You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Ilmu pengetahuan alam pada hakekatnya adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Ilmu pengetahuan alam memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan juga proses penemuan itu sendiri. Penemuan diperoleh melalui kegiatan eksperimen yang dapat dilakukan di Laboratorium maupun di alam bebas. Ilmu pengetahuan alam (natural science), merupakan pengetahuan yang mengkaji mengenai gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Pengetahuan Alam Dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan

prinsip-prinsip dasar yang essensial saja. IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau

meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " Sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains menjadi budaya ilmu pengetahuan yang saling mengisi ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science)

-1-

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.Dalam Memahami dan mempelajari IPA digunakan metode ilmiah karena metode tersebut sebagai dasar dari IPA selain itu IPA bemanfaat dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan akademik dan untuk perkembangan serta pengembangan suatu negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH. Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan diatas tadi, maka dapat dibuat perumusan masalah, yaitu : 1. Bagaimanakah perkembangan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam ? 2. Apa perbedaan motede ilmiah dan metode non-ilmiah ? 3. Memahami lebih dalam tentang metode ilmiah dan metode ilmiah sebagai dasar dari IPA ? 4. Apa saja ruang lingkup IPA dan mengembangkannya untuk pembangunan ?

1.3 TUJUAN. Adapun tujuan yang penulisan makalah ini yaitu : 1. Mempelajari IPA serta perkembangan dan pengembangannya. 2. Membedakan metode ilmiah dan metode non-ilmiah. 3. Memahami metode ilmiah. 4. Memahami metode ilmiah sebagai dasar IPA.

-2-

5. Memahami ruang lingkup ipa dan dapat mengembangkan untuk tujuan pembangunan.

1.4 METODE PENULISAN. Dalam penulisan metode ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu menggambarkan dan menjelaskan permasalan yang di bahas pada bab pembahasan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kata-kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber atau penulis lain harap dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.

-3-

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PERKEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. 2.1.1. Pengertian Menurut H. W. Fowler. IPA yaitu ilmu yang sistimatis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Secara epistemologis dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan yang ada saat ini merupakan hasil dari akumulasi pengetahuan yang terjadi dengan pertumbuhan, pergan-tian dan penyerapan teori. Berkembangnya peralatan analisis juga mendorong semakin berkembangnya ilmu. Contoh epistemologi ilmu dimana terjadi perubahan teori dan pergeseran paradigma terlihat pada

perkembangan teori atom, teori pewarisan sifat dan penemuan alam semesta. Dalam perkembangan ilmu, suatu kekeliruan mungkin terjadi terutama saat pembentukan paradigma baru. Contohnya adalah Perkembangan teori tata surya, Prediksi peredaran matahari, bintang, bulan dan gerhana sudah dilakukan bangsa Baylonia, 4000 tahun yang lalu. Kosmologi Yunani (4SM) menyatakan bumi pusat dan semua benda langit mengitari bumi. Konsep ini dipatahkan Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat sistem tata surya dan bumi bergerak

-4-

mengelinginya dalam orbit lingkaran. Teori Copernicus menjadi landasan awal pengembangan ilmu tentang tata surya.

2.1.2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam a. Zaman Kuno Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu. Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis membaca dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu, tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh ini juga digunakan untuk pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit sama dengan 1 derajad dan satu lingkaran penuh sama dengan 360o. Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi kira-kira 3000 SM. Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun piramid di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil. Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang lebih tahun 1.600 SM orang mesir telah menghitung

-5-

keliling lingkaran sama dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat kelilingnya.

b. Zaman Yunani Kuno Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali pada zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima pengetahuan sebagaimana adanya tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab tentang asal-usul dan sebab-akibat dari segala sesuatu. Pythagoras (580-499 SM) Mengemukakan 4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api. Dalam bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah segi tiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi sikusikunya. Plato (427-345 SM) Menyangkal teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu timbul dari sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah yang telah dibawa oleh roh dari alam yang gaib. Aristoteles (384-322 SM) Menerima 4 unsur dasar: tanah, udara, air dan api dan menambahkan unsur yang kelima yaitu eter atau "quint essentia". Ia menganggap unsur yang satu dapat berubah menjadi unsur yang lain, kecuali eter yang tak dapat berubah.

-6-

Pendapat Aristoteles yang lain adalah bahwa untuk mencari pengetahuan yang benar adalah dengan jalan pikiran secara deduktif. Berbeda dengan Plato, Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan yang benar itu berasal dari dunia yang gaib. Melainkan menghargai pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan pancaindera. Ptolomeus (127-151) Berpendapat bahwa bumi sebagai pusat jagat raya, bintang dan matahari mengelilingi bumi (geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya sendiri dan terletak antara bumi dan bintang. Karya Ptolomeus ditulis sekitar tahun 150 dan diberi nama Syntaxis, yang kemudian oleh bangsa Arab dinamakan Almagest yang menjadi ensiklopedia dalam ilmu perbintangan. Pendapat dan pandangan dari Aristoteles serta Ptolomeus berpengaruh sangat lama sampai dengan menjelang zaman modern, yaitu sampai zaman Galileo, Geosentrisme diganti dengan heliosentris (matahari sebagai pusat jagat raya). c. Zaman Pertengahan - Zaman Alkimia (abad 1-2) Ahli alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga lagi, yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini pengertian usur lebih dimaksudkan sebagai sifatnya daripada unsur itu sendiri. Zaman Latrokimia (latros = Tabib) Sampai dengan tahun 1400, perkembangan ilmu pengetahuan alam hampir tidak bearti, karena semuanya masih didasarkan atas pengetahuan Yunani terutama paham Aristoteles. Perkembangan yang

-7-

lebih penting dilakukan di Arab. Pada zaman keemasan Islam, pengaruh bangsa Arab sangat menonjol. Daerah kekuasaan Islam mulai dari India ke barat sampai Spanyol dan Portugal. Karya-karya Yuniani diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Oleh cendekiawan Islam buku-buku Yunani dipelajari, dikembangkan dan diperkaya. Jasa orang Arab (orang Islam) adalah memelihara pengetahuan dan memperkaya karya Yunani, yang kemudian dipelajari oleh orang-orang Eropa. Beberapa cendekiawan Islam diantaranya : Al Khowarisni (825) Menyusun buku Aljabar dan Artimatika yang kemudian mendorong penggunaan sistim desimal. Menurut catatan sejarah karya Al Khowarisni merupakan pengembangan dari karya bangsa Hindu yang bernama Aryabhata (476) dan Brahmagupta (628). Kemudian Omar Khayam (1043-1132) ahli matematika dan astronomi; Abu Ibnusina (atau Avicenna, 9801137) menulis buku tentang kedokteran. Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam

pengembangan pengetahuan alam adalah: 1) Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani,

mengembangkannya dan kemudian menyebarkan ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan di Eropa. 2) Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas pengamatan dalam lapangan kedokteran, obat-obatan,

astronomi, kimia dan biologi. 3) Memantapkan penggunaan sistim penulisan bilangan dengan dasar sepuluh dan ditulis dengan posisi letak, artinya nilai suatu angka terletak pada letaknya.

-8-

Contoh : Bilangan 2132 = paling depan berarti dua ribuan, berturut-turut kebelakang, satu ratusan, tiga puluhan dan dua satuan. d. Zaman Modern Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai abad pertengahan sudah banyak tetapi belum sistimatis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran tertentu. Biasanya pemikiran diwarnai cara berpikir filsafat, agama atau bahkan mistik. Setelah alat sempurna dikembangkan metode eksperimen. Leonardo da Vinci (1452-1519) Pernah menyatakan bahwa: Percobaan tidak mungkin sesat, yang tersesat adalah pandangan dan pertimbangan kita. Francis Bacon (1561-1626) Berpendapat bahwa cara berfikir induktif merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran. Hanya percobaan dan penyelidikan yang menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam. Mulai saat itu kegiatan eksperimen ditingkatkan sehingga cara memperoleh

pengetahuan dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Observasi dan pengumpulan data 2) Menyusun model atau ramalan generalisasi 3) Melakukan eksperimen untuk menguji ramalan atau generalisasi sehingga diperoleh kesimpulan atau hukum yang lebih mantap. Nicolas Copernicus (1473-1543) Ahli astronomi, matematika dan pengobatan. Karyanya adalah:

-9-

1) Matahari adalah pusat dari sitim tatasurya (heliosentrisme) 2) Bumi mengelilingi matahari sedangkan bulan mengelilingi bumi.

Johannes Keppler (1571-1630) 1) Orbit dari semua planet berbentuk elips. 2) Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintas bidang yang luasnya sama 3) Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi matahari adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu dengan matahari. Galileo Galilei (1546-1642) Antara lain menemukan 4 hukum gerak, penemuan tata bulan planet Jupiter, mendukung heliosentrisme dari Copernicus dan hukum Keppler. Ia juga menyatakan bahwa bulan tidak datar, penuh dengan gunung, planet Mercurius dan Venus tidak memancarkan cahaya sendiri dan juga menemukan 4 buah bulan pada planet Jupiter. Penemuannya ini didasarkan atas pengamatan dengan alat teropong bintangnya.

2.1.3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam semakin berkembang seiring dengan perjalanannya dari masa ke masa, sehingga manusia mengelompokkan Ilmu Pengetahuan Alam menjadi beberapa kelompok, diantaranya Sains Fisik dan Sains Hayati.

-10-

Ilmu Pengetahuan Alam Sains Fisik Fisika Kimia Astronomi Geologi Mineralogi Geografi Geofisika Meteorologi Oseanologi Dll Sains Hayati (Biologi) Botani Zoologi Mikrobiologi Kesehatan Palaentologi Fisiologi Taksonomi Dll

Didukung oleh Matematika/Statistika dan Informatika

2.2. MEMBEDAKAN METODE ILMIAH DAN METODE NON ILMIAH Penelitian dapat digolongkan dalam dua, sesuai dengan ukuran kwalitasnya yaitu penelitian ilmiah dan penelitian tidak ilmiah atau yang dilakukan oleh orang awam. Penelitian tidak ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan muatanmuatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian tidak ilmiah adalah penelitian yang coraknya subyektif. Sedangkan penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsipnya yang

-11-

mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan, berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai teori-teori) yang telah dihasilkan dalam penelitianpenelitian terdahulu, dan tujuannya adalah untuk menambah atau menyempurnakan teori yang telah ada mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian. Berbeda dengan penelitian tidak ilmiah, penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan; eksperimen, generalisasi, dan verifikasi juga dilakukan dalam kegiatan-kegiatan penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian tertentu sesuai dengan tujuan penelitiannya. Metode ilmiah berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud melalui apa yang dialami oleh pancaindera, khususnya melalui pengamatan dan pendengaran. Sehingga jika suatu pernyataan mengenai gejala-gejala itu harus diterima sebagai kebenaran, maka gejala-gejala itu harus dapat di verifikasi secara empirik. Jadi, setiap hukum atau rumus atau teori ilmiah haruslah dibuat berdasarkan atas adanya bukti-bukti empirik.

-12-

Aspek Pendekatan thd masalah Konsep/teori

Non-Ilmiah Intuitif Ambigu

Ilmiah Empiris Jelas, sepsifik operasional,

Hipotesis Observasi gejala Alat ukur

Tidak dapat dibuktikan Tidak terkontrol, seadanya Tidak akurat, tidak tepat, tidak sesuai

Dapat dibuktikan Sistematis, terkontrol Akurat, tepat, sesuai

Pengukuran Kontrol Pelaporan hasil penelitian Sikap peneliti

Tidak valid, tidak reliabel Tidak ada Bias, subjektif Tidak kritis, menerima apa adanya

Valid, reliabel Selalu dilakukan Tidak bias, objektif Kritis, bukti skeptis, mencari

Penyimpulan

terhadap

Menghubungkan

dua

Mencari hubungan antar variabel secara sistematis Dapat diulang

hubungan antar variabel Sifat peneltian

kejadian tanpa pengujian Tidak dapat diulang

-13-

2.3. MEMAHAMI METODE ILMIAH 2.3.1. Prinsip Dasar Metode Ilmiah Adanya teori yang mendasari penyusunan hipotesis. Adanya observasi dan pengukuran yang sistematis, objektif, dan terkontrol. Adanya keterbukaan untuk melakukan koreksi terhadap kesalahan dan keterbukaan akan perbedaan pendapat dengan ilmuwan lain Adanya kemungkinan untuk mengulang penelitian.

2.3.2. Sifat dari penelitian: 1. Pasif, hanya ingin memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan 2. Aktif, ingin memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesa. 3. Posisi penelitian sendiri pada umumnya adalah

menghubungkan: Keinginan manusia, permasalahan yang timbul, ilmu pengetahuan, dan metode ilmiah.

2.3.3. Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah: 1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas; 2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik; 3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas 4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis; 5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
-14-

6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna; 7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat; 8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.

Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :

1. Sistematik Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.

2. Logis Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.

3. Empirik artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.

-15-

Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu : a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain). b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).

4. Obyektif, artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.

5. Replikatif, artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan denganmetode,kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti. Metode ilmiah.Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Merasakan atau mengenal adanya suatu masalah dan ada keinginan untuk memecahkan masalah itu. 2. Merumuskan masalah, untuk memperjelas masalah dan

mempermudah langkah-langkah dalam pemecahan masalahnya. 3. Mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah tersebut, caranya: Melalui pengamatan / observasi Mencari informasi dari buku-buku (studi referensi) Mencari informasi dari orang-orang yang dianggap banyak mengetahui tentang masalah itu (recource person).

-16-

4. Menyeleksi dan mengklasifikasikan data. Data yang terkumpul diseleksi, yang tidak ada hubungannya dengan masalah dibuang. Data yang diseleksi kmd diklasifikasikan atau digolonggolongkan sesuai dengan jenisnya/katagorinya. Kemudian data itu disusun misalnya dalam bentuk tabel/tabulasi data atau grafik. 5. Merumuskan hipotesis, yaitu merumuskan jawaban-jawaban yang sifatnya sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya. 6. Melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis. 7. Mengambil kesimpulan dari hasil eksperimen. Sering kesimpulan yang diperoleh perbentuk konsep atau hokum. 8. Merumuskan teori.

-17-

2.4. METODE ILMIAH SEBAGAI DASAR IPA.

Proses IPA sebagai suatu unsur yang dinamis yang menyebabkan pengetahuan tentang IPA menjadi bertambah dan berkembang, melalui suatu metode yaitu metode ilmiah. Dalam penelaahan objek selalu menggunakan metode ilmiah sehingga ia akan menemukan kebenaran ilmiah atas objek tersebut. Dalam penelaahan itu, akan ditemukan kebenaran-kebenaran yang selanjutnya disusun secara sistematis sehingga mudah untuk di pelajari dan dikembangkan lebih lanjut. Pada akhirnya tersusunlah kebenaran-kebenaran umum yang disebut ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak sehingga ilmuwan berikutnya dapat menguji, membantah,dan

mengoreksi kembali. Segala kebenaran yang terkandung dalam Ilmu Alamiah terletak pada metode ilmiah, kelebihan dan kekurangan IPA di tentukan oleh metode ilmiah.

2.5. MEMAHAMI RUANG LINGKUP IPA DAN DAPAT MENGEMBANGKAN UNTUK TUJUAN PEMBANGUNAN.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala yang terjadi di Alam melingkupi seluruh alam semesta dan isinya. Ilmu Pengetahuan Alam, berasal dari sifat manusia yang memiliki rasa ingin tahu. Misalnya, Newton yang awalnya ingin tahu mengapa buah apel jatuh dari pohonnya,setelah dilakukannnya percobaan sehingga terciptalah teori Gravitasi. Pada awalnya manusia hanya ingin meneliti tentang kejadian yang terjadi di alam, kebanyakan dari mereka selalu berpikir tentang mengapa dan apa yang menyebabkan

terjadinya suatu kejadian.


-18-

Manusia meneliti alam semesta dari rasa ingin tahunya, sehingga berkembanglah ilmu IPA yang awalnya mengadopsi dari kejadian kejadian yang terjadi di alam, ilmu IPA di gunakan untuk menutupi kekurangan manusia, sehingga terciptalah Teknologi dari Ilmu

Pengetahuan Alam, misalnya pesawat terbang tercipta, kapal selam tercipta, dan teknologi teknologi lainnya yang memudahkan manusia dalam melakukan pekerjaan, baik dalam pembangunan maupun perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tujuan dari pembangunan tersebut bisa dikatakan sebagai upaya untuk merubah pemikiran manusia tradisional menjadi manusia modern dengan bantuan Ilmu Pengetahuan Alam. IPA dan Teknologi digunakan untuk mempertahankan hidup dan memajukan kehidupan manusia.

-19-

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN IPA yaitu ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. ilmu pengetahuan yang ada saat ini merupakan hasil dari akumulasi pengetahuan yang terjadi dengan pertumbuhan, pergan-tian dan penyerapan teori. Penelitian dapat digolongkan dalam dua yaitu penelitian ilmiah dan penelitian tidak ilmiah. Penelitian tidak ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, sedangkan penelitian ilmiah menggunakan metode sistematik dan bersifat empiris untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsipprinsipnya yang mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak sehingga ilmuwan berikutnya dapat menguji, membantah,dan mengoreksi kembali. Ilmu Pengetahuan Alam di gunakan untuk menutupi kekurangan manusia, memudahkan kehidupan manusia, dan untuk membangun peradaban manusia.

3.2 SARAN Setelah menarik kesimpulan, oleh karenanya kami menyarankan kepada pembaca agar lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan IPA karena sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

-20-

Metode yang digunakan dalam memahami IPA bisa bermacammacam. IPA tidak saja bermanfaat dalam bidang pendidikan di akademik tetapi juga sangat berpengaruh dalam perkembangan dan pengembangan suatu negara. Ilmu Pengetahuan Alam di gunakan untuk menutupi kekurangan manusia, memudahkan kehidupan

manusia, dan untuk membangun peradaban manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

-21-

DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Drs. Maskoeri; 2010, Ilmu Alamiah Dasar Edisi Revisi 18, Jakarta : Rajawali Pers. http://www.scribd.com/doc/9469039/Perkembangan-IPA. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0610768_chapter1. http://nanikdn.staff.uns.ac.id/files/2011/05/ipa-pembangunan1.

-22-

You might also like