Professional Documents
Culture Documents
(5)
bersifat stasioner (Ram dkk, 2002). L adalah
Langrangian. Variabel ? disebut dengan
integral aksi atau singkatnya disebut aksi.
Berdasarkan syarat batas (B.C = boundary
conditions) integral aksi ? diambil pada nilai
ektremum menurut syarat
0 (6)
Evaluasi integral aksi sangat membantu kita
dalam mengkaji dinamika sistem kuantum,
dalam hal ini persamaan Schrdinger,
dengan menggunakan FEM.
B.2. Metode FEM
Konsep dasar yang melandasi FEM
adalah prinsip diskritisasi. Secara umum,
diskritisasi dapat diartikan sebagai upaya
untuk membagi sistem dari problem yang
akan diselesaikan (obyek) menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian yang
lebih kecil tersebut selanjutnya disebut
sebagai elemen hingga. Diskritisasi ini
muncul karena adanya kesulitan untuk
mempelajari sistem secara keseluruhan.
Secara tidak langsung, diskritisasi juga
berarti pendekatan untuk sesuatu (problem)
yang riil dan kontinu.
Dalam merumuskan suatu problem
fisis ke dalam analogi diskritisasi FEM, ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan.
Pendekatan yang sering digunakan yaitu
Supriyadi dkk., Solusi Numerik Persamaan
53
metode Galerkin dan metode variasi (am
dkk, 2002; Nikishov, 2004; Desai, 1988).
Perumusan FEM dengan menggunakan
metode Galerkin didasarkan pada minimasi
residu (sisa) yang tertinggal setelah suatu
solusi pendekatan disubsitusikan ke dalam
persamaan diferensial dari suatu problem
fisis. Sedangkan metode variasi didasarkan
pada nilai-nilai stasioner dari suatu fungsi
atau besaran skalar yang berkaitan dengan
suatu problem fisis untuk mendapatkan
solusinya (Desai, 1988).
Perumusan FEM dalam penelitian ini
dipilih pendekatan metode variasi dengan
menggunakan integral aksi yang diperoleh
dari prinsip aksi stasioner. Dengan
pendekatan ini, perumusan FEM berangkat
dari definisi integral fungsi. Misalkan kita
mempunyai fungsi f(x) yang akan
diintegralkan dalam selang dari xa,xb.
Dengan metode trapezium kita dapat
menghitung integral tertentu ini dalam
bentuk jumlahan dari elemen-elemen luas
secara keseluruhan, seperti pada gambar (1a).
Elemen-elemen luas diaproksimasi dengan
sebuah konstanta atau lebih umum sebuah
polinomial (Ram dkk, 2002) (Ram dkk,
2002).
Untuk problem fisis satu dimensi
dalam daerah [xmin, xmak] maka
perhitungan integral aksi dapat dilakukan
dalam bentuk diskritisasi region. Daerah
integrasi dibagi menjadi elemen-elemen yang
lebih kecil yang disebut elemen-elemen
hingga, seperti pada gambar (1b). Integral
aksi merupakan jumlahan integral-integral
aksi itu sendiri pada masing-masing elemen
sehingga dapat dituliskan menjadi
nelem
iel
iel
) (
) (
(7)
Titik-titik koordinat xmin, x2, x3, x4, ,
xmax disebut dengan node yaitu titik awal,
titik-titik perpotongan antar elemen dan titik
akhir. Elemen ke-i
el
dari keseluruhan elemen
ditunjukkan pada gambar (2) di bawah ini.
Gambar 1. (a) Integral f(x) merupakan jumlahan elemen-elemen luas di bawah kurva
(b) Diskretisasi region
Gambar 2. Elemen ke-i
el
dari diskritisasi
node
node
node
x
x
h
Elemen ke-i
el
?h
Berkala MIPA, 16 (2) 2006
54
Dari gambar di atas, h menyatakan
ukuran dari sebuah elemen dimana setiap
elemen mempunyai ukuran yang sama yaitu
( ) nelem x x h / min max (8)
Ada dua sistem koordinat yang digunakan
dalam FEM yaitu koodinat global x dan
koordinat lokal ?. Koordinat global berlaku
untuk seluruh elemen yaitu dari xmin-xmax,
sedangkan koordinat lokal hanya berlaku
pada sebuah elemen saja (Ram dkk, 2002).
Hubungan antara koordinat global dan
koordinat lokal dinyatakan
h h + ) 1 (i x
el
(9)
Titik-titik nodal merupakan titik-titik
yang strategis untuk menuliskan fungsi-
fungsi matematis yang menggambarkan
solusi-solusi yang belum diketahui. Fungsi
matematis yang digunakan biasanya berupa
polinomial karena memberikan perumusan
FEM yang relatif mudah dan sederhana.
Solusi yang belum diketahui, misalnya
fungsi gelombang ) (x akan dinyatakan
sebagai kombinasi linear dari interpolasi
polinomial ) (x N
j
dikalikan dengan
koefisien yang juga belum diketahui
j
di
dalam masing-masing elemen. Ada beberapa
interpolasi polinomial yang dapat digunakan
misalnya interpolasi polinomial Lagrange,
interpolasi polinomial Hermite dan lain
sebagainya. Integral spasial dalam integral
aksi sekarang dapat dikerjakan di dalam
seluruh masing-masing elemen, sedemikian
hingga integral aksi diberikan dalam bentuk
suku-suku koefisien-koefisien yang belum
diketahui tersebut.
Polinomial yang digunakan tersebut
di atas misalnya terdiri dari nintrp buah
polinomial, yang didefinisikan hanya pada
elemen yang tertentu sedang pada selain
elemen tersebut diatur nol. Dalam hal ini
polinomial interpolasi dipilih sedemikian
hingga koefisien-koefisiennya (
j
) adalah
nilai-nilai solusi pada titik-titik tertentu
diantara elemen yang disebut dengan nodal.
Jadi fungsi gelombang di dalam elemen ke-i
el
adalah
rp n
j
iel
j
iel
j
x N x
int
) ( ) ( (10)
Untuk menjamin sifat kontinuitas antar
elemen maka disyaratkan bahwa nilai nodal
pertama
1
pada sebuah elemen tertentu
harus sama dengan nilai nodal terakhir
rp nint
milik elemen sebelumnya. Untuk
variabel nodal
iel
j
, kontinuitas fungsi
gelombang harus memenuhi
1
1 2
+
iel iel
(11)
Integral aksi di dalam elemen ke-i
el
dapat dinyatakan dengan:
[ ]
rp n
j i
rp n
j i
j
iel
ij i j j i i
iel
M x ON x dxN
int
,
int
,
* ) (
* ) ( ) (
(12)
O adalah operator rapat Lagrangian (Ram dkk, 2002). Pada rumusan di atas kita melakukan
evaluasi integral elemen-demi elemen. Integral aksi dapat dinyatakan dalam matriks M.
) 1 (
11
M
) 1 (
12
M
) 1 (
21
M
) 2 (
11
) 1 (
22
M M +
) 2 (
12
M
) 2 (
21
M
) 3 (
11
) 2 (
22
M M +
) 3 (
12
M
) 3 (
21
M
) 4 (
11
) 3 (
22
M M +
) 4 (
12
M
) 4 (
21
M
) 5 (
11
) 4 (
22
M M +
) 5 (
12
M
) 5 (
21
M
) 5 (
22
M
Gambar 3. Matriks global untuk problem satu dimensi (Ram dkk, 2002)
Supriyadi dkk., Solusi Numerik Persamaan
55
Dalam sudut pandang titik nodal,
interpolasi polinomial berhubungan dengan
batas node dari dua buah elemen yang
berdekatan sesuai dengan fungsi interpolasi
pada node yang bersangkutan. Dengan
menggunakan indeks global a dan , maka
total integral aksi diberikan oleh
nglobal
M * (13)
Penerapan azas variasi nodal yaitu
dengan memvariasikan integral aksi terhadap
variabel nodal ?
a
*, maka didapatkan
persamaan simultan untuk koefisien ?
yang
belum diketahui
0
*
M (14)
Beberapa koefisien ?
'
1
]
1
,
_
h
(15)
Dengan memperkenalkan definisi satuan
energi
Rydberg
eV
a
e
a m
R
o o e
6 , 13
2 2
2
2
2
h
dan memperkenalkan simbol e untuk energi
tereduksi maka pers.(15) menjadi:
) ( ) (
2
) (
1
2
2
r r
r
r
dr
d
r
dr
d
r
,
_
(16)
Prinsip aksi stasioner dapat diterapkan untuk
menurunkan integral aksi persamaan
Schrdinger. Untuk suatu sistem fisis,
integral aksi dapat dituliskan (Koltun dkk,
1988; Thankappan, 1985)
V
t
t
t
t
t O r d dt dt L
b
a
b
a
] ; ; , [ &
r
(17)
dimana O merupakan rapat Lagrangian.
Prinsip aksi stasioner mensyaratkan ?
bernilai ekstremum, dimana variasi O
bernilai nol untuk sembarang variasi d?
dalam ? dengan batasan bahwa d?(r,t
a
)=
d?(r,t
b
)=0.
(18) 0
) ( ) (
) (
) (
) (
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
+
1
]
1
1
]
1
1
]
1
t
t
V
t
t
V
t
t
V
t
t
V
t
t
O
r d
O
da dt
O
t
O O
r d dt
t
O O O
r d dt
O O O
r d dt
&
r
&
r
&
r
&
&
r
Berdasarkan syarat variasi, dua suku yang
terakhir dapat diabaikan sehingga
0
) (
&
O
t
O O
(19)
Dengan membandingkan (16) dan (19) untuk
variasi d?
*
, didapat
) ( )
2
)( ( * ) ( ' ) ( *' r
r
r r r O +
(20)
Subsitusi (20) ke (17) didapatkan integral
aksi untuk bagian radial atom hidrogen:
1
]
1
+
0
2
) ( )
2
)( ( * ) ( ' ) ( *'
2
1
r
r
r r r r dr dt
t
t
(21)
Ekstremum ? tak bergantung pada waktu
jadi integrasi terhadap waktu dapat
diabaikan.
Berkala MIPA, 16 (2) 2006
56
1
]
1
+
0
2
) ( )
2
)( ( * ) ( ' ) ( *' r
r
r r r r dr
(22)
Pada daerah asimtotik yaitu di r=8 , fungsi
gelombang dan turunannya menghilang
secara eksponensial, sehingga agar dapat
diselesaikan secara numerik maka batas atas
integral aksi harus diubah berhingga, r = r
c
.
Nilai r
c
dipilih sedemikian rupa sehingga
fungsi gelombangnya mendekati nol di
daerah asimtotik jauh.
1
]
1
+
c
r
r
r
r r r r dr
0
2
) ( )
2
)( ( * ) ( ' ) ( *'
(23)
Dengan menggunakan prinsip diskritisasi
region, maka integral aksi di atas dapat
diperkirakan dengan memecah daerah
integrasi menjadi nelem buah elemen kecil
satu dimensi. Untuk daerah fisis [0, r
c
]
seperti gambar di bawah
Gambar 4. Elemen di dalam daerah 0,r
c
Ukuran setiap elemen yaitu
nelem r h
c
/ (24)
Pers. (23) dievaluasi dalam diskret dan untuk
elemen ke-i
el
dapat dinyatakan
1
]
1
+
h
iel
r
r
r r r r dr
0
2 ) (
) ( )
2
)( ( * ) ( ' ) ( *'
(25)
Fungsi gelombang ?(r) pada persamaan ini
dapat diinterpolasi dengan menggunakan
interpolasi polinomial Lagrange. Interpolasi
polinomial Lagrange yang digunakan
memerlukan dua buah node (n=2) untuk
setiap elemen, seperti ditunjukkan pada
gambar 6.
Gambar (6). Fungsi Lagrange untuk
interpolasi linier-dua node tiap elemen [2]
Substitusi fungsi polinomial N
j
pada
pers.(10), fungsi gelombang ?(r) menjadi
,
_
,
_
+
iel iel
iel
iel
iel iel
iel
iel
iel iel iel iel
r r
r r
r r
r r
r N r N r
1 2
1
2
1 2
2
1
2 2 1 1
) ( ) ( ) (
(26)
dimana
iel
r
1
dan
iel
r
2
merupakan titiktitik
nodal pada elemen ke-i
el
,
iel
r
1
merupakan
titik awal dan
iel
r
2
merupakan titik akhir.
Pada gambar (6) digunakan koordinat lokal ?
dalam sebuah elemen yang mempunyai batas
[0,1] sehingga titik-titik nodal-nya
h h i r
h i r
el
iel
el
iel
+
) 1 (
) 1 (
2
1
(27)
Subsitusi titik-titik nodal (27) ke dalam
fungsi gelombang (26) didapatkan
(28) ) ( ) 1 (
] ) 1 [( ] ) 1 [(
] ) 1 [( ] ) 1 [(
] ) 1 [( ] ) 1 [(
] ) 1 [( ] ) 1 [(
) (
2 1
2 1
2 1
iel iel
iel iel
el el
el el iel
el el
el el iel
h
h
h
h h
h i h h i
h i h h i
h i h h i
h h i h h i
r
+
,
_
+
,
_
,
_
+
+
+
,
_
+
+ +
Dari persamaan ini dapat diketahui bahwa fungsi interpolasi polinomial lokal pada titik awal
N
1
(?)=1- ? dan pada titik akhir N
2
(?)= ?. Turunan dari fungsi gelombang ?(r) adalah
N
2
(?
)
N
1
(?
)
0 1
?
1
N(?)
Supriyadi dkk., Solusi Numerik Persamaan
57
( ) (29)
1
) (
1
) 1 (
1
) (
1
) (
1 ) (
2 1
2 1 2 2 1 1
iel iel
iel iel iel iel
h
d
d
h d
d
h
N
d
d
h
N
d
d
h dr
r d
+
+ +
Faktor h sebagai denominator muncul akibat perubahan koordinat dari r menjadi ?. Jika integral
aksi pada sebuah elemen (29) dituliskan dalam notasi matriks bujur sangkar 2x2, maka
[ ] { }
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
,
_
1
1
]
1
,
_
,
_
,
_
) (
2
) (
1
2
2
2
2
2
) (
2
) (
1
2
1
0
3 ) (
1
1 1
1
1 1
) 1 (
2
1 1
1 1 1
* , * ) 1 (
iel
iel
el
iel iel
el
iel
i h
h
i d h
(30)
Integral aksi di atas dapat dituliskan dalam bentuk
{ }
,
_
1
1
]
1
,
_
,
_
) (
2
) (
1
) (
22
) (
21
) (
12
) (
11
) (
22
) (
21
) (
12
) (
11 ) (
2
) (
1
) (
* , *
iel
iel
iel iel
iel iel
iel iel
iel iel
iel iel iel
U U
U U
H H
H H
(31)
dimana
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) n h n n h H
n h n n h H H
n h n n h H
n
n n
n
3
2
6
1
2 2
3
1
) (
22
3
1
6
1
2 2
3
1
) (
21
) (
12
3
2
2
1
2 2
3
1
) (
11
+ +
+ +
+ +
(33)
dan
( )
( )
( )
2
3
1
6
1
30
1
3 ) (
22
2
6
1
6
1
20
1
3 ) (
21
) (
12
2
3
1
2
1
5
1
3 ) (
11
n n h U
n n h U U
n n h U
n
n n
n
+
+
+
(34)
Matriks global dapat dibentuk
dengan menjumlahkan keseluruhan
kontribusi integral aksi dari nelem buah
elemen dengan syarat bahwa antar elemen
kontinu. Dalam representasi matriks,
kontinuitas antar elemen mengijinkan
penjumlahan elemen matriks
) (
11
iel
H pada
) 1 (
22
iel
H , hal ini berlaku juga untuk matriks
U. Misalkan untuk tiga elemen dapat
digambarkan
1
1
1
1
1
]
1
+
+
) 3 (
22
) 3 (
21
) 3 (
12
) 3 (
11
) 2 (
22
) 2 (
21
) 2 (
12
) 2 (
11
) 1 (
22
) 1 (
21
) 1 (
12
) 1 (
11
H H
H H H H
H H H H
H H
H
ij
1
1
1
1
1
]
1
+
+
) 3 (
22
) 3 (
21
) 3 (
12
) 3 (
11
) 2 (
22
) 2 (
21
) 2 (
12
) 2 (
11
) 1 (
22
) 1 (
21
) 1 (
12
) 1 (
11
U U
U U U U
U U U U
U U
U
ij
Gambar 7. Matriks global H dan U untuk tiga
elemen
Kita akan mengubah indeks lokal
menjadi indeks global untuk masing-masing
node dan nilai nodal. Node 1 dan 2 dalam
elemen i
el
dinyatakan kembali sebagai node
a=i
el
dan a+1, demikian juga nilai nodal
Berkala MIPA, 16 (2) 2006
58
fungsi gelombang menjadi ?
a
dan ?
a+1
. Total
integral aksi untuk seluruh elemen
[ ] , 1 ,..., 2 , 1 , ; +
nelem U H
(35)
Matriks global H dan U memiliki dimensi
(nelem+1) x (nelem+1).
Berdasarkan prinsip aksi stasioner
dengan variasi integral aksi terhadap
*
,
maka
) ( 0
*
*
*
U H
(36)
Karena variasi
*