You are on page 1of 34

MEMORI JANGKA PANJANG (LONG-TERM MEMORY) PENDAHULUAN (Introduction) Memori manusia sungguh unik, luar biasa, dan menyimpan

banyak misteri. Betapa tidak. Ada orang yang sangat mudah melupakan informasi yang baru diterimanya beberapa menit yang lalu. Namun ada juga orang yang dapat mengingat dengan rinci setiap hal yang berkaitan dengan suatu kejadian yang menimpanya 25 tahun yang silam. Ada juga orang dengan kemampuan luar biasa dalam mengingat banyak sekali rumus matematika. Oleh karena itu, para ahli psikologi terus berupaya melakukan penelitian dan pengkajian tentang memori, agar lebih semakin terungkap hal-hal apa saja yang berhubungan dengan memori, bagaimana seseorang dapat dengan mudah melupakan sesuatu informasi, dan bagaimana seseorang juga dapat menyimpan informasi dalam otaknya selama bertahun-tahun? Penelitian atau pengkajian tentang seluk beluk yang berkaitan dengan memori menjadi sangat penting terutama untuk dapat ditemukan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan memori. Topik pertama yang dibahas pada tulisan ini adalah tentang faktor-faktor apa yang bersangkut-paut manakala seseorang mengkode atau memperoleh informasi. Sebagai contoh, dari riset dalam hal kedalaman dari pemrosesan informasi diketahui bahwa memori lebih akurat jika informasi diproses dalam istilah yang berarti, dibandingkan hanya jika sebagai karakter-karakter yang tidak jelas artinya. Memori menjadi akurat, teristimewa jika kita mencoba menghubungkan informasi tersebut dengan kehidupan kita sendiri. Faktor emosi juga mempengaruhi memori; sebagai contoh, jika anda pernah menonton tayangan yang serius di telivisi, maka memori anda relatif hanya sedikit yang diperuntukkan bagi iklan yang muncul selama tayangan berlangsung. Bahasan berikutnya dalam tulisan ini adalah tentang bagaimana 1

mendapatkan kembali memori kita, yang menunjukkan bahwa keakuratan memori dapat juga dipengaruhi oleh cara memori didapatkan kembali akan diukur. Pada beberapa kasus, kita dapat memanggil atau mengingat kembali sejumlah informasi yang kita pelajari di kelas beberapa puluh tahun yang lalu. Tulisan ini juga akan mengkaji tentang kemampuan memori orang-orang dengan kecakapan khusus pada bidang tertentu yang kita sebut sebagai seorang pakar, demikian juga memori dari orang-orang yang menderita amnesia. Memori yang berhubungan dengan riwayat hidup diri sendiri adalah topik terakhir yang dibahas dalam tulisan ini, yang merujuk kepada memori kita dalam kejadian sehari-hari dalam hidup kita. Bahasan disini juga menunjukkan bahwa apa yang disebut dengan memori flashbulb adalah khas/khusus/istimewa, namun bukan berarti selalu sepenuhnya akurat. Bagaimanapun, memori kita dipengaruhi oleh pengetahuan umum kita tentang objek dan kejadian, suatu proses yang biasanya berguna tetapi mungkin juga dapat menciptakan kesalahan pada memori. Akhir tulisan ini juga menjelaskan tentang memonitor sumber, suatu proses yang kita gunakan tatkala kita mencoba menentukan yang mana yang akan benarbenar kita tampilkan dalam tindakan kita atau hanya akan kita bayangkan saja. Akhirnya, tulisan ini juga akan mengkaji pada apa yang disebut sebagai kesaksian para saksimata, yang kadang-kadang menampakkan kesalahan juga, dan juga mengkaji tentang kesaksian para saksidengar, yang menghendaki pengenalan dari suara orang-orang. Agar pembahasan tentang memori jangka panjang ini dapat diikuti, terlebih dahulu kita ingat lagi beberapa istilah yang sudah sangat kita kenal dan menunjukkan beberapa perbedaan baru yang penting. Sebagaimana telah diketahui, ahli psikologi sering membagi memori kedalam dua kategori dasar yang disebut sebagai memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka panjang mempunyai kapasitas yang besar dan memuat memori kita atas pengalaman-pengalaman dan informasi yang telah kita kumpulkan sepanjang hidup kita. Pembagian ini mungkin tidak benar-benar berarti bahwa memori jangka

pendek dan memori jangka panjang adalah dua bentuk yang berbeda sangat jelas dari memori. Nampaknya pembagian ini lebih dimaksudkan untuk mendapatkan kemudahan dalam membagi sejumlah besar riset tentang proses pada memori kita. Ahli psikologi sering membagi lagi memori jangka panjang kedalam kategori yang lebih spesifik. Sekali lagi, pembagian ini lebih dimaksudkan untuk mendapatkan kemudahan, dari pada keyakinan bahwa pembagian ini benar-benar karena perbedaan bentuk dari memori. Salah satu system pembagian memori jangka panjang yang terkenal adalah membaginya ke dalam: episodic memory (memori yang berkaitan dengan peristiwa), procedural memory (memori yang berkaitan dengan prosedur), semantic memory (memori yang berkaitan dengan arti kata). Lebih khusus, episodic memory fokus pada memori dari kejadian-kejadian yang telah terjadi pada kita, yang menunjukkan peristiwa dalam hidup kita. Termasuk dalam episodic memory adalah: (1) memori anda tentang kejadian yang sudah terjadi di SMA dulu, (2) memori anda tentang percakapan yang telah anda laksanakan beberapa jam yang lalu, atau (3) memori anda tentang kalimat-kalimat yang telah anda baca dalam kata pengantar tulisan ini 10 menit yang lalu. Episodic memory adalah fokus utama pada tulisan ini. Sebaliknya, procedural memory merujuk pada pengetahuan kita tentang bagaimana mengerjakan sesuatu. Beberapa contoh dari procedural memory, misalnya: (1) pengetahuan tentang bagaimana cara menggambar sebuah grafik fungsi, (2) pengetahuan tentang bagaimana cara mengirim sebuah pesan kepada seorang teman melalui e-mail, (3) pengetahuan tentang bagaimana cara menyajikan data dalam bentuk diagram lingkaran. Kita akan memperhatikan beberapa aspek dari procedural memory pada tulisan ini, dalam kaitannya dengan implicit memory. Akhirnya, semantic memory menjelaskan pengelolaan kita terhadap pengetahuan tentang dunia, termasuk pengetahuan kita tentang kata-kata dan informasi nonpersonal yang lain. Beberapa contoh yang termasuk dalam semantic memory, misalnya: (1) pengetahuan bahwa persegi merupakan persegi panjang yang khusus, yaitu persegi panjang yang sisi-sisinya sama panjang, (2)

pengetahuan tentang seperti apakah tanaman hias yang bernama Gelombang Cinta, yang harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah itu, atau (3) pengetahuan bahwa Gusti Kanjeng Ratu Hemas adalah permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X, raja dari keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Lebih rinci, tulisan ini akan mengkaji tiga aspek dari memori jangka panjang. Dimulai dengan pengkodean pada memori jangka panjang (encoding in Long-Term Memory), yang merujuk pada kemahiran awal anda dalam informasi, kemudian akan dieksplorasi tentang hal-hal yang terkait dengan mendapatkan kembali (retrieval), yang merujuk pada tempat informasi di dalam tempat penyimpanan dan pengaksesan informasi tersebut, dan bagian terakhir yang akan dikaji adalah tentang autobiographical memory, atau memori untuk kejadiankejadian dan masalah-masalah yang berhubungan dengan diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

PENGKODEAN PADA MEMORI JANGKA PANJANG (Encoding in Long Term Memory) Pada bagian ini, kita akan melihat pada empat pertanyaan penting tentang memori jangka panjang, yaitu: Apakah kita lebih mungkin untuk mengingat hal-hal yang kita olah secara mendalam, dan dengan cara yang penuh makna, dibandingkan hal-hal yang diolah secara dangkal dan hanya luarannya saja? Apa yang terjadi ketika kita mengkode hal-hal dengan menghubungkannya dengan diri kita sendiri? Apakah kita lebih mengingat sesuatu hal jika konteks pada waktu pengkodean hal tersebut sesuai dengan konteks pada waktu pemanggilan (mengingatnya) kembali? Bagaimana faktor emosi mempengaruhi keakuratan dari memori? Sebelum dilanjutkan, kita simak dulu Demontrasi 4.1 yang intinya sebagai berikut: kepada responden diberikan 3 macam pertanyaan, yang harus dijawab dengan ya atau tidak. Pertanyaan tersebut menyangkut kata-kata, yaitu: (1) berkaitan dengan

penampilan fisik dari kata tersebut (huruf besar ataukah huruf kecil), (2) menentukan apakah suatu kata senada dengan kata yang disebutkan, dan (3) menentukan cocok tidaknya sebuah kata melengkapi suatu kalimat jika dilihat dari artinya. Tanpa melihat lagi pada daftar pertanyaannya, responden diminta mengingat kata-kata dalam pertanyaan tadi sebanyak mungkin yang dia bisa mengingatnya. 1. Kedalaman dari Pemrosesan Informasi (Depth of Processing) Pada tahun 1972, Craik dan Lockhart telah menulis sebuah artikel tentang pendekatan kedalaman dari pemrosesan atau pengolahan informasi, dan artikel tersebut menjadi salah satu publikasi yang paling berpengaruh dalam sejarah riset tentang memori. Pendekatan kedalaman dari pemrosesan atau pengolahan informasi ini memperlihatkan bahwa pendalaman (pengolahan informasi secara mendalam), semacam pengolahan penuh makna dari informasi menjadikan informasi tersebut lebih tetap tersimpan dibandingkan dengan hanya diolah secara dangkal, semacam pengolahan dengan indra saja. (Teori ini juga disebut pendekatan tingkat pemrosesan). Pendekatan kedalaman pemrosesan atau pengolahan informasi ini memperkirakan bahwa pada Demonstrasi 4.1, responden akan mengingat lebih banyak kata bila yang diminta adalah menilai satu maksud/arti kata-kata (sebagai contoh, apakah itu akan cocok dalam suatu kalimat, dibanding satu penampilan phisik dari kata tersbut (sebagai contoh, apakah itu diketik di dalam huruf besar) atau bunyi serasinya (sebagai contoh, apakah itu bersajak dengan kata lain). Secara umum, orang-orang akan mencapai satu kedalaman lebih besar tentang pengolahan informasi bila mereka menyadap lebih banyak maksud/arti dari suatu stimulus. Craik dan Lockhart mengemukakan bahwa seseorang dapat menganalisis stimuli dalam tingkat yang berbeda. Termasuk dalam tingkat yang shallow atau dangkal adalah analisis yang menyangkut bentuk fisik atau karakteristik yang berkaitan dengan indra. Stimuli yang diolah pada tingkat shallow lebih mungkin untuk cepat dilupakan. Tingkat yang lebih dalam lagi adalah menganalisis stimuli

dalam istilah yang bermakna. Ketika anda menganalisis stimuli secara demikian, anda sangat mungkin akan memikirkan hubungan, gambaran, dan pengalaman masa lalu lain yang mungkin berkaitan dengan stimuli tersebut. Menganalisis stimuli pada tingkat yang lebih dalam seperti itu lebih mungkin untuk menjadikan stimuli tersebut diingat (tidak cepat dilupakan). Craik dan Lockhart juga memperhatikan masalah latihan/ulangan (rehearsal), suatu proses untuk memutar informasi melalui memori. Craik and Lockhart mengemukakan adanya dua macam latihan/ulangan, yaitu latihan/ulangan yang dimaksudkan untuk perawatan (maintenance rehearsal), yang dilakukannya hanya dengan mengulang-ulang stimuli tersebut secara diam-diam untuk diri sendiri, dan latihan/ulangan yang dimaksudkan untuk mengembangkan stimuli yang disebut dengan latihan/ulangan pengembangan (elaborative rehearsal). Apa yang terjadi dengan waktu yang digunakan untuk melakukan latihan/ulangan? Craik and Lockhart memperkirakan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut tergantung pada jenis ulangan yang digunakan. Jika yang digunakan adalah maintenance rehearsal maka penambahan waktu tidak akan meningkatkan memori, tetapi jika yang digunakan adalah elaborative rehearsal, maka penambahan waktu besar kemungkinan akan sangat berguna dalam meningkatkan memori. Marilah kita kaji beberapa hasil riset dalam hal kedalaman dari pemrosesan atau pengolahan informasi, pertama untuk materi verbal, dan kemudian untuk wajah, sebagai berikut. Kedalaman dari pemrosesan informasi dan memori untuk materi verbal (Depth of Processing and Memory for Verbal Material) Hipotesis utama yang muncul dari tulisan (paper) Craik dan Lockhart adalah bahwa pengolahan informasi secara mendalam akan menghasilkan ingatan yang lebih baik. Kajian terhadap banyak hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa pemrosesan informasi yang berupa materi verbal secara mendalam pada umumnya akan menghasilkan ingatan yang lebih baik dibandingkan pengolahan yang dangkal (Baddeley, 1990; Howard, 1995; Lockhart & Craik, 1990).

Craik dan Lockhart (1986) percaya bahwa tingkat kedalaman dari pemrosesan informasi dapat menyebabkan meningkatnya ingatan dikarenakan oleh 2 hal, yaitu kekhususan atau perbedaan (distinctiveness) dan pegembangan (elaboration). Distinctiveness berguna jika kita ingin menekankan pada perbedaan yang ada diantara item-item (misal diantara barang-barang, soal-soal, berita-berita, nomornomor, dsb.), sedangkan elaboration berguna jika kita ingin menekankan kesamaan dan hubungan diantara item-item. Kedalaman dari pemrosesan informasi dan memori untuk wajah (Depth of Processing and Memory for Faces) Kesimpulan tentang kedalaman dari pemrosesan juga diterapkan untuk pengenalan wajah. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa pemrosesan shallow untuk wajah, seperti halnya pemrosesan shallow untuk kata, menjadikan informasi yang didapat cenderung mudah untuk terlupakan Bloom dan Mudd (1991) mengemukakan penjelasan untuk hubungan antara kedalaman pemrosesan dengan memori untuk wajah. Mencari kekhususan atau perbedaan diantara bermacammacam wajah pada sejumlah foto lebih mudah jika dibandingkan mencari kesamaannya. Menentukan apakah seseorang jujur atau tidak dengan mengamati wajahnya memerlukan waktu lebih lama dan gerakan mata lebih banyak, jika dibandingkan menentukan seseorang itu pria atau wanita. 2. Pada Pendalaman Pemrosesan (In Depth) Pengaruh referensi diri sendiri (The Self Reference Effect) Kita sering memproses informasi baru dengan menghubungkannya dengan diri kita sendiri. Perhatikan para mahasiswa yang mengambil mata kuliah psikologi abnormal. Ketika sang professor menjelaskan bagaimana orang-orang yang tertekan (depresi) merasa pesimis menghadapi masa depan, tiba-tiba sejumlah mahasiswa mulai berfikir bahwa rasa pesimis yang mereka punyai menunjukkan atau dapat diartikan bahwa merekapun secara klinis sebenarnya sedang depresi.

Riset dalam hal pengaruh referensi diri sendiri (Research on the Self-Reference Effect) Rogers, Kuiper, dan Kirker (1977) meminta kepada responden (orang yang diteliti) untuk menyelesaikan soal tentang daftar kata-kata sesuai dengan instruksi yang biasa diberikan pada riset dalam pendalaman pemrosesan informasi, yaitu dalam kaitannya dengan: (1) karakteristik fisik dari kata tersebut, (2) bunyi (kedengarannya), atau (3) artinya. Juga responden diminta untuk menentukan apakah suatu kata tertentu dapat diterapkan pada diri mereka sendiri. Hasilnya menunjukkan bahwa ingatan responden lemah untuk jenis tugas satu (1) dan dua (2) jika dibandingkan ingatan untuk jenis tugas tiga (3), dan jenis tugas empatlah (4) yang hasilnya paling baik. Riset dalam hal pengaruh referensi diri sendiri juga menunjukkan bahwa sistem kognisi kita menangani kejadian yang positip lebih baik dibandingkan untuk kejadian yang negatip. Pada suatu studi tentang pengaruh referensi diri sendiri disimpulkan bahwa ternyata orang lebih mungkin mengingat kata yang berlaku atau dapat diberlakukan untuk dirinya sendiri dibandingkan jika kata tersebut tidak berlaku untuk dirinya (Bellezza, 1992b; Bower & Gilligan, 1979; Ganellen & Carver, 1985; Mills, 1983). Symons and Johnson (1997) juga telah mengumpulkan hasil dari 129 penelitian yang berbeda, dan melakukan meta-analisis, dan hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang mengingat lebih banyak item secara jelas ketika mereka menggunakan teknik referensi diri sendiri, dibandingkan jika mereka menggunakan metode pemrosesan semantik atau yang lainnya. Penjelasan untuk pengaruh referensi diri sendiri (Explanations for the Self-Reference Effect) Penjelasan untuk pengaruh referensi diri sendiri yaitu mengapa kita akan mengingat informasi dengan lebih baik jika informasi tersebut berlaku atau dapat diberlakukan untuk diri kita adalah: (1) Sesuatu yang menyenangkan kita mengandung banyak isyarat dengan mana informasi dapat dihubung-hubungkan, (2) Instruksi yang menyangkut referensi diri sendiri menuntut seseorang untuk memperhatikan

bagaimana sifat mereka pribadi dihubungkan dengan orang lain, dan (3) Menyangkut latihan (rehearsal). Kita mungkin melatihkan materi lebih sering jika itu dihubungkan dengan diri kita sendiri. Kita lebih mungkin akan menggunakan latihan pegembangan (elaborative rehearsal) ketika kita menghubungkan suatu materi dengan diri kita sendiri. Korelasi tentang pengaruh referensi diri sendiri (Biological Conrrelites of the Self-Reference Effect) Melalui riset dibidang neuroscience, menggunakan functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dan Positron Emission Tomography scans (PET scans) diketahui bahwa aktivitas otak berhubungan dengan kedalaman dari pemrosesan informasi. Terapan dari pengaruh referensi diri sendiri (Applications of the Self-Reference Effect) Salah satu terapan yang penting dari pengaruh referensi diri sendiri ini yang sungguh nyata adalah: ketika anda benar-benar ingin mengingat suatu materi, cobalah untuk menghubungkannya dengan pengalaman anda sendiri. Faktanya, salah satu cara untuk mempelajari materi pada buku ini adalah dengan membayangkan diri anda sendiri sebagai responden dalam studi-studi yang ada. Dengan mencoba setiap demonstrasi yang ada, anda dapat secara langsung menghubungkan materi ini dengan pengalaman anda sendiri. Pengaruh referensi diri sendiri juga dapat diterapkan di bidang periklanan. Pada suatu penelitian, instruksi yang merujuk diri sendiri telah meningkatkan pemirsa untuk mengingat merk dagang dari produk yang diiklankan (D'Ydewalle et al.,1985). Para pembuat iklan telah membuat sejumlah kemajuan untuk mengembangkan iklan yang menarik secara visual. Bagaimanapun, jika mereka benar-benar menginginkan masyarakat untuk mengingat merk produk yang diiklankan, dan tentu saja ini adalah tujuan utama sebuah iklan. Oleh karena itu mereka harus mengajak konsumen untuk memproses gambar yang dilihat pada tingkat yang dalam, dengan memperhatikan bagaimana para konsumen ini akan menngunakan produk ini untuk diri mereka sendiri.

3. Pengaruh dari Konteks: Kekhususan atau Penegasan Pengkodean (The Effects of Context: Encoding Specificity) Pengaruh dari konteks (The Effects of Context) Apakah skenario ini kedengaran familier? Anda di dalam kamar tidur dan menyadari bahwa anda memerlukan sesuatu dari dapur. Ketika anda tiba di dapur, ternyata anda tidak ingat lagi alasan mengapa anda berjalan ke dapur. Tanpa konteks di mana anda menyandi item yang anda inginkan, anda tidak bisa mendapat kembali memori ini. Anda kembali ke kamar tidur, yang adalah kaya dengan isyarat, dan dengan seketika anda ingat lagi apa yang anda inginkan. Dengan cara yang sama, satu pertanyaan yang terisolasi di satu ujian mungkin terlihat sepenuhnya tidak familier, walaupun anda pasti akan mengingat jawabannya jika di dalam konteks yang benar. Contoh diatas menggambarkan prinsip penegasan penyandian, yang menunjukkan bahwa mengingat menjadi lebih baik jika konteks pada saat memanggil kembali mirip dengan konteks saat pengkodean informasi tersebut (Roediger & Guynn, 1996; Tulving, 1983). Sebaliknya, lupa sering terjadi bila dua konteks tidak sesuai. Dua terminologi lain yang serupa untuk prinsip penegasan penyandian (encoding specificity) adalah konteks memori tidak mandiri (context-dependent memory) dan pengolahan pemindahan yang cocok/tepat (transfer-appropriate processing). (Balch & Lewis, 1996; Roediger & Guynn, 1996). Sekarang akan kita perhatikan topik tentang penegasan penyandian secara lebih detil. Kita akan mulai dengan beberapa riset yang mewakili, dan kemudian kita akan melihat bagaimana riset pada penegasan penyandian memaksa kita untuk memodifikasi kesimpulankesimpulan sebelum ini tentang tingkat memproses. Riset dalam kekhususan/penegasan pengkodean (Research on Encoding Specificity) Di dalam suatu studi yang representatif, Geiselman dan Glenny (1977) telah memperkenalkan kata-kata secara visual untuk peserta di dalam eksperimen

mereka. Peserta peserta tersebut diminta untuk membayangkan masing-masing kata-kata sebagai hal yang diucapkan oleh seorang yang cukup dikenal dan sebagian orang diminta untuk membayangkan suara wanita, dan yang lain diminta untuk membayangkan suara pria. Kemudian, pengenalan tersebut diuji dengan pembicara pria atau wanita mengatakan masing-masing kata; sementara para peserta diminta untuk menandai apakah masing-masing kata merupakan kata yang lama atau baru. Untuk sebagian orang, jenis kelamin pembicara sesuai dengan jenis kelamin suara orang yang dibayangkan; sedangkan sebagian yang lain melakukan ketidaksesuaian antara konteks sewaktu penyandian dengan konteks sewaktu pemanggilan kembali. Studi ini juga menggambarkan bahwa "konteks" itu tidak terbatas pada penempatan-penempatan phisik; konteks dapat meliputi isyarat lain yang tampak selama penyandian dan pengingatan, seperti suara pembicara. Semua orang yang membaca buku ini dapat siap mengingat contoh-contoh dalam kehidupan nyata akan pentingnya konteks. Psikolog-psikolog juga telah menerangkan mengapa pengaruh konteks membantu kita untuk berfungsi dengan segenap kemampuan di dalam hidup sehari-hari. Pada dasarnya, kita sering melupakan material yang dihubungkan dengan konteks-konteks selain dari konteks kita kini. Betapapun, kita tidak harus ingat banyak detil yang mungkin penting dalam suatu konteks sebelumnya tetapi tidak lagi relevan saat ini (Bjork & Bjork, 1988). Pengaruh konteks mudah untuk dipertunjukkan di dalam kehidupan nyata, tetapi studi-studi laboratorium kadang agak sedikit kontroversial. Beberapa tahun yang lalu, satu tinjauan ulang dari 29 riset laboratorium yang meneliti tentang kekhususan atau penegasan penyandian melaporkan bahwa 27 diantaranya menunjukkan bukti adanya pengaruh konteks di dalam sedikitnya satu kondisi (Smith, 1988). Namun, tinjauan ulang terakhir membantah bahwa penegasan penyandian kadang-kadang sukar untuk dipertunjukkan di dalam laboratorium (e.g., Roediger & Guynn, 1996). Sebagai contoh, mengapa pengaruh konteks menjadi penting di satu eksperimen (e.g., Smith et al., 1978), namun tidak secara mutlak berpengaruh dalam suatu eksperimen pengulangan yang sangat mirip (e.g.,

11

Bjork & Richardson-Klavehn, 1987)? Ada tiga penjelasan untuk hal ini, yaitu: Perbedaan jenis/macam dari tugas-tugas memori Satu penjelasan untuk perbedaan antara kehidupan nyata dan laboratorium adalah bahwa dua situasi tersebut secara khas menguji jenis/macam yang berbeda dari memori (Roediger & Guynn, 1996). Untuk menyelidiki hal ini, kita harus memperkenalkan dua terminologi penting, yaitu daya ingat atau ingatan (recall) dan pengenalan (recognition). Bila peneliti-peneliti memori menguji daya ingat (ingatan), para peserta (responden atau orang yang diteliti) harus memproduksi (menghasilkan) materi yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Sebaliknya, bila peneliti-peneliti memori menguji pengenalan, para peserta harus mengidentifikasi materi yang telah diperkenalkan pada waktu sebelumnya. Contoh-contoh dalam kehidupan nyata kita secara khas menguraikan suatu situasi di mana kita mengingat satu pengalaman sebelumnya, dan bahwa pengalaman terjadi beberapa tahun sebelumnya. Sebaliknya, riset laboratorium memusat di pengenalan, dan sesuatu yang diteskan kadang diperkenalkan kurang dari satu jam sebelumnya. Kecemerlangan dari hipotesis Penjelasan ini didasarkan pada satu prinsip dari ilmu perbintangan (Smith, 1988). Bayangkan anda sedang memandang ke langit biru di suatu malam tanpa rembulan, dan anda hanya dapat melihat sedikit bintang tertentu. Bintang akan lebih sukar lagi untuk dilihat bila bulan sedang punama atau bersinar penuh, dan bintang akan dengan sepenuhnya tidak bersinar ketika ada matahari pada siang hari. Dengan cara yang sama, kecemerlangan dari hipotesis mengatakan bahwa konteks dapat mencetuskan memori bila isyarat memori yang lebih baik tidak ada; namun konteks dapat dengan sepenuhnya tidak bersinar bila hadir isyarat lain yang lebih baik . Secara umum, ketika materi yang diingat kembali telah dipelajari dengan baik, maka isyarat memori dari materi tersebut akan cukup kuat untuk bersinar dibandingkan isyarat konteks yang lemah. Bila material

belum dipelajari dengan baik, isyarat konteks dapat membantu memicu memori (Smith, 1988). Singkatnya, konteks akan menjadi sangat penting bila anda belum menguasai materinya. 3. Konteks phisik lawan konteks mental Konteks phisik mungkin tidak sepenting seperti konteks mental. Adalah mungkin saja bahwa detil phisik relatif sepele di dalam menentukan apakah konteks penyandian sesuai dengan konteks pengambilan kembali. Sebagai gantinya, sebagaimana Eich (1995an) menunjukkan, "seberapa baik informasi dipindahkan dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain tergantung pada bagaimana kesamaan rasa lingkungan-lingkungan tersebut, dibandingkan bagaimana kesamaan tersebut terlihat". Komentar Eich akan mengingatkan anda pada studi yang dilakukan oleh Foley dan para rekan kerjanya (1999), di mana aktivitas mental peserta sering tidak memenuhi perintah peneliti. Para peneliti harus melihat di luar variabel-variabel yang mereka pikir sedang mereka manipulasi, dan menaruh perhatian pada proses-proses yang berlangsung di dalam kepala responden. c. Kedalaman pemrosesan dan kekhususan/penegasan pengkodean (Depth of Processing and Encoding Specificity) Uraian asli tentang pendekatan pendalaman dalam pemrosesan dari Craik dan Lockhart's ( 1972) menekankan pada pengkodean, atau bagaimana materi ditempatkan ke dalam memori. Ia tidak menyebutkan detil tentang perolehan kembali, atau bagaimana materi ditemukan kembali dari memori. Dalam suatu paper berikutnya, Craik dan rekan kerjanya yang lain mengatakan bahwa orang-orang akan mengingat lebih banyak material jika kondisi pengambilan-kembali sesuai kondisi saat pengkodean (Moscovitch & Craik, 1976). Dengan kata lain, penegasan pengkodean dapat mengesampingkan kedalaman tentang pengolahan. Sesungguhnya, pengolahan yang dangkal kadang-kadang dapat lebih efektif dibandingkan pengolahan yang mendalam bila tugas pengambilan-kembali

13

menekankan kepada informasi yang dangkal. Perhatikan bahwa hal ini tidaklah konsisten dengan perumusan asli dari pendekatan tingkat dari pemrosesan. Riset tentang pentingnya kesamaan antara pengkodean & keadaan pengambilan kembali antara lain dilakukan Bransford dan para rekan kerjanya (1979) menemukan bahwa orang-orang lebih baik pada test tentang kata-kata yang senada jika mereka mula-mula telah melakukan tugas pengkodean yang lemah ini, dibandingkan tugas pengkodean yang penuh maksud/arti. Daerah dari riset ini mempertunjukkan bahwa pengolahan semantik mungkin tidak ideal kecuali jika kondisi pemanggilan kembali juga menekankan pada hal yang lebih dalam, yaitu ciri-ciri yang lebih bermakna. (Roediger & Guynn, 1996). Riset ini juga menekankan bahwa memori sering memerlukan pemecahan masalah: Untuk menentukan bagaimana cara menyimpan beberapa informasi, anda memerlukan gambaran tentang karakteristik dari tugas pemanggilan kembali (Phillips, 1995). Sebagai contoh, bagaimana anda akan mempelajari materi mata kuliah Psikologi ini jika anda mengetahui anda akan diuji dalam hal daya ingat anda (sebagai contoh, dengan menjawab dalam bentuk uraian untuk pertanyaan-pertanyaan yang diberikan di akhir setiap bab)? Akankah teknikteknik belajar anda berbeda jika anda diuji dalam hal pengenalan anda (sebagai contoh, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda? ) Ringkasnya, memori kadang-kadang telah meningkat bila konteks pengambilan kembali mirip dengan konteks sewaktu penyandian, walaupun keuntungan-keuntungan dari kekhususan/penegasan penyandian lebih mungkin terjadi bila materi diuji dalam hal daya ingat (menyangkut ingatan), dibandingkan bila materi yang diuji menyangkut pengenalan, dan bila materi telah ada di dalam memori dalam jangka waktu yang lama. Keuntungan dari kekhususan penyandian mungkin tidak lebih bersinar bila hadir isyarat memori yang lebih kuat. Sebagai tambahan, kekhususan/penegasan pengkodean tergantung pada konteks mental lebih dari konteks phisik. Lagipula, kita telah melihat bahwa kekhususan atau penegasan pengkodean dapat memodifikasi pengaruh dari pendalaman dari pemrosesan; dalam beberapa hal, kesesuaian antara penyandian dan

perolehan/pemanggilan kembali lebih penting dibandingkan pengolahan secara mendalam. Seperti akan anda lihat berikutnya, konteks juga relevan bila kita menguji bagaimana emosi-emosi dan suasana hati dapat mempengaruhi memori. Berikut ini adalah garis besar Demonstrasi 4.2. yang hasilnya akan didiskusikan kemudian. Ambil secarik kertas dan buatlah tiga kolom dari angkaangka dari 1 sampai 10. Untuk himpunan pertama dari angka-angka, daftarlah 10 warna di dalam urutan terserah yang anda inginkan. Untuk himpunan berikutnya, daftarlah 10 nama dari binatang-binatang. Akhirnya, daftarlah 10 teman dari perguruan tinggi anda yang anda kenal dengan baik. Sekarang susunlah masingmasing dari tiga daftar tersebut menurut abjad pada satu potongan kertas yang terpisah, dan daftar yang asli disisihkan. Urutkan (beri rangking) masing-masing item di dalam daftar yang tersusun secara alpabetis, dengan memperhatikan anggota yang lain dalam daftar tersebut. Sebagai contoh, beri warna favorit anda urutan (rangking) 1 dan warna yang paling tidak anda sukai pada urutan ke-10. Akhirnya, pindahkan masing-masing dari rangking-rangking tersebut ke daftar yang asli. Dalam hal ini, masing-masing dari 10 materi pada ketiga daftar yang asli sekarang mempunyai sebuah rangking. 4. Emosi, Suasana Hati, dan Memori (Emotion, Mood, and Memory) Pada percakapan sehari-hari, orang awam seringkali mencampuradukkan istilah emosi (emotion) dan suasana hati (mood), dan kedua istilah tersebut memang agak mirip. Namun para ahli psikologi mendefinisikan emosi sebagai reaksi dari stimulus yang spesifik. Kebalikannya, suasana hati merujuk pada hal yang lebih umum (Bower & Forgas, 2000). Sebagai contoh, anda mungkin saja mempunyai reaksi emosional yang negatip pada seorang ibu ketika melihat seorang anak kecil yang menangis karena dicubit ibunya, meskipun saat itu mungkin saja anda sebenarnya sedang dalam suasana hati yang relatif baik. Demonstrasi 4.2 melukiskan satu cara dimana suasana hati dan emosi dapat mempengaruhi memori, melalui sifat emosional dari stimuli itu sendiri. Setelah mengkaji dimensi dari emosi, kita akan melihat bagaimana sifat emosional dari

15

suatu acara televisi dapat mempengaruhi memori terhadap tayangan iklan selama acara tersebut berlangsung. Kemudian kita akan mendiskusikan dua topik yang menekankan pada konteks, yaitu mood congruence (apakah sifat emosional dari materi sesuai dengan susana hati anda saat itu) dan mood-dependent memory (bagaimana memori dapat ditingkatkan melalui kesesuaian antara suasana hati anda saat pengkodean informasi dengan suasana hati saat mengingatnya kembali) a. Memori untuk hal-hal yang berbeda dalam emosi (Memory for Items Differing in Emotion) Dari kajian terhadap literatur, disimpulkan bahwa hal-hal yang menyenangkan sering diingat lebih baik dibandingkan hal-hal yang negatip atau biasa-biasa saja, khususnya jika kejadiannya sudah lama berlalu (Matlin & Stang, 1978). Sebagai contoh, dalam suatu penelitian tentang memori jangka panjang, 39 dari 52 siswa telah mengingat item yang menyenangkan lebih akurat secara signifikan, dibandingkan item yang kurang menyenangkan. Dalam riset yang lebih baru, Walker dan koleganya (1997) melaporkan temuan yang hampir sama, yaitu orang pada umumnya mengingat kejadian yang menyenangkan lebih akurat dibandingkan dengan kejadian yang kurang menyenangkan. Dikemukaan bahwa pemilihan ingatan dari item yang menyenangkan ini adalah bagian dari Prinsip Pollyanna yang lebih umum. Prinsip Pollyanna menyatakan bahwa hal-hal yang menyenangkan biasanya diproses lebih efisien dan akurat dibandingkan hal-hal yang kurang menyenangkan. Demonstrasi 4.2. melukiskan aspek lain dari Prinsip Pollyanna, yaitu bahwa kita lebih dulu mengingat item yang menyenangkan baru kemudian mengingat hal yang kurang menyenangkan. Buktinya, hasil demontrasi tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat kesenangan dan urutan dalam daftar, untuk warna, binatang, dan teman, berturut-turut sebesar 0,87, 0,83, 0,86. Pengaruh acara televisi yang serius terhadap memori untuk tayangan iklan (Effects of Television Violence on Memory for Commercials) Sebuah survai menyatakan bahwa sekitar 60 dari acara televisi menggambarkan

kekerasan, dan sejumlah studi menyimpulkan bahwa media yang memuat kekerasan berdampak terhadap agresi yang dilakukan anak-anak (Matlin, 1999; National Television Violence Study, 1997). Bushman (1998) melakukan penelitian lebih lanjut dan hasilnya menunjukkan kekerasan di acara televisi meningkatkan kemarahan, dan kemarahan menurunkan ingatan terhadap tayangan iklan pada acara tersebut. Peneliti lain juga menyimpulkan bahwa kemarahan menurunkan keakuratan memori (Levine & Burgess, 1997). Kesesuaian suasana hati (Mood congruence) Kategori ketiga dari studi tentang sausana hati dan memori disebut moodcongruence atau mood congruity, yang berarti bahwa memori menjadi lebih baik manakala materi yang dipelajari sesuai dengan suasana hati orang yang belajar pada saat itu (Bower, 1992; Ellis & Moore, 1999; Schacter, 1999b). Seseorang yang sedang dalam suasana hati yang baik akan mengingat materi-materi yang menyenangkan dibandingkan materi yang kurang menyenangkan, sedangkan seseorang yang sedang dalam suasana hati yang kurang baik akan mengingat materi yang tidak menyenangkan lebih baik dibandingkan materi yang menyenangkan. Memori yang tergantung suasana hati (Mood-Dependent Memory) Sesuai prinsip mood-dependent memory, anda mungkin akan lebih mengingat materi/informasi tertentu jika suasana hati anda pada saat mengingatnya sesuai dengan suasana hati anda ketika pertama belajar materi tersebut. Gejala ini disebut juga mood-state dependence. Riset ini tidak fokus dalam sifat dasar dari stimulus. Lagi pula, variabel yang penting adalah apakah suasana hati selama pengkodean informasi sesuai dengan suasana hati pada saat pemanggilannya kembali. Perhatikan bahwa mood-dependent memory merupakan satu contoh dari prinsip kekhususan atau penegasan pengkodean. 5. Ringkasan untuk Pengkodean dalam Memori Jangka Panjang (Section Summary: Encoding in Long-Term Memory)

17

Memori jangka panjang dapat dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu: episodic, procedural, dan semantic Riset dalam hal kedalaman dari pemrosesan menunjukkan bahwa stimuli akan diingat lebih baik jika diolah secara mendalam dan penuh makna dibandingkan jika diolah secara dangkal, hanya dengan panca indra saja. Elaborative rehearsal lebih efektif dibandingkan dengan maintenance rehearsal. Menggunakan materi verbal, pemrosesan yang mendalam dapat meningkatkan ingatan dikarenakan adanya kekhususan/perbedaan (distinctiveness) dan pengembangan (elaboration); Untuk mengingat wajah, selain adanya kekhususan/perbedaan, dan pengembangan, juga dikarenakan adanya strategi pengkodean yang holistik. Riset dalam hal pengaruh referensi diri sendiri menunjukkan bahwa memori dapat sangat ditingkatkan dengan cara menghubungkan stimuli dengan pengalaman pribadi anda sendiri. Riset menunjukkan adanya keuntungan yang besar jika stimuli digolongkan dalam bentuk aktivitas mental yang sesungguhnya dari responden, dibandingkan hanya jika sebagai instruksi dari peneliti. Pengaruh referensi diri sendiri bekerja dikarenakan diri sendiri kaya akan sumber ide/gagasan untuk memori, diri sendiri meningkatkan strategi pengorganisasian informasi, dan karena diri sendiri meningkatkan elaborative rehearsal. Juga, tingkat kedalaman dari pemrosesan informasi dan pemrosesan informasi dengan referensi diri sendiri, keduanya berhubungan dengan pola dari pergerakan di dalam prefrontal cortex. Pengaruh referensi diri sendiri mempunyai terapan di bidang pendidikan dan periklanan Pengaruh dari kekhususan/penegasan pengkodean (encoding specificity) seringkali bekerja, khususnya ketika memori diuji dengan ingatan, ketika periode untuk mengingatnya cukup lama, ketika isyarat memori yang sangat kuat tidak hadir, dan juga ketika konteks mental yang ditekankan.

Riset dalam hal pengaruh emosi dan suasana hati terhadap memori menunjukkan bahwa: (a) Pada umumnya orang mengingat kejadian yang menyenangkan lebih akurat dibandingkan dengan kejadian yang kurang menyenangkan, (b) Ingatan atau daya ingat akan menurun untuk informasi yang diberikan ditengah-tengah suatu acara televisi yang serius/mengandung kekerasan, (c) Memori akan meningkat manakala materi yang harus dipelajari sesuai dengan suasana hati peserta waktu itu, (d) Dalam banyak kasus, memori akan meningkat manakala suasana hati selama pemanggilan informasi tersebut sesuai dengan suasana hati sewaktu mengkodenya. PEMANGGILAN KEMBALI DALAM MEMORI JANGKA PANJANG (Retrieval in Long Term Memory) Sejauh ini kita telah menekankan proses dari pengkodean. Kita telah mengkaji bagaimana memori jangka panjang anda akan ditingkatkan dengan pendalaman pada pemrosesan informasinya menggunakan pengkodean dari materi tersebut, menggunakan konteks pada saat waktu pengkodean, dan menggunakan juga faktor emosi selama pengkodean. Pada dasarnya kita tidak akan mendiskusikan pengkodean informasi tanpa memperhatikan hal pemanggilannya kembali. Untuk mengkaji bagaimana efektifnya anda mengkode beberapa informasi, maka para ahli psikologi perlu menguji bagaimana akuratnya anda memanggil kembali informasi tersebut. Untuk itu pertama kali akan dibahas dua kategori dari tugas pemanggilan, yang disebut dengan tugas memori yang eksplisit (explicit) dan implisit (implicit). Tugas memori yang eksplisit dan yang implisit (Explicit Versus Implicit Memory Tasks) Simak ilustrasi berikut. Seorang wanita muda berjalan tanpa tujuan di jalan raya, dan akhirnya ditangkap polisi. Kelihatannya dia penderita amnesia, sebab dia kehilangan semua memori tentang siapa dirinya. Sialnya, ia tidak membawa tanda identitas diri. Polisi berinisiatif dengan meminta kepada wanita muda tersebut untuk memutar nomor telpon. Selama dia memutar nomor telepon, dalam

19

pikirannya dia memasukkan nomor telpon ibunya tetapi dia tidak sadar nomor siapa yang dia masukkan. Daniel Schacter mengatakan bahwa cerita ini menggambarkan perbedaan antara mengukur memori eksplisit dan implisit (disebutkan di Adler, 1991). Perbedaan ini tidak dapat didemonstrasikan untuk orang dengan memori orang yang normal seperti halnya orang amnesia. Marilah kita klarifikasi konsep dasar dari perbedaan ini dan melihat pada beberapa riset. Demonstrasi 4.3 berikut ini membuktikan dua contoh tugas memori eksplisit dan dua tugas memori implisit. Cobalah contoh-contoh ini sebelum melanjutkan membaca. Pada tugas memory eksplisit, peneliti meminta kepada responden untuk mengingat informasi, Dalam hal ini responden sadar bahwa dia sedang dites, dan tes diperlukan untuk memanggil kembali informasi yang telah dipelajari. Sebaliknya, pada tugas memori implisit, para peneliti menanyakan kepada responden untuk melaksanakan beberapa macam tugas kognitif. seperti mengisi bagian yang kosong pada suatu kata, dan pengalaman masa lalu dengan material ini memudahkan mereka mengerjakan tugas tersebut (Schacter & Backner, 1998). Jenis tugas sepertinya terlihat tidak berkaitan dengan beberapa material sebelumnya yang telah dipelajari. Kenyataanya, setiap kata-kata yang diingat atau di recall tersebut tidak disebut pada perintahnya, sehingga capaian peserta pada tugas memori implisit ini tidak tergantung pada rekoleksi sadar (Kihlstrom, 1999; Roediger et.al., 1992). Sebagai contoh, dalam anekdot Schacter tentang wanita yang amnesia, menekan nomer telpon adalah sebuah tes memori implisit. Sekilas, memori implisit secara kasar bersesuaian dengan memori prosedural, sedangkan memori eksplisit bersesuaian dengan memori episodik dan semantik.

============================================= ======Demonstration 4.3

Explicit and, Implicit Memory Tasks Take out a piece of scratch paper. Then read the following list of words: picture commerce motion village vessel window number reindeer custom amount fellowadvice dozen flower kitchen bookstore Now cover up that list for the remainder of the demonstration. Take a break for a few minutes and than try the following tasks:
A. Explicit Memory Tasks 1. Recall: On the piece of scratch paper, write down as many of those words as you can recall. 2. Recognition: From the list below, circle the words that appeared on the original list: woodpile fellow leaflet fitness number butter motion table people dozen napkin picture kitchen bookstore cradle advice B. Implicit Memory Tasks 1. Word completion: From the word fragments below, provide an appropriate, complete word. You may choose any word you wish. v_s_e_ l_t_e_ v_l_a_e p_a_t_c m_t_o_ m_n_a_ n_t_b_o_ c_m_e_c_ a_v_c_ t_b_e_ f_o_e_ c_r_o_ n_m_w_r_ b_o_s_o_e 2. Repetition (pengulangan) priming: Perform the following tasks: Name three rooms in a typical house. Name three items associated with Christmas. Name three different kinds of stores

============================================= ====== Para peneliti telah memikirkan banyak cara untuk mengukur memori implisit dan anda telah mencobanya pada Demonstrasi 4.3. Sebagai contoh, pada tugas B1, jika kata-kata dalam daftar asli telah disimpan dalam memori anda, anda akan dapat melengkapi kata-kata tersebut (contoh, commerce, and village) lebih cepat dibanding kata-kata yang tidak terdapat pada daftar (seperti letter dan plastic). Selanjutnya anda dapat menyediakan kata-kata tersebut pada tugas repetetion priming. Pada tugas repetetion priming, ekspose terbaru suatu kata meningkatkan kemungkinan kata tersebut datang ke pikiran (come to mind), jika anda memberi suatu isyarat yang bisa menimbulkan banyak kata-kata berbeda. Sebagai contoh pada tugas B2 anda akan menyediakan kata-kata kitchen, reindeer, dan bookstore- kata-kata yang bisa anda lihat diawal demonstrasi. Sebaliknya, anda akan kehilangan kata-kata yang tidak anda lihat, seperti dinning room, ornament, dan drugstore. Peneliti telah melakukan lebih dari 25 kali pengukuran berbeda

21

tentang memory implisit. (Roediger et.al., 1994). Riset pada orang dewasa yang normal (Research With Normal Adults) Banyak hasil studi/riset yang menunjukkan bahwa orang dewasa yang normal sering tidak dapat mengingat stimuli ketika mereka diuji dengan tugas jenis memori yang eksplisit, tetapi mereka dapat mengingat stimuli tersebut ketika diuji dengan jenis tugas memori yang implisit. Beberapa studi dalam hal memori eksplisit dan implisit melukiskan adanya suatu pola yang oleh para peneliti disebut dengan penguraian atau pemisahan diri (dissociation). Suatu dissociation terjadi jika suatu variabel yang mempunyai pengaruh cukup besar pada Tes A, tetapi tidak berpengaruh pada Tes B. Juga, jika suatu variabel mempunyai satu pengaruh jika diukur dengan Tes A, dan mempunyai pengaruh kebalikannya jika diukur dengan Tes B. b. Keadaan terkini untuk memori implisit (The Current Status of Implicit Memory) Penjelasan secara teoritis tentang memori implisit belumlah cukup jelas. Sebagian teori menganggap bahwa sistem memori eksplisit dan memori implisit terpisah dengan jelas. Sebagian teori yang lain menganggap bahwa tugas memori yang eksplisit dan yang implisit hanya mengukur aspek-aspek yang berbeda dari sistem memori yang sama (McBride & Dosher, 1997; Richardson-Klavehn et al., 1996). Robert (1998) mengkaji kemungkinan memori implisit dapat dijelaskan menggunakan istilah dalam pendekatan parallel distributed processing, dan para ahli ilmu syaraf akhir-akhir ini sedang bekerja/meneliti untuk menemukan dasar anatomi bagi memori implisit. Para peneliti yang lain mulai menerapkan informasi baru tentang memori implisit ini di berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan. Para pendidik mungkin ingin mengembangkan tes jenis memori yang implisit ini dibandingkan yang eksplisit. Memori Jangka Amat Sangat Panjang (Very Long-Term Memory) Pada kebanyakan studi yang telah kita diskusikan, para peneliti menunggu untuk

sekitar kurang dari satu jam antara waktu untuk mengkode informasi dan waktu untuk pemanggilannya kembali. Sekarang marilah kita perhatikan performa dari memori dengan waktu penundaan antara pengkodean informasi dan pemanggilannya kembali cukup lama, yaitu beberapa tahun bahkan lebih. Bahrick (1984) mengemukakan nama permastore untuk merujuk memori yang relatif permanen ini, yaitu memori dengan jangka waktu yang amat sangat lama. Riset untuk memori dengan jangka waktu yang amat sangat panjang ini baru dilakukan untuk bidang bahasa matematika. Dengan demikian belum cukup dipunyai hasil studi dari sejumlah bidang lain yang dapat digunakan untuk memprediksi jenis informasi seperti apa yang dapat bertahan dalam waktu yang amat sangat lama dan yang mana yang akan segera dilupakan. Dalam keadaan yang ideal, orang dapat mengingat sejumlah isi/materi dari bidang tertentu, meskipun sudah lebih dari 10 tahun sejak ia pertama kali memperolehnya. Kepakaran (Expertise) Sebegitu jauh, kajian kita terhadap pemanggilan kembali suatu informasi telah menunjukkan bahwa tes memori implicit sering menghasilkan hasil yang berbeda dari tes memori eksplisit. Kita juga telah melihat bahwa orang dapat sering mengingat informasi yang aslinya telah mereka kode beberapa puluh tahun sebelumnya. Kedua hal yang kita diskusikan tersebut difokuskan pada karakteristik dari tugas memori, khususnya untuk jenis dari tugas memori (eksplisit ataukah implisit) dan lamanya waktu penyimpanan informasi tersebut. Selanjutnya kita akan membahas individu yang mempunyai memori seorang pakar dan memori pada individu yang menderita amnesia, sebagai berikut. Kepakaran didefinisikan sebagai suatu prestasi yang tinggi secara konsisten pada suatu set dari tugas-tugas untuk suatu domain, yang dicapai dengan latihan yang disengaja dalam waktu minimal 10 tahun (Ericsson & Lehmann, 1996). a. Konteks dari sifat dasar yang khusus untuk kepakaran (The Context-Specific Nature of Expertise) Para peneliti telah mempelajari memori para pakar dalam sejumlah bidang, seperti

23

dalam permainan catur, olahraga, tari balet, peta, dan notasi musik. Pada umumnya para peneliti telah menemukan bahwa terdapat korelasi positip yang sangat kuat antara pengetahuan seseorang pada suatu bidang dengan prestasi ingatan orang itu pada bidang tersebut. Menariknya seseorang yang pakar pada suatu bidang tertentu jarang yang unggul/menonjol pada ketrampilan memori yang umum (Ericsson & Pennington, 1993; Ericsson & Smith, 1991; Wilding & Valentine, 1997). b. Bagaimana kerja dari pakar dan pemula dapat berbeda? (How Do Experts and Novices Differ?) Memori para pakar mempunyai sejumlah keunggulan dibandingkan dengan memori dari orang yang bukan pakar (Bellezza, 1992a; Ericsson & Kintsch, 1995; Ericsson & Lehmann, 1996; Ericsson & Pennington, 1993; Noice, 1992; Wilding & Valentine, 1997). Keunggulan tersebut antara lain: Para pakar mempunyai struktur pengetahuan yang terkelola dengan sangat baik dan yang telah dipelajarinya dengan teliti. Struktur tersebut mungkin disimpan di long-term working memory sehingga dapat diaksesnya dengan mudah dari memori kerjanya. Para pakar pada umumnya mempunyai gambaran visual yang sangat jelas atau hidup untuk item-item yang harus mereka ingat. Para pakar lebih mungkin untuk mengelola materi yang harus mereka ingat dalam bentuk bagian/potongan-potongan yang dimana secara bersama terkait dengan materi tersebut Para pakar melakukan latihan atau pengulangan untuk mengingat suatu informasi dengan caranya yang unik atau berbeda dengan orang lain. Para pakar mempunyai kelebihan dalam mengkonstruksi bagian yang hilang dalam suatu informasi dari materi yang harus diingatnya. Para aktor yang profesional (Professional Actors) Bagaiman para aktor profesional menghafalkan skenario? Ternyata mereka: (1)

Tidak menghafal seperti biasa, tetapi membacanya berulangkali sambil mencoba menentukan apa motivasi yang ada pada setiap baris? Mengapa muncul kata-kata yang demikian?, (2) Para aktor berusaha penuh menggunakan pemrosesan informasi pada tingkat yang dalam. Ketika mereka sedang mengingat ingat dialogdialog itu, mereka mencoba menggambarkan orang yang mereka ajak berdialog itu dan (3) Para aktor juga meningkatkan keahlian mereka dengan menggunakan banyak cara meningkatkan memori yang telah ditemukan para ahli psikologi dalam riset mereka. Bias dari rasnya sendiri (Own-Race Bias) Informasi dalam hal kepakaran seseorang mempunyai terapan secara praktis untuk kesaksian para saksimata, suatu topik yang akan kita kaji kemudian. Pada umumnya orang lebih akurat dalam mengidentifikasi warga dari etnik (ras)nya sendiri dibandingkan warga dari etnik (ras) lain (Anthony et al., 1992; Bothwell et al., 1989). Gejala yang demikian disebut sebagai bias dari ras. Pada dasarnya orang akan ahli mengenali wajah dari etniknya sendiri dengan siapa dia biasa berinteraksi. Penderita Amnesia (Individuals With Amnesia) Sekarang mari beralih dari individu dengan pengecualian ingatan ke individu yang menderita amnesia, dimana pengalaman memorinya secara substansial berkurang. Contoh kasus H.M, (Milner,1966) penderita epilepsi, dalam usaha untuk menyembuhkan, H.M, menjalani operasi syaraf di otaknya pada tahun 1953. Secara spesifik mereka memindahkan posisi daerah temporal lobenya dan hippocampus nya (suatu daerah yang penting dalam banyak pembelajaran dan tugas-tugas ingatan). Operasinya berhasil dan H.M sembuh dari epilepsi, tetapi operasi ini menjadikan beberapa jenis memorinya hilang. H.M secara akurat dapat mengingat kejadian-kejadian secara akurat sebelum dirawat, dan working memoryinya normal. Namun, dia tidak dapat belajar atau mempertahankan informasi baru. Contohnya setiap orang yang menemui H.M pada hari Senin, pada hari Selasa nampak tidak

25

dikenali lagi. Kelihatannya dia kekurangan kemampuan mentransfer materi dari working memory ke long-term memory (Squire, 1987) Sebagai contoh, pada tahun 1980 dia pindah ke rumah perawatan. Empat tahun kemudian, dia tetap tidak bisa menggambarkan dimana tinggalnya. Beberapa tahun setelah operasi, dia tetap seperti pada tahun 1953. (Corkin, 1984). H.M menderita amnesia anterograde, atau kehilangan memori kejadiankejadian yang terjadi setelah kerusakan otak. Bentuk amnesia lainnya adalah amnesia retrograde, atau kehilangan memori kejadian-kejadian yang terjadi 1 3 tahun sebelum kerusakan otak. Riset menunjukkan bahwa orang yang menderita amnesia anterograde seringkali hampir tidak mengingat apapun sewaktu di tes dengan memori eksplisit, seperti ingatan ataupun pengenalan. Ini berarti bahwa mereka mengerjakan sangat sedikit manakala diminta untuk mengingat dengan sengaja suatu kejadian yang terjadi setelah mereka menderita amnesia. Menariknya, mereka biasanya sungguh akurat dalam tes memori implisit. Riset ini memperkuat perbedaan antara memori eksplisit dan implisit. Riset terhadap penderita amnesia mengingatkan kepada kita bahwa memori adalah suatu proses kognisi yang amat sangat kompleks. Seseorang yang tampaknya tidak dapat mengingat apapun ketika ingatannya dites dengan suatu tugas mengingat tertentu, dapat menunjukkan hasil yang amat baik ketika memorinya diukur dengan tes yang lain. Ringkasan untuk Pemanggilan Kembali dalam Memori Jangka Panjang (Section Summary: Retrieval in Long-Term Memory) Tugas memori yang eksplisit menginstruksikan kepada responden untuk mengingat dan mengenal informasi, sedangkan tugas memori yang implisit meminta partisipan untuk menampilkan pemahaman atau tugas kognitif. Penelitian menunjukkan bahwa orang mungkin mengingat bentuk yang tak bermakna sebulan setelah melihat bentuk tersebut jika diukur dengan suatu tugas memori yang implicit. Namun jika digunakan tugas memori yang eksplisit, bentuk itu telah terlupakan. Penelitian juga menunjukkan bahwa

pemrosesan informasi yang mendalam tidak mempunyai dampak terhadap tugas memori yang implisit, meskipun akan berdampak cukup besar pada suatu tugas memori yang eksplisit. Studi-studi terhadap memori dalam jangka waktu yang amat sangat panjang (permastore) menunjukkan bahwa orang sering mengingat suatu substansi sejumlah informasi yang telah dipelajari beberapa puluh tahun yang lalu, misalnya tentang kosa kata dari bahasa asing, pengetahuan matematika, dan informasi dari kuliah Psikologi Kognitif. Kepakaran mempunyai pengaruh yang penting dalam memori jangka panjang. Penelitian terhadap memori kepakaran seseorang menunjukkan bahwa para pakar mempunyai sejumlah kelebihan, termasuk memiliki struktur pengetahuan yang terorganisaikan dengan sangat baik, mempunyai gambaran yang sangat jelas untuk suatu informasi, mempunyai strategi khusus dalam mengingat atau mengenal sesuatu. Bias dari rasnya sendiri adalah salah satu contoh yang penting dari pengaruh kepakaran seseorang. Individu yang menderita amnesia anterograde sering hamper tidak mengingat apapun ketika diuji dengan tugas memori yang eksplisit, tetapi mereka dapat menunjukkan hasil yang sanat akurat jika diuji dengan tugas memori yang implisit. D. MEMORI yang BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT DIRI SENDIRI (Autobiographical memory) Memori yang berhubungan dengan riwayat diri sendiri yang juga disebut sebagai memori keseharian (autobiographical memory) adalah memori untuk kejadian dan isu isu yang berhubungan dengan diri anda sendiri (Conway & Rubin, 1993). Pada umumnya, riset dalam hal memori yang berhubungan dengan riwayat diri sendiri menguji ingatan dari kejadian-kejadian yang terjadi secara alamiah, diluar yang terjadi di laboratorium. Riset yang demikian ini mempunyai validitas secara ekologi yang tinggi (Eichenbaum, 1997; Koriat & Goldsmith, 1996 ). Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu studi dikatakan mempunyai validitas ekologi yang tinggi jika keadaan dimana

27

penelitian tersebut dilakukan hampir sama atau mirip dengan keadaan yang sebenarnya dimana hasil penelitian tersebut akan diterapkan (Whidey,1996). Beberapa tema penting yang menjalinkan seluruh materi yang dibahas dengan autobiographical memory adalah: (1) Meskipun kita kadang-kadang membuat kesalahan, namun memori kita pada dasarnya dapat akurat pada banyak situasi yang berbeda, (2) Ketika orang membuat kesalahan, pada umumnya karena mereka memperhatikan detail sekelilingnya dan informasi yang spesifik berkaitan dengan kejadian yang biasa, dibandingkan dengan informasi inti tentang kejadian yang penting (Johnson & Sherman, 1990; Schacter, 1995, 1999b), dan (3) Memori kita sering merupakan campuran berbagai informasi yang bersamaan. Kita secara aktif mengkonstruksi suatu memori pada waktu memanggilnya kembali (Ross & Buehler, 1994; Rubin, 1996a). 1. Memori Flashbulb (Flashbulb Memories) Memori flashbulb adalah memori anda untuk situasi dalam hal pertama kali anda belajar atau menerima atau mendapatkan kejadian yang sangat mengejutkan dan emosional (Brown & Kulik, 1977). Contoh kejadian yang termasuk flashbulb bagi warga Amerika Serikat generasi waktu itu adalah saat terbunuhnya Presiden John Kennedy. Tiga puluh lima tahun sudah berlalu, namun sebagian orang masih dapat mengingat apa yang terjadi padanya saat pertama kali mereka mendengar berita yang sangat mengejutkan itu. Anda mungkin dapat mengingat kejadian yang menimpa diri anda dalam kehidupan anda sendiri yang telah memicu memori flashbulb, misalnya meninggalnya orang yang sangat anda cintai, atau adanya berita yang sangat menggembirakan atau kejutan yang benar-benar luar biasa. Kebanyakan dari kita mempercayai bahwa memori kita untuk kejadian-kejadian yang demikian sangatlah akurat. Kita akan melihatnya bahwa ternyata memori yang demikian sering kali tidak seakurat yang kita percayai. a. Riset yang klasik

(The Classic Research) Roger Brown and James Kulik (1977) mencatat bahwa pada dasarnya memori flashbulb pasti tidak seakurat sebuah foto dari flashbulb yang sebenarnya. Untuk menguji memori flashbulb, Brown dan Kulik telah bertanya kepada masyarakat untuk mengetahui apakah suatu kejadian yang berskala nasional memicu memori flashbulb. Enam macam informasi yang mungkin terdaftar dalam memori flashbulb mereka, yaitu: dimana mereka waktu itu, sedang apa, siapa orang yang memberi kabar kepada mereka, bagaimana perasaan mereka waktu itu, bagaimana emosi mereka dalam hal lainnya yang terkait dengan berita tersebut, dan juga akibat dari adanya berita tersebut. Brown dan Kulik menyimpulkan bahwa dua faktor yang menentukan memori flashbulb adalah tingginya tingkat kejutan itu dan tingginya tingkat emosi yang ditimbulkannya. b. Riset yang lebih baru (More Recent Research) Riset yang dilaksanakan pada tahun-tahun terakhir ini telah difokuskan pada apakah memori flashbulb adalah sesuatu yang spesial. Terdapat pro-kontra tentang memori flashbulb. Conway (1995) yang termasuk proflashbulb menganggap bahwa memori flashbulb yang benar adalah mungkin terbentuk ketika suatu kejadian menjadi menakjubkan, penting, dan emosional, dan juga ketika kejadian tersebut mempunyai konsekwensi yang penting untuk dirinya. Neisser dan Harsch (1992) menganggap bahwa orang membuat terlalu banyak kesalahan di dalam mengingat detail tentang kecelakaan pesawat luar angkasa Challenger. Memori untuk kejadian yang bersifat nasional seperti itu tidak tampak luarbiasa kuat. Tentu saja masyarakat mengklaim bahwa memori mereka untuk kejadian tersebut sangat jelas dan akurat, namun faktanya adalah jauh dari sempurna (Brewer, 1992; McCloskey, 1992; Shum, 1998; Weaver, 1993). Mereka yang ragu-ragu terhadap kuatnya memori flashbulb mengakui bahwa memori untuk kejadian nasional yang penting itu mungkin akan menjadi sangat jelas jika mereka mengalami langsung kejadian tersebut. 2. Skema-skema dan Memori yang Berhubungan dengan Riwayat Diri

29

Sendiri (Schemas and Autobiographical Memory) Suatu skema (atau skemata) adalah suatu kecenderungan pengorganisasian informasi yang telah disaring dari pengalaman masa lalu dengan suatu obyek atau suatu kejadian, Kita akan menggunakan skema ini untuk menuntun ingatan kita (Roediger, 1997). Anda perhatikan ciri-ciri umum suatu informasi melalui pembongkaran yang berulang dari hal-hal yang semacam atau mirip dari suatu kejadian (Barclay, 1986). Oleh karena itu, skema-skema yang ada akan memperkenankan anda untuk menyimpan memori yang berkaitan dengan riwayat diri anda sendiri tersebut ke dalam suatu cara/kebiasaan yang terorganisasikan. a. Memori Repisodic (Repisodic Memory) Keterbatasan kapasitas memori menghalangi kita untuk mengingat dengan persis detail tentang kehidupan kita sehari-hari. Konsep dari skema (atau skemata) juga mengesankan bahwa kita dapat salah atau keliru dalam mengingat kejadian yang tidak pernah benar-benar terjadi, sepanjang mereka secara konsep serupa atau mirip skema yang telah kita kembangkan. Lagipula, aspek yang umum dari suatu kejadian mungkin saja menjadi bercampur seiring berlalunya waktu, khususnya jika anda terus menerus mendapatkan pengalaman dari kejadian yang serupa. Memori anda juga menjadi kurang akurat dengan berlalunya waktu. Neisser (1988) menyebut jenis dari ketidakakuratan ini sebagai memori repisodic. Bias dari Konsistensi (The Consistency Bias) Selama mengingat informasi, kita sering menampakkan bias dari konsistensi, yaitu kita cenderung melebih-lebihkan konsistensi antara rasa dan keyakinan kita diwaktu lampau dan kini (Levine, 1997; Robinson, 1996; Schacter, 1999b). Akibatnya, memori kita untuk hal yang telah lalu mungkin sudah berubah. Kita dapat juga mengetahui bahwa skema dapat mempengaruhi memori kita untuk hal yang telah lalu. Skema kita dapat bercampur bersama detail dari kejadian yang berulang (memori repisodic ). Skema tersebut juga dapat mengubah memori kita

tentang perasaan dan keyakinan sebelumnya, sehingga menjadi dengan perasaan dan keyakinan kita saat ini. Memonitor Sumber Informasi (Source Monitoring)

seperti mirip

Sesuatu seperti ini mungkin saja terjadi pada anda: anda meminjam buku pada sebuah teman, dan anda dengan jelas ingat untuk mengembalikannya. Namun, pada hari berikutnya anda dapatkan bahwa buku tersebut masih di atas meja. Nampaknya anda hanya membayangkan telah mengembalikan buku tersebut. Proses untuk mencoba mengidentifikasi memori dan keyakinan yang asli disebut memonitor sumber (source monitoring) (Johnson, 1997). Riset Henkel, dkk (2000) menunjukkan bahwa orang-orang dapat secara salah mengingat kejadian yang tidak benar-benar mereka lihat yaitu ketika mereka sekaligus mendengar kejadian itu dan membayangkan melihatnya. Kesalahan memonitor sumber menjadi lebih biasa manakala orang: (1) Hanya mendengar saja, (2) Hanya membayangkannya saja secara visual, dan (3) Hanya membayangkannya saja, baik secara visual maupun audio. Perhatikan bahwa kita nampaknya menghimpun bukti dari suatu kejadianbaik menurut penglihatan maupun pendengaran, juga baik sebagai persepsi maupun imagery. Suatu kombinasi yang ideal dari memori dapat meyakinkan kita bahwa kita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak pernah benar-benar kita lihat. 4. Kesaksian Para Saksimata (Eyewitness Testimony) Pada tahun 1979, seorang pendeta Katolik tengah menantikan pemeriksaan pengadilan, untuk serangkaian kasus perampokan bersenjata di Delaware. Tujuh orang saksi telah menidentifikasi ia sebagai gentleman bandit" menilik sopan santun dan pakaiannya yang elegan. Selama pemeriksaan pengadilan, banyak saksi yang mengidentifikasi pendeta tersebut sebagai pelaku perampokan. Tiba-tiba pemeriksaan dihentikan, karena munculnya seseorang yang mengaku sebagai pelaku perampokan (Loftus & Ketcham, 1991). Laporan seperti itu menjadikan para ahli psikologi mempertanyakan

31

reliabilitas dari kesaksian para saksi mata. Bayangkan saja, setiap tahun di Amerika Serikat diperkirakan ada sekitar 2.000 sampai 10.000 orang yang dihukum secara salah, berdasarkan kesaksian para saksi mata yang tidak benar. Memori seseorang layak akurat, hanya tidaklah sempurna. Kesaksian para saksi mata , sebagaimana memori yang lain, pada umumnya akurat, hanya laporannya dapat memuat kesalahan. a. Pengaruh Kesalahan Informasi (The Misinformation Effect) Kesalahan pada kesaksian para saksimata dapat sering ditemukan sebagai pengaruh kesalahan informasi. Pada pengaruh kesalahan informasi, seseorang pertama melihat suatu kejadian, dan kemudian setelah itu ia diberi informasi yang menyesatkan. Berikutnya, ia mengingat secara salah informasi yang menyesatkan tadi, dibandingkan kejadian yang benar-benar telah dilihatnya. Pengaruh kesalahan informasi itu menyerupai jenis lain dari interferensi yang disebut interferensi retroactive. b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi keakuratan dari kesaksian saksi mata (Factors Affecting the Accuracy of Eyevitncss Testimony) Sebagaimana dapat anda bayangkan, sejumlah faktor dapat mempengaruhi keakuratan dari kesaksian para saksi mata. Beberapa hal mempengaruhi keakuratan tersebut pada saat pengkodean, sedangkan yang lain mempengaruhi keakuratan pada saat pemanggilannya kembali. Ketidakakuratan atau kesalahan itu menjadi lebih mungkin terjadi jika: (1) perhatian para saksi dikacaukan pada saat kejadian, (2) informasi yang salah yang diterima para saksi mata itu cukup masuk akal, (3) ada tekanan secara sosial kepada para saksi mata, atau jika (4) saksimata tersebut telah diberi umpan balik yang positip. Kontraversi tentang memori yang pulih vs memori yang salah (The Recovered Memory / False Memory Controversy) Di majalah-majalah popular, jarang sekali kita lihat artikel tentang memori kerja, prinsip kekhususan atau penegasan pengkodean, atau tentang memonitor sumber

informasi. Namun, ada satu topik dari psikologi kognitif yang telah menarik perhatian media masa pada beberapa tahun ini, yaitu kontraversi tentang yang pulih dan memori yang salah. Kasus pelecehan seksual, atau kekerasan terhadap anakanak. Bagaimana anak dapat pulih dari traumanya? Dapatkah mereka melupakannya? Bandingkan dengan pengalaman memalukan, misalnya menumpahkan minuman ke gaun pengantin wanita di suatu pesta. Pada kenyataannya, kita harus mennyimpulkan bahwa baik perspektif untuk memori yang pulih maupun memori yang salah, setidaknya ada benarnya sebagian (Schacter, 1996; Schooler et al., 1997). Tentu saja, beberapa orang sungguhsungguh mempunyai pengalaman pelecehan seksual di masa kanak-kanaknya, dan mereka mungkin bisa melupakan kekerasan yang dialaminya tersebut pulih beberapa tahun kemudian, orang yang lain mungkin tidak pernah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanaknya, tetapi suatu sugesti tentang pelecehan atau kekerasan menciptakan memori yang salah dari pengalaman masa kecil yang tidak pernah benar-benar terjadi. 5. Kesaksian Para Saksidengar (Earwitness Testimony) Seperti yang terjadi pada kesaksian para saksi mata, maka kesaksian para saksi dengarpun dapat tidak akurat, bahkan lebih tidak akurat. Selang beberapa hari setelah kejadian, kebanyakan orang tidak lagi mengenali suara orang asing yang telah mereka dengar sebelumnya, kecuali suara itu mempunyai kekhususan. Para peneliti juga mengidentifikasi beberapa kesamaan yang menarik antara kesaksian para saksi mata dan kesaksian para saksi dengar. Mereka juga menemukan adanya hubungan antara kesaksian para saksi dengar dengan penomena bias terhadap rasnya sendiri. Lebih khusus, dalam kesaksian para saksi dengar, seseorang mempunyai kesulitan membedakan suara orang yang bukan dari daerahnya. Ringkasan untuk Memori yang Berhubungan dengan Riwayat Diri Sendiri (Section Summary: Autobiographical Memory) Riset untuk memori yang berhubungan dengan riwayat diri sendiri pada

33

dasarnya mempunyai validitas ekologi yang tinggi. Hasil riset juga menunjukkan bahwa memori kita pada dasarnya akurat, meskipun kita mungkin membuat kesalahan dalam beberapa detailnya dan kita mungkin mencampur jadi satu informasi dari kejadian yang berbeda. Memori flashbulb dan memori gamblang yang lain kaya dengan informasi, tetapi pada dasarnya tidak mesti lebih akurat dibandingkan memori untuk kejadian penting yang lain. Skema memori menjadikan kita untuk membuat kesalahan di dalam mengingat suatu kejadian, sepanjang kejadian tersebut serupa/mirip dengan suatu skema. Kita mungkin juga menunjukkan bias dari konsistensi. Riset dalam hal memonitor sumber informasi menunjukkan bahwa kita mungkin menemui kesulitan menentukan yang mana sesuatu yang benarbenar terjadi, dan mana yang hanya kita bayangkan saja, dan kita mungkin menemui kesulitan menentukan dimana kita telah mempelajari informasi tersebut. Pengaruh dari kesalahan informasi dapat terjadi manakala informasi yang menyesatkan diberikan setelah suatu kejadian dilihat oleh saksi. Kesalahan lebih mungkin terjadi jika perhatian saksi telah dikacaukan, atau jika informasi yang menyesatkan tersebut cukup masuk akal, atau jika ada tekanan secara sosial, atau jika umpanbalik yang positip telah diberikan. Kontraversi kedua sisi dari recovered memory / false memory tampaknya didukung fakta. Sebagian orang mungkin sungguh-sungguh melupakan ingatan masa kanak-kanaknya yang menyakitkan, sebagian mungkin mengingatnya sampai beberapa tahun kemudian, dan sebagian lagi nampaknya mengkonstruksi suatu ingatan tentang perlakuan kejam atau suatu siksaan yang tidak pernah benar-benar terjadi. Riset dalam hal kesaksian para saksidengar lebih tidak biasa dilakukan dibandingkan riset dalam hal kesaksian para saksimata. Orang-orang pada umumnya menemui kesulitan dalam menenali suara orang asing.

You might also like