You are on page 1of 49

MIKROHABITAT DAN RELUNG EKOLOGI HAMA WALANG SANGIT (Heteroptera:Leptocorisa sp) DAN BELALANG (Orthoptera:Locus sp) PADA TANAMAN

PADI SAWAH

SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Disusun Oleh : Nama NIM Jurusan Fakultas : Agung Sepdia Budiharsanto : 4404000035 : Biologi : MIPA

Program Studi : Biologi S1

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Mikrohabitat dan Relung Ekologi Hama Walang Sangit dan Belalang pada Tanaman Sawah. Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang pada : Hari Tanggal : : Rabu 1 Februari 2006 Panitia Ujian Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi I. S.,M.S. NIP. 130781011 Pembimbing I

Ir. Tuti Widianti, M.BioMed NIP. 130781009 Anggota Penguji

Drs. Kukuh Santosa NIP. 130529949 Pembimbing II

Drs. Bambang Priyono M.Si NIP. 131803129

Ir. Dyah Rini Indriyanti M.P. NIP. 131916036

Drs. Kukuh Santosa NIP. 130529949

Ir. Dyah Rini Indriyanti, M.P. NIP. 131916036

ii

ABSTRAK

Serangga hama walang sangit dan belalang yang makan tanaman padi hanya makan pada bagian tertentu serta mendiami tempat yang paling sesuai bagi pemenuhan persyaratan hidupnya. Populasi berbagai jenis serangga dengan keperluan sumber daya yang sama, tidak dapat berkoeksistensi dengan keperluan sumber daya yang menyebabkan terjadinya pemisahan relung ekologi. Permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pemisahan mikrohabitat dan relung ekologi serangga serta bagaimanakah perkembangan hama walang sangit dan belalang pada tanaman padi selama fase vegetatif dan fase generatif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemisahan mikrohabitat dan relung ekologi serangga serta mengetahui perkembangan populasi hama walang sangit dan belalang dalam fase vegetatif dan fase generatif pada tanaman padi. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah perumahan Sri Gading desa Sekaran seluas 5 m x 6 m Kecamatan Gunung Pati, Kodya Semarang pada bulan Juni-Juli 2005. Populasi dalam penelitian ini adalah hama walang sangit dan belalang pada area tanaman padi, dan sampelnya adalah hama walang sangit dan belalang yang dijumpai pada bagian batang, daun, dan buah pada fase generatif dengan luas lahan 5m x 6 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrohabitat hama walang sangit adalah pada bagian buah sedangkan mikrohabitat hama belalang adalah pada bagian daun dan hama walang sangit pada bagian buah tanaman padi. Relung aktivitas pada serangga hama walang sangit dan belalang adalah diurnal. Populasi hama walang sangit berkembang pesat pada saat tanaman padi memasuki fase masak susu, sedangkan hama belalang pada saat tanaman padi yang masih berdaun muda. Mengingat jenis serangga hama yang sama dapat menempati relung yang berbeda, penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda.

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: Bacalah dengan rnenyebut nama Tuhanmu Dia yang mengajarkan kita apa yang tidak diketahuinya (Agung, 1982) Gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya dan raihlah dengan penuh kesabaran di dalam berusaha Keberhasilan hari ini merupakan usaha dan kegagalan kemarin

Persembahan : Setetes peluh dan segoresan tinta ini kupersembahkan untuk: 1. Tuhan YME atas segala anugerah-Nya 2. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan limpahan doa dukungan ananda 3. Kakakku Pratomo dan Adekku Karma 4. Teman-teman Virus Closs Biologi 2000 Adib, Anis, Anisa, Rossi, Samsul terima kasih atas keberhasilannya 5. Seseorang yang telah memberiku masukan dan doa, kritik selama ini 6. Teman-teman kost Wideng serta pengorbanannya untuk

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan, melapangkan dada dan menempatkan orang-orang berilmu pada derajat yang lebih tinggi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan awal hingga akbir yang berjudul Mikrohabitat dan Relung Ekologi hama Walang Sangit dan Belalang pada Tanaman Padi di Sawah. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu maka penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi 2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang atas bantuannya dalam memperlancar administrasi penyusunan skripsi. 3. Ir. Tuti Widianti, M. BioMed selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang atas bantuannya dalam kelancaran administrasi penyusunan Tugas Akhir / skripsi 4. Drs. Kukuh Santosa sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan saran-sarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik 5. Ir. Dyah Rini Indriyanti, M.P. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan saran-sarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun skripsi ini namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dan sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dan semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Semarang, Oktober 2005 Penulis

vi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ABSTRAK ............................................................................................................ MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI......................................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... B. Permasalahan ...................................................................................... C. Penegasan Istilah................................................................................. D. Tujuan Penelitian ................................................................................ E. Manfaat Penelitian .............................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrohabitat dan Relung Ekologi....................................................... B. Serangga Hama ................................................................................... C. Serangga Hama Tanaman Padi ........................................................... D. Biologi Belalang dan Walang Sangit .................................................. E. Biologi Tanaman Padi......................................................................... BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. B. Alat dan Bahan.................................................................................... C. Langkah-langkah Penelitian................................................................ 20 20 21 7 10 14 15 17 1 4 4 5 6 i ii iii iv v vii ix x

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Mikrohabitat dan Relung Makan Hama Walang Sangit dan Belalang ...................................................................................... 1. Pemisahan Mikrohabitat Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang ....................................................................................... 2. Pemisahan Relung Makan Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang................................................................................. B. Pemisahan Relung Waktu (Aktivitas) Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang ....................................................................................... C. Hama Walang Sangit dan Belalang yang Tertangkap selama Fase Vegetatif dan Fase Generatif ...................................................... BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ............................................................................................. B. Saran.................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... LAMPIRAN.......................................................................................................... 33 33 34 35 22 23 24 26 29

viii

DAFTAR TABEL Halaman 1. Pemisahan Mikrohabitat dan Relung Ekologi Hama Walang Sangit dan Belalang pada Fase vegetatif. ......................................................................... 22 2. Pemisahan Mikrohabitat dan Relung Ekologi Hama walang Sangit dan Belalang pada Fase Generatif. ........................................................................ 3. Pengamatan Jumlah Serangga Hama Belalang dan Walang Sangit Tanaman Padi Fase Vegetatif. ........................................................................ 4. Pengamatan Jumlah Serangga Hama Belalang dan Walang Sangit Tanaman Padi Fase Generatif. ........................................................................ 5. Serangga Hama Belalang yang Tertangkap Selama Fase Vegetatif............... 6. Serangga Hama Walang Sangit yang Tertangkap Selama Fase Generatif. .... 7. Pengamatan Parameter Ekologi 8. Populasi Hama Belalang Selama Fase Vegetatif. ........................................... 9. Populasi Hama Walang Sangit Selama Fase Generatif................................... 22 26 27 29 30 36 37 37

ix

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Klasifikasi serangga hama belalang (Locus sp) dan walang sangit (Leptocorisa sp) .............................................................................................. 35 2. Pengamatan parameter ekologi ....................................................................... 3. Populasi hama belalang pada fase vegetatif dan hama walang sangit pada fase generatif ......................................................................................... 4. Grafik populasi hama belalang selama fase vegetatif dan hama walang sangit selama fase generatif................................................................ 5. Foto hasil penelitian ........................................................................................ 36 37 38 39

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan pokok yang banyak mengandung karbohidrat, kalori dan protein. Tanaman padi seperti halnya tanaman lainnya, peka terhadap serangan hama dan penyakit. Usaha untuk mengatasi serangan hama dan penyakit tersebut sudah diupayakan antara lain dengan penanaman verietas padi jenis unggul yang tahan hama, tetapi ancaman serangan hama tetap selalu ada (AAK,1990). Pada penelitian ini digunakan tanaman padi kultivar Fatmawati karena merupakan varietas baru dan unggul yang baru dikembangkan saat ini. Deskripsi tanaman padi kultivar Fatmawati adalah sebagai berikut (Anonim,2003). Padi kultivar Fatmawati merupakan persilangan antara varietas BP68C-MR-1-3-2 dengan varietas Maros termasuk golongan cere (India) yang kadang-kadang berbulu. Umur tanaman 105-115 hari, tinggi tanaman 95-110 cm, anakan produktif 8-14 batang, warna batang hijau, warna daun hijau tua dan permukaannya berbulu halus. Bentuk gabah langsing dan warnanya kuning bersih, kerontokan sedang. Jumlah gabah per malai lebat 100-300 butir gabah per malai, tekstur nasi pulen dan kadar amilosa 23%. Peka terhadap hama wereng coklat, walang sangit, penggerek batang padi, belalang, pada tanaman padi akan mengalami kerusakan dengan gejala pada daun terdapat

bercak-bercak bekas isapan oleh nimfa walang sangit, pada bagian buah padi terdapat bintik-bintik hitam bekas tusukan hama dan buah biasanya hampa (AAK,1990). Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan serangga hama sama seperti pertumbuhan perkembangan hewan lain. Serangga hama membutuhkan makanan yang mengandung gizi yang diperlukan oleh tubuh hama tersebut, tidak setiap hama memakan seluruh tumbuhan, hanya makan bagian tertentu dari tanaman tersebut : bagian akar, batang, daun, bunga jantan dan buah. Serangga hama tersebut akhirnya mempunyai kepentingan yang berbeda sesuai dengan makanan yang dibutuhkan dan kondisi lingkungan yang mendukung kelangsungan hidupnya, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan adanya persamaan kepentingan dan kebutuhan, yang menyebabkan terjadinya persaingan, sehingga jenis serangga hama yang menang akan menempati lingkungan tersebut. Hipotesis Gause menyatakan bahwa populasipopulasi berbagai jenis serangga dengan keperluan sumber daya yang sama tidak dapat berkoeksistensi dalam waktu tidak terbatas dan hal ini akan menyebabkan terjadinya pemisahan relung dan pemanfaatan sumber daya (Desmukh, 1992). Walang sangit menyerang tanaman padi pada bagian buah padi yang masih dalam keadaan masak susu. Walang sangit menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan buah padi yang masih dalam keadaan masak susu dan menyebabkan buah menjadi hampa, walaupun buah padi yang terkena serangan dapat berkembang namun kualitas dan hasilnya rendah warnanya menjadi coklat dan rasanya tidak enak. Walang sangit memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Mikrohabitat walang sangit terdapat pada bagian buah pada tanaman padi.

Belalang menyerang tanaman padi pada bagian daun yang masih muda berumur 45 hari pada fase vegetatif. Alat mulut pada belalang menggigit dan mengunyah dicirikan dengan adanya mandibula yang berfungsi untuk memotong bahan makanan dan bersama bagian lain digunakan untuk mengunyah makanan. Pada bagian tanaman padi yang diserang hama belalang akan ditandai bekas gigitan dan pertumbuhan menjadi terhambat. Mikrohabitat belalang terdapat pada bagian daun dari tanaman padi yang masih muda. Kerusakan tanaman atau bagian tanaman yang disebabkan oleh serangga hama yang menempatinya menyebabkan kondisi tanaman tidak normal. Kondisi tanaman tidak normal dapat mengganggu terbentuknya bunga dan buah, sehingga mutu ataupun jumlah produksi akan mengalami penurunan. Serangga dalam mempertahankan kelangsungan hidup memerlukan makanan. Banyak aktivitas serangga yang berkaitan dengan makanan menemukan makanan dan memakan, kelakuan makan seekor serangga, apa yang dimakan dan bagaimana serangga itu makan, biasanya menentukan kepentingan ekonomik serangga. Serangga hama yang menyerang tanaman atau makan pada bagian tanaman tertentu merupakan serangga fitofagus (Borror, 1992). Cara hidup serangga fitofagus beragam ada yang hidup di permukaan tanaman, tinggal dalam jaringan tanaman dengan cara mengebor, ada juga yang hidup dari dalam tanah di sekitar perakaran. Oleh karena itu pada setiap tanaman dapat hidup bermacam-macam serangga. Serangga tersebut akan mendiami tempat yang paling sesuai bagi pemenuhan persyaratan hidupnya. Tempat yang paling sesuai

tersebut dinamakan mikrohabitat. Di mikrohabitat tersebut serangga akan terkonsentrasi dan beradaptasi baik secara fisiologi, struktural dan perilaku yang sering disebut relung ekologi. Relung ekologi suatu makhluk hidup tidak hanya tergantung pada tempat hidup tetapi juga pada apa yang diperbuat. Jenis serangga yang dapat beradaptasi paling baik akan dapat memanfaatkan sumber daya secara optimal. Bagian-bagian tanaman padi seperti akar, batang, daun, bunga jantan dan buah merupakan sumber daya bagi serangga fitofagus, namun kemampuan serangga hama yang berbeda-beda dalam berkoeksistensi menyebabkan pemisahan baik mikrohabitat dan relung ekologi, sehingga serangga yang menempati pada bagian tanaman padi akan berbeda jenisnya. Jenis serangga hama yang sama sering kali menempati relung ekologi yang berbeda bila berada di kawasan yang berbeda, tergantung pada komunitas dan kondisi lingkungan setempat (Odum, 1993). Atas dasar hal tersebut akan dilakukan penelitian tentang keanekaragaman jenis, pemisahan mikrohabitat dan relung ekologi serangga hama tanaman padi. Sebagai langkah pertama yang akan dilakukan adalah inventarisasi jenis-jenis serangga hama yang terdapat pada tanaman padi.

B. Permasalahan Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pemisahan mikrohabitat dan relung ekologi hama walang sangit dan belalang pada tanaman padi. 2. Bagaimana perkembangan hama walang sangit dan belalang tersebut dalam relung waktu makan selama fase vegetatif dan fase generatif. C. Penegasan Istilah Pada penelitian dengan judul Mikrohabitat dan Relung Ekologi Hama Walang Sangit dan Belalang pada Tanaman Padi Sawah, supaya tidak terjadi salah pengertian dalam memahami permasalahan penelitian ini maka perlu pembatasan istilah antara lain : 1. Mikrohabitat adalah lingkungan yang paling cocok dan paling akrab hubungannya dengan hewan. Mikrohabitat yang dimaksud dalam hal ini adalah bagian-bagian tanaman padi yang ditempati oleh serangga hama meliputi bagian batang, daun, bunga dan buah. 2. Relung ekologi adalah status fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempati berdasarkan adaptasi fisiologi, struktural dan perilaku. Untuk membatasi dimensi biotik relung ekologi, pemisahan relung ekologi yang akan diamati adalah pemisahan relung makan dan relung aktivitas serangga hama. Relung makan meliputi status fungsional serangga hama berdasarkan makanannya pada bagian tanaman padi. Relung aktivitas meliputi status fungsional serangga hama tersebut berdasarkan waktu aktif pada siang atau malam hari.

3.

Fase generatif dan vegetatif tanaman padi Pada fase generatif atau pemasakan buah biasanya disukai oleh hama walang sangit karena pada fase ini walang sangit menghisap cairan buah padi yang masih dalam keadaan masak susu, sedangkan fase vegetatif disukai oleh hama belalang karena akan menggigit dan mengunyah daun padi dan akan menimbulkan bekas gigitan pada daun padi yang masih muda. Bunga padi pada umumnya mengalami penyerbukan sendiri, namun kadang-kadang penyerbukan silang. Penyerbukan silang berkisar antara 1 % - 5 %, pemasakan bulir malai ada 4 stadia yaitu masak susu, masak kuning, masak penuh, masak mati (AAK,1990).

4.

Walang Sangit (Heteroptera : Leptocorisa sp) dan Belalang (Orthoptera : Locus sp)

Walang sangit memiliki alat mulut tipe penusuk dan penghisap, memiliki bau yang sangit, bertubuh ramping dan memanjang, kepala kecil, pada stadium muda berwarna hijau, sedangkan pada stadium tua berwarna coklat. Belalang memiliki alat mulut tipe penggigit dan pengunyah, jantan memiliki alat penghasil suara yang terletak di abdomen atau tibia. D. Tujuan Penelitian Pada penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah : 1. Mengetahui pemisahan mikrohabitat setiap jenis serangga hama walang sangit dan belalang yang menempati tanaman padi.

2.

Mengetahui relung ekologi setiap jenis serangga hama walang sangit dan belalang yang menempati pada tanaman padi.

E. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Menambah pengetahuan tentang hama walang sangit dan belalang yang terdapat pada tanaman padi, fenomena pemisahan mikrohabitat dan relung ekologinya. 2. Dengan mengetahui mikrohabitat dan relung ekologi hama walang sangit dan belalang memberi kemudahan pada para petani dalam mengatasi seranggaserangga hama tanaman padi. 3. Pemisahan mikrohabitat dan relung ekologi tanaman padi dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar ekologi hewan. 4. Menambah pengetahuan tentang perkembangan populasi serangga hama pada tanaman padi.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh hubungan fungsional tingkat-tingkat tropik, misalnya jumlah perumputan atau pemangsaan sangat mempengaruhi keanekaragaman dari komunitas yang dimangsa. Komunitas dalam lingkungan yang mantap mempunyai jenis yang lebih tinggi daripada komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia atau alam (Odum, 1993). Pada komunitas yang baru terbentuk keanekaragamannya cenderung rendah. Keanekaragaman serangga hama pada tanaman padi terjadi karena setiap serangga hama memerlukan bagian dari seluruh tanaman padi untuk dihuni sebagai mikrohabitat dan dipilih sebagai relung ekologi. Contoh hama serangganya : Walang sangit dan Belalang. B. Mikrohabitat dan Relung Ekologi Kehadiran populasi serangga di suatu lahan pertanian dan penyebarannya (distribusinya) selalu berkaitan dengan habitat dan relung ekologi. Habitat suatu serangga adalah tempat serangga itu hidup atau tempat serangga untuk menemukan makanan.(Odum, 1993).

9 Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam (Kramadibrata,1996) yaitu : 1. Habitat yang konstan Yaitu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang baik. 2. Habitat yang bersifat memusim Yaitu habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik. 3. Habitat yang tidak menentu Yaitu habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang baik yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal. 4. Habitat yang efemeral Yaitu habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yang berlangsung relatif singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang baik yang berlangsungnya lama sekali. ( Kramadibrata, 1996 ). Habitat di alam ini pada umumnya bersifat heterogen dan populasi seranggaserangga yang mendiami habitat itu masing-masing akan terkonsentrasi di tempattempat dengan kondisi yang paling sesuai bagi pemenuhan persyaratan hidupnya. Kemampuan koeksistensi yang tidak sama pada setiap serangga yang hidup bersamasama menyebabkan pemisahan mikrohabitat serangga. Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya acapkali tidak nyata. Namun demikian mikrohabitat

10 memegang peranan penting dalam menentukan keanekaragaman jenis yang mempengaruhi habitat itu (Kramadibrata, 1996). Relung ekologi suatu populasi serangga merupakan status fungsional serangga itu dalam habitat yang ditempati berdasarkan adaptasi, fisiologi, struktural, maupun perilakunya (Kramadibrata, 1996). Relung menurut Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status suatu organisme) dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural, fungsional serta perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda (Odum, 1993). Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi yang berkesinambungan dalam komunitas (Soetjipto, 1992). Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik sama antara satu dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi yang lebih baik dan lebih agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang menang dalam persaingan akan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik. Spesies yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan lokal. Tidak ada dua jenis serangga dalam wilayah umum yang sama

11 dapat menduduki dalam waktu yang relatif lama relung ekologi yang identik sama (Odum, 1993). Hipotesis Gause dalam (Desmukh, 1992) menyatakan bahwa populasi berbagai jenis dengan keperluan sumber daya yang sama tidak dapat berkoeksistensi untuk waktu yang tidak terbatas dan bahwa hal ini akan menyebabkan terjadinya pemisahan relung ekologi dalam pemanfaatan sumber daya. Hutchinson (dalam Odum,1993) membedakan antara relung dasar

(Fundamental Niche) dengan relung nyata (Realized Niche). Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing, relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi. Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya terhadap kondisi lingkungan tersebut. Relung dasar (Fundamental Niche) tidak dapat dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan proses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan suatu organisme. Mc Arthur (1968) dalam Soetjipta (1992) menyarankan penelitian tentang perbedaan antara relung ekologi dibatasi dalam satu atau dua dimensi saja seperti hanya diamati perbedaan relung makan saja atau perbedaan relung aktivitas saja. Jenis-jenis populasi yang berkerabat dekat akan memiliki kepentingan serupa pada dimensi-dimensi relung sehingga mempunyai relung yang saling tumpang tindih. Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka

12 salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif. Jika relung-relung itu bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata yang lebih kecil, atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata terbatas dan masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain (Desmukh, 1992). Populasi beraneka jenis hewan yang berkoeksistensi dalam habitat yang sama mempunyai keserupaan pula dalam kisaran toleransinya terhadap beberapa faktor lingkungan dalam mikrohabitat. Berdasarkan konsep relung ekologi menurut Hutchinson keserupaan menunjukkan adanya keselingkupan dalam satu atau beberapa dimensi relung (Kramadibrata, 1996). C. Serangga Hama Pada ekosistem pertanian sumber makanan (tanaman budidaya) bagi serangga fitofagus berlimpah, maka populasi serangga fitofagus akan meningkat dengan cepat, sedang faktor pengendali dan pertumbuhan populasi musuh alami belum tentu dapat mengimbangi populasi serangga fitofagus, kondisi tersebut menimbulkan populasi serangga fitofagus meledak dan dikategorikan sebagai hama (Sakti, 1994). Hama adalah semua organisme atau agensia biotik yang merusak tanaman atau hasil tanaman dengan cara-cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Menurut para ahli pertanian hama tanaman adalah semua organisme atau hewan yang karena

13 aktivitasnya menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia (Rukmana dan Sugandi, 1997). Terdapatnya hama pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang terganggu bahkan dapat menggagalkan terwujudnya produktivitas. Seluruh atau sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali, sehingga proses metabolismenya terganggu pada tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal atau bahkan berakhir dengan kematian tanaman. Menurut Rukmana dan Sugandi (1997) kehidupan dan perkembangan serangga hama tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi faktor dalam yang dimiliki jenis serangga itu sendiri dan faktor luar yaitu kondisi lingkungan tempat serangga hama melakukan aktivitasnya. 1. Faktor Dalam Serangga Faktor dalam yang mempengaruhi perkembangan serangga hama tanaman meliputi : a. Kemampuan berkembang biak Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin. Semakin banyak jumlah kelamin betina maka kecepatan berkembang biaknya semakin tinggi. Waktu

perkembangan serangga hama umumnya relatif pendek sehingga kemampuan berkembang biaknya juga tinggi.

14 b. Sifat mempertahankan diri Serangga hama tanaman mempunyai alat kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap gangguan lain di sekitarnya dan terhadap kondisi lingkungan. Bentuk mempertahankan diri tiap serangga hama tanaman berbeda-beda baik secara perilaku, kimiawi, maupun struktural atau kombinasi. c. Umur imago Umur imago mempengaruhi peningkatan populasi serangga hama, semakin lama umur imago betina semakin banyak pula kesempatan untuk bertelur. Bila kondisi lingkungan mendukung imago bisa mencapai umur maksimal. 2. Faktor Luar atau Kondisi lingkungan Populasi serangga hama bersifat dinamis, jumlah populasi tersebut bisa naik, bisa turun, atau tatap seimbang, tergantung pada kondisi lingkungan. Bila kondisi lingkungan sesuai, maka populasi serangga hama akan berkembang pesat, begitu pula sebaliknya bila kondisi lingkungan tidak sesuai maka populasi serangga hama akan menurun. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan serangga hama meliputi : a. Iklim 1) Suhu Serangga hama pada tanaman umumnya bersifat poikilotermal, suhu tubuh serangga amat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Setiap serangga memiliki kisaran suhu tertentu, diluar kisaran suhu yang ideal serangga akan mati kedinginan dan kepanasan. Untuk melakukan aktivitas, masing-masing

15 serangga hama mempunyai suhu optimal yang berbeda-beda. Suhu optimal bagi serangga hama kebanyakan adalah 26 kemampuan berkembang sangat besar. 2) Kelembaban Kelembaban besar pengaruhnya terhadap serangga hama, bila kelembaban sesuai dengan kebutuhan hidup, serangga hama tersebut akan dapat beraktivitas secara maksimal. Tiap serangga mempunyai kisaran kelembaban yang berbeda. 3) Cahaya Cahaya merupakan salah satu faktor ekologi yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan hama tanaman, ada beberapa serangga hama yang aktif pada saat tidak ada cahaya atau malam hari (nokturnal), ada pula serangga hama yang aktif pada siang hari (diurnal). Hal ini yang menyebabkan serangga memilih relung waktu yang berbeda, antara serangga satu dengan yang lainnya. 4) Curah hujan Air merupakan kebutuhan primer bagi setiap makhluk hidup, begitu pula bagi serangga hama tanaman. Namun bila air berlebihan akan berakibat tidak baik terhadap perkembang biakan dan pertumbuhan serangga hama tersebut. 5) Angin Angin berpengaruh terhadap perkembangan serangga hama, terutama dalam proses penyebaran, angin dapat membantu penyebaran serangga hama tersebut
o

C. pada suhu optimum

16 b. Tanaman Inang Tanaman inang merupakan tanaman yang menjadi makanan dan tempat tinggal serangga hama. Bila tanaman yang disukai terdapat dalam jumlah banyak, populasi serangga cepat meningkat, sebaliknya bila berjumlah sedikit populasi serangga hama akan menurun. Selain jumlah, sifat tanaman pun mempengaruhi perkembangan serangga hama. Ada beberapa tanaman yang tahan terhadap gangguan hama (resisten), ada pula tanaman yang tidak tahan (peka) terhadap gangguan serangga hama. Tanaman yang resisten biasanya menderita kerusakan yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang peka pada keadaan tingkat populasi serangga dan lingkungan yang sama. Pada tanaman yang resisten kehidupan dan perkembang biakan hama akan terhambat. D. Serangga Hama Tanaman Padi Serangga hama yang terdapat pada tanaman padi menempati dan merusak pada bagian tanaman tanaman padi antara lain : 1. Hama ganjur (Diptera : Pachidiplosis oryzae) Bagian tanaman padi yang diserang titik tumbuh dan batang padi. Cara merusak: larva yang baru menetas bergerak kearah titik tumbuh, pada titik tumbuh larva akan makan dan berlindung sehingga titik tumbuh rusak (AAK,1990).

17 2. Hama uret (Lepidoptera : Melolontha vulgris) Bagian tanaman padi yang diserang akar darn pangkal batang. Cara merusak: hama uret hidup dalam tanah sehingga untuk mendaptkan makanan harus dengan merusak akar dan bergerak menuju kearah pangkal batang padi (AAK,1990). 3. Hama wereng (Homoptera : Nilaparvata lugens) Bagian tanaman padi yang diserang batang dan daun. Cara merusak: dengan menghisap cairan batang dan daun tanaman padi (AAK,1990) 4. Kepik hijau (Homoptera : Nezara viridula) Bagian tanaman padi yang diserang batang dan buah. Cara merusak: dengan menghisap batang hingga buah padi (AAK,1990). 5. Hama tikus (Rattus sp) Bagian tanaman padi yang diserang batang dan buah. Cara merusak: batang padi yang masih berumur 1-2 bulan merupakan sasaran utama tikus sebab batang muda enak dimakan (AAK,1990).

6. Walang Sangit (Heteroptera : Leptocorisa sp) Ciri-ciri : Kepala lebih pendek dan lebih sempit daripada pronotum, membran sayap depan dengan vena yang banyak, ada yang memiliki tibia, kaki belakang melebar dan berbentuk lembaran (daun). Ukuran tubuh sedang sampai besar antara 7-30 mm, kadang-kadang memanjang, biasanya berwarna gelap, coklat

18 hitam atau kehijauan. Mempunyai kelenjar bau yang bermuara diatas coxa tengah dan belakang. Aktif pada pagi dan sore hari. Siklus hidup dan perilaku serangga hama walang sangit Bentuk mulut walang sangit penusuk dan penghisap. Walang sangit menyerang tanaman padi pada waktu berumur 60-70 hari, dimana menghisap cairan buah padi yang masih dalam keadaan masak susu dan menyebabkn buah menjadi hampa. Pada waktu muda walang sangit berada pada bagian buah tanaman padi. Walang sangit selama hidupnya dapat menghasilkan telur sampai 350 butir. Telur menetas dalam waktu 5-8 hari. Dari telur sampai menjadi serangga dewasa (dapat kawin dan bertelur) mengalami lima stadia nimfa. Umur tiap stadia nimfa rata-rata 2 hari. Umur serangga dewasa dapat mencapai 48 hari setelah itu mati. Walang sangit dapat menimbulkan kerusakan sejak ditetaskan sampai dewasa. Walang sangit selain dapat merusak lansung juga dapat menilarkan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. Walang sangit menghisap cairan batang padi (AAK,1990). 7. Hama Belalang (Orthoptera : Locus sp) Ciri-ciri : Antena pendek, pronotum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan yang jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cerah pada sayap belakang.

19 Mempunyai alat suara berupa membran timpani yang terletak di ruas abdomen pertama. Aktif pada siang hari (Subiyanto,1991). Siklus hidup dan perilaku serangga hama belalang Bentuk mulut hama belalang adalah penggigit dan pengunyah. Belalang menyerang tanaman padi berumur 40-90 hari dimana tanaman padi yang masih muda disukai belalang sebagai mikrohabitatnya dengan cara menggigit dan mengunyah daun dari tanaman padi. Belalang selama hidupnya dapat menghasilkan telur sampai 350 butir. Telur menetas dalam waktu 5-8 hari. Dari telur sampai menjadi serangga dewasa (dapat kawin dan bertelur) mengalami lima stadia nimfa. Umur tiap stadia nimfa rata-rata 2 hari. Umur serangga dewasa dapat mencapai 48 hari selelah itu mati. Serangan hama belalang secara langsung tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman padi seperti pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman kerdil, sehingga produksi tanaman padi menjadi sedikit dalam menghasilkan gabah. E. Biologi Tanaman Padi 1. Morfologi tanaman padi Tanaman padi termasuk jenis tumbuhan semusim, morfologi tanaman padi terdiri atas akar, batang, daun, bunga jantan dan buah.

20 a. Akar Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Sistem perakarannya terdiri atas akar serabut, akar tunggang, akar rambut, akar tajuk (AAK, 1990). b. Batang Batang tanaman padi beruas-ruas dan panjang tanaman padi tergantung pada jenisnya (AAK, 1990). c. Daun Daun padi terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing, antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh ligula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun (Suprapto., 1988). d. Bunga Tanaman padi merupakan bunga berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman dan dilindungi oleh pelepah daun. Bunga jantan masak terlebih dahulu. e. Buah Buah padi terdiri atas embrio (lembaga) terletak pada bagian lemma,endosperm merupakan bagian dari buah padi yang besar dan bekatul merupakan bagian dari buah padi yang berwarna coklat (AAK, 1990). 2. Pertumbuhan tanaman padi Pertumbuhan tanaman padi dapat dibedakan menjadi 3 fase, meliputi fase vegetatif, generatif dan reproduktif. (AAK, 1990)

21 a. Fase vegetatif Fase vegetatif tanaman padi dimulai pada saat berkecambahnya biji sampai dengan terbentuk primordia malai. Fase vegetatif meliputi perkecambahan, pertumbuhan akar, pertumbuhan batang dan pertumbuhan daun. Fase vegetatif tanaman padi varietas fatmawati terjadi antara umur 0-52 hari setelah tanam (Anonim,2002) b. Fase generatif Menurut Salfah dan Daryanto (1984) bunga padi pada umumnya mengalami penyerbukan sendiri, namun kadang - kadang penyerbukan silang. Penyerbukan silang berkisar antara 1 % - 5 %, pemasakan butir malai ada 4 stadia yaitu masak susu, masak kuning, masak penuh, masak mati. Fase generatif tanaman padi varietas fatmawati terjadi antara umur 52-82 hari setelah tanam (Anonim,2002). c. Fase reproduktif Fase reproduktif tanaman padi terjadi pada saat pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji, atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makanan. Fase reproduktif tanaman padi varietas fatmawati terjadi antara umur 82-110 hari setelah tanam (Anonim,2002).

22 BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan sawah perumahan Sri Gading desa Sekaran seluas 5 m X 6 m, Kecamatan Gunungpati, Kodya Semarang pada bulan Juni Juli 2005. Populasi dalam penelitian ini adalah komunitas hama walang sangit dan belalang pada area tanaman padi tersebut ditanam. Sampel yang digunakan diambil secara purposive cluster sampling, artinya pengambilan sampel dilakukan secara acak. Sehingga komunitas hama walang sangit dan belalang yang dijumpai pada bagian tanaman padi meliputi batang, daun, dan buah pada fase generatif diambil sebagai sampel. B. Alat dan Bahan 1. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kamera dan perlengkapannya b. Stiker label d. Botol tempat penyimpanan serangga e. Termometer f. Higrometer g. Altimeter

23 h. Luxmeter 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Biji padi, sebanyak 200 biji padi varietas fatmawati berumur 4 hari. Fase vegetatif umur 0-52 hari, fase generatif umur 56-82 hari, fase panen umur 110 hari. b. Perlengkapan untuk pengawetan serangga : 1) Alkohol 70 % 2) Formalin 4 % 3) CuSO4

C. Langkah-langkah Penelitian 1. Menyiapkan lahan seluas 6 x 5 meter untuk ditanami 200 biji padi 2. Pengamatan dimulai awal fase generatif untuk pengamatan hama walang sangit memakan bagian buah tanaman padi dan fase vegetatif untuk pengamatan hama belalang memakan bagian daun tanaman padi dilakukan secara acak, dengan beberapa kali pengulangan. 3. Pengamatan hama walang sangit dan belalang pada bagian tanaman padi yaitu batang, daun, dan buah dilakukan pada setiap fase generatif.

24 4. Pengamatan serangga dilakukan setiap dua hari sekali (05.00 17.00) dengan interval kurang lebih 4 jam sekali, atau jika ada perubahan kondisi lingkungan, dimana pada waktu tersebut serangga aktif makan pada tanaman padi. 5. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung serangga pada seluruh bagian tanaman padi. Setelah selesai pengamatan, serangga hama diambil tanpa alat atau perangkap. 6. Melakukan pengamatan perkembangan populasi hama walang sangit dan belalang dalam satu musim tanam. 7. Mencatat perkembangan populasi walang sangit pada tabel pengamatan.

25

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius. Anonim. 2002. Deskripsi Padi VUTB Fatmawati. Ungaran : Balai Pengkajian Teknologi Pangan. Borror T, J. 1992. Serangga.Terjemahan Soetiyono Pontosoedjono. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Desmukh. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika Terjemahan Kuswata dan Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Sarkat P.

Kramadibrata, H. 1996. Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press. Odum. E.P. 1983. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Resosoedarmo. 1992. Pendekatan Ekologi untuk Tanaman Padi. Jakarta : Bumi Aksara. Rukmana, Rahmat dan Uu Sugandi S. 1997. Hama Tanaman Teknik Pengendalian. Yogyakarta : Kanisius. Sakti, Idham. 1994. Hama Palawija. Jakarta : Penebar Swadaya. Salfah dan Daryanto. 1984. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Jakarta : Badan Pengendali Beras. Soetjipto. 1992. Beberapa hama penting pada padi. Malang : Departemen Pertanian. Subiyanto. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta : Kanisius.

26

Thahir, Muhammad. 1990. Tumpang Gilir. Jakarta : Yasaguna.

22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Mikrohabitat dan Relung Makan Hama Walang Sangit dan Belalang Pemisahan mikrohabitat dan relung makan hama walang sangit dan belalang memilih relung waktu makan sebagai berikut: Tabel 1. Pemisahan Mikrohabitat dan Relung Makan Hama Walang Sangit dan Belalang pada Fase Vegetatif
UmurBatangDaunUmurWalang Sangit (ekor)Belalang (ekor)Walang Sangit (ekor)Belalang (ekor)20 24 28 32 36 40 44 48 520 0 1

Tabel 2. Pemisahan Mikrohabitat dan Relung Makan Hama Walang Sangit dan Belalang pada Fase Generatif
UmurBatangDaunBuahUmurWalang Sangit (ekor)Belalang (ekor)Walang Sangit (ekor)Belalang (ekor)Walang Sangit (ekor)Belalang (ekor)56
60 64 68 72 76

22

23 1. Pemisahan Mikrohabitat Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang Adanya perbedaan kisaran toleransi terhadap sumber daya yang

diperlukannya, menyebabkan berbagai jenis hama yang berkoeksistensi dalam habitat yang sama menempati mikrohabitatnya masing-masing (Kramadibrata,1996). Meskipun dalam satu tubuh tanaman padi, tetapi pada setiap bagian kondisinya berbeda-beda. Oleh karenitu jenis-jenis serangga hama walang sangit dan belalang yangmenghuni mikrohabitat berbeda yaitu menghuni pada batang, daun, dan buah. Waktu pengamatan pemisahan mikrohabitat dan relung makan hama belalang dan walang sangit pada fase vegetatif dan generatif pada saat tanaman padi berumur 2084 hari pada jam 09.30, 14.15, dan 17.15 dengan interval 4 hari. Serangga hama walang sangit dan belalang yang menempati mikrohabitat pada fase vegetatif dan generatif dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Jumlah serangga hama walang sangit dan belalang pada tanaman padi menempati mikrohabitat yang tidak sama. Mikrohabitat yang paling banyak dihuni untuk hama belalang pada fase vegetatif adalah pada bagian daun tanaman padi yang berumur 44 hari dengan jumlah 6 ekor, dimana tanaman padi yang masih berwarna hijau muda sangat rawan terhadap hama belalang. Sedangkan mikrohabitat yang paling banyak dihuni untuk hama walang sangit pada fase generatif adalah pada bagian buah tanaman padi yang berumur 72 hari dengan jumlah 8 ekor mengalami fase masak susu dan disukai oleh hama walang sangit. Hama walang sangit menempati mikrohabitat batang, daun dan buah karena pada bagian tersebut banyak dijumpai walang sangit. Pada lahan sawah disekitar juga ditanami tanaman padi tetapi dengan varietas yang berbeda dan juga terdapat tanaman

23

24 jagung milik penduduk disekitar. Hal ini terjadi karena setelah walang sangit menyerang tanaman milik penduduk sekitar terbang dan hinggap pada bagian batang, daun, dan buah pada tanaman padi varietas fatmawati yang diamati. Selama fase generatif walang sangit aktif makan pada bagian buah yang masak susu sesuai dengan tipe mulut penusuk dan penghisap. Hama belalang menempati mikrohabitat batang, dan daun karena pada

bagian tersebut banyak dijumpai belalang. Pada lahan sawah disekitar juga ditanami tanaman padi tetapi dengan varietas yang berbeda dan juga terdapat tanaman jagung milik penduduk disekitar. Hal ini terjadi karena setelah belalang menyerang tanaman milik penduduk sekitar terbang dan hinggap pada bagian batang, dan daun pada tanaman padi varietas fatmawati yang kami amati. Selama fase vegetatif belalang aktif makan pada bagian daun sesuai dengan sifat herbivora dengan tipe mulut pengigit dan pengunyah. 2. Pemisahan Relung Makan Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang Menurut asas koeksistensi, beberapa jenis serangga dapat hidup bebas dalam habitat yang sama ialah jenis serangga yang menempati relung berbeda atau berpisah, tapi pemisahan ini sering tidak sempurna (Kramadibrata,1996). Jenis serangga sering mempunyai keserupaan dalam memanfaatkan sumber daya (relung makan). Pengamatan dilakukan pada saat tanaman padi berumur 20-80 hari dengan interval 4 hari sekali pada jam 09.30, 14.15, dan 17.15. Pemisahan relung makan serangga hama walang sangit dan belalang dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Selama fase vegetatif tanaman padi umur 20-52 hari jumlah hama walang

sangit lebih sedikit daripada hama belalang. Pada bagian batang jumlah hama

24

25 belalang yang tehitung ada 25 ekor, sedangkan untuk hama walang sangit yang terhitung ada 8 ekor. Pada bagian daun jumlah hama belalang yang tehitung ada 29 ekor, jumlah hama walang sangit ada 3 ekor. Untuk hama belalang jumlahnya lebih banyak karena pada tanaman padi berumur 20-52 hari bagian daunnya masih berwarna hijau dan disukai oleh hama belalang. Selama fase generatif pada tabel 2 tanaman padi berumur 56-84 hari jumlah hama walang sangit yang terhitung ada 17 ekor, sedangkan jumlah hama belalang ada 7 ekor. Pada bagian daun jumlah hama walang sangit yang terhitung ada 16 ekor, sedangkan jumlah hama belalang ada 22 ekor. Pada bagian buah jumlah hama walang sangit yang terhitung ada 27 ekor sedangkan belalang tidak ada. Hal ini disebabkan karena belalang hanya makan bagian daun tanaman padi. Pada fase vegetatif tanaman padi varietas fatmawati tumbuh sangat cepat, mempunyai kemampuan beranak banyak. Perubahan yang pertama terjadi pada waktu umur 32 hari setelah tanam, anakan baru akan muncul dari anakan yang sudah ada. Setiap anakan merupakan tanaman yang sempurna, anakan baru mempunyai batang, daun, akar (Anonim,2002). Pada tanaman padi berumur 32 hari jumlah hama walang sangit yang terhitung pada bagian batang ada 1 ekor dan pada bagian daun tidak ada. Hama walang sangit hanya menghisap cairan buah tanaman padi Sedangkan untuk hama belalang yang terhitung pada bagian batang ada 3 ekor dan 2 ekor pada bagian daun. Perubahan kedua yang terjadi pada waktu umur 40 hari setelah tanam adalah terbentuknya daun baru secara kontinu. Pada setiap anakan selama fase vegetatif daun baru muncul dan daun lama mati secara kontinu (Anonim,2002). Pada tanaman padi berumur 40 hari jumlah hama walang sangit yang terhitung pada bagian batang ada 1 ekor dan pada bagian daun tidak ada. Sedangkan untuk hama belalang yang terhitung pada bagian batang ada 4 ekor dan 6 ekor pada bagian daun.

25

26

B. Pemisahan Relung Waktu (Aktivitas) Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang
Tabel 3. Pengamatan Jumlah Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang pada Tanaman Padi Fase Vegetatif Waktu PengamatanBatangDaunWaktu PengamatanWalang Sangit (ekor)Belalang (ekor)Walang Sangit (ekor)Belalang (ekor)Umur 20 hari 09.30 14.15 17.15 Umur 28 hari 09.30 14.15 17.15 Umur 36 hari 09.30 14.15 17.15 Umur 42 hari 09.30 14.15 17.15 Umur 48 hari 09.30 14.15 17.151

26

27

Tabel 4. Pengamatan Jumlah Serangga Hama Walang Sangit dan Belalang pada Tanaman Padi Fase Generatif Waktu PengamatanBatangDaunBuahWaktu PengamatanWalang sangit (ekor)Belalang (ekor)Walang Sangit (ekor)Belalang (ekor)Walang Sangit (ekor)Belalang (ekor)Umur 56 hari
09.30 14.15 17.15 Umur 62 hari 09.30 14.15 17.15 Umur 68 hari 09.30 14.15 17.15 Umur 74 hari 09.30 14.15

Serangan hama walang sangit dan belalang menempati pada bagian

tanaman sebagai mikrohabitat dan memilih relung waktu pada pagi maupun sore hari. Sesuai dengan hipotesis gause (Desmukh,1992) yang menyatakan bahwa populasi berbagai jenis dengan sumber daya yang sama tidak dapat berkoeksistensi untuk waktu yang tidak terbatas dan hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan relung makan dan relung waktu. Menurut Kramadibrata (1996) serangga berdasarkan aktivitasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu serangga nokturnal dan diurnal, artinya terjadi

27

28 pemisahan relung aktivitas dalam memanfaatkan sumber daya. Biasanya serangga yang mempunyai kesamaan dalam memanfaatkan sumber daya, mempunyai relung aktivitas yang berbeda. Dari hasil pengamatan pada tabel 3 jumlah serangga hama walang sangit dan belalang pada fase vegetatif tanaman padi berumur 20-48 hari, jumlah serangga hama walang sangit yang terhitung pada bagian batang jam 09.30 sebanyak 8 ekor, jam 14.15 sebanyak 8 ekor, jam 17.15 sebanyak 10 ekor. Sedangkan hama belalang yang terhitung pada bagian batang jam 09.30 sebanyak 12 ekor, jam 14.15 sebanyak 12 ekor. Aktivitas hama walang sangit dan belalang di dalam relung makan aktif paling banyak pada pagi hari. Jumlah hama walang sangit yang terhitung pada bagian daun pada jam 09.30 sebanyak 3 ekor, jam 14.15 sebanyak 6 ekor, jam 17.15 sebanyak 7 ekor. Sedangkan jumlah hama belalang yang terhitung pada bagian daun pada jam 09.30 sebanyak 36 ekor, jam 14.15 sebanyak 45 ekor, jam 17.15 sebanyak 39 ekor. Aktivitas hama walang sangit dan belalang di dalam relung makan aktif paling banyak pada sore hari. Dari hasil pengamatan pada tabel 4 jumlah serangga hama walang sangit dan belalang pada fase generatif pada saat tanaman padi berumur 5680 hari jumlah hama walang sangit yang terhitung pada bagian batang pada jam 09.30 sebanyak 5 ekor, jam14.15 sebanyak 4 ekor, jam 17.15 sebanyak 4 ekor. Sedangkan hama belalang yang terhitung pada jam 09.30 sebanyak 5 ekor, jam 14.15 sebanyak 6 ekor, jam 17.15 sebanyak 7 ekor. Aktivitas relung makan hama walang sangit dan belalang aktif pada pagi hari. Pada bagian daun jumlah hama walang sangit yang terhitung pada jam 09.30, jam 14.15, jam 17.15 sebanyak 3 ekor. Sedangkan hama belalang yang terhitung pada bagian daun pada jam 09.30

28

29

sebanyak 6 ekor, jam 14.15 sebanyak 4 ekor, jam 17.15 sebanyak 6 ekor. Jumlah hama walang sangit yang terhitung pada bagian buah pada jam 09.30 dan jam 14.15 sebanyak 9 ekor, jam 17.15 sebanyak 10 ekor. Sedangkan jumlah hama belalang yang terhitung pada bagian buah pada jam 09.30 sebanyak 1 ekor, jam 14.15 sebanyak 2 ekor, jam 17.15 sebanyak 1 ekor. Aktivitas relung makan hama walang sangit dan hama belalang aktif pada pagi hari. C. Hama Walang Sangit dan Belalang yang Tertangkap selama fase vegetatif dan fase generatif Tabel 5 Serangga Hama Belalang yang Tertangkap Selama Fase Vegetatif Umur tanaman (hari)Jumlah hama belalang yang menempati padaUmur tanaman (hari)BatangDaun18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 841 1 3

29

30

Tabel 6. Serangga Hama Walang Sangit yang Tertangkap selama Fase Generatif Umur tanaman (hari)Jumlah hama walang sangit yang menempati padaUmur tanaman (hari)BatangDaunBuah18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 842 2 2 Perkembangan populasi hama walang sangit selama fase generatif yang menempati bagian batang tanaman padi jumlah hama walang sangit yang terhitung sebanyak 23 ekor pada bulan Juni-Juli 2005 di lahan sawah perumahan Sri Gading Desa Sekaran, Kecamatan Gunung Pati seluas 5 m X 6 m dimana pada waktu tersebut setelah diteliti lebih lanjut ternyata hama walang sangit yang dijumpai kebanyakan pada pagi hari dengan parameter ekologi meliputi: suhu 28C, kelembaban udara 65%, intensitas cahaya 1000 luxmeter, curah hujan 11 mm, karena pada malam harinya hujan. Tanaman padi berumur 64-72 hari mengalami fase masak susu dan disukai hama walamg sangit. Pada bagian daun tanaman padi jumlah hama walang sangit yang terhitung sebanyak 27 ekor, dimana pada waktu itu setelah diteliti lebih lanjut ternyata hama walang sangit yang dijumpai kebanyakan pada pagi hari dengan parameter ekologi meliputi: suhu 28C, kelembaban udara 65%, intensitas cahaya 800 luxmeter, curah hujan 21 mm, karena pada malam harinya hujan. 30

31 Pada bagian buah tanaman padi jumlah hama walang sangit yang terhitung sebanyak 19 ekor, dimana pada waktu itu setelah diteliti lebih lanjut ternyata hama walang sangit yang dijumpai kebanyakan pada pagi hari dengan parameter ekologi meliputi: suhu 27C, kelembaban udara 65%, intensitas cahaya 1500 luxmeter, curah hujan 21 mm, cuaca cerah. Hama belalang yang tertangkap selama fase vegetatif bulan Juni-Juli 2005 di lahan sawah perumahan Sri Gading Desa Sekaran, Kecamatan Gunung Pati seluas 5 m X 6 m yang menempati bagian batang pada tanaman padi jumlah hama belalang yang terhitung sebanyak 32 ekor,dimana pada waktu tersebut setelah ternyata hama belalang yang dijumpai kebanyakan pada pagi hari dengan parameter ekologi meliputi: suhu 28C, kelembaban udara 65%, intensitas cahaya 1000 luxmeter, curah hujan 11 mm, cuaca cerah, sehingga perkembangan populasi hama belalang yangmenempati pada bagian batang tanaman padi berkembang cepat. Pada bagian daun tanaman padi jumlah hama belalang yang terhitung sebanyak 37 ekor, dimana pada waktu itu setelah diteliti lebih lanjut ternyata hama walang sangit yang dijumpai kebanyakan pada pagi hari dengan parameter ekologi meliputi: suhu 28C, kelembaban udara 65%, intensitas cahaya 1000 luxmeter, curah hujan 11 mm, karena pada malam harinya hujan. Hama belalang makan bagian daun tanaman padi yang berumur 20-48 hari dimana daunnya berwarna hijau muda. Pada bagian buah tanaman padi jumlah hama belalang yang terhitung paling banyak 3 ekor, dimana pada waktu itu setelah diteliti lebih lanjut ternyata hama belalang yang dijumpai kebanyakan pada pagi hari dengan parameter

31

32 ekologi meliputi: suhu 27C, kelembaban udara 65%, intensitas cahaya 1500 luxmeter, curah hujan 11 mm, cuaca cerah. Hubungan antara walang sangit yang dijumpai pada pagi hari dengan parameter ekologi karena pada jam 09.30 suhu udara yang cukup sejuk dan walang sangit aktif menghisap pada bagian buah dan juga musim kawin, sedangkan hubungan antara belalang yang dijumpai pada pagi hari dengan parameter ekologi karena pada jam 09.30 suhu udara yang cukup sejuk dan belalang aktif makan pada pagi hari. Pada tabel 7 tentang populasi hama belalang selama fase vegetatif tanaman padi varietas fatmawati umur 0-56 hari, pada saat tanaman padi berumur 4 hari jumlah belalang ada 1 ekor, umur 12 hari ada 3 ekor, umur 20 hari ada 3 ekor, umur 32 hari ada 15 ekor. Pada tanaman padi berumur 24-40 hari jumlah belalang cukup banyak karena belalang makan pada bagian daun yang masih muda dan setelah berumur 48 hari jumlah belalang menurun karena daun tanaman padi sudah berubah warnanya yang semula berwarna hijau muda menjadi coklat kekuningan dan tidak disukai belalang. Pada tabel 8 tentang populasi hama walang sangit selama fase generatif tanaman padi varietas fatmawati umur 52-84 hari, pada saat tanaman padi berumur 52 dan 56 hari jumlah walang sangit ada 2 ekor, umur 60 hari ada 4 ekor, tanaman padi umur 64-72 hari jumlah walang sangit cukup banyak karena walang sangit makan pada bagian buah tanaman padi yang mengalami fase masak susu dan setelah berumur 76 hari jumlah walang sangit menurun karena buah dari tanaman padi sudah mulai mengeras dan kurang disukai walang sangit. Grafik populasi belalang selama fase vegetatif dan walang sangit selama fase generatif dapat dilihat pada lampiran 4. 32

33 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Dari penelitian mikrohabitat dan relung ekologi hama walang sangit dan belalang pada tanaman padi sawah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mikrohabitat hama walang sangit terdapat pada bagian buah, sedangkan mikrohabitat hama belalang terdapat pada bagian daun tanaman padi. Relung aktivitas berdasarkan waktu aktif serangga hama walang sangit dan belalang adalah diurnal yaitu aktif pada pagi hari. 2. Perkembangan populasi hama walang sangit dominan pada fase generatif sedangkan populasi hama belalang dominan pada fase vegetatif.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian , disarankan dilakukan penelitian mikrohabitat dan relung ekologi hama belalang dan walang sangit di tempat lain dengan waktu yang tidak sama, varietas tanaman padi yang berbeda.

33

34 DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius. Anonim. 2002. Deskripsi Padi VUTB Fatmawati. Ungaran : Balai Pengkajian Teknologi Pangan. Borror T, J. 1992. Serangga.Terjemahan Soetiyono Pontosoedjono. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Desmukh. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika Terjemahan Kuswata dan Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Sarkat P.

Kramadibrata, H. 1996. Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press. Odum. E.P. 1983. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Resosoedarmo. 1992. Pendekatan Ekologi untuk Tanaman Padi. Jakarta : Bumi Aksara. Rukmana, Rahmat dan Uu Sugandi S. 1997. Hama Tanaman Teknik Pengendalian. Yogyakarta : Kanisius. Sakti, Idham. 1994. Hama Palawija. Jakarta : Penebar Swadaya. Salfah dan Daryanto. 1984. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Jakarta : Badan Pengendali Beras. Soetjipto. 1992. Beberapa hama penting pada padi. Malang : Departemen Pertanian. Subiyanto. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta : Kanisius. Thahir, Muhammad. 1990. Tumpang Gilir. Jakarta : Yasaguna.

34

You might also like