Professional Documents
Culture Documents
1.1. Penjelasan Umum Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum salah satu cara yaitu dengan memperhatikan sistem pengairannya. Sistem pengaliran yang ada yaitu dengan mengandalkan air hujan dan aliran sungai tanpa diadakan pengaturan debit air. Sehingga pada musim hujan lahan bisa mengalami kebanjiran dan pada musim kemarau lahan mengalami kekeringan. Hal ini tentu saja mempengaruhi sistem pengairan kita yang mengakibatkan hasil pertanian berkurang dan tidak mencapai hasil yang diinginkan. Untuk mengatasi hal ini maka dibuat suatu bendung yang dapat mengatur air melalui jaringan irigasi. Bendung yang akan dibuat di sini terletak didaerah kecamatan Juai Kalimantan Selatan yang berada di sungai Balangan. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dibangunnya bendung adalah untuk mengairi daerah pertanian sekitarnya dalam usaha menunjang program dalam rangka peningkatan produksi pangan dan sekaligus sebagai sarana penunjang transmigrasi yang sedang dikembangkan guna meratakan pembangunan dan kemakmuran diseluruh Indonesia. Dan yang paling besar saat ini dalam pembangunan bangunan air untuk pertanian adalah proyek pertanian lahan gambut yang memerlukan penanganan khusus.
1.3. Perencanaan Teknis Perencanaan teknis dapat dibagi dalam beberapa tahap pekerjaan perencanaan sebagai berikut : a. Pekerjaan Persiapan Berupa pengumpulan data dan ketentuan-ketentuannya, penyelidikan lapangan, geologi tahan, hidrologi, geodesi dan sebagainya.
Irigasi & Bangunan Air II
b. Pekerjaan Perencanaan Pendahuluan Berupa data dan nota perhitungan, pradesign hidrolis berdasarkan analisa data. c. Mode Test dan Design Hidrolis Berupa penelitian dilaboratorium yaitu pengujian design hidrolis dengan model test, sehingga didapat design hidrolis yang lebih baik dan cocok untuk dipakai dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. d. Perencanaan Konstruksi Berupa penentuan ukuran konstruksi dengan memperhatikan faktor keamanan kestabilan konstruksi.
Dari Perencanaan Teknis Bendung ini akan dipelajari beberapa hal yang terpenting, yang perlu diketahui didalam merencanakan bendung adalah sebagai berikut : Analisa Hidrologi Rencana Jaringan Irigasi Perencanaan Teknis Bendung
1.4. Daerah dan Lokasi Perencanaan Bendung Perencanaan teknis bendung dilaksanakan di Sungai Balangan yang terletak di daerah Juai, Kabupaten Balangan, Propinsi Kalimantan Selatan.
(i) Dimana : Xt = Besaran yang diharapkan terjadi dalam t tahun t = Periode ulang
Sx = Standart deviasi
k =
y tr y n Sn
.(ii)
yn = Reduced mean Sn = Reduces standard deviation Keterangan : ytr , yn , dan Sn didapat dari tabel
Sx =
(x
xa )
n 1
(iii)
Dimana : n = Banyaknya pengamatan xi = Harga besaran pada pengamatan tertentu Sedangkan rumus yang digunakan untuk Metode Log Person Type III adalah:
Log X =
LogX
n
0, 5
G =
n (LogX Logx )
(n 1)(n 2)(LogX )3
Data-data Curah Hujan Per-Tahun (mm) Sta.Ia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 71 86 67 96 74 102 106 74 84 94 91 Sta.Ib 62 85 120 163 87 95 102 110 137 58 56 Sta.Ic 67 85 103 110 96 158 70 75 110 63 60
Tahun 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971
(xi)2 (mm2) 5041 7396 4489 9216 5476 10816 11236 7396 7056 8836 8281
(xi xa) (mm) -14,91 0,09 -18,91 10,09 -11,91 16,09 20,09 -11,91 -1,91 8,09 5,09
(xi xa)2 (mm2) 222,31 0,01 357,59 101,81 141,85 258,89 403,61 141,85 3,65 65,45 25,91 1722,93
xa = =
x
n
945 = 85,909 11
Sx =
(x
xa )
n 1
1722,93 10
= 13,126 mm
= 85,905 +
Jadi besaran hujan yang diharapkan terjadi dalam 10 tahun pada stasiun Ia adalah 122,6985 mm
B. Stasiun Ib
No. 1 2 3 4 5 Tahun 1961 1962 1963 1964 1965 xi (mm) 62 85 120 163 87 (xi)2 (mm2) 3844 7225 14400 26569 7569 (xi xa) (mm) -35,73 -12,73 22,27 65,27 -10,73 (xi xa)2 (mm2) 1276,63 162,05 495,95 4260,17 115,13
6 7 8 9 10 11 N=11 xa = =
x
n
1075 = 97,7273 11
Sx =
(x
xa )
n 1
11348,15 = 33,687 mm 10
= 97,7273 +
Jadi besaran hujan yang diharapkan terjadi dalam 10 tahun pada stasiun Vc adalah 192,1553 mm
C. Stasiun Ic
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 N=11 Tahun 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 xi (mm) 67 85 103 110 96 158 70 75 110 63 60 997 (xi)2 (mm2) 4489 7225 10609 12100 9216 24964 4900 5625 12100 3969 3600 (xi xa) (mm) -23,64 -5,64 12,36 19,36 5,36 67,36 -20,64 -15,64 19,36 -27,64 -30,64 (xi xa)2 (mm2) 558,85 31,81 152,77 374,81 28,73 4537,37 426,01 244,61 374,81 763,97 938,81 8432,55
xa = =
x
n
997 = 90,6364 11
Sx =
(x
xa )
n 1
8432,55 10
= 29,03885 mm
maka : Xt = Xa +
= 90,6364 +
Jadi besaran hujan yang diharapkan terjadi dalam 10 tahun pada stasiun VId adalah 170,0352 mm
A. Stasiun Ia
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 N=11 Tahun 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 x (mm) 71 86 67 96 74 102 106 74 84 94 91 1123 Log X 1,85126 1,93450 1,82607 1,98227 1,86923 2,00860 2,02531 1,86923 1,92428 1,97313 1,95904 21,22292 (Log X Log x) (Log X Log x)2 (Log X Log x)3 -0,0781 0,00514 -0,10329 0,05291 -0,06013 0,07924 0,09595 -0,06013 -0,00508 0,04377 0,02968 -0,00004 0,0061 0,00003 0,01067 0,0028 0,00362 0,00628 0,00921 0,00362 0,00003 0,00192 0,00088 0,04516 -0,0005 0,0 -0,0011 0,00015 -0,00022 0,0005 0,00088 -0,00022 0,0 0,00008 0,00003 -0,0004
Log x =
21,22292 = 1,92936 11
0,5
0,04516 Log X = 10
Irigasi & Bangunan Air II
= 0,0672
G=
Jadi besaran hujan yang diharapkan terjadi dalam 10 tahun pada stasiun Ia adalah 104,457 mm
B. Stasiun Ib
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 N=11 Tahun 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 x (mm) 62 85 120 163 87 95 102 110 137 58 56 1075 Log X 1,792392 1,929419 2,079181 2,212188 1,939519 1,977724 2,0086 2,041393 2,136721 1,763428 1,748188 21,628753 (Log X Log x) (Log X Log x)2 (Log X Log x)3 -0,173858 -0,036831 0,112931 0,245938 -0,026731 0,011474 0,04235 0,075143 0,170471 -0,202822 -0,218062 0,000003 0,0003023 0,001357 0,012753 0,060485 0,000715 0,000132 0,00179 0,005646 0,02906 0,041137 0,047551 0,2009283 0,0000053 0,00005 0,00144 0,014876 0,000019 0,000002 0,00008 0,000424 0,004954 0,008343 0,010369 0,0405623
Log x =
21,628753 = 1,96625 11
0,5
0,0920436 Log X = 10
Irigasi & Bangunan Air II
= 0,096
G=
Jadi besaran hujan yang diharapkan terjadi dalam 17 tahun pada stasiun Vc adalah 128,970 mm
C. Stasiun VId
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 N=11 Tahun 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 x (mm) 56 64 107 108 98 97 150 85 137 91 104 1097 Log X 1.748188 1.80618 2.0293838 2.0334238 1.9912261 1.9867717 2.1760913 1.9294189 2.1367206 1.9590414 2.0170333 21.813479 (Log X Log x) (Log X Log x)2 (Log X Log x)3 -0.250625915 -0.192633968 0.030569835 0.034609813 -0.007587867 -0.012042208 0.177277317 -0.069395017 0.137906625 -0.03977255 0.018219397 0.0628133 0.0371078 0.0009345 0.0011978 5.758E-05 0.000145 0.0314272 0.0048157 0.0190182 0.0015819 0.0003319 0.1594311 -0.0157427 -0.0071482 2.857E-05 4.146E-05 -4.369E-07 -1.746E-06 0.0055713 -0.0003342 0.0026227 -6.291E-05 6.048E-06 -0.01502
Log x =
21,813479 = 1,983 11
0,1594311 Log X = 10 G=
0, 5
= 0,126
Jadi besaran hujan yang diharapkan terjadi dalam 10 tahun pada stasiun VId adalah 140,511 mm
Maka curah hujan rata-rata (Rrata-rata) periode 10 tahun dari hasil perhitungan dengan Metode Gumbel Dan Log Preson Type III didapat yang terbesar yaitu curah hujan pada metode Gumbel : Stasiun Stasiun Stasiun IVd Vc VId ; ; ; X17 = 161,5730 mm X17 = 145,7441 mm X17 = 165,1327 mm
Curah hujan rata-rata periode ulang 17 tahun adalah R17 = (161,573 + 145,7441 + 165,1327) / 3 = 165,181 mm
Ada 3 rumus untuk menghitung debit banjir rencana (Design Flood) yaitu : 1. Metode Rational 2. Metode Melchion
3. Metode Haspers
Dalam perhitungan ini menggunakan metode Hospers
Metode Hapers
Debit banjir rencana : Q = ..q.F (m3/detik) Dimana :
= Koefisien pengaliran
q F = Koefisien reduksi = Debit pengaliran (m3/detik/km2) = Luas cathment area (km2)
= 0,8
= 0,920
= 14,7 km x
9 10
= 13,23 km
r 3,6t
t Rn t +1
Perhitungan : F = 21 km2 I = =
t = 0,1 x 13,230,8 x 0,000605-0,3 = 7,290 jam Untuk T = 10 tahun Harga r Bila 2 jam < t < 19 jam Debit Hujan max pengairan r= t Rn 7,290 165,181 = = 145,256 t +1 7,290 + 1 r 3,6t = 145,256 3,6(7,290 ) R10 = 165,181 mm
q10 =
= 5,535 m3/det/km2 maka Design Flood (Banjir Rencana) Q10 = = = q F 5,535 0,675 0,920 21 72,182 m3/det
Z=1
Z=1
Bn = 20 m
3.1.2. LENGKUNG DEBIT SEBELUM ADA BENDUNG Maksud perhitungan ini adalah untuk mengetahui berapa tinggi air sebelum ada pembendungan atau berapa tinggi air di hulu bendung yang tidak dipengaruhi pembebanan. Diketahui : Lebar sungai Panjang sungai Kemiringan sungai Rumus yang digunakan = Bn = 20 m
= 14,7 km = 14700 m =
Rumus Bazin : C =
87 1 + R
Rumus Bazin : C =
87 1 + R
= Keliling lingkaran
I = Kemiringan sungai
diambil = 1,7
z=1
= b + 2h 1 + z 2
= b + 2h. R = C =
87 1 + R
dimana : = 1,7 I = 0,001
V = C. R.I =
Q = V.F =
87 R 0,001 R + 1,7
xF
87RF 0,001
+ )
(7 )
V=
1,7
(m3/det
Q F
(m/det)
(1)
0.5 1 1.5 2 2.5 2.8 2.9
(2)
10.25 21 32.25 44 56.25 63.84 66.41
(3)
21.4142 22.8284 24.2426 25.6569 27.0711 27.9196 28.2024
(4)
(5)
(6)
13.4979 53.1474
(7)
2.3918
(8)
5.6433
(9)
0.5506 0.9518 1.2827 1.5677 1.8197 1.9584 2.0029
2.6591 19.9869 2.8534 41.3655 3.0096 68.9793 3.1415 102.3587 3.2121 125.0263 3.2345 133.0115
1.3303 1.1534 118.0317 1.7149 1.3096 207.5971 2.0779 1.4415 321.5577 2.2866 1.5121 401.6020 2.3548 1.5345 430.2289
Dari tabel diatas didapat : Untuk Q10 = 72,182 m3/detik, tinggi air h = 2,05 m
= 20 m
.20 = 2m
3.2.2. KETINGGIAN MERCU BENDUNG Dari peta petak sawah tertinggi yang akan dialiri
Irigasi & Bangunan Air II
= 15
= 0,1 = 0,1 +
m m
= 15,2
m
= 15,.2 m = 0,1 m = 0,2 m = 0,6 m = 0,2 m = 0,1 + m
Kehilangan energi dari saluran sekunder ke saluran tersier Kehilangan tekanan sepanjang sal. primer ke sal. tersier Kehilangan energi pada bangunan air Kehilangan energi pada pintu pengambilan/primer Tinggi pengempangan
= 16,4 m
3.2.3. LENGKUNG DEBIT SESUDAH ADA BENDUNG Tinggi muka air banjir diatas mercu bendung dihitung dengan rumus :
Bundschu
Q = m. beff . d. d =
2 3
g.d
Verwoord
k=
4 27
m3.h3
1 h+ p
h r
)2
Q = Debit air yang lewat diatas mercu b h k g = Lebar bendung efektif = Tinggi air udik diatas mercu = Tinggi air kecepatan = Kecepatan grafitasi
Beff
k h r p 1: 4 r
Untuk menentukan harga r dipakai cara Kreghten, sebagai pendekatan yaitu dengan mengambil m = 1,34 . Harga yang baik untuk bila r terlalu kecil diambil r = H
H = 3,8 tetapi r
g.d
9,8d 3
H d x 0,949 = 1,424 m
H = =
H = 3,8 r
r Diambil : r =
=H = 1,424 = 0,712 m 1m
Perhitungan tinggi air h diukur secara coba-coba dengan mengambil beberapa harga h dan dihitung Q masing-masing. p r g beff =3m =1m = 9,8 m/det2 = 18,6 m
m3.h3
2
Q=mbeffd H=h+k d= 2 3 H
1 h+ p
g.d
(1)
0,5 1,0 1,5 2,0 2,1 2,105
(2)
1,1091 1,1725 1,2301 1,2819 1,2916 1,2921
(3)
0,0019 0,0127 0,0374 0,0779 0,0880 0,0885
(4)
0,5019 1,0127 1,5374 2,0779 2,1880 2,1935
(5)
0,3346 0,6752 1,0249 1,3853 1,4587 1,4623
(6)
12,4980 37,8734 74,3166 121,6995 132,4909 133.0420
Dari tabel diatas didapat : Untuk Q10 = 72,182 m3/dt , tinggi air h = 1,471 m
2h i
Pada keadaan setelah adanya bendung, maka kecepatan pengaliran dibelakang bendung akan terjadi suatu kecepatan kritis (Vc) dengan kedalaman kritis (yc) sehingga terdapat suatu daerah olakan karena air akan menyamakan tinggi permukaan dan kecepatannya dengan air yang ada di dalam sungai (yb) dibelakang bendung.
Untuk mendapatkan kecepatan kritis (Vc) dan kedalaman kritis (yc) pada sebuah profil trapesium sebagai berikut :
yc
Q Q = F yc(B + yc.z )
V2=
Q2 yc 2 (B + yc.z )
2
Persamaan energi E = yc +
V2 2g Q2 yc 2 (B + yc.z ) 2 g
2
= yc +
Syarat kritis :
Rumus Differensial :
-1
Q 2 (B + 2.z. yc ) g (B + yc.z )
3
Maka : yc =
Q 2 (B + 2.z. yc ) g (B + yc.z )
3
Q 2 (B + 2.z. yc ) g (B + yc.z )
3
yc3 (9,8 (18,6 +yc)3) = 72,1822 (18,6 + 2yc) 9,8 yc3 (6434,856 + 345,96 yc +691,92 yc+37,2 yc2 + 8,6 yc2 +yc3 ) = 96910,48491 +10420,48225 yc 63061,5888 yc3 + 10171,224 yc4 + 546,84 yc5 + 9,8 yc6 96910,48491 10420,48225 yc = 0 9,8 yc6+ 546,84 yc5 + 10171,224 yc4+63061,5888 yc3 - 10420,48225 yc 96910,48491 = 0 Dengan Newton Raphson Method didapat : yc = 1,130 m Persamaan kecepatan aliran kritis Q = F.V = Vc.yc.(B + z. yc) Q = Vc2 x yc2 (B + z. yc)2 Q2 = Vc2 x Vc2= Q 2 (B + 2.z. yc ) yc.g (B + z. yc )
2
Q 2 (B + 2 z. yc ) g (B + z. yc )
3
yc.g (B + z. yc ) (B + 2.z. yc )
yc.g .(B + z. yc ) (B + 2.z. yc )
Vc =
= 3,236 m/detik Didepan Bendung y1 = p + h = 3 + 1,571 = 4,571 m Dimana : H=h+k = 1,571 + 0,036 = 1,607 m Dibelakang Bendung K2 = =
Keterangan : P He Hc Hd Y X Z T h1 h2 H = tinggi air normal = tinggi muka air banjir = tinggi air kinetik = tinggi muka air dari puncak mercu = tinggi puncak mercu = jarak mercu kemuka air pada arah horizontal = beda elevasi air maksimum sebelum dan sesudah mercu = kedalaman air maksimum sesudah mercu = beda elevasi tinggi air banjir dan tinggi air normal = kedalaman air normal sesudah mercu = beda elevasi air sebelum dan sesduah mercu pada saat air normal
pertemuan suatu perpanjangan tangen penampang mercu bulat dengan kebalikan kurva diatasnya, atau menyerupai sebagai kurva terbalik. Menurut Vlugter bentuk dan kondisi hidrolis ruang olakan ini sangat dipengaruhi oleh : Tinggi muka air diudik diatas mercu = H Perbedaan antara tinggi muka air diudik dan dihulu bendung = z
Dipergunakan pada sungai yang tidak banyak membawa bahan hanyutan dasar atau bed load transfort serta diatas tanah dasar aluvial. Dalam lantai ruang olak diukur dari puncak mercu tidak boleh melebihi dari D=8,0 m. Atau perbedaan antara tinggi muka air diudik dan dihilir tidak boleh lebih dari z = 4,5 m Dimensi Ruang Olak a) Jika
4 3
<
< 10
H
4
<
<
Dimana : D= L= Dalam lantai ruang olak yang diukur dari puncak mercu Panjang lantai ruang olak, diukur dari titik perpotongan permukaan
lantai dengan permukaan tubuh bendung bagian belakang. R= Jari-jari ruang olakan
H= Z= A=
Tinggi total muka air diatas mercu, termasuk tinggi energi kecepatan Perbedaan antara tinggi muka air diudik dan dihilir bendung Tinggi endsill, atau drempel
Data : H = 1,607 m Z
z H
= 3,606 m = 2,244
4 4 3 3
<
< 10
= 0,15H
1,607
Lmuka >7 3 Lmuka > 21 m Dari hasil perhitungan diatas ditetapkan : Panjang lantai muka 25 m Tebal lantai muka cukup diambil 50 cm Lapisan puddle dibawahnya setebal 50 cm Jadi panjang Creep Line total pada lantai muka adalah 25 m
4.2.2. TEBAL LANTAI RUANG OLAK Tebal lantai diambil = 2,00 m Tekanan keatas pada titik B UB = HB Dimana : UB = Tekanan keatas pada titik B HB = Kedalaman titik B dari muka air dimuka bendung = 16,4 6,5 = 9,9 m 10 m Lt = Panjang Creep Line total = 65 m LB H L
H = Perbedaan muka air dimuka dan dibelakang bendung = 16,4 6,5 = 9,9 m 10 m LB = Panjang Creep Line sampai titik B = 25 m Tebal lantai dihitung pada waktu air dibelakang bendung sedang kosong, maka : UB = HB = 10 LB H L 25 x 10 65
= 6,15 m Efektifitas sebesar 70% UB = 70% x 6,15 = 4,308 m Tekanan keatas : UB = 4,308 x 1 kg/m3 = 4,308 kg/m2 Berat lantai = t. = 2 x 2,2 = 4,4 kg/m2 > UB Maka tebal lantai 2,0 m cukup aman !!!
H R V T e e B B
e<
1 6
Momen Guling
b. Momen tahanan (Mt) harus lebih besar dari pada momen guling (Mg). Faktor keamanan ini dapat diambil antara 1,5 dan 2,0 R> Mt Mg R = Faktor keamanan
c. Konstruksi tidak boleh menggeser Faktor keamanan ini dapat diambil antara 1,5 sampai 2,0 F=
V F H
d. Tekanan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang diizinkan.
t < t
Bjbeton
air lumpur
titik A
= 1,7 t/m3
B B=
13,17
Lengan BERAT (TON) Momen (m) G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 3.63 9.90 7.04 5.50 1.65 8.80 1.65 7.70 1.65 6.60 1.65 9.90 0.66 2.20 5.50 74.03 12.90 12.00 9.55 13.00 12.20 7.50 5.50 5.80 3.50 4.00 2.00 2.50 0.60 0.50 1.30 EM=
Momen ( TM ) 46.83 118.80 67.23 71.50 20.13 66.00 9.08 44.66 5.78 26.40 3.30 24.75 0.40 1.10 7.15 659.806
W2
1:4
h=3m a = 0,75 m
1 = 1 t/m3
Momen (tm)
9,75
21,65
b. Air Banjir
+18,65 a 0,426 h1 W3 h W4 1,295 W6 W5 h2 1:4 b
air = 1 t/m3
a = 0,75 m b = 0,151,m
Momen (tm)
9,75
21,65
M=
Momen (tm)
9,75
21,65
M=
Kontrol Terhadap Stabilitas Bendung : SF = 713,1369 / 62,175 = 11,47 > 1,5 b. Kontrol Terhadap Geser Gaya Vertikal 1. Berat sendiri bendung 2. Gaya hidrostatis vertikal
V
Aman
Safery Factor = 1,5 f = koefisien geser untuk batuan kompak = 0,8 Maka : Stabilitas Terhadap Geser : SF =
V . F 75,53x 0,80 = = 4 ,48 > 1,5 Aman H 13,496
5.4.2. PADA SAAT AIR BANJIR a. Kontrol Terhadap Guling Momen Penahan (Mp) 1. Akibat berat sendiri bendung 2. Akibat gaya hidrostatis vertikal = 659,81 tm = 22,28 tm
Mp = 682,09 tm
Aman
b. Kontrol Terhadap Geser Gaya Vertikal 1. Berat sendiri bendung 2. Gaya hidrostatis vertikal
V
Safety Factor = 1,5 f = koefisien geser untuk batuan kompak = 0,8 Maka : Stabilitas Terhadap Geser : SF =
= Berat dendiri bendung =Bx1m = Lebar pondasi = 9 m = B x 1 m = 9 x 1 = 9 m2 = 90.000 cm2 = 80,96 ton = 80960 kg
A B Maka : A
G
Sehingga : =
Mp Mg 412 152 = V 67
.B =
1 6
x 9 = 1,5 m
Ba
= 4,5 3,841
Mp Mg 412 152 = V 67
.B =
1 6
x 9 = 1,5 m
Ba
= 4,5 3,841
= 0,659 m Jadi didapat e < eo .> OK 5.4.5. DAYA DUKUNG a. Pada Saat Air Normal Rumus : ada =
ada = V 6e 1 B 1 B
67 6 0,6 1 9 1 9
1 = 10,827 t/m2 = 1,0827 kg/cm2 < = 10 kg/cm2 2 = 10,827 t/m2 = 1,0827 kg/cm2 > 0 = 10 kg/cm2
67 6 0,6 1 9 1 9
1 = 10,827 t/m2 = 1,0827 kg/cm2 < = 10 kg/cm2 2 = 10,827 t/m2 = 1,0827 kg/cm2 > 0 = 10 kg/cm2
.. OK !!!
Kesimpulan. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk dan ukuran bendung seperti tercantum pada gambar adalah cukup stabil baik pada waktu air normal maupun air banjir.
6.1.
Pintu Pengambilan
Daerah yang akan dialiri seluas 3.000 ha dan kebutuhan air bersifat normal. a = 1,4 lt/detik/ha c = koefisien lengkung kapasitas tegal , c = 1,2 Maka debit yang dibutuhkan : Q = c.a.A = 1,2 x 1,4 x 3.000 = 5040 lt/det
6.1.1. UKURAN INTAKE A = 3000 ha Q = 5040 lt/det = 5,04 m3/det Untuk aliran tidak sempurna H1 > Rumus pengaliran yang dipakai : Q = m.b1 . H1 Dimana : H1 = Tinggi air diatas mercu z = Perbedaan tinggi muka air diatas mercu dan dihilir, diambil 0,2 m b = lebar intake, diambil 4 m. terdiri dari 2 lubang, masing-masing selebar b1 = 2 m m = Koefisien pengaliran, untuk mercu yang berbentuk bulat dan pengaliran bukan berbentuk bulat = 0,85 Mercu intake lebih tinggi daripada dasar saluran induk, maka : Q = m.b1.H1 .
2 3
2.g.z
5,04 = 0,85 x 4 x H1 . H1
= 0,7487 m 0,8 m
6.1.2. TEBAL PINTU INTAKE Bahan pintu dibuat dari kayu kelas II dengan lt = 100 kg/cm2, = 100.000 kg/cm2. Terdiri dari papan-papan ukuran 0,2 m
+18,65 2,35
Pemasukan dibagi dua pintu masing-masing ,b1 = 2 m Lebar total intake , bt = 2 + 2 x 0,2 = 2,4 m Tinggi pintu = H1 + 0,1 = 0,8 + 0,1 = 0,9 m Tinggi air pada waktu banjir = 18,65 15,5 = 3,15 m Tekanan air pada tiap meter q=
Mmax = 1 q. bt2 = 8
M W
dimana : W = 1 h.t2 6
maka :
=
1 6
t2 =
1 6
t = 0,1149 m Tebal pintu intake diambil t = 0,15 m = 15 cm Kontrol Terhadap Lendutan fada = f = q.b 4 5 5 6,1 240 4 t = = 0,4685 cm 1 384 EI 384 100.000 12 20 15 3
1 300
x 240 = 0,8 cm
Dari tebel, lampiran III didapat ketentuan : b:h=3 V = 0,65 - 0,7 m/det , diambil : V = 0,7 m/det
Serung talud = 1 : 1 K F= = 45
b = 3.h = 3,795 m ~ 4 m
b=4m
6.2.
Pintu Penguras
Pintu penguras dibuat disebelah kiri bendung di dekat pintu pengambilan (intake) dengan lebar 2,5 m. Lantai dasar pintu penguras sama dengan lantai dihulu bendung = + 13,5. Untuk mencegah masuknya benda-benda padat kedalam saluran, dibagian depan pintu pengambilan dibuat Onderspuier (setingi ambang pengambilan). Tebal plat Onderspuier diambil 20 cm.
+16,5 h=P- y
P y
0,2
+15,5 +13,5
P = 16,5 13,5 = 3 m y = 15,5 13,5 0,2 = 1,8 m h = P - y = 3 (1,8) = 2,1 m b = 2,5 m F = b x y = 2,5 x 1,8 = 4,5 m2 Rumus Pengaliran : Q = .F 2.g .h
= .b. y 2.g .(P 1 y ) 2
2 9,8 2,1
c = koefisien sedimen shape, dengan nilai 3,2 5,5 diambil c = 5,5 sehingga didapat : d =
+16,5 z H h +13,5
H = 16,5 13,5 = 3 m z = h =
1 3 2 3
H= 1x3=1m 3 H=
2 3
x3=2m
2 9,8 2,1
Dimana : V = Kecepatan bilas = 3 m/det d = Diameter butir c = koefisien sedimen shape, dengan nilai 3,2 5,5 diambil c = 5,5 sehingga didapat : d = V2 3,978 2 = = 0,162 m 2,25.c 2 2,25 5,5 2
maka : Q = A.c.a. = 100 x 1,105 x 1,4 = 154,7 lt/det = 0,1547 m3/det Tabel Perhitungan :
Nama Petak Luasan Petak Koef. Lengkung Tegal SP1.Ki SP1.Ka SP2.Ki SP2.Ka SP3.Ki SP3.Ka SP4.Ki SP4.Ka SP5.Ki SP5.Ka SJ1.Ki SJ1.Ka SJ2.Ki SJ21.Ka SJ3.Ki SJ3.Ka SJ4Ki SJ4.Ka SJ5.Ki SJ5.Ka B1.Ki B1.Ka B2.Ki B2.Ka B3.Ki B3.Ka B4.Ki B4.Ka 100 98 120 116 125 95 110 105 55 46 100 70 120 99 123 105 108 81 37 20 95 71 120 70 90 95 62 120 1.105 1.11 1.045 1.055 1.03 1.125 1.07 1.09 1.375 1.46 1.105 1.255 1.045 1.11 1.04 1.09 1.08 1.19 1.57 1.93 1.125 1.25 1.045 1.255 1.145 1.125 1.315 1.045 a (lt/det/ha) 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 Q =A.c.a./1000 (m3/det) 0.1547 0.1523 0.1756 0.1713 0.1803 0.1496 0.1648 0.1602 0.1059 0.0940 0.1547 0.1230 0.1756 0.1538 0.1791 0.1602 0.1633 0.1349 0.0813 0.0540 0.1496 0.1243 0.1756 0.1230 0.1443 0.1496 0.1141 0.1756 = 4,8793 (m3/det)
Dalam rencana Jaringan Irigasi ini hanya akan dibahas beberapa masalah secara umum tentang peta petak saluran-saluran dan bangunan-bangunan yang diperlukan.
SALURAN-SALURAN IRIGASI
a. Saluran Primer Saluran yang menerima air langsung dari penangkap air (pintu intake pada bendung). b. Saluran Sekunder Saluran yang menerima air dari saluran primer untuk petak sekunder yang dilayaninya. c. Saluran Tersier Saluran yang menerima air dari saluran sekunder untuk aluran petak yang dilayaninya.
d. Saluran Kuarter Saluran yang menerima air dari saluran tersier, berada dalam petak tersier yang membagi air langsung kesawah atau lahan pertanian.
Saluran Punggung Saluran yang ditarik melalui titik-titik tinggi dari sebuah punggung yang dapat memberikan air kekanan dan kekiri. Saluran Garis Tinggi Saluran Tranche mengikuti garis tinggi dengan kemiringan yang sangat kecil.
BANGUNAN-BANGUNAN IRIGASI
a. Bendung Bendung untuk membendung sungai Pintu-pintu pengambilan untuk mengambil air dari singai Pintu-pintu penguras untuk membersihkan singai dimuka pintu pengambilan. Kolam olak atau kolam peredam energi (energi dissipator) sebagai pematah energi. Kantong lumpur atau kantong pasir untuk mengendapkan lumpur atau pasir dari air yang telah dimasukkan. Pintu pembilas untuk membersihkan kantong lumpur.
b. Bangunan Bagi Berguna untuk membagi air antara saluran primer dan saluran sekunder, antara saluran sekunder dan tersier dan didalam petak tersier dan saluran kuarter. c. Bangunan Penyadap Bergun untuk menyadap air dari saluran sekunder atau saluran primer untuk keperluan petak-petak tersier
d. Bangunan Pengukur Untuk mengukur air yang diambil dari sungai, saluran induk, sekunder dan tersier.
= kecepatan aliran air = jari-jari hidrolis = Koefisien kekasaran aliran = kemiringan dasar saluran
h b
Rumus : F = (b + zh)h P = b + 2h 1 + z 2 R= Dimana : F = Luas penampang saluran P = Keliling basah z = Faktor kemiringan saluran Contoh Perhitungan Diambil 1 petak Tersier SJ.1.Ki dengan debit Q = 0,1547 m3/det. Perhitungan didasarkan pada pedoman dai Direktorat Irigasi, yaitu untuk Q = 0,1547 m3/det dianjurkan menggunakan : b:h=1:1 V = 0,3 0,35 (untuk tanah lempung biasa) F P
Q V
0,483 = 0,491 m 2
b = h = 0,491 m ~ 0,5 m jadi lebar dasar saluran dan kedalaman air adalah sebesar 0,5 m
Irigasi & Bangunan Air II
Fbaru = 2b2 = 2 (0,5)2 = 0,5 m2 jadi luas penampang saluran sebesar 0,5 m2 Vbaru = = Q Fbaru
dalam hal ini memenuhi syarat : 0,3 < 0,309 < 0,35 m/det P = b + 2h 1 + z 2 = 0,5 + 2 x 0,5 1 + 12 = 1,914 m jadi keliling basah saluran sebesar 1,914 m R = =
F P
(0,309)2 40 2 (0,261)
= 3,578. 10-4 jadi harga I didapat sebesar 3,578 .10-4 Dimana K = 40 ( tanah dasar saluran diasumsikan berupa lempung)