You are on page 1of 10

SSM, Pendekatan Holisitik untuk kegitaan Aksi

Soft Systems Methodology (SSM) sebuah pendekatan holistik di dalam melihat aspek-aspek riil dan
konseptual di masyarakat. SSM melihat setiap yang terjadi sebagai Human Activity System, karena
serangkaian aktivitas manusia dapat disebut sebagai sistem, yaitu setiap aktivitas-aktivitas tersebut saling
berhubungan dan membentuk suatu ikatan. Pendekatan soft systems dianggap sebagai metodologi yang
sangat produktiI untuk mempelajari setiap aktivitas manusia yang terorganisir di dalam mencapai tujuan-
tujuan tertentu.

Gambar 1: Metode 7 Tahap SSM dari Checkland


SSM dikembangan oleh para teknisi manajeman di Universitas Lancaster untuk membantu menyelesaikan
masalah terkait dengan eIisiensi dan eIektiIitas yang melibatkan teknologi modern dengan kompleksitas
tinggi dalam organisasi manusia.
Masalah dalam aktivitas manusia, dilihat dalam 2 jenis, yaitu: (a) Masalah yang tampak nyata, dapat
dirumuskan dengan jelas, dan segera dapat dicari solusi yang tepat, yang disebut sebagai masalah yang
hard (b) Masalah yang tidak dapat diIormulasikan atau dinyatakan dengan tepat, dan seringkali
masalah tersebut hanya merupakan wilayah isu yang membutuhkan perhatian, disebut masalah yang
soft. SSM dapat diIokuskan pada masalah soft yang tidak dapat dengan mudah diIormulasikan dengan
tepat seperti pada masalah yang hard`. Akan tetapi, masalah di tataran 'hardpun juga diperhatikan,
karena bisa jadi persoalan di sana menjadi penting untuk masalah yang dihadapi.
SSM adalah metode yang unik karena dapat digunakan untuk menganalisa berbagai situsi riil dan
konseptual paradigmatik di lingkungan sosial, ekonomi, politik atau pada tataran kebijakan sekalipun. Hal

ini sudah dilakukan oleh para peneliti di berbagai banyak Negara untuk merumuskan secara nyata kondisi
yang sedang terjadi. Metode ini dianggap memiliki kemampuan yang cukup komprehensiI dan tajam di
dalam mengidentiIikasi area masalah.
Sejarah SSM

Penerapan Metode 7 Tahap dari Checkland dalam kasus ini, sebagai berikut:
A rich picture'
erisi simbol dan kata yang menggambarkan aktivitas real world, dan merupakan upaya untuk
mengungkapkan area perhatian.

Ada dua komponen dasar dari rich picture, yaitu: (a) Struktur dari real world yang dapat
menggambarkan area perhatian, yang dapat berupa gambaran mengenai jenis-jenis aktivitas, tata letak
Iisik dari ruang kelas, dll. (b) Proses yang terjadi di area perhatian. Didalamnya mencakup pertanyaan
mengenai 'Apa yang terjadi?. Sebagian elemen dapat saling belajar dan mengajar satu sama lain, dan
hubugan antara struktur dan proses merepresentasikan iklim situasi yang ada`.
Dalam rich picture digunakan gambar dimana ada kegiatan belajar mengajar, simbol dan kata untuk
menerangkan, dan panah untuk menunjukkan hubungan. Tujuan dari gambar tersebut adalah untuk
memberikan ringkasan yang mudah dipahami mengenai area perhatian.
#oot definitions
#ich picture menjadi dasar dalam merumuskan root definitions dari bagian tertentu dari sistem. #oot
definition menjelaskan dua aspek dari area perhatian untuk analisis lebih lanjut: (a) dentifikasi
masalah 8oft atau apa yang sesungguhnya perlu ditangani dan (b) Mengidentifikasi sistem dimana
analisis berikutnya akan dilakukan - dimana sistem kegiatan manusia menjadi perhatian. Meskipun
tidak selalu perlu untuk membuat suatu rich picture untuk merumuskan root definition, dalam kasus ini
diperkirakan akan berguna untuk melakukannya, karena memungkinkan analis untuk lebih Iokus pada
bidang perhatian. Perumusan root definition menunjukkan bahwa area tidak terstruktur dari bidang
perhatian telah distrukturkab untuk memungkinkan analisa sistemik lebih lanjut.
Adalah dimungkinkan untuk menyusun lebih dari satu root definition pada area perhatian tertentu
tergantung pada weltanshauung yang sedang diselidiki. eltan8hauung adalah perspektif khusus
seorang aktor atau peserta dalam sistem kegiatan manusia pada suatu realitas tertentu. Logikanya
adalah dimungkinkan untuk mendapatkan sejumlah root definitions karena ada weltanshauungs atau aktor
tertentu.

CATWOE

Akronim CATWOE digunakan dalam SSM untuk merumuskan root definition secara tepat dan relevan.
Hal ini digunakan untuk memeriksa bahwa root definition telah dirumuskan dengan baik. CATWOE
sendiri singkatan dari: pelanggan (costumer), pelaku(actor), transformasi (transformation),
weltan8hauung, pemilik (owner) dan lingkungan (environment). CATWOE berisi pertanyaan
mengenai: 8iapa melakukan apa untuk 8iapa, dan kepada 8iapa mereka bertanggungjawab, a8um8i
yang digunakan dan dalam lingkungan/8itua8i bagaimana itu terjadi? Dalam SSM tidak perlu
menspesiIikkan pelanggan dan pelaku alam sistem dalam sebuah root definition, tetapi sisa (remainder)
dari kategori CATWOE harus ditentukan.
Dua root definitions yang disajikan sebelumnya dapat dianalisis menggunakan CATWOE, dimana dua
komponen terpenting adalah transIormasi dan weltanshauung. Dalam RD1, transIormasi dimaknai
sebagai: "untuk memastikan bahwa mahasiswa lulus atau mencapai nilai lebih tinggi dalam tugas dan
ujian dalam batas yang realistis ". TransIormasi membutuhkan input yang tepat dan diharapkan dapat
menghasilkan resultan dari input sebagai output. Pada area perhatian yang sudah ditetapkan sebelumnya,
inputnya adalah mahasiswa yang belum lulus, dan outputnya adalah mahasiswa yang sudah lulus atau
memperoleh nilai lebih tinggi.
Weltanshauung pada RD1 adalah "tujuan bersama dari dosen dan mahasiswa". Karakteristik utama yang
membedakan satu root definition dari yang lainnya adalah komponen weltanshauung. erbagai aktor
dalam area perhatian real word memiliki konstruksi mental yang mereka gunakan untuk membentuk
opini tentang proses belajar mengajar. Pendapat-pendapat tersebut memberi para aktor beragam perspektiI
mengenai proses. Analis reIlektiI menggunakan SSM dapat digunakan sebagai banyak perspektiI yang
dianggap perlu untuk memperoleh root definition untuk memahami dan meningkatkan area perhatian dari
real word. Para pelanggan adalah mahasiswa, dan para aktor adalah dosen dan mahasiswa. Pemilik dari
sistem adalah dosen, meskipun tidak ada larangan jika ada satu pemilik tunggal suatu sistem.
Hambatan/pertimbangan lingkungan adalah apa yang diatur oleh pihak universitas.
Pada RD1, adalah mungkin untuk melanjutkan untuk mengembangkan konseptual model proses belajar
mengajar. Namun, itu tidak akan dilakukan untuk root definition tertentu. Sebaliknya, RD2 akan
dianalisis dengan CATWOE dan kemudian akan disajikan model konseptualnya. TransIormasi di RD2
adalah "untuk memastikan bahwa mahasiswa belajar pengetahuan yang relevan". Input untuk
transIormasi ini adalah pengetahuan yang relevan yang harus dipelajari, dan outputnya adalah telah
dipelajarinya engetahuan yang relevan. Hal inidiilustrasikan dalam Gambar 3 mengenai input dan output
dari sistem. Gambar tersebut menunjukkan sistem yang dibatasi berisi berbagai kegiatan manusia yang
saling terkait, yang dijelaskan berupa gambar/bentuk lonjong. Aktivitas ini akan mengubah input ke
dalam sistem, yaitu, pengetahuan yang relevan untuk dipelajari, dan menghasilkan output, yaitu belajar
pengetahuan yang relevan.

Gambar 3: #ich picture 2 - Transformasi Unsur-unsur yang sudah Dirumuskan
pada Proses Belajar Mengajar


Weltanshauung di RD2 adalah "pengetahuan yang layak dipelajari akan bermanIaat bagi pendidikan dan
pekerjaan untuk mahasiswa dan akan menyenangkan untuk belajar ". Weltanshauung ini sangat berbeda
dari yang ada di RD1. Sementara RD1 menekankan tingkat pencapaian oleh mahasiswa, di RD2
weltanshauung berkepentingan untuk menyediakan pengetahuan yang berharga yang akan memberikan
mahasiswa pendidikan yang baik dan penggunaan praktis dalam pekerjaan mereka. Selain itu,
weltanshauung di RD2 menekankan pentingnya menikmati proses belajar mengajar bagi mahasiswa.
Para pelanggan telah ditetapkan sebagai mahasiswa, dan aktor dalam sistem dan sekaligus pemiliknya
adalah dosen dan mahasiswa. Ada spesiIikasi lebih rinci tentang root definition, yaitu: waktu tersedia
untuk memberikan kuliah kemampuan belajar dan tingkat penyerapan siswa lingkungan Iisik dimana
proses belajar mengajar akan dilakukan keterbatasan sumberdaya untuk proses belajar pengajaran dan
pembelajaran yang tersedia memenuhi standar yang dibutuhkan mengatur kualitas pemenuhan standar
kualiIikasi yang ditetapkan oleh pihak universitas dan akhirnya pemenuhan kriteria kinerja dosen yang
relevan dengan sistem ini. RD2 sekarang digunakan untuk menyajikan model konseptual dari real worlds
proses belajar mengajar.

Pemodelan
Proses pemodelan di SSM mengharuskan analis untuk mengambil jarak dari real world area perhatian.
Para analis diharapkan untuk Iokus pada root definition dan memetakan aktivitas minimum yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dari sistem yang telah dideIinisikan. Pada tahap ini, aktivitas
argumentasi logis digunakan untuk memetakan kegiatan yang relevan dalam sistem kegiatan
manusia, yang dikenal sebagai model konseptual. Kegiatan ini akan berlangsung dalam batas-batas
yang ditetapkan dalam sistem.
Sebuah model konseptual berasal dari RD2 disajikan dalam Gambar 4. Model ini berisi 13 kegiatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut berada di tingkat yang paling atas, yang dalam hirarki SSM kegiatan tersebut
mengungkapkan resolusi yang paling umum dari area perhatian. Mereka adalah kegiatan minimum yang
diperlukan pada tingkat ini untuk mencapai tujuan dari sistem seperti yang dinyatakan dalam RD2. Panah
yang berasal dari satu kegiatan dan menunjuk ke kegiatan yang lain, menunjukkan bahwa kegiatan kedua
adalah secara logis tergantung pada kegiatan pertama. erbagai kegiatan dalam sistem bukan peristiwa
yang saling terpisah atau sewaktu-waktu, sebaliknya mereka terus-menerus dilakukan. Kegiatan belajar

mengajar hampir silakukan sepanjang tahun. egitupun kegiatan merancang pengethuan yang relevan
bagi mahasiswa maupun evaluasinya.
Gambar 4: CM2 level 2 - Model Konseptual dari Proses Belajar Mengajar
Berdasarkan pada RD2


Mengontrol sistem
Kegiatan pengendalian kinerja sistem telah dimasukkan di tiga tempat. Kegiatan pengendalian diperlukan
untuk memastikan bahwa tujuan yang dinyatakan dalam sistem akan ditaati. Sebuah prasyarat
pengendalian adalah pemantauan. Agar sistem untuk memenuhi standar kualitas dari Universitas Luton,
maka harus dilakukan pemantauan terhadap kegiatan yang relevan agar tersedia inIormasi untuk menilai
situasi dan, jika diperlukan, mengambil tindakan kontrol yang sesuai.
Tindakan kontrol ditampilkan sebagai panah bengkok, yang berarti aksi kontrol (control action/CA) dapat
diterapkan pada salah satu kegiatan dalam sistem. Pengumpulan inIormasi yang relevan dengan
pemantauan dan tindakan pengendalian digambarkan sebagai panah menunjuk ke aktivitas yang luas dan
mengalirkan inIormasi ke sub-sistem mengendalikan.
Kegiatan kedua dari pemantauan dan pengendalian berkaitan dengan sistem adalah mengenai pengukuran
kinerja dosen. Panah luar yang masuk ke subsistem mengindikasikan adanya aliran inIormasi mengenai

kinerja dosen ke dalam sistem. Jika kinerja dosen lebih rendah dari yang dibutuhkan, maka tindakan
kontrol yang tepat dapat diambil.
Pengendalian ketiga sub-sistem adalah yang bersangkutan dengan memastikan bahwa mahasiswa dapat
belajar pengetahuan yang relevan, menjalani dengan baik proses belajar mengajar, dan mereka
memperoleh manIaat dari hal tersebut. InIormasi mengenai persepsi mahasiswa diharapkan sudah
terkumpul di tahap ini. Hal tersebut ditampilkan sebagai panah yang masuk ke sub-sistem dari kegiatan
terkait dalam sistem dideIinisikan. Secara khusus, dari kegiatan yang menilai kepuasan mahasiswa
terhadap proses tersebut, yang ditampilkan sebagai panah dari kegiatan penilaian untuk pemantauan dan
pengendalian, membuat kegiatan yang terakhir secara logis bergantung pada dua kegiatan sebelumnya.
Pengambil keputusan
Tindakan kontrol yang sesuai dalam kegiatan pengendalian diambil oleh pengambil keputusan yang
bertanggung jawab untuk sistem, yang biasanya juga adalah pemilik sistem. Dalam kasus proses dari
sistem belajar mengajar, pemiliknya lebih dari satu, yaitu para dosen dan mahasiswa. Dalam sistem yang
lebih luas, pengambil keputusannya berbeda, karena model kepemilikannya juga berbeda. Pemilik dari
sistem yang lebih luas tersebut adalah kepala sekolah. Ini diilustrasikan dalam Gambar 5.
Gambar 5: #ich Picture 3 - Tindakan Kontrol oleh Pengambil Keputusan yang Sesuai
pada Sistem yang Lebih Luas



Meningkatkan resolusi model konseptual
Sistem aktivitas manusia yang dinyatakan dalam model konseptual model (CM2) untuk proses belajar
mengajar dapat ditingkatkan untuk memperoleh gambaran yang lebih detail. Hal ini telah dilakukan pada
Gambar 6. Setiap kegiatan di CM2, yang dikenal sebagai tingkat 0, dapat diperluas. Perluasan area
tersebut akan menjadi sub-sistem di resolusi tingkat 1. Sebagai contoh, kegiatan yang berkaitan dengan
mengetahui tentang ketersediaan sumber daya belajar mengajar di tingkat 0 telah diperluas menjadi lima
kegiatan baru pada tingkat 1 di CM2a. Kegiatan ini membentuk subsistem dalam sistem yang ditetapkan.

Model konseptual pada resolusi tingkat 1 berisi 27 kegiatan dibandingkan dengan 13 pada tingkat 0. Ini
adalah kegiatan minimum yang diperlukan dalam bentuk rinci yang harus dilakukan untuk memastikan
sistem dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Aktivitas di CM2, "mengetahui tentang sumberdaya belajar mengajar yang tersedia", sebagaimana
dinyatakan, telah diperluas untuk memasukkan siIat yang baru muncul dari sistem. Kegiatan ini
mencakup lima kegiatan yang harus diselesaikan. Pengetahuan tentang sumberdaya belajar mengajar yang
tersedia memerlukan penentuan jenis layanan reprograIik apa yang tersedia dan mengetahui tentang
sumber daya tersedia dari layanan komputer. Setelah ini diketahui, pilihan harus dibuat dan sumber daya
yang telah dipilih harus digunakan.
Fungsi mengambil keputusan dalam suatu sistem tertentu dapat dialokasikan untuk satu orang atau
kelompok. Mengingat weltanshauung yang diadopsi di RD2 dan konseptual model proses belajar dan
mengajar yang ditetapkan, maka tanggung jawab pengambilan keputusan adalah berada pada kelompok.
Kelompok dalam sistem ini terdiri dari para dosen dan mahasiswa.
Gambar 6: CM2a Level 2

Perbandingan dengan real world
Setelah model konseptual selesai, dapat dibandingkan dengan proses real word belajar mengajar.
Perbandingan ini adalah antara real word, dimana area perhatian ada, dan sistem world dimana root
definition dan model konseptual telah dibangun. Perbandingan ini dilakukan per kegiatan dan biasanya
juga disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 1 menunjukkan perbandingan proses dari sitem belajar
mengajar.

Tabel 1: Contoh Perbandingan Kegiatan dalam Model System World


dengan aktivitas Konseptual dalam Real World


Tabel 1 berisi enam kolom. Kolom pertama berisi daItar kegiatan yang secara logika muncul dari dalam
model konseptual yang menentukan kegiatan yang dianggap diperlukan perlu untuk menyelesaikan proses
belajar mengajar. Kolom keenam berisi komentar yang timbul dari membandingkan setiap kegiatan
dengan proses real word belajar mengajar. Komentar bisa menyatakan bagaimana aktivitas saat ini
tengah dilakukan apa manIaat potensial dari perubahan atau rekomendasi yang diberikan seberapa
signiIikan itu terkait dengan kegiatan. Kolom kedua berisi inIormsi apakah aktivitas saat ini sedang
dilakukan di real word, dan jika demikian, bagaimana hal itu sedang dilakukan, yang dinyatakan dalam
kolom ketiga. Kolom keempat berusaha untuk mengumpulkan inIormasi tentang bagaimana aktivitas saat
ini diukur untuk menentukan apakah memenuhi kriteria kinerja tertentu. Kolom kelima berisi daItar
tambahan perubahan yang oleh analis dianggap perlu untuk meningkatkan kegiatan sekarang dan kegiatan
baru di area perhatian.

ntervensi di dunia nyata
Dengan SSM memungkinkan dilakukan analis untuk memeriksa daerah real word dari area perhatian
melalui keamanan relatiI intelektualisasi (intellectuali:ing) di dunia sistem. Namun, jika itu seperti
demikian, metodologi tidak akan mendapatkan kredibilitas memadai. Hal ini memungkinkan analis untuk
membandingkan model konseptual dengan aktivitas real word, dan berdasarkan perbandingan ini
kemudian membuat rekomendasi bagi upaya meningkatkan area perhatian. Maka kolom kelima di Tabel I
berkaitan dengan intervensi di real word pada proses belajar mengajar yang diduga perlu untuk
ditingkatkan. Sebagianirekomendasi intervensi bersiIat tidak mutlak, melainkan dianggap sebagai
tambahan karena daerah yang menjadi perhatian tidak dapat ditingkatkan secara langsung.
Perbandingan model konseptual dengan real word area perhatian telah mengungkapkan bahwa sampai
saat ini belum diakui isu mengenai pentingnya aktivitas meneliti mengenai ketersediaan sumberdaya
belajar mengajar, pada Tabel I. Ketika kegiatan ini dibandingkan dengan real word, ditemukan bahwa
tidak ada prosedur resmi untuk memberikan inIormasi tersebut yang tercermin dalam kolom komentar
dari Tabel I. Mengingat bahwa inIormasi tentang sumberdaya belajar mengajar kurang memadai dan

hanya dikumpulkan secara inIormal,perbandingan model konseptual dengan real word memungkinkan
analis untuk membuat rekomendasi untuk melibatkan kegiatan yang sesuai yang akan meningkatkan area
perhatian. Hal ini dilakukan dalam kolom kelima dari Tabel 1, dimana dianjurkan bahwa harus dibuat
prosedur Iormal yang akan memberikan aliran inIormasi yang relevan secara konsisten. Ke-15
rekomendasi yang tersisa sama-sama diperoleh. Semua kegiatan di Model konseptual CM2a dengan
demikian dianalisa dan disajikan dalam Tabel I.
Akibatnya, untuk meningkatkan proses belajar mengajar untuk sistem tertentu dideIinisikan dalam RD2,
ada 15 rekomendasi yang membutuhkan intervensi dalam proses yang sebenarnya di real word. Sekarang
kewajiban pengambil keputusan dalam sistem untuk mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan
area perhatian.

Diskusi
Sebagai hasil analisis ini, tidak hanya 15 rekomendasi tersebut yang diperlukan untuk memperbaiki
proses yang ada, tetapi itu berharga lakukan, karena dapat mempelajari tentang real word area perhatian.
Tidak seperti metodologi untuk melakukan analisis sistem, SSM benar-benar memandu proses reIlektiI
para analis praktisi mengenai proses pembelajaran.
Penyusunan rich picture bersiIat instruktiI karena mengumpulkan semua entitas yang relevan bersama-
sama dalam satu area. Selain itu, lebih mudah menyerap inIormasi dalam bentuk gambar daripada dalam
bentuk prosa. Gambaran tersebut juga memberikan gambaran umum area perhatian.
Fleksibilitas SSM dalam menyusun berbagai root definitions adalah menguntungkan untuk mendapatkan
pemahaman area perhatian, krena dimungkinkanadanya perpsektiI dari berbagai orang. Sebuah Iitur SSM
yang terkait dengan itu, adalah bahwa berbagai model konseptual juga dapat dibangun dan dibandingkan
dengan real word area perhatia. Dengan mengembangkan berbagai root definitions dan model konseptual,
maka perspektiI dosen, mahasiswa, manajer atau penyedia layanan dapat diketahui untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam mengenai proses belajar mengajar. Proses pemodelan konseptual mudah
untuk dilakukan dan tidak terlalu memakan waktu. Oleh karena itu, meskipun ada keterbatasan waktu
pada analis reIlektiI, tetap dimungkinkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dari dalam
mengenai real word dengan kompilasi lebih dari satu root definition dan konseptual model. Jika tidak
banyak diperlukan banyak model konseptual maka root definition dapat dirumuskan tetapi tidak model
konseptual untuk memberikan pemahaman mengenai weltanshauungs para aktor .
Tahap pemodelan konseptual adalah olah intelektual yang berharga. Hal ini memungkinkan klariIikasi
untuk mengambil tempat apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang tidak selalu
mungkin dalam bentuk lain dari pemecahan masalah karena penekanan mereka pada menentukan
"bagaimana" untuk mencapai hasil. Memang, dalam lingkungan bertekanan situasi real word, sering
didapatkan situasi bahwa sesuatu yang dilakukan itu lebih penting, daripada berhenti untuk berpikir
"apa" yang sedang dilakukan dan mengapa.
Aspek lain yang penting diperhatikan adalah mengenai urutan kegiatan. SSM tidak hanya memungkinkan
mengidentiIikasi kegiatan apa yang relevan untuk mencapai tujuan, juga memungkinkan kegiatan ini
diurutkan dalam rangka logistik. Cukup sering di real wolrd beberapa kegiatan kritis yang diabaikan dan

dilakukan dalam retrospeksi. Hal ini mungkin hanya akan menjelaskan hubungan logis antar kegiatan
tersebut, namun dalam dunia nyata itu kemudian tidak digunakan. Dalam SSM, urutan kegiatan dalam
model konseptual berdasarkan dependensi logis mereka. Sangat perlu untuk mengetahui apa dependensi
logis yang ada untuk membantu dalam meningkatkan real word area perha

You might also like