasangan Hollow vertikal jarak 30 yang menempel di penolit , jarak tarot 60 cm, bracing 1,5 m kalu dari tepi 1 m

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

Laporan Laboratorium Konstruksi 2 Acuan dan Perancah

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Pekerjaan acuan dan perancah harus diperhatikan sekali dari mulai perencanaan sampai dengan pembongkarannya. Hasil pekerjaan pembetonan bergantung pada pekerjaan acuan dan perancah yang selanjutnya akan berpengaruh dari segi bentuk dan mutu betonnya. Pada pemilihan metode pun harus ditentukan dengan baik dikarenakan 60% biaya pembetonan adalah biaya pembuatan acuan dan perancah. Sehingga pemakain acuan dan perancah yang digunakan di proyek STIKES Borromeus menggunakan metoda konvensional yang dirancang sendiri agar dapat mereduksi biaya penggunaan bahan dan alat. Agar proyek berjalan tepat pada waktunya, pemakaian bekisting dari pemasangan hingga pembongkaran di proyek ini memiliki waktu siklus 7 hari yang terbagai menjadi 3 zona. Penggunaan alat dan bahan akan berputar di tiga zona tersebut. 6.2 Saran Selama praktikum acuan dan perancah dilaboratorium sebaiknya diberi penjelasan yang lebih detail tentang penggunaan motode penggunaan di lapangan langsung, dikarenakan dilapangan terkadang kontraktor menggunakan bekisting yang dirancang sendiri sehingga kami tidak terpaku dengan apa yang dipelajari di laboratorium.

You might also like