You are on page 1of 105

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS III SMUN 4 BEKASI

Penelitian Diajukan ke Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Sebagai pemenuhan salah satu syarat Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Junior

Telah disetujui oleh dosen pembimbing

Nurfitri Bustamam, SSi, MKes, MPdKed

1|Page

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala Berkat dan Karunia-Nya selama penulisan penelitian kedokteran yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Lingkungan terhadap Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki Kelas III SMUN 4 Bekasi Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengatahui tingkat pengetahuan, sikap, dan lingkungan terhadap perilaku merokok pada kelompok usia remaja (siswa SMA). Pada masa remaja mengalami perkembangan dan pencapaian kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Merokok dapat mereka jadikan sebagai sarana pergaulan yang berpengaruh pada lingkungan dan pada akhirnya menjadi perilaku. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba menganalisis dan meneliti gambaran hubungan pengetahuan, sikap, dan lingkungan terhadap perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas keterlibatan para pihak yang telah memberikan bantuan dan kerja samanya membantu penyusunan penelitian ini, ucapan ditujukan kepada ibu Nurfitri Bustamam, Ssi, Mkes, MpdKed. Selaku pembimbing yang telah mencurahkan waktu dan tenaga dalam membantu penulisan penelitian ini. Masih banyak kekurangan, dalam penulisan laporan penelitian ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan penulisan laporan penelitian ini. Penulis berharap kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.

Jakarta, Juli 2010

Penulis

2|Page

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN
A. B. C. D.

1 2 3 5 6 7

Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

9 11 11 12

BAB II. LANDASAN TEORI A.


1. 2. 3. 4.

Tinjauan Pusataka Perilaku Pengetahuan Sikap Lingkungan 17 19 20 13

3|Page

5. 6.

Perilaku Merokok pada Remaja Merokok Penelitian Terkait Kerangka Konsep Kerangka Teori Hipotesis

22 27 31 32 32 33

B.
C. D. E.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K.

Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Populasi Penelitian Kriteria Penelitian Teknik Sampling Rancangan Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Definisi Operasional Instrumen Penelitian Rencana Pengolahan Data Analisis Data

34 34 34 35 35 35 36 38 39 39 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. B. C.

Deskripsi Hasil Penelitian Analisis Hasil Penelitian Pembahasan

40 41 56

BAB V. PENUTUP
4|Page

A. B.

Kesimpulan Saran

64 64 66 100

LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Table 1 Table 2-5 Table 6-8 Table 9-11 Table 12-15 Table 16-18

41 42 43 44 45 46
5|Page

Table 19-22 Table 23-25 Table 26-27 Table 28-29 Table 30-31 Table 32-34 Table 35-36 Table 37-38 Table 39-41 Table 42

47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (table krejcie) Lampiran 2 (validitas pengetahuan dan sikap) Lampiran 3 (reliabilitas pengetahuan dan sikap) Lampiran 4 (deskriptif karakteristik responden) Lampiran 5 (deskriptif pengetahuan responden) Lampiran 6 (deskriptif sikap responden)

66 67 69 70 73 75
6|Page

Lampiran 7 (deskriptif perilaku responden) Lampiran 8 (deskriptif tingkat PSP responden) Lampiran 9 (deskriptif karakteristik perilaku merokok responden) Lampiran 10 (hubungan pengetahuan dengan sikap) Lampiran 11 (hubungan sikap dengan perilaku merokok) Lampiran 12 (hubungan pengetahuan dan perilaku merokok) Lampiran 13 (hubungan teman merokok dengan perilaku merokok) Lampiran 15 (hubungan anggota keluarga merokok dengan perilaku merokok) Lampiran 16 (diagram karakteristik responden) Lampiran 17 (diagram tingkat PSP responden) Lampiran 18 (diagram perilaku merokok responden) Lampiran 19 (kuesioner penelitian)

77 78 79 81 82 83 84 86 87 92 94 97

Lampiran 14 (hubungan ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok) 85

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS III SMUN 4 BEKASI

ABSTRAK Latar belakang: kebiasan merokok di masyarakat kini seolah menjadi budaya. Hal ini ditambah gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikan dengan kejantanan, dan keperkasaan. Pada saat ini kebiasaan merokok banyak dijumpai di kalangan anak-anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Meskipun dalam kemasan dan iklan yang tersebar di masyarakat sudah tercantum bahaya dari merokok, masih banyak masyarakat yang tidak memberikan perhatian serius tentang masalah itu. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini di
7|Page

laksanakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan lingkungan terhadap perilaku merokok pada kelompok usia remaja khususnya pada siswa SMA kelas III. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan gambaran tentang perilaku merokok dan 2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan lingkungan dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III di SMUN 4 Bekasi. Metode : penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional yang menggunakan kuesioner. Sampel dipilih secara random sampling dari 180 siswa menjadi 123, dibulatkan menjadi 130 siswa. Hasil: 1. Sebanyak 35 siswa (26,92%) dari 130 siswa merupakan perokok aktif. 2. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap (p > 0,05), terdapat hubungan antara sikap dan perilaku (p < 0,05), tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku (p > 0,05), terdapat hubungan antara teman merokok dengan perilaku (p > 0,05), terdapat hubungan antara ajakan teman dengan perilaku (p < 0,05), tidak terdapat hubungan antara anggota keluarga merokok dengan perilaku (p > 0,05). Kesimpulan: dari hasil penelitian didapatkan perilaku merokok pada siswa tidak berhubungan dengan pengetahuan rokok itu sendiri, namun terdapat hubungan dengan sikap dan lingkungan terhadap perilaku merokok siswa. Daftar pustaka: 18 (1984-2009) Kata kunci: pengetahuan, sikap, lingkungan, perilaku merokok aktif. RELATED KNOWLEDGE, ATTITUDES, AND ENVIRONMENT ON SMOKING BEHAVIOR OF MALE STUDENTS IN CLASS III SMUN 4 BEKASI ABSTRACT

Background: smoking habits in the community now seems to be cultural. This plus the incessant cigarette ads mengidentikan with masculinity, and courage. At this time many found in the smoking habits among children, adolescents, adults, to old age. Although the packaging and advertising spread in the community has shown the dangers of smoking, there are still many people who do not give serious attention about the problem. Based on this, this study conducted to determine the level of knowledge, attitudes, and environment on smoking
8|Page

behavior of adolescents in the age group especially in grade III high school students. This study aims to: 1. Get an idea about the behavior of smoking and second. Knowing the relationship between knowledge, attitudes, and environment with smoking behavior in male.students in the class III SMUN 4 Bekasi.

Methods: This study was a descriptive analytic cross sectional design with questionnaires menggunkan. Samples were selected by random sampling of 180 students to 123, d round it off to 130 students. Results: 1. A total of 35 students (26.92%) of 130 students are active smokers. 2. Chi Square test results showed no relationship between knowledge and attitude (p> 0.05), there is a relationship between attitudes and behavior (p <0.05), there is no relationship between knowledge and behavior (p> 0.05), there the relationship between friend smoking behavior (p> 0.05), there is a relationship between a friend's invitation to the behavior (p <0.05), there was no correlation between smoking and behavior of family members (p> 0.05). Conclusion: from the results, students' smoking behavior on smoking is not related to knowledge itself, but dealing with attitudes toward smoking behavior is also the environment around the students. References: 18 (1984-2009) Keywords: knowledge, attitude, environment, current smoking behavior.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini ditambah dengan gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikkan dengan kejantanan, kesegaran, dan keperkasaan. Pada saat ini kebiasaan merokok banyak dijumpai dikalangan anak-anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Meskipun dalam kemasan dan iklan yang tersebar di masyarakat sudah tercantum bahaya dari

9|Page

merokok, masih banyak masyarakat yang tidak memberikan perhatian serius tentang masalah itu.1 Rokok punya dose-response efect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Resiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan.1 Dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Perokok pasif yang terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif. Walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan kesuburan.1 Pada saat rokok dihisap, komposisi rokok dipecah menjadi komponen lainnya. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon yang mngandung zat zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine).2

Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki urutan ke 5 terbanyak dalam konsumsi rokok di dunia dan setiap tahunnya mengkonsumsi 182 miliar batang rokok.3 Badan Pusat Statistik menyebut jumlah perokok pemula umur 5-9 tahun naik secara signifikan. Hanya dalam tempo tiga tahun (2001-2004), persentase perokok pemula naik dari 0.4 persen menjadi 2.8 persen. Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi merokok pada anak usia 15-19 tahun. Pada tahun 2001, prevalensi merokok pada anak-anak sebesar 12,7% dan mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 17,3%.3
10 | P a g e

Penelitian di Jakarta pada tahun 2003 menunjukkan bahwa 64,8% pria dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok. Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2005 mendapatkan data bahwa sebanyak 27,1% dari 1961 responden pelajar pria SMA/SMK, sudah mulai atau bahkan terbiasa merokok. Umumnya siswa kelas satu menghisap satu sampai empat batang per hari, sedangkan siswa kelas tiga menghisap lebih dari sepuluh batang per hari.3 Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey 2006 yang diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia terbukti jika 24,5% anak laki-laki dan 2,3% anak perempuan berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok, dimana 3,2% dari jumlah tersebut telah berada dalam kondisi ketagihan atau kecanduan. Pada tahun yang sama, Global Youth Tobacco Survey mendapatkan angka kejadian merokok siswa SMU di Jakarta sebesar 32% dan Bekasi sebesar 33%.4 Berdasarkan hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey pada tahun 2006, didapatkan angka prevalensi siswa SMU di Bekasi lebih besar daripada di Jakarta dan angka siswa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Sedangkan hasil penelitian Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2005, didapatkan kalau angka prevalensi merokok anak kelas III lebih tinggi dari pada kelas I. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian di salah satu SMU Bekasi untuk mendapatkan gambaran tentang Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku merokok dikalangan siswa laki-laki kelas III.4 B. Perumusan masalah a. Masalah umum Bagaimanakah gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi. b. Masalah khusus
i. Berapa banyak siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi yang

merokok? ii. Bagaimanakah katakteristik siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi yang merokok ?

11 | P a g e

iii. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi ? iv. Apakah terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi ? v. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi ?
vi. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan dengan perilaku

merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi ?

C. Tujuan penelitian a. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi. b. Tujuan khusus i. Mendapatkan data jumlah siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi yang merokok dan karakteristiknya.
ii. Mendapatkan hubungan pengetahuan dan perilaku merokok pada siswa

laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi.


iii. Mendapatkan hubungan sikap dan perilaku merokok pada siswa laki-

laki kelas III SMUN 4 Bekasi.


iv. Mendapatkan hubungan pengetahuan dan sikap merokok pada siswa

laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi.


v. Mendapatkan hubungan lingkungan dan sikap merokok pada siswa

laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi. D. Manfaat penelitian a. Bagi SMU Negeri 4 Bekasi
12 | P a g e

Mendapatkan gambaran tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok siswanya dan karakteristik siswa yang merokok sehingga dapat direncanakan program penyuluhan untuk mengurangi jumlah siswa yang merokok. b. Bagi instasi pemerintah dan kesehatan Dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah pada umumnya dan instasi kesehatan pada khususnya untuk mengetahui perilaku merokok pada siswa sehingga dapat mengantisipasinya. c. Bagi penulis Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengetahuan, sikap, dan lingkuna terhadap perilaku merokok pada siswa sehingga dapat memberikan saran untuk mencegah meningkatnya angka prevalensi merokok pada siswa di Indonesia pada umumnya, dan Bekasi pada khususnya.

13 | P a g e

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku a. Konsep Perilaku adalah tindakan atau aktivitas yang mempunyai ruang lingkup sangat luas, antara lain; berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, mambaca, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak diamati langsung oleh pihak luar.5 Skinner (1938), seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku dapat terjadi melalui proses yang diawali oleh adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut akan merespon, oleh karena itu, teori ini disebut juga teori S-O-R atau stimulus organisme respon.5 b. Jenis-jenis perilaku Berdasarkan teori S-O-R, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :5 i. Perilaku tertutup
14 | P a g e

Adalah

respon

seseorang

terhadap

stimulus

dalam

bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain

ii. Perilaku terbuka Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.5 c. Asumsi determinan prilaku Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.5 Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat memperngaruhi perilaku kesehatan adalah :5 i. Teori Lawrence Green (1980) Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Dimana kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).5 Faktor perilaku ditentukan atau dibentu oleh : a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai nilai dan sebagainya.
15 | P a g e

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik berupa tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan serta alat alat kesehatan, misalnya puskesmas, obat obatan, alat alat steril dan sebagainya. c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok panutan bagi perilaku masyarakat.5 ii. Teori WHO (1983) WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :5 a. Pemikiran dan perasaan (though and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang tehadap objek (kesehatan). 1. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. 2. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 3. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. b. Tokoh penting sebagai panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang dia katakan atau berbuat cenderung untuk dicontoh. c. Sumber sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. d. Domain Perilaku kesehatan Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari ranah kognitif
16 | P a g e

(Cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).5

Dalam perkembangan selanjutnya, oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :5 i. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). ii. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). iii. Praktik atau tindakan praktik yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).5 Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, yang artinya, subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap stimulus atau objek tadi. Namun demikian, dalam kenyataannya, stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berprilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.5

17 | P a g e

B. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng, penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri seseorang terdapat proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. c. Evaluation (menimbang - nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.5 Namun demikian, dari penelitian selanjutnya, Rogers (1974) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :5 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

18 | P a g e

2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi yang harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan pada saat melakukan untuk meletakkan menghubungkan bagian bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau objek.5

19 | P a g e

C. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap yang merupakan reaksi yang tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :5 a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.5 Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) 2. Merespons (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
20 | P a g e

4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.5 Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

D. Lingkungan Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). lingkungan yang mempengaruhi. Dalam hal ini, ada tiga lingkungan yang dapat mempengaruhi remaja merokok di antara : a) Lingkungan keluarga Tidak sedikit remaja yang merokok dikarenakan di dalam lingkungan keluarganya ada yang merokok. Misalnya saja, seorang remaja laki-laki merokok dikarenakan melihat ayahnya suka merokok. Ia sangat kagum dengan ayahnya sehingga ia ingin seperti ayahnya dan remaja tersebut suka mengimitasikan tingkah ayahnya sampai pada kebiasaan buruk ayahnya yaitu merokok. Selain hal tersebut, ada juga orang tua yang tidak keberatan anak remaja laki-lakinya merokok.
21 | P a g e

b)

Lingkungan tempat tinggal Selain lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal pun dapat

mempengaruhi remaja merokok. Bila dalam suatu lingkungan tempat tinggal merokok bukan merupakan suatu hal yang kurang baik, bahkan sampai anak kecil pun merokok terlebih lagi para remaja. Dalam lingkungan tempat tinggal di mana merokok pada remaja masih di anggap suatu hal yang tabu, maka para remaja akan merasa canggung bila merokok. Tetapi, bila lingkungan tempat tinggal mendukung remaja untuk merokok maka perilaku merokok pada remaja ini tidak akan bisa dikendalikan bahkan akan menciptakan banyak perokok.
c)

Lingkungan pergaulan remaja Lingkungan yang ketiga ini adalah lingkungan yang sangat menentukan pada remaja. Remaja cenderung mendengarkan atau melakukan apa yang dibenarkan dalam kelompoknya, dan remaja cenderung melawan pada orang dewasa (orang tua). Meskipun orang tua melarang remaja tersebut merokok, tetapi bila ia bergaul dengan sekelompok remaja yang merokok, maka kemungkinan besar remaja itu akan merokok.

Zaitun Mutadin, S.Psi, Msi, mengungkapkan bawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Faktor tersebut adalah :6 1. Pengaruh orang tua. Salah satu alasan orang-orang yang sudah menjadi perokok, mereka berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia. Orang tuanya tidak begitu memperhatikan dan sering memberikan hukuman fisik yang keras. Yang paling kuat pengaruhnya adalah apabila orang tua sendiri perokok berat, anak-anaknya mungkin sekali untuk mencotohnya. 2. Pengaruh teman. Berbagai fakta mengungkapkan, makin banyak temanteman kita yang sudah merokok, makin besar kemungkinan kita jadi perokok juga.

22 | P a g e

3. Pengaruh iklan. Melihat iklan di media cetak atau elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan sering kali membuat seseorang terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

E. Perilaku merokok pada remaja Data WHO menunjukkan bahwa seluruh jumlah perokok yang ada didunia sebanyak 30 % adalah kaum remaja.7 Berdasarkan data yang diperoleh Balitbang Depdiknas dan disampaikan oleh ketua Balitbang Depdiknas, Dr. Budiono (2001), bahwa sekitar 13,2 % dari remaja indonesia usia 15 19 tahun telah merokok saat ini.8 Selain itu, hasil riset Lembaga Menanggulangi masalah merokok, melaporkan bahwa anak anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku merokok dimulai pada masa anak anak dan masa remaja. Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Kurt Lewin, perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Laventhal mengatakan bahwa merokok tahap awal dilakukan dengan teman teman (46%), seseorang anggota keluarga bukan orang tua (23%) dan orang tua (14%). Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, (Komasari dan Helmi, 2000) yang mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologi, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya. Brigham (1991) mengemukakan bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan simbolisasi, simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis.

23 | P a g e

Laventhal & Clearly (dalam Oskamp, 1984) menyatakan faktor orang merokok terbagi menjadi 2 faktor utama, yaitu : 1. Faktor Psikologis Pada umumnya faktor tersebut terbagi kedalam lima bagian, yaitu :9 a. Kebiasaan Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b. Reaksi emosi yang positif Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. c. Reaksi untuk penurunan emosi Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d. Alasan sosial Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umunya pada remaja dan anak - anak), identifikasi dengan kelompok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak anak juga dapat disebabkan dengan adanya paksaan dari teman temannya. e. Kecanduan atau ketagihan Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Semula hanya mencoba coba rokok, tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin.

2. Faktor Biologis
24 | P a g e

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada didalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang terhadap rokok secara biologis.10 Selain faktor faktor diatas, Botvin dan Mc. Allister (1982) juga mengidentifikasi faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok yang terbagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu :11 1. Faktor faktor sosiodemografis, seperti kebiasaan merokok pada keluarga dan teman teman dekat. 2. Faktor faktor pribadi, seperyi sikap pribadi serta keyakinan keyakinan yang mereka miliki tentang merokok. 3. Variabel variabel kepribadian, yaitu citra diri atau konsep diri, locus of control, ekstrovert, dan lain sebagainya. 4. Variabel variabel tingkah laku, seperti pekerjaan, aktivitas di bidang akademis, serta minat minat pada waktu luang serta aktivitas mereka sukai diwaktu luang. Teori social cognitive learning menyatakan bahwa perilaku individu disebabkan pengaruh lingkungan, individu, dan kognitif. Perilaku merokok tidak semata mata merupakan proses imitasi dan penguatan positif dari keluarga maupun lingkungan teman sebaya tetapi juga adanya pertimbangan pertimbanghan atas konsekuensio perilaku merokok.

Selain itu juga terdapat aspek aspek perilaku merokok, adapun aspek perolaku merokok ini menurut aritonang (1997), yaitu :
25 | P a g e

1. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari hari. Erickson (dalam Komasari dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa merokok berkaitan dengan masa mencari jati diri remaja. Menurut Silvans dan Tomkins, (dalam mutadin, 2002) fungsi merokok ditujukan dengan perasaan yang di alami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif.6 2. Intensitas merokok Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap, yaitu : a. Perokok berat, yaitu perokok yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. b. Perokok sedang, yaitu perokok yang menghisap 5 14 batang rokok dalam sehari. c. Perokok ringan, yaitu perokok yang menghisap 1 4 batang rokok dalam sehari.12 3. Tempat merokok Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua yaitu : a. Merokok ditempat umum 1. Kelompok homogen (sama sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area 2. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak merokok). Pada tipe ini tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama, bertindak kurang terpuji serta kurang sopan.11 b. Merokok di tempat yang bersifat pribadi

26 | P a g e

1. Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Pada tipe ini individu tergolong kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. 2. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi. 4. Waktu merokok Menurut Presty (Smet, 1994), remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang tua, dll.13 Menurut Silva Tomkins, (Mutadi, 2002) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, yaitu cara seseorang dalam mengatasi perasaannya, dimana keempat tipe tersebut adalah : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ini terbagi dalam 3 sub tipe, yaitu : a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. c. Pleasure of handling the cigaratte, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, misalnya merokok dengan pipa. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas atau pun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. 3. Perilaku merokok yang adiktif.

27 | P a g e

Green menyebut kelompok ini sebagai psychological addiction. Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.

G. Merokok a. Batasan Menurut Moeliono, pada hakikatnya merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah gulungan tembakau yang bersalut daun sirih atau kertas. Menurut Levy, Dignan, dan Shirrets mendefinisikan merokok sebagai suatu kegiatan menghisap sejumlah bahan yang terdapat dalam sebatang rokok atau sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang yang ada disekitarnya. b. Penyebab merokok Menurut Sarafino, faktor-faktor yang mempengaruhi merokok, yaitu: 1) Faktor sosial. Kebiasaan merokok berasal dari teman dekat, khususnya dengan jenis kelamin yang sama. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan sosial tersebut, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan interaksi. Di dalam interaksi sosial, individu akan menyesuaikan diri dengan yang lain atau sebaliknya, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya.
28 | P a g e

2)

Faktor psikologis. Ada beberapa alasan psikologis yang seseorang merokok, yaitu untuk

menyebabkan

relaksasi/ketenangan,mengurangi kecemasan/ketegangan. 3) Faktor biologis. Faktor genetik dapat mempengaruhi

seseorang untuk mempunyai ketergantungan terhadap rokok. Menurut Danusantoso, membedakan tipe perokok berdasarkan tipe perilakunya, yaitu ; perokok aktif adalah seseorang yang mempunyai perilaku merokok, dan perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok tapi berada di sekitar perokok. Sedangkan menurut Sitopoe, membedakan tipe perokok menjadi ; perokok ringan yaitu apabila merokok selang-seling, perokok sedang yaitu apabila merokok setiap hari dalam kuantum kecil, perokok berat yaitu apabila merokok lebih dari satu bungkus per hari. c. Tahapan merokok

Laventhal dan Clearly mengungkapkan ada 4 tahap dalam merokok, yaitu :9 Tahap Preparatory Tahap dimana seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok. Tahap Initiation Tahap perintisan merokok, tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. Tahap Becoming a smoker Tahap apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. Tahap Maintaining of smoking

29 | P a g e

Tahap bahwa merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan. d. Lama menghisap merokok Menurut Bustan merokok dimulai sejak umur < 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response efect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 1025 mmHg dan menambah detak jantung 520 kali per menit. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan . dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan kesuburan. e. Jenis rokok yang dihisap Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahanbahan lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah).

f.

Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok

30 | P a g e

Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon yang mngandung zat zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine). Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan , lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak. Karbon Monoksida. Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO, CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi, tergantung banyaknya rokok dan jenis rokok yang dihisap. Bagi rokok yang berfilter kadar tar yang terendap 5 15 mg per batang rokok, sementara rokok yang tidak berfilter 3 40 mg per batang rokok. Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok. Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikro gram. Sebungkus rokok
31 | P a g e

(isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.

H. Penelitian Terkait Pada penelitian Yuni Christinawaty Purba (2009) tentang karakteristik, pengetahuan, dan prilaku siswa mengeni kebiasaan merokok di SMU Parulian 1 Medan ada hubungan antara umur dengan kebiasaan merokok (p = 0,041), dan ada hubungan yang bermakna antara ada atau tidak ada keluarga responden yang merokok dengan kebiasaan merokok (p=0,008)15 Pada penelitian Angga Tomala Putra (2010) tentang hubungan antara pengetahuan, sikap, dan lingkungan teradap perilaku merokok aktif pada siswa laki laki SMA negeri III kelas 10 Depok.tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok P = 0,544 ( > ), ada hubungan sikap dan perilaku perokok P = 0,000 ( < ), tidak ada hubungan antara lingkungan dan perilaku merokok P = 0,296 ( > ).16 Pada penelitian Titik Haryanti (2001) tentang karakteristik, pengetahuan, dan prilaku siswa mengeni kebiasaan merokok di SMU Yadika 7 Bogor, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia dengan perilaku merokok (p=0,643), tetapi antara variabel jenis kelamin dengan perilaku merokok, didapatkan hubungan yang bermakna dengan nilai p sebesar 0,000.14

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Karakteristik Merokok:
Usia Jumlah uang jajan sehari 32 | P a g e

Pengetahua n Faktor Sosiodemogrfis


-

Sikap

Perilaku

Ajakan teman untuk merokok Anggota keluarga lain merokok

KERANGKA TEORI Jumlah uang jajan sehari - hari Teman Menyetujui untuk merokok Tidak menyetujui untuk

Keluarga yang merokok

Perilaku merokok

Pengetahuan merokok

HIPOTESIS PENELITIAN

33 | P a g e

Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap merokok pada responden. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku merokok pada responden. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku merokok pada responden. Ada hubungan yang bermakna antara teman merokok dan perilaku merokok pada responden. Ada hubungan yang bermakna antara ajakan teman untuk merokok dan perilaku merokok pada responden. Ada hubungan yang bermakna antara keluarga merokok dan perilaku merokok pada responden.

BAB III
34 | P a g e

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan analitik, yaitu penelitian yang mendiskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi.

B. LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMU Negeri 4 Bekasi di daerah Harapan Jaya, Bekasi Barat.

C. POPULASI PENELITIAN Populasi ini adalah siswa laki-laki SMU Negeri 4 Bekasi sebanyak 180 orang.17 Penentuan jumlah sampel menurut Tabel Krejcie: Krejcie melakukan perhitungan ukuran sampel berdasarkan tingkat kesalahan 5%, sehingga sampel yang diperoleh mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap populasi. Makin besar jumlah ukuran populasi maka makin kecil presentase sampelnya. Sampel dihitung dengan menggunakan Tabel Krejcie dan diperoleh sampel sebanyak 123 siswa. Tetapi sampel dibulatkan menjadi 130 siswa.

35 | P a g e

KRITERIA SAMPEL INKLUSI


1. Siswa laki-laki SMU Negeri 4 Bekasi

2. Bersedia untuk menjadi responden

EKSKLUSI 1. Tidak bersedia menjadi responden

D. TEKNIK SAMPLING Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling,18 yaitu: Semua siswa kelas 3 mengisi kuesioner Pada setiap lembaran kuesioner disertakan nomer 1-180 disudut kanan atas halaman pertama kuesioner. Lalu dibuat kertas undian sebanyak jumlah kuesioner (180) dan dituliskan nomer dari 1180 kemudian kertas digulung lalu ditempatkan didalam wadah. Kemudian diambil secara acak sebanyak 50 kertas undian Nomor yang keluar dari kertas tidak digunakan sebagai sample

E. RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional (potong lintang). Dalam penelitian Cross Sectional, peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu dimana tiap subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada pemeriksaan tersebut.

36 | P a g e

F. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel bebas (variabel independen) dan satu variabel terikat (variabel dependen).17 Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadikan sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (variabel dependen).17 Variabel bebas dalam penelitian adalah pengetahuan. Sedangkan variabel terikat adalah sikap, perilaku dan lingkungan merokok.

1.

Pengetahuan Adalah sesuatu yang diketahui oleh responden tentang apa itu rokok, apa saja yang terkandung dalam rokok, perbedaan perokok aktif dan pasif, bahaya dari kebiasaan merokok dan pengertian dari perokok berat. Cara ukur dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner. Kategori pengetahuan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: - pengetahuan baik: jika nilai skor 5 - pengetahuan tidak baik: jika nilai skor < 5 Skala yang digunakan yaitu skala ordinal

2.

Jumlah uang jajan sehari Adalah sejumlah uang yang didapat dalam satu hari yang digunakan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Cara ukur dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner. Kategori uang jajan sehari dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (kurang dari Rp. 15.000,00), sedang (Rp. 15.000,00 Rp. 20.000,00) dan (lebih dari Rp. 20.000,00). Skala yang digunakan yaitu skala ordinal.

3.

Ajakan teman
37 | P a g e

Adalah pengaruh yang diberikan oleh teman agar merokok. Cara ukur dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner. Kategori ajakan teman dibagi menjadi dua kelompok yaitu ya dan tidak. Skala yang digunakan yaitu skala nominal.

4.

Anggota keluarga lain merokok Adalah suatu keadaan dalam keluarga, dimana ada atau tidaknya salah satu anggota keluarga yang tinggal bersama yang memiliki kebiasaan merokok. Cara ukur dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner. Kategori anggota keluarga lain merokok dibagi menjadi dua kelompok yaitu ya dan tidak. Skala yang digunakan yaitu skala nominal.

5.

Sikap Adalah pendirian (pendapat atau keyakinan) yang mendasari suatu perbuatan atau kecenderungan untuk bereaksi secara konsisten tehadap sebuah objek khusus yaitu halhal yang berkaitan dengan merokok. Cara ukur dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner. Kategori sikap dibagi menjadi dua kelompok yaitu: - sikap baik: jika nilai skor <3 - sikap tidak baik: jika nilai skor 3

6.

Perilaku Adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh subjek terhadap rokok. Cara ukur dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner. Kategori perilaku dibagi menjadi dua kelompok yaitu: - perilaku baik perilaku baik merupakan perilaku dimana responden tidak merokok aktif
38 | P a g e

- perilaku tidak baik perilaku tidak baik merupakan perilaku dimana responden merokok aktif skala yang digunakan yaitu skala ordinal

G. DEFINISI OPERASIONAL No 1 Variabel Pengetahuan Definisi operasional Pengetahuan mengenai rokok dan bahaya merokok bagi kesehatan Skala Ordinal Kategori Dinilai dari hasil kuesioner Nilai 5 = Pengetahuan baik Nilai < 5 = Pengetahuan tidak baik

39 | P a g e

Sikap

Sikap menolak atau menerima terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perilaku merokok.

Ordinal

Skor jawaban: 0 = Tidak setuju 1 = Setuju


Nilai < 3 = Sikap baik Nilai 3 = Sikap tidak

baik

Perilaku

Siswa laki-laki SMU Negeri Nominal 4 Bekasi Kelas 3 yang merokok.

a. Ya = Siswa aktif merokok b. Tidak = Siswa tidak aktif merokok

- Frekuensi merokok - Jumlah batang rokok dalam satu hari


- Mulai

Kekerapan merokok dalam Ordinal seminggu Banyaknya rokok dihisap perhari yang Numerik

merokok - Tempat paling sering merokok

Waktu dimulainya merokok

Numerik

Lokasi yang digunakan untuk merokok

Nominal

H. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi sebagai alat ukur dari pengetahuan dan sikap responden tentang rokok dan bagaimana perilakunya terhadap rokok. Kuesinoer telah diuji validitas dan realibitasnya terhadap 30 responden dan terbukti valid, yaitu jawaban telah sesuai dengan keinginan penulis dan dapat dijadikan alat ukur (nilai
40 | P a g e

signifikansi korelasi = 0,05); serta reliable (nilai cronbachs alpha > 0,6) yaitu kuesioner dapat ditanyakan kapan saja dan akan mendapatkan hasil yang sama. I. RENCANA PENGOLAHAN DATA Rencana pengolahan data untuk penelitian ini diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi software SPSS ( Statistical Programe for Social Science) for windows versi 14.00. J. ANALISIS DATA Untuk melakukan analisis data digunakan uji Chi Square, untuk melihat nilai signifikansi yang apabila lebih kecil dari pada nilai menunjukkan adanya hubungan terhadap dua variabel; dan menggunakan fishers exact test apabila terdapat pada beberapa sel pada crosstab dengan nilai kurang dari lima.18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi hasil penelitian a. Tempat penelitian


41 | P a g e

Bekasi Barat adalah sebuah kecamatan di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan ini memiliki luas Wilayah seluas 1.492,712 Ha serta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Selatan Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan satria Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Selatan

Sedangkan penelitan itu sendiri diadakan di SMUN 4 yang berada di kecamatan Bekasi Barat. Dengan alamat Jl. Cemara Permai Perumahan Harapan Jaya, kelurahan Bintara Raya. b. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 14 dan 15 Juli 2010 pada siswa laki-laki kelas tiga IPA dan IPS. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden. Dalam proses prngumpulan data, peneliti mengalami kendala, yaitu berupa sulitnya mengumpulkan siswa-siwa kelas tiga. Karena waktu pengambilan data bertepatan dengan acara pelantikan murid baru di SMU tersebut, sehingga murid kelas tiga sibuk mengkoordinasi acara tersebut. Dari hasil pengumpulan data, didapatkan 180 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah responden itu melebihi batas minimum pengambilan sample pada penelitian sehingga dikocok secara acak agar jumlah data sesuai dengan batas minimum yang telah dibulatkan ke atas (123 menjadi 130).

c. Kelebihan dan kekurangan penelitian

42 | P a g e

Penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah pebelitian mengenai pengetahuan dan sikap tentang rokok terhadap perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga di SMUN 4 Bekasi Barat belum pernah dilakukan sebelumnya. Sedangkan kekurangan adalah penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner, sehingga memberi kemungkinan responden untuk memberikan jawaban yang tidak jujur, saling mencontek, atau kurang teliti dalam menjawab.

B. Analisis hasil penelitian a. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden Jumlah dan persentase subjek penelitian (responden) berdasarkan usia, tingkatan pendidikan ayah dan ibu, ada tidaknya teman yang merokok, ajakan teman untuk merokok, ada tidaknya anggota keluarga yang merokok, jumlah uang jajan dalam sehari, apakah jumlah uang jajan berlebih atau tidak, serta apakah kelebihan uang jajan dibelikan rokok atau tidak, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Usia Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 16 17 Total 55 75 130 42.3 57.7 100.0 42.3 57.7 100.0 42.3 100.0

43 | P a g e

Tabel 2. Tingkatan Pendidikan Ayah (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SD SMP SMA PT Total 2 8 60 60 130 1.5 6.2 46.2 46.2 100.0 1.5 6.2 46.2 46.2 100.0 1.5 7.7 53.8 100.0

Tabel 3. Tingkatan Pendidikan Ibu (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SD SMP SMA PT Total 6 10 65 49 130 4.6 7.7 50.0 37.7 100.0 4.6 7.7 50.0 37.7 100.0 4.6 12.3 62.3 100.0

Tabel 4. Ada Tidaknya Teman yang Merokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 103 27 130 79.2 20.8 100.0 79.2 20.8 100.0 79.2 100.0

Tabel 5. Ada Tidaknya Teman yang Mengajak Untuk Merokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 40 90 130 30.8 69.2 100.0 30.8 69.2 100.0 30.8 100.0

44 | P a g e

Tabel 6. Ada Tidaknya Anggota Keluarga yang Merokok = 130)

(N

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 88 42 130 67.7 32.3 100.0 67.7 32.3 100.0 67.7 100.0

Tabel 7. Jumlah Uang Jajan dalam Sehari (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Vali 5000 d 6000 7000 8000 10000 12000 13000 15000 20000 22000 25000 30000 50000 Total 10 1 3 1 61 1 2 31 14 1 2 1 2 130 7.7 .8 2.3 .8 46.9 .8 1.5 23.8 10.8 .8 1.5 .8 1.5 100.0 7.7 .8 2.3 .8 46.9 .8 1.5 23.8 10.8 .8 1.5 .8 1.5 100.0 7.7 8.5 10.8 11.5 58.5 59.2 60.8 84.6 95.4 96.2 97.7 98.5 100.0

Valid

Tabel 8. Range Uang Jajan Dalam Sehari (N = 130) Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent < 10000 15 11.5 11.5 11.5 10000 - 20000 109 83.8 83.8 95.4 > 20000 6 4.6 4.6 100.0 Total 130 100.0 100.0

45 | P a g e

Tabel 9. Iya Tidaknya Kelebihan Uang Jajan (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 49 81 130 37.7 62.3 100.0 37.7 62.3 100.0 37.7 100.0

Tabel 10. Iya Tidaknya Kelebihan Uang Jajan Dibelikan Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 27 103 130 20.8 79.2 100.0 20.8 79.2 100.0 20.8 100.0

2. Deskripsi pertanyaan pengetahuan-sikap-perilaku 1. Pertanyaan pengetahuan Pada pertanyaan tentang pengetahuan, semua responden dapat menjawab dengan baik dan benar. Dengan persentase jawaban benar terkecil adalah 69,2% untuk pertanyaan kriteria perokok berat, sedangkan persentase jawaban benar terbesar adalah 96,2% untuk pertanyaan definisi rokok. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 11. Definisi Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 5 125 130 3.8 96.2 100.0 3.8 96.2 100.0 3.8 100.0

46 | P a g e

Tabel 12. Jenis Rokok yang Memiliki Busa pada Bagian Pangkal Batang Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 13 117 130 10.0 90.0 100.0 10.0 90.0 100.0 10.0 100.0

Tabel 13. Kriteria Perokok Berat (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 40 90 130 30.8 69.2 100.0 30.8 69.2 100.0 30.8 100.0

Tabel 14. Zat yang Terkandung di Dalam Rokok yang Menyebabkan Kecanduan (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 16 114 130 12.3 87.7 100.0 12.3 87.7 100.0 12.3 100.0

Tabel 15. Zat yang Terkandung di Dalam Rokok yang Mengganggu Distribusi O2 (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 34 96 130 26.2 73.8 100.0 26.2 73.8 100.0 26.2 100.0

47 | P a g e

Tabel 16. Organ yang Tidak Dirusak oleh Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 31 99 130 23.8 76.2 100.0 23.8 76.2 100.0 (N 23.8 100.0

Tabel 17. Penyakit Paru yang Disebabkan oleh Rokok = 130)

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Salah Benar Total 14 116 130 10.8 89.2 100.0 10.8 89.2 100.0 10.8 100.0

2. Pertanyaan sikap Pada pertanyaan tentang sikap, sebagian besar responden menjawab tidak setuju untuk semua pertanyaan yang ada. Dimana persentase jawaban tidak setuju yang terkecil adalah 63,1% untuk pertanyaan sikap jika kegiatan sekolah disponsori oleh produk rokok. Sedangkan persentase jawaban tidak setuju yang terbesar adalah 90,0% untuk pertanyaan sikap jika rokok dijual bebas sehingga semua umur dapat membelinya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 18. Setuju dengan Perilaku Merokok pada Remaja (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju Setuju Total 109 21 130 83.8 16.2 100.0 83.8 16.2 100.0 83.8 100.0

48 | P a g e

Tabel 19. Setuju dengan Kegiatan Sekolah Disponsori oleh Produk Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju setuju Total 82 48 130 63.1 36.9 100.0 63.1 36.9 100.0 63.1 100.0

Tabel 20. Setuju dengan Tayangan Iklan Rokok yang Menggambarkan Bagian dari Gaya Hidup (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju Setuju Total 98 32 130 75.4 24.6 100.0 75.4 24.6 100.0 75.4 100.0

Tabel 21. Setuju Jika Rokok Dijual Bebas Sehingga Semua Umur Dapat Membelinya (N = 130) Frequency Percent Valid Percent Valid tidak setuju Setuju Total 117 13 130 90.0 10.0 100.0 90.0 10.0 100.0 Cumulative Percent 90.0 100.0

Tabel 22. Setuju dengan Merokok di Tempat Umum (N = 130) Frequency Percent Valid Percent Valid tidak setuju Setuju Total 98 32 130 75.4 24.6 100.0 75.4 24.6 100.0 Cumulative Percent 75.4 100.0

3. Pertanyaan perilaku
49 | P a g e

Pada pertanyaan yang menanyakan apakah responden seorang perokok aktif, sebagian besar menjawab tidak dan sebagian kecil menjawab iya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 23. Perokok Aktif (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Ya tidak Total 35 95 130 26.9 73.1 100.0 26.9 73.1 100.0 26.9 100.0

3. Distribusi

responden

berdasarkan

pengetahuan-sikap-perilaku

tentang merokok pada siswa Dari seluruh responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 24. Tingkat Pengetahuan Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak Baik Baik Total 15 115 130 11.5 88.5 100.0 11.5 88.5 100.0 11.5 100.0

Tabel 25. Tingkat Sikap Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Baik Tidak Baik Total 108 22 130 83.1 16.9 100.0 83.1 16.9 100.0 83.1 100.0

50 | P a g e

Tabel 26. Tingkat Perilaku Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak Baik Baik Total 35 95 130 26.9 73.1 100.0 26.9 73.1 100.0 26.9 100.0

4. Distribusi responden merokok berdasarkan awal mulai merokok, frekuensi merokok, jumlah merokok dalam sehari, serta tempat yang digunakan untuk merokok 1. Awal mulai merokok Dari 35 jumlah responden yang perokok aktif, sebagian besar dari mereka memulai merokok pada umur 15 tahun (54,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 27. Range Umur Pertama Kali Merokok (N = 35) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid <= 11 12-14 >= 15 Total Missing System Total 6 10 19 35 95 130 4.6 7.7 14.6 26.9 73.1 100.0 17.1 28.6 54.3 100.0 17.1 45.7 100.0

2. Frekuensi merokok dalam seminggu Dari 35 responden yang perokok aktif, persentase terbesar frekuensi merokok dalam seminggu adalah setiap hari, yaitu 37,1%. Sedangkan yang terkecil adalah kurang dari satu kali dalam seminggu, yaitu sebesar 17,1%. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
51 | P a g e

Tabel 28. Frekuensi Merokok dalam Seminggu (N = 35) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid setiap hari 4 - 6x seminggu 1 - 3x seminggu < 1x seminggu Total Missing System Total 13 7 9 6 35 95 130 10.0 5.4 6.9 4.6 26.9 73.1 100.0 37.1 20.0 25.7 17.1 100.0 37.1 57.1 82.9 100.0

3. Jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari Dari 35 responden yang perokok aktif, sebagian besar adalah perokok aktif tingkat ringan dengan jumlah batang rokok yang dihisap adalah kurang dari lima batang dalam sehari, yaitu sebesar 71,4%. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 29. Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari (N = 35) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid >15 5-15 <5 Total Missing System Total 1 9 25 35 95 130 .8 6.9 19.2 26.9 73.1 100.0 2.9 25.7 71.4 100.0 2.9 28.6 100.0

4. Tempat yang sering digunakan untuk merokok Dari 35 responden yang perokok aktif, sebagian besar mereka merokok di tempat umum, seperti di mall, rumah makan, halte bus, atau kendaraan umum. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
52 | P a g e

Tabel 30. Tempat yang Sering Digunakan Merokok (N = 35) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Umum Pribadi Total Missing System Total 24 11 35 95 130 18.5 8.5 26.9 73.1 100.0 68.6 31.4 100.0 68.6 100.0

b. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Dari hasil analisis antara variabel pengetahuan dengan sikap tentang merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4, diperoleh nilai signifikansi berupa nilai P sebesar 1,000. Ini menunjukkan nilai P lebih besar dari ( = 0,05), sehingga disimpulkan gagal tolak H0, yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 31. Ketingkatan pengetahuan * Ketingkatan Sikap Crosstabulation Ketingkatan Sikap Baik Ketingkatan pengetahuan Tidak Baik Count % within Ketingkatan pengetahuan Count % within Ketingkatan pengetahuan Total Count % within Ketingkatan pengetahuan 13 86.7% 95 82.6% 108 83.1% Tidak Baik 2 13.3% 20 17.4% 22 16.9% Total 15 100.0% 115 100.0% 130 100.0%

Baik

53 | P a g e

Tabel 32. Chi-Square Tests Value .155(b) .001 .164 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .693 .978 .685 1.000 .154 1 .695 .515 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases 130 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.54.

2. Hubungan antara sikap dengan perilaku merokok pada siswa lakilaki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Hasil analisa untuk variabel ini didapatkan nilai P sebesar 0,000, yang menunjukan P < , sehingga disimpulkan tolak H0 atau terima H1. Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku merokok pada siswa laki laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 33. Ketingkatan Sikap * Ketingkatan Perilaku Crosstabulation Ketingkatan Perilaku Ketingkatan Sikap Baik Count % within Ketingkatan Sikap Count % within Ketingkatan Sikap Total Count % within Ketingkatan Sikap Tidak Baik 20 18.5% 15 68.2% 35 26.9% Baik 88 81.5% 7 31.8% 95 73.1% Total 108 100.0% 22 100.0% 130 100.0%

Tidak Baik

Tabel 34. Chi-Square Tests Value 22.912(b) 20.458 20.427 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000 .000 22.736 130 1 .000 .000 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

a Computed only for a 2x2 table

54 | P a g e

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.92.

3. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa

laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku

menghasilkan nilai P sebesar 0,547, ini menunjukkan p > , sehingga dapat disimpulkan gagal total H0. Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 35. Ketingkatan pengetahuan * Ketingkatan Perilaku Crosstabulation Ketingkatan Perilaku Ketingkatan pengetahuan Tidak Baik Count % within Ketingkatan pengetahuan Count % within Ketingkatan pengetahuan Total Count % within Ketingkatan pengetahuan Tabel 36. Chi-Square Tests Value .354(b) .082 .341 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .552 .775 .559 .547 .351 1 .553 .375 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Tidak Baik 5 33.3% 30 26.1% 35 26.9% Baik 10 66.7% 85 73.9% 95 73.1% Total 15 100.0% 115 100.0% 130 100.0%

Baik

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases 130 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.04.

4. Hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada siswa

laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Pada penelitian ini, juga dicari hubungan antara faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teman yang merokok, ajakan teman untuk merokok, serta anggota keluarga yang merokok.
55 | P a g e

1. Teman merokok dengan perilaku merokok Nilai P yang didapat dari hasil uji antara variabel teman merokok dengan perilaku merokok adalah sebesar 0,001. Ini menunjukkan P < , sehingga tolak H0 atau terima H1, yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara teman merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 37. Crosstab Ketingkatan Perilaku teman merokok ya tidak Total Count % within teman merokok Count % within teman merokok Count % within teman merokok Tabel 38. Chi-Square Tests Value 12.555(b) 10.887 19.421 Df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .000 .001 .000 .000 12.458 130 1 .000 .000 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Tidak Baik 35 34.0% 0 .0% 35 26.9% Baik 68 66.0% 27 100.0% 95 73.1% Total 103 100.0% 27 100.0% 130 100.0%

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.27.

2. Ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok Hasil uji chi square antara variabel ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok menghasilkan nilai P sebesar 0,000. Ini menunjukkan P < , sehingga tolak H0 atau terima H1, yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
56 | P a g e

Tabel 39. Crosstab Ketingkatan Perilaku ajakan teman ya tidak Total Count % within ajakan teman Count % within ajakan teman Count % within ajakan teman Tidak Baik 21 52.5% 14 15.6% 35 26.9% Baik 19 47.5% 76 84.4% 95 73.1% Total 40 100.0% 90 100.0% 130 100.0%

Tabel 40. Chi-Square Tests Value 19.211(b) 17.379 18.296 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000 .000 19.063 1 .000 .000 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases 130 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.77.

3. Anggota keluarga yang merokok dengan perilaku merokok Selanjutnya pengujian statistik antara variabel anggota keluarga yang merokok dengan perilaku merokok menunjukkan nilai P sebesar 0,107. Ini ini menunjukkan p > , sehingga dapat disimpulkan gagal total H0. Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara anggota keluarga yang merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 41. Crosstab Ketingkatan Perilaku keluarga merokok ya Count % within keluarga merokok Count % within keluarga merokok Total Count % within keluarga merokok Tidak Baik 28 31.8% 7 16.7% 35 26.9% Baik 60 68.2% 35 83.3% 95 73.1% Total 88 100.0% 42 100.0% 130 100.0%

tidak

57 | P a g e

Tabel 42. Chi-Square Tests Value 3.317(b) 2.592 3.514 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .069 .107 .061 .091 3.292 1 .070 .051 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

130 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31.

C. Pembahasan a. Pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Dalam hasil penelitian ini, didapatkan dari total jumlah 130 responden, 115 responden (88,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok. Sedangkan sisanya, 15 responden (11,5%), memiliki pengetahuan yang tidak baik. Dari data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa laki-laki kelas tiga di SMUN 4 Bekasi mempunyai pengetahuan yang baik tentang rokok. Hal tersebut bisa disebabkan karena usia responden mulai memasuki usia dewasa (16-17 tahun), dimana pada usia tersebut, tingkat pemahaman seseorang tentang bahaya merokok cenderung lebih tinggi. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh karena pengaruh didikan orang tua. Dimana sebagian besar tingkat pendidikan kedua orang tua siswa termasuk tinggi (SMU dan Perguruan Tinggi), yaitu sekitar 92,4% untuk tingkat pendidikan ayah dan 87,7% untuk tingkat pendidikan ibu. Sehingga kedua orang tua dapat memberikan peringatan tentang bahaya merokok dan melarang anaknya untuk merokok. Sebab lainnya yang bisa menyebabkan pengetahuan baik adalah karena banyaknya kemudahan untuk mengakses sumber informasi yang terkait dengan bahayanya merokok.

58 | P a g e

Selain tingkat pengetahuan, juga didapatkan data distribusi sikap pada responden. Dimana dari total seluruh responden (130 responden), didapatkan sebanyak 108 responen memiliki sikap yang baik dengan persentase sebesar 83,1%. Sedangkan sisanya, 22 responden memiliki sikap yang tidak baik dengan persentase sebesar 16,9%. Sikap baik dalam hal ini adalah sikap yang tidak memihak pada perilaku merokok, serta sikap yang tidak setuju terhadap kegiatan sekolah yang disponsori oleh produk rokok, tayangan iklan rokok yang menggambarkan bahwa merokok adalah bagian dari gaya hidup, rokok dijual bebas sehingga semua umur dapat membelinya, dan merokok diperbolehkan di tempat umum. Sikap baik yang terdapat disebagian besar responden, dapat disebabkan oleh karena adanya keyakinan yang kuat pada responden untuk menjauhi rokok serta keyakinan yang mendalam bahwa rokok sangat merugikan kesehatan. Namun bisa juga dengan pengetahuan yang baik tentang bahaya merokok menyebabkan sikap yang tidak setuju terhadap perilaku merokok. Selain diketahui tingkat pengetahuan dan sikap, didapatkan juga tingkat perilaku responden. Dimana perilaku yang baik menunjukkan kalau responden bukan perokok, sedangkan perilaku buruk menunjukkan kalau responden adalah perokok aktif. Dari data yang sudah diolah, didapatkan hasil bahwa sebanyak 95 responden berperilaku baik dengan persentase sebesar 73,1%. Sedangkan 35 responden (26,9%) berperilaku tidak baik (perokok aktif). Banyaknya jumlah responden yang berperilaku baik mungkin dapat disebabkan dari dua faktor, yang pertama adalah faktor intern dimana mencakup pengetahuan dan sikap responden yang sudah baik, dan yang kedua adalah faktor ekstern dimana mencakup lingkungan (keluarga dan teman) yang baik, sehingga menyebabkan responden tidak merokok.

59 | P a g e

Setelah mengetahui tingkat perilaku responden, didapatkan juga distribusi kebiasaan merokok pada responden yang perokok. Distribusi kebiasaan merokok pada responden perokok dilihat berdasarkan frekuensi merokok dalam seminggu, jumlah rokok yang dihabiskan dalam sehari, merokok sejak umur berapa, serta tempat yang paling sering digunakan untuk merokok. Dari seluruh responden perokok, yaitu sebanyak 35 responden, didapatkan data bahwa sebagian besar responden perokok, memulai merokok pada umur 15 tahun, yaitu sebanyak 12 responden dengan persentase sebesar 34,3%. Sedangkan sebanyak 4 responden (11,4%), mulai merokok sejak umur 10 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil riset lembaga menanggulangi masalah merokok, melaporkan bahwa anak anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun yang menggambarkan bahwa ada beberapa siswa yang sudah mencoba untuk merokok sejak masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Yang mana apabila usia para siswa itu sekarang sekitar 16-17 tahun, berarti sudah sekitar 6-7 tahun mereka adalah seorang perokok. Hal ini dapat disebabkan akibat pengaruh lingkungan yang mendukung untuk merokok. Khususnya lingkungan teman, dimana banyak teman yang merokok sehingga mereka terpengaruh. Dan juga karena pada usia sekitar itu, mereka masih belum dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka. Berdasarkan frekuensi merokok dalam seminggu, sebagian besar responden perokok memiliki kebiasaan merokok setiap hari. Yaitu sebanyak 13 responden dengan persentase sebesar 37,1%. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok sudah menjadi aktivitas sehari-hari, dimana perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif atapun positif. Dimana hal tersebut sesuai dengan teori Silva Tomkins tentang perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
60 | P a g e

Selain itu, juga diperoleh data bahwa sebanyak 25 responden perokok, dengan persentase sebesar 71,4%, menghabiskan rokok dalam seharinya sebanyak 1-4 batang. Berdasarkan teori, dikatakan bahwa seseorang yang menghisap rokok sebanyak 1-4 batang dalam sehari, termasuk kategori ke dalam perokok ringan.16 Hal ini dapat terjadi mengingat responden adalah siswa SMU dengan umur sekitar 16-17, dimana belum mempunyai cukup uang untuk membeli satu bungkus rokok. Mungkin mereka hanya bisa menyisihkan uang jajan mereka untuk membeli satu atau beberapa batang rokok. Tempat-tempat yang sering digunakan oleh responden perokok adalah tempat umum, seperti di mall, rumah makan, halte bus, kendaraan umum, dan lain-lain. Hal ini mungkin dikarenakan rendahnya kesadaran responden perokok untuk menghargai orang lain. Yang akhirnya akan meningkatkan jumlah perokok pasif. Sesuai dengan teori Aritonang tentang tempat dimana biasa merokok, dimana yang termasuk golongan ini adalah tipe orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama, bertindak kurang terpuji serta kurang sopan.11 b. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Dari hasil analisis antara variabel pengetahuan dengan sikap tentang merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4, diperoleh nilai signifikansi berupa nilai P sebesar 1,000. Ini menunjukkan nilai P > ( = 0,05), sehingga disimpulkan gagal tolak H0, yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Ini berarti baik-buruknya sikap responden tidak didasarkan atas pengetahuan yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik belum tentu memiliki sikap yang baik pula, dan juga sebaliknya, seseorang yang memiliki pengetahuan yang tidak baik belum tentu memiliki sikap yang tidak baik pula.

61 | P a g e

Menurut teori Allport (1954), sikap mempunyai komponen-komponen pokok, yaitu keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional terhadap suatu objek serta kecenderungan untuk bertindak.19 Selain itu, juga terdapat pengetahuan berpikir yang merupakan komponen dari sikap. Semua komponen inilah yang bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Jadi dalam penentuan sikap yang ututh ini, pengetahuan bukan satu-satunya komponen. Meskipun seorang siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang merokok, namun bila kepercayaannya atau keyakinannya terhadap rokok besar, maka siswa tersebut memiliki kecenderungan untuk merokok. Begitu pula sebaliknya, seorang siswa yang memiliki pengetahuan yang buruk, namun keyakinannya terhadap rokok rendah, maka remaja tersebut akan cenderung tidak merokok. c. Hubungan antara sikap dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Hasil analisa untuk variabel ini didapatkan nilai P sebesar 0,000, yang menunjukan P < , sehingga disimpulkan tolak H0 atau terima H1. Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku merokok pada siswa laki laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Menurut teori Newcomb, sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan menjadi faktor predisposisi tindakan/perilaku. Ini menunjukkan adanya keterkaitan erat bahwa seseorang yang memiliki sikap yang baik cenderung untuk berperilaku baik, dan juga sebaliknya, seseorang yang memiliki sikap yang tidak baik maka cenderung berperilaku tidak baik pula. Berdasarkan data di atas, baik serta buruknya perilaku siswa dipengaruhi oleh sikap siswa tersebut, maka seorang remaja yang memberikan respon besar terhadap rokok pada akhirnya akan menimbulkan kesediaan untuk mencoba menggunakan rokok, sehingga muncullah perilaku merokok pada siswa tersebut.
62 | P a g e

d. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi Hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku menghasilkan nilai P sebesar 0,547, ini menunjukkan p > , sehingga dapat disimpulkan gagal total H0. Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi.

Hal ini mempunyai arti bahwa baik buruknya perilaku responden tidak didasarkan atas pengetahuan yang dimilikinya. Walau responden memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok, belum tentu perilakunya baik juga. Begitu pun sebaliknya, responden yang memiliki pengetahuan yang tidak baik tentang rokok, belum tentu perilakunya buruk juga. Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menururt Rogers (1974), pengetahuan memiliki enam tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).5 Tingkat pengetahuan responden dapat dikatakan baru sampai pada tingkat memahami (comprehension), belum sampai pada tingkat aplikasi (application) sehingga responden baru sekedar tahu dan paham mengenai rokok namun mereka belum dapat mengaplikasikannya, yaitu dengan cara tidak merokok. Menurut teori Skinner (1938), pengalaman menghadapi suatu objek yang dijumpai dalam waktu yang lama dan berulang-ulang dapat menjadi stimulus terbentuknya perilaku seseorang terhadap suatu objek.5 Dari teori ini dapat disimpulkan seorang responden yang lama bergaul dengan teman yang merokok dan melihat temannya merokok berkali-kali, akan menjadi stimulus untuk berperilaku merokok.

63 | P a g e

e. Hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki

kelas tiga SMUN 4 Bekasi 1. Teman merokok dengan perilaku merokok Nilai P yang didapat dari hasil uji antara variabel teman merokok dengan perilaku merokok adalah sebesar 0,001. Ini menunjukkan P < , sehingga tolak H0 atau terima H1, yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara teman merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi.

Hal ini dapat diartikan bahwa ada pengaruh antara perilaku merokok dengan teman yang merokok. Aditama (1997) juga mengatakan, punya teman-teman yang perokok juga merupakan faktor yang amat penting bagi seseorang untuk memulai merokok. Sekitar 75% pengalaman menghisap rokok untuk pertama kalinya biasanya dilakukan bersama teman-temannya. Kalau seseorang tidak ikut-ikutan merokok maka ia takut ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan dikesampingkan. Sarafiano juga mengemukakan pada salah satu teorinya, yaitu factor social dimana kebiasaan merokok berasal dari teman dekat, khususnya dengan jenis kelamin yang sama. 2. Ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok Hasil uji chi square antara variabel ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok menghasilkan nilai P sebesar 0,000. Ini menunjukkan P < , sehingga tolak H0 atau terima H1, yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi.
64 | P a g e

Seseorang yang mendapatkan ajakan dari temannya untuk merokok akan mempengaruhi seseorang tersebut untuk merokok. Mutadin (2002) mengemukakan salah satu alasan remaja merokok adalah pengaruh teman.6 Adanya pengaruh teman berupa ajakan untuk merokok akan mempengaruhi seseorang untuk ikut merokok. Jika di lingkungan sekitarnya terdiri dari teman yang memiliki kebiasaan merokok maka akan mempengaruhi teman lainnya untuk merokok. Hal ini dikarenakan saat sedang berkumpul bersama biasanya teman yang merokok akan mengajak teman lainnya yang tidak merokok untuk merokok juga, dengan merokok bersama dianggap akan menambah keakraban.

3. Anggota keluarga yang merokok dengan perilaku merokok Pengujian statistik antara variabel anggota keluarga yang merokok dengan perilaku merokok menunjukkan nilai P sebesar 0,107. Ini ini menunjukkan p > , sehingga dapat disimpulkan gagal total H0. Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara anggota keluarga yang merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. Seseorang yang sudah mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap yang menolak terhadap perilaku merokok yang baik sebagai dasar, maka mempunyai kecenderungan untuk berpegang teguh dengan apa yang diyakininya. Sehingga ia tak akan berpengaruh dengan lingkungan sekitarnya yang tidak baik, walaupun itu anggota keluarganya sendiri.

65 | P a g e

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Sebagian besar siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik tentang rokok 2. Didapatkan 35 siswa laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok dari 130 siswa laki-laki SMUN 4 Bekasi 3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi. 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III SMUN 4 Bekasi.

66 | P a g e

5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. 6. Terdapat hubungan yang bermakna antara teman merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara ajakan teman untuk merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. 8. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara anggota keluarga yang merokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas tiga SMUN 4 Bekasi. B. Saran

Hal yang perlu dilakukan oleh masing-masing pihak dijabarkan di bawah ini: 1. Siswa dalam hal ini remaja dan keluarganya. a. Terhadap remaja sendiri, sebaiknya selektif memilih teman b. Peran serta orang tua untuk memberikan edukasi kepada anak-anaknya tentang bahaya merokok harus ditingkatkan. c. Orang tua dan anggota keluarga lainnya yang lebih tua harus dapat memberi contoh yang baik yaitu dengan tidak merokok. d. Peran serta orang tua dalam melakukan pengawasan kepada anak-anaknya yang berada dalam usia remaja agar menjauhi kebiasaan merokok harus dapat ditingkatkan.

2. Instansi-instansi terkait a. Pemerintah 1) Sebaiknya pemerintah membuat kebijakan tentang batasan usia yang diperbolehkan untuk mengkonsumsi rokok. 2) Sebaiknya pemerintah membatasi promosi rokok termasuk iklan agar tidak berkembang luas. 3) Sbaiknya pemerintah (dalam hal ini Depkes dan Depdiknas), dapat menginstruksikan kepada instansi-instansi pendidikan (sekolah dan lembaga pendidikan swasta lainnya) dan puskesmas sebagai pembina kesehatan disekolah untuk lebih berperan aktif dalam menggerakkan Program Kawasan Bebas Rokok di instansi-instansi pendidikan dengan cara 67 | P a g e

mengaktifkan pendidikan kesehatan, menyebarkan poster dan leaflet tentang bahaya merokok. 4) Sebaiknya pemerintah menetapkan sanksi yang sesuai kepada instansi pendidikan yang tidak menjalankan Program Kawasan Bebas Rokok di lingkungannya. b. Instansi pendidikan 1) Menjalankan program pemerintah yaitu Program Kawasan Bebas Rokok di lingkungan pendidikan, salah satunya dengan menempelkan poster-poster yang berisikan larangan-larangan merokok. 2) Mempersiapkan kader-kader kesehatan agar mereka lebih peduli terhadap kondisi kesehatan di lingkungannya. 3) Menetapkan sanksi-sanksi yang mendidik jika diketahui ada siswa yang merokok

Lampiran 1 (Tabel Krejcie) N S N S N S

68 | P a g e

10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210

10 14 19 24 28 32 36 40 44 48 52 56 59 63 66 70 73 76 80 86 92 97 103 108 113 118 123 127 132 136

220 230 240 250 260 270 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1.000 1.100

140 144 148 152 155 159 162 165 169 175 181 186 191 196 201 205 210 214 217 226 234 242 248 254 260 265 269 274 278 285

1.200 1.300 1.400 1.500 1.600 1.700 1.800 1.900 2.000 2.200 2.400 2.600 2.800 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 15.000 20.000 30.000 40.000 50.000 75.000 100.000

291 297 302 306 310 313 317 320 322 327 331 335 338 341 346 351 354 357 361 364 367 368 370 375 377 379 380 381 382 384

Lampiran 2 (validitas pengetahuan & sikap)


Correlations

69 | P a g e

definisi rokok

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

definisi rokok 1 30 .067 .451 30 .127 .151 30 -.075 .397 30 .063 .476 30 .076 .391 30 .060 .501 30 .268(**) .002 30

jenis rokok -.067 .451 30 1 30 .167 .058 30 -.047 .597 30 .035 .693 30 -.066 .454 30 -.033 .709 30 .306(**) .000 30

kriteria perokok .127 .151 30 .167 .058 30 1 30 -.047 .597 30 .058 .510 30 .135 .125 30 -.017 .852 30 .563(**) .000 30

zat yg menyebabkan kecanduan -.075 .397 30 -.047 .597 30 -.047 .597 30 1 30 .310(**) .000 30 -.045 .613 30 -.055 .537 30 .356(**) .000 30

zat yg menggang distribusi O . .

jenis rokok

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

. .

kriteria perokok

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

. .

zat yg menyebabkan kecanduan

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.310 .

zat yg mengganggu distribusi O2

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

organ yg tdk dirusak rokok

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

-. .

penyakit paru akibat rokok

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

. .

tot_tahu

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.560 .

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

70 | P a g e

perilaku merokok remaja perilaku merokok remaja Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N kegiatan sekolah perusahaan rokok Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N iklan rokok menggambarkan gaya hidup Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 30 jual bebas rokok Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N boleh merokok di tempat umum Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N tot_sikap Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). .132 .133 30 .283(**) .001 30 .681(**) .000 30 1 30 .227(**) .009 30 .477(**) .000

kegiatan sekolah perusahaan rokok .227(**) .009 30 1 30 .377(**) .000 30 .329(**) .000 30 -.030 .733 30 .657(**) .000 30

iklan rokok menggambar kan gaya hidup .477(**) .000 30 .377(**) .000 30 1

jual bebas rokok .132 .133 30 .329(**) .000 30 .226(**) .010 30 1 30 .048 .591 30 .504(**) .000 30

boleh meroko di tempat umum .283(* .00

-.03 .73

.12 .14

30 .226(**) .010 30 .129 .142 30 .735(**) .000 30

.04

.59

.476(* .00

Lampiran 3 (reliabilitas pengetahuan & sikap)


Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items

71 | P a g e

.618

Reliability Statistics Cronbach's Alpha .606

N of Items 5

Lampiran 4 (deskriptif karakteristik responden)

72 | P a g e

Tabel 1. Usia Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 16 17 Total 55 75 130 42.3 57.7 100.0 42.3 57.7 100.0 42.3 100.0

Tabel 2. Tingkatan Pendidikan Ayah (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SD SMP SMA PT Total 2 8 60 60 130 1.5 6.2 46.2 46.2 100.0 1.5 6.2 46.2 46.2 100.0 1.5 7.7 53.8 100.0

Tabel 3. Tingkatan Pendidikan Ibu (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SD SMP SMA PT Total 6 10 65 49 130 4.6 7.7 50.0 37.7 100.0 4.6 7.7 50.0 37.7 100.0 4.6 12.3 62.3 100.0

Tabel 4. Ada Tidaknya Teman yang Merokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 103 27 130 79.2 20.8 100.0 79.2 20.8 100.0 79.2 100.0

73 | P a g e

Tabel 5. Ada Tidaknya Teman yang Mengajak Untuk Merokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 40 90 130 30.8 69.2 100.0 30.8 69.2 100.0 (N 30.8 100.0

Tabel 6. Ada Tidaknya Anggota Keluarga yang Merokok = 130)

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 88 42 130 67.7 32.3 100.0 67.7 32.3 100.0 67.7 100.0

Tabel 7. Jumlah Uang Jajan dalam Sehari (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Vali 5000 d 6000 7000 8000 10000 12000 13000 15000 20000 22000 25000 30000 50000 Total 10 1 3 1 61 1 2 31 14 1 2 1 2 130 7.7 .8 2.3 .8 46.9 .8 1.5 23.8 10.8 .8 1.5 .8 1.5 100.0 7.7 .8 2.3 .8 46.9 .8 1.5 23.8 10.8 .8 1.5 .8 1.5 100.0 7.7 8.5 10.8 11.5 58.5 59.2 60.8 84.6 95.4 96.2 97.7 98.5 100.0

Tabel 8. Range Uang Jajan Dalam Sehari (N = 130)


74 | P a g e

Valid

< 10000 10000 - 20000 > 20000 Total

Frequency Percent 15 11.5 109 83.8 6 4.6 130 100.0

Valid Cumulative Percent Percent 11.5 11.5 83.8 95.4 4.6 100.0 100.0

Tabel 9. Iya Tidaknya Kelebihan Uang Jajan (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 49 81 130 37.7 62.3 100.0 37.7 62.3 100.0 37.7 100.0

Tabel 10. Iya Tidaknya Kelebihan Uang Jajan Dibelikan Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya tidak Total 27 103 130 20.8 79.2 100.0 20.8 79.2 100.0 20.8 100.0

75 | P a g e

Lampiran 5 (deskriptif pengetahuan responden) Tabel 11. Definisi Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 5 125 130 3.8 96.2 100.0 3.8 96.2 100.0 3.8 100.0

Tabel 12. Jenis Rokok yang Memiliki Busa pada Bagian Pangkal Batang Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 13 117 130 10.0 90.0 100.0 10.0 90.0 100.0 10.0 100.0

Tabel 13. Kriteria Perokok Berat (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 40 90 130 30.8 69.2 100.0 30.8 69.2 100.0 30.8 100.0

Tabel 14. Zat yang Terkandung di Dalam Rokok yang Menyebabkan Kecanduan (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 16 114 130 12.3 87.7 100.0 12.3 87.7 100.0
76 | P a g e

12.3 100.0

Tabel 15. Zat yang Terkandung di Dalam Rokok yang Mengganggu Distribusi O2 (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 34 96 130 26.2 73.8 100.0 26.2 73.8 100.0 26.2 100.0

Tabel 16. Organ yang Tidak Dirusak oleh Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid salah benar Total 31 99 130 23.8 76.2 100.0 23.8 76.2 100.0 (N 23.8 100.0

Tabel 17. Penyakit Paru yang Disebabkan oleh Rokok = 130)

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Salah Benar Total 14 116 130 10.8 89.2 100.0 10.8 89.2 100.0 10.8 100.0

77 | P a g e

Lampiran 6 (deskriptif sikap responden) Tabel 18. Setuju dengan Perilaku Merokok pada Remaja (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju Setuju Total 109 21 130 83.8 16.2 100.0 83.8 16.2 100.0 83.8 100.0

Tabel 19. Setuju dengan Kegiatan Sekolah Disponsori oleh Produk Rokok (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju setuju Total 82 48 130 63.1 36.9 100.0 63.1 36.9 100.0 63.1 100.0

Tabel 20. Setuju dengan Tayangan Iklan Rokok yang Menggambarkan Bagian dari Gaya Hidup (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju Setuju Total 98 32 130 75.4 24.6 100.0 75.4 24.6 100.0 75.4 100.0

78 | P a g e

Tabel 21. Setuju Jika Rokok Dijual Bebas Sehingga Semua Umur Dapat Membelinya (N = 130) Frequency Percent Valid Percent Valid tidak setuju Setuju Total 117 13 130 90.0 10.0 100.0 90.0 10.0 100.0 Cumulative Percent 90.0 100.0

Tabel 22. Setuju dengan Merokok di Tempat Umum (N = 130) Frequency Percent Valid Percent Valid tidak setuju Setuju Total 98 32 130 75.4 24.6 100.0 75.4 24.6 100.0 Cumulative Percent 75.4 100.0

79 | P a g e

Lampiran 7 (Deskriptif perilaku responden) Tabel 23. Perokok Aktif (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Ya tidak Total 35 95 130 26.9 73.1 100.0 26.9 73.1 100.0 26.9 100.0

80 | P a g e

Lampiran 8 (deskriptif tingkat PSP responden) Tabel 24. Tingkat Pengetahuan Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak Baik Baik Total 15 115 130 11.5 88.5 100.0 11.5 88.5 100.0 11.5 100.0

81 | P a g e

Tabel 25. Tingkat Sikap Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Baik Tidak Baik Total 108 22 130 83.1 16.9 100.0 83.1 16.9 100.0 83.1 100.0

Tabel 26. Tingkat Perilaku Responden (N = 130) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak Baik Baik Total 35 95 130 26.9 73.1 100.0 26.9 73.1 100.0 26.9 100.0

Lampiran 9 (deskriptif karakteristik perilaku merokok responden)

82 | P a g e

Tabel 27. Sejak Kapan Merokok (n = 35) Valid Cumulative Tabel 28. Range Umur Pertama Kali Merokok (N = 35) Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Cumulative Valid 10 4 3.1 11.4 11.4 Percent 2 1.5 5.7 17.1 Valid <= 11 11 6 4.6 17.1 17.1 2 1.5 5.7 22.9 12-14 12 10 7.7 28.6 45.7 >= 15 13 Total 14 Missing System 15 16 Total 17 Total Missing System 1 19 7 35 12 95 5 130 2 35 95 .8 14.6 5.4 26.9 9.2 73.1 3.8 100.0 1.5 26.9 73.1 2.9 54.3 20.0 100.0 34.3 14.3 5.7 100.0 25.7 100.0 45.7 80.0 94.3 100.0

Total Tabel 29. Frekuensi 130 Merokok 100.0 Seminggu (N = 35) dalam Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid setiap hari 4 - 6x seminggu 1 - 3x seminggu < 1x seminggu Total Missing System Total 13 7 9 6 35 95 130 10.0 5.4 6.9 4.6 26.9 73.1 100.0 37.1 20.0 25.7 17.1 100.0 37.1 57.1 82.9 100.0

83 | P a g e

Tabel 30. Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari (N = 35) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid >15 5-15 <5 Total Missing System Total 1 9 25 35 95 130 .8 6.9 19.2 26.9 73.1 100.0 2.9 25.7 71.4 100.0 2.9 28.6 100.0

Tabel 31. Tempat yang Sering Digunakan Merokok (N = 35) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Umum Pribadi Total Missing System Total 24 11 35 95 130 18.5 8.5 26.9 73.1 100.0 68.6 31.4 100.0 68.6 100.0

Lampiran 10 (hubungan pengetahuan-sikap)


Tabel 32. Ketingkatan pengetahuan * Ketingkatan Sikap Crosstabulation Ketingkatan Sikap Baik Ketingkatan pengetahuan Tidak Baik Count % within Ketingkatan pengetahuan Count % within Ketingkatan pengetahuan Total Count % within Ketingkatan pengetahuan 13 86.7% 95 82.6% 108 83.1% Tidak Baik 2 13.3% 20 17.4% 22 16.9% Total 15 100.0% 115 100.0% 130 100.0%

Baik

Tabel 33. Chi-Square Tests

84 | P a g e

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association

Value .155(b) .001 .164

df 1 1 1

Asymp. Sig. (2-sided) .693 .978 .685

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

1.000 .154 1 .695

.515

N of Valid Cases 130 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.54.

Lampiran 11 (hubungan sikap-perilaku)


Tabel 34. Ketingkatan Sikap * Ketingkatan Perilaku Crosstabulation Ketingkatan Perilaku Ketingkatan Sikap Baik Count % within Ketingkatan Sikap Count % within Ketingkatan Sikap Total Count % within Ketingkatan Sikap Tidak Baik 20 18.5% 15 68.2% 35 26.9% Baik 88 81.5% 7 31.8% 95 73.1% Total 108 100.0% 22 100.0% 130 100.0%

Tidak Baik

Tabel 35. Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

85 | P a g e

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

22.912(b) 20.458 20.427

1 1 1

.000 .000 .000 .000 .000

22.736

.000

130 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.92.

Lampiran 12 (hubungan pengetahuan-perilaku)


Tabel 36. Ketingkatan pengetahuan * Ketingkatan Perilaku Crosstabulation Ketingkatan Perilaku Ketingkatan pengetahuan Tidak Baik Count % within Ketingkatan pengetahuan Count Tidak Baik 5 33.3% 30 Baik 10 66.7% 85 Total 15 100.0% 115

Baik

86 | P a g e

% within Ketingkatan pengetahuan Total Count % within Ketingkatan pengetahuan

26.1% 35 26.9%

73.9% 95 73.1%

100.0% 130 100.0%

Tabel 37. Chi-Square Tests Value .354(b) .082 .341 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .552 .775 .559 .547 .351 1 .553 .375 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

130 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.04.

87 | P a g e

Lampiran 13 (hubungan teman merokok perilaku)


Tabel 38. Crosstab Ketingkatan Perilaku teman merokok ya tidak Total Count % within teman merokok Count % within teman merokok Count % within teman merokok Tabel 39. Chi-Square Tests Value 12.555(b) 10.887 19.421 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .000 .001 .000 .000 12.458 1 .000 .000 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Tidak Baik 35 34.0% 0 .0% 35 26.9% Baik 68 66.0% 27 100.0% 95 73.1% Total 103 100.0% 27 100.0% 130 100.0%

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases 130 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.27.

88 | P a g e

Lampiran 14 (hubungan ajakan teman merokok perilaku)


Tabel 40. Crosstab Ketingkatan Perilaku ajakan teman ya tidak Total Count % within ajakan teman Count % within ajakan teman Count % within ajakan teman Tidak Baik 21 52.5% 14 15.6% 35 26.9% Baik 19 47.5% 76 84.4% 95 73.1% Total 40 100.0% 90 100.0% 130 100.0%

Tabel 41. Chi-Square Tests Value 19.211(b) 17.379 18.296 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000 .000 19.063 1 .000 .000 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

130 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.77.

89 | P a g e

Lampiran 15 (hubungan keluarga merokok perilaku merokok)


Tabel 42. Crosstab Ketingkatan Perilaku keluarga merokok ya Count % within keluarga merokok Count % within keluarga merokok Total Count % within keluarga merokok Tidak Baik 28 31.8% 7 16.7% 35 26.9% Baik 60 68.2% 35 83.3% 95 73.1% Total 88 100.0% 42 100.0% 130 100.0%

tidak

Tabel 43. Chi-Square Tests Value 3.317(b) 2.592 3.514 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .069 .107 .061 .091 3.292 130 1 .070 .051 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31.

90 | P a g e

Lampiran 16 (diagram karakteristik responden)

91 | P a g e

92 | P a g e

93 | P a g e

94 | P a g e

95 | P a g e

Lampiran 17 (diagram tingkat PSP responden)

96 | P a g e

97 | P a g e

Lampiran 18 (diagram perilaku merokok responden)

98 | P a g e

99 | P a g e

100 | P a g e

Lampiran 19 (kuesioner penelitian) No :

Kuesioner Penelitian Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Lingkungan Terhadap Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki Kelas III SMU Negeri 4 Bekasi
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok pada siswa laki-laki kelas III di SMU Negeri 4 Bekasi. Oleh karena itu, mohon dijawab dengan jujur. Jawaban pada kuesinoer ini akan kami rahasiakan. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Usia anda ? ... tahun
101 | P a g e

2. Pendidikan terakhir ayah ? 1. SD 1. SD 1. Ya 1. Ya 1. Ya 2. SMP 2. SMP 2. Tidak 2. Tidak 2.Tidak 3. SMU 3. SMU 4. Perguruan Tinggi 4. Perguruan Tinggi 3. Pendidikan terakhir Ibu ? 4. Apakah teman teman anda seorang perokok ? 5. Apakah teman teman anda mengajak anda untuk merokok ? 6. Apakah anggota keluarga anda ada yang merokok ? 7. Berapakah jumlah uang jajan anda sehari ? Rp. ... 8. Apakah uang jajan anda sehari berlebih ? 1. Ya 1. Ya 2. Tidak 2. Tidak 9. Apakah kelebihan uang anda sering dipergunakan untuk membeli rokok ?

PENGETAHUAN 10. Apa pengertian rokok ?


1. Rokok adalah selinder dari kertas berukuran panjang antara 70 120 mm dengan

diameter sekitar 10 mm yang berisi daun daun tembakau yang telah dicacah.
2. Rokok adalah selinder dari kertas berukuran panjang antara 70 120 mm dengan

diameter sekitar 10 mm yang berisi daun daun teh yang telah dicacah.
3. Rokok adalah selinder dari kertas berukuran panjang antara 70 120 mm dengan

diameter sekitar 10 mm yang berisi daun daun jagung yang telah dicacah. 11. Jenis rokok yang memiliki busa pada bagian pangkal batang rokok adalah ? 1. filter 2. Kretek 3. Cerutu 12. Yang termasuk perokok berat adalah ?
1. Perokok yang menghisap < 5 batang rokok dalam sehari 2. Perokok yang menghisap 5 - 15 batang rokok dalam sehari 3. Perokok yang menghisap > 15 batang rokok dalam sehari

13. Zat apa yang terkandung dalam rokok yang menyebabkan kecanduan ? 1. Karbon Monoksida 2. Tar 3. Nikotin
102 | P a g e

14. Zat apakah yang terkandung dalam rokok yang dapat mengganggu distribusi oksigen dalam tubuh ? 1. Karbon Monoksida 1. Jantung 1. Kanker paru 2. Amonia 2. Paru 2. Asma 3. Nikotin 3. Mata 3. TBC 15. Organ yang tidak dirusak oleh rokok adalah ? 16. Penyakit paru apa yang disebabkan oleh rokok ?

SIKAP 17. Apakah anda setuju dengan perilaku merokok pada remaja ? 0. Tidak setuju 0. Tidak setuju hidup ? 0. Tidak setuju 0. Tidak setuju 0. Tidak setuju PERILAKU 22. Apakah anda seorang perokok aktif ? 1. Ya 2. Tidak
103 | P a g e

1. Setuju 1. Setuju

18. Apakah anda setuju jika kegiatan sekolah disponsori oleh pabrik rokok ? 19. Apakah anda setuju dengan tayangan iklan rokok yang menggambarkan bagian dari gaya 1. Setuju 1. Setuju 1. Setuju

20. Apakah anda setuju jika rokok dijual bebas sehingga semua umur dapat membelinya ? 21. Apakah anda setuju dengan merokok boleh di tempat umum ?

Jika jawaban no 1 adalah Ya, lanjutkan ke no 2 Jika jawaban no 1 adalah Tidak, pertanyaan selanjutnya tidak usah dijawab 23. Sejak kapan anda merokok ? ... tahun 24. Berapa kali anda merokok dalam seminggu?
1. Setiap hari

2. 4-6 x seminggu 2. 5-15 batang

3. 1-3 X seminggu 3. < 5 batang

4. < 1 X seminggu

25. Berapa jumlah rokok ( batang ) yang anda habiskan dalam 1 hari ?
1. > 15 batang

26. Dimanakah paling sering anda merokok ?


1. Di tempat umum ( contoh: mall, rumah makan, halte bus, kendaraan umum ) 2. Di tempat pribadi ( contoh: di dalam rumah, kendaraan pribadi, kamar tidur )

TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku, Sitepoe. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. 2007. Jakarta: Gramedia 2. Ruli A, Mustafa. Waspadai Bahaya Merokok. 2005. Jakarta: Gramedia 3. Departmen Kesehatan. Gizi Dan Promosi. http.// www.promosikesehatan.com 4. www.searo.who.int/LinkFiles/GYTS_Indonesia-2006.pdf

5. Notoatmojo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. 2007. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Mutadin, Z. Remaja Dan Rokok. 2002 ( cited 2002 Jun 05). Available from:

http://www.e;Psikologi.com/remaja.050602.htm 7. Lebih 3 juta meninggal karena tembakau dalam setahun. Harian Republika 1998 NOV 30. 8. Eka Wati, dkk. Peningkatan pengetahuan,sikap dan perilaku terhadap merokok pada SIWAW SMU di kelurahan penatih.Available from: http: www.akademikunsri.ac.id.
104 | P a g e

9. Oskam, Stuart. Applied Social Psycology. New Jersey: Pretice Hal; 1984 10. Brigham, C.J. Social Psychology. Boston: Harper Collins Publisher; 1991 11. Aritonang, M.R. 1997. Fenomena Wanita Merokok. Jurnal Psikologi Universitas Gajdah Mada, Yogyakarta: Universitas Gajdah Mada Press. 12. Smet, B.Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia; 1994 13. Komasari, D. & Helmi, AF. Faktor faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. 2000. 14. Aryanti, Titik. Karakteristik, Pengetahua, Sikap dan perilaku Siswa Mengenai Kebiasaan Merokok di SMU Yadika 7 Bogor Tahun 2001. Skripsi: FKM UI
15. Cristinawaty, Purba, Yuni. tentang karakteristik, pengetahuan, dan prilaku siswa

mengeni kebiasaan merokok di SMU Parulian 1 tahun 2009. Skripsi. FKM UI


16. Putra , Tomala , Angga.tentang hubungan antara pengetahuan, sikap, dan lingkungan

teradap perilaku merokok aktif pada siswa laki laki SMA negeri III kelas 10 Depok. Skripsi. FK UPN 17. Arikuanto, Suharsini. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2006 18. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Statistic untuk kedokteran dan kesehatan; edisi 4 Jakarta; salemba medika; 2009.

105 | P a g e

You might also like