You are on page 1of 1

Laporan Bacaan Dian Sudiana Senin, 31 Oktober 2011

Citra*
Citra merupakan anak pungut seorang pemilik pabrik tenun Jawa Timur bernama Nyonya Suryowinoto. Sebelum dipungut oleh Ny. Suryowinoto, Citra juga sempat dipungut sebagai anak oleh Pak Gondo, mandur/ mandor di pabrik tenun milik Ny. Suryowinoto. Selain Citra, Ny. Suryowinoto juga memiliki dua anak lelaki dari dua suami yang berbeda. Anak yang pertama bernama Sutopo, sedangkan yang kedua bernama Harsono. Adegan pertama dari naskah ini dibuka dengan adegan di sebuah kantor pimpinan di pabrik tenun milik Ny. Suryowinoto. Dalam ruangan ini terdapat Citra dan Sutopo yang tengah membicarakan suasana kerja di pabrik tenun tersebut. Citra mengatakan pada Sutopo bahwa ia menyukai lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak kecil di pabrik. Ia pun meminta untuk dipertemukan pada Kornel, seorang seniman yang mengarang lagu tersebut. Kemudian masuklah Harsono. Berbeda dengan Sutopo yang sangat baik pada Citra, Harsono bersikap meremehkan pada Citra yang hanya anak pungut. Sutopo yang membela Citra meminta Harsono untuk bersikap baik, namun Harsono mengacuhkan hingga akhirnya datang Ny. Suryowinoto untuk melerai. Kemudian akhirnya Sutopo dan Citra bertemu dengan Kornel. Ketika Kornel melihat Citra, ia pun terpesona melihat kecantikan Citra hingga membuatkan sebuah lagu untuknya. Lagu tersebut kemudian disimpan oleh Sutopo dan diam-diam sering dimainkannya. Ya, Sutopo diam-diam menyimpan perasaan yang mendalam pada Citra. Sementara itu, hubungan Citra dan Harsono yang makin membaik akhirnya berujung pada sebuah hubungan cinta. Semuanya berjalan baik-baik saja, hingga suatu hari datang seorang janda kaya di kampung tempat mereka tinggal. Sejak saat itu Harsono berubah dan jarang menemui Citra. Puncaknya terjadi saat Harsono pergi meninggalkan rumah dan hanya meninggalkan sepucuk surat untuk Ny. Suryowinoto dan Sutopo. Baru kemudian Citra diberitahu oleh Tinah, sahabatnya, bahwa Harsono kawin lari dengan janda kaya tersebut. Hal ini sangat menghancurkan hati Citra yang saat itu tengah mengandung bayi hasil hubungannya dengan Harsono. Sutopo pun tak kalah marah saat mengetahui adiknya pergi dari rumah. Terlebih saat ia tahu Citra hamil. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menikahi Citra agar bayi dalam kandungan Citra memiliki ayah. Bagian ketiga naskah ini menceritakan setahun sejak pernikahan Sutopo dan Citra. Anak yang dilahirkan Citra meninggal dunia, dan Citra terpuruk dalam kesedihan. Ny. Suryowinoto meminta Sutopo untuk mengajak Citra bicara. Sutopo menanyakan pada Citra apakah ia masih mencintai Harsono, namun Citra mengatakan tidak. Di saat yang bersamaan, Harsono pulang ke rumah. Ia ditinggal mati oleh istrinya dan kemudian berkelana membagikan harta istrinya pada orang-orang yang membutuhkan. Ia meminta pada Sutopo untuk bertemu dengan Citra dan anaknya, namun Sutopo mengatakan bahwa ia telah menikahi Citra dan anak Harsono sudah meninggal. Harsono sangat terkejut. Sutopo kemudian berkata lagi jika memang Harsono masih sangat mencintai dan ingin kembali dengan Citra, ia rela sebab Citra tak pernah menjadi istrinya yang sebenarnya. Setelah berkata demikian, Sutopo memanggil Citra agar berbicara dengan Harsono. Harsono mengatakan bahwa ia datang untuk menebus dosa-dosanya pada Citra dan anak mereka. Citra kemudian meminta agar Harsono pergi. Harsono bertanya apakah Citra mencintai Sutopo, dan Citra menjawab ya. Akhirnya Harsono meminta pada Sutopo untuk menjadikan Citra istrinya yang sebenarnya sebab Citra mencintai Sutopo, sama seperti Sutopo yang sangat mencintai Citra. Di akhir cerita Harsono bergabung dengan Barisan Jibaku (tentara pembela tanah air) guna menebus dosa-dosanya dan membanggakan keluarganya.
*Usmar Ismail, Antologi Drama Indonesia 1931-1945 jilid 2 (Jakarta: Amanah Lontar, 2006).

You might also like