You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

Islam (Arab: al-islām, ‫ السلم‬: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama
yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam
golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di
seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah
agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan (Arab: ‫ال‬, Allāh).[4] Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim
yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"[5][6], atau lebih lengkapnya adalah
Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah
menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan
meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul
terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi
yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara memperoleh
pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya
berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta. Dalam
pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains.

Ilmu dapat pula bermakna jauh berbeda dari pengertian sains. Di masyarakat kita,
biasa kita dengar istilah "ilmu hitam", yaitu ilmu yang berkonotasi buruk, misalnya bisa
bermakna ilmu yang muncul dari kekuatan gaib yang ditujukan untuk melakukan
perbuatan jahat.

Ilmu dapat digolongkan menurut cara berikut ini,

• Humaniora
• Ilmu sosial
• Ilmu pasti (ilmu dalam arti yang lebih ketat)
• Ilmu terapan (rekayasa)
• Matematika
• Ilmu alam
• Ilmu kedokteran dan farmasi

Page
1
Haruslah dicatat bahwa pemisahan ini berdasarkan konsep filsafat Negara Barat. Teologi,
bagian lain dari pengetahuan manusia, tidak dianggap ilmiah sehingga dipisahkan.

Ilmu pasti mempelajari alam, matematika, dan teknologi, sedangkan ilmu sosial
mempelajari perilaku manusia dan masyarakat.

Teori "ilmiah" bersifat objektif – dapat dibuktikan secara empiris – dan "prediktif" –
menduga hasil empiris yang bisa diperiksa, dan tentu saja mungkin pula bertentangan.

Beberapa penemuan keilmuan bisa sangat counter-intuitive. Teori atom misalnya,


menunjukkan bahwa bongkahan granit yang tampak berat, keras, dan padat ternyata
merupakan kombinasi subatomik berbagai partikel yang satu pun tidak memiliki sifat-sifat
tersebut, yang bergerak sangat cepat dalam suatu ruangan yang hampir kosong.

Page
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Iptek dalam Islam

Firman Allah dalam QS. 3, Ali Imran : 110, artinya, “Kamu adalah umat yang
paling baik (khaira ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia;
menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman kepada
Allah. Sekranya orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk
mereka. Sebahagian mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang jahat”.
Dijelaskan bahwa Umat Islam adalah umat pilihan, terbaik. Bila keturunan Kitab
sebelumnya mau menerima dinul Islam , mereka akan lebih baik dari umat ini. Tetapi
mereka kufur, dan sebahagian lagi jahat, menolak ajaran Allah SWT. Disinilah terdapat
tantangan disamping peluang terhadap umat pilihan (umat Islam) sepanjang masa dalam
meniti setiap perubahan zaman.

Khaira ummah yang menjadi identitas umat Islam itu selalu istiqamah (Konsisten)
dengan perangai utama. Tetap membawa, menyeru, mengajak umat kepada yang baik,
amar makruf. Melarang membuat salah, nahyun ‘anil munkar. Tetap beriman dengan
Allah.

Amar makruf, hanya bisa dilaksanakan dengan ilmu pengatahuan. Karena itulah
tatkala pertama kali manusia diciptakan kepadanya beberapa perangkat ilmu (QS.2:30-35).

Dalam mengemban misi mulia, khalifah di permukaan bumi. Nahyun ‘anil munkar,
melarang dari yang salah. Perlu ilmu pengetahuan tentang makruf dan munkar artinya
mengerti tentang suruhan berbuat baik dan larangan berbuat salah (QS.3:104,114;
QS.5:78-79; QS.9:71,112; QS.22:41; QS.31:17). Amar Makruf Nahi Munkar sangat sesuai
dengan martabat manusia.

Patokan makruf (baik, disuruh) dan munkar (salah, terlarang) dipagari oleh halal
(right, benar) dan haram (wrong, salah). Bukan like or dislike (suka atau tidak). Kerancuan
menerapkan benar dan salah dikehidupan sehari-hari disebab kurangnya ilmu pengetahuan
tentang right dan wrong. Selain dari kebiasaan meninggalkan ajaran agama, tidak teguh
(tidak istiqamah) menjalankan right dan wrong tersebut. Bila diteliti bahwa ayat pertama

Page
3
turun adalah (Iqra’, artinya baca) QS. 96, Al ‘Alaq 1-5.

Membaca dan menulis, adalah “jendela ilmu pengetahuan”. Dijelaskan, dengan


membaca dan menulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak
diketahui (‘allamal-insana maa lam ya’lam). Ilham dan ilmu belum berakhir.

Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan kepada manusia untuk
mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan
pergantian masa.

Keistimewaan ilmu, menurut wahyu Allah,antara lain ;


Yang mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orang-orang yang
dalam ilmunya (QS.2:7).
- Orang berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18).
- Di atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu, (QS.12:76).
- Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7).
- Jangan engkau turut apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36).

Sebenarnya umat pengamal wahyu Allah (Islam) pemilik identitas (ciri, sibghah)
yang jelas, yaitu menguasai ilmu pengetahuan. Mereka adalah innovator, memiliki daya
saing, imagination, kreatif, inisiatif, teguh dalam prinsip (istiqamah, consern), berfikir
objektif dan mempunyai akal budi.

Teknologi hanyalah suatu keterampilan, hasil dari ilmu pengetahuan berkenaan


dengan teknik, serba mesin itu. Teknologi tidak berarti bila manusia dibelakang teknologi
itu tidak berfungsi, tidak berperan dan mati.

Sebelum teknologi dihidupkan, wajib lebih dahulu menghidupkan dhamir


manusia yang akan mempergunakan perangkat teknologi, agar hasil yang diperoleh
bermanfaat untuk kehidupan manusia. Jangan sebaliknya merusak kehidupan itu sendiri.

Pemilik ilmu pengetahuan dan pengguna teknologi mestinya mampu mencipta


dan menampilkan produk teknologi ditengah kehidupan dunia menyeluruh (global) tanpa
merusak harkat manusia melalui produk hasil ciptaan teknologi tersebut.

Page
4
Di sini sebenarnya arti penerapan Iptek dari sudut pandang agama Islam. Iptek
menjadi musuh kemanusian bila hasilnya menghancurkan harkat (derajat) manusia. Iptek
juga sangat penting teramat berguna dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Karena itu
perlu ada saringan pengguna iptek itu. Saringannya adalah agama, akal budi, dan di
Minangkabau adalah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Segera laksanakan
dan jangan sebatas semboyan.

b. integrasi Iman, Ilmu dan Alam


Menghadapi tantangan dunia ke depan, umat Islam mesti memantapkan iman dan
ilmu. Penguatan basis kelimuan dan keimanan itu mesti ditajamkan. Karena itu penting
adanya tajdid (pembaharuan) pemikiran dan wacara Islam moderat serta peran strategis
kaum Muslim di kawasan Asia Tenggara, khususnya di tanah Melayu. Wacana ini
mengemuka dalam lokakarya yang diadakan oleh Center for Moderate Muslim(CMM)
dan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim) dengan tema “Memantapkan Konsep
Pendidikan Islam” di Hotel Pusako, Bukittinggi, Sumatera Barat, awal Agustus 2006.
Hadir sebagai peserta dari kedua pihak antara lain Angkatan Belia Muslim Malaysia
(ABIM), Sekolah Terpadu Adni (Malaysia) selain utusan YADIM sendiri.

Sedangkan dari Indonesia adalah SMU Lazuardi, SMP Bina Insani Bogor, SMU
Insan Cendekia Serpong, SD Muhammadiyah Rawamangun, SMU PGII 1 Bandung, SMP
Al-Kautsar Sukabumi, SMP Darul Hikam Bandung, SD Al-Sukro Ciputat, SD Madania
Bogor, TK Al-Fath Ciputat, TK Al-Izhar Pondok Labu, TK Al-Azhar 1 Kebayoran Baru,
Play Grup Kutilang Ciputat, dan TK Azkia Padang. Kesemua lembaga pendidikan
tersebut adalah model sekolah terpadu dan unggulan.

Munculnya ide tajdid dalam bidang pemikiran dan pendidikan Islam ini sejalan
dengan sorotan tajam Barat terhadap dunia Islam terkait dengan banyaknya tragedi
kemanusiaan yang dilakukan oleh sekelompok kaum Muslim. Oleh sebab itu, menurut
KH. Dr. dr. Tarmizi Taher, ketua Dewan Direktur Center for Moderate Muslim, penting
bagi kita untuk menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya, yaitu Islam yang rahmatan lil
alamin, wajah Islam yang ramah, bukan yang marah. Kerja sama harus dilakukan dalam
berbagai bentuk untuk menggulirkan wacana keislaman yang moderat dan membangun
basis serta kader intelektual Muslim yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga
sains dan teknologi. Peran Muslim Asia Tenggara sangat besar sekali. Malaka dulu

Page
5
menjadi pusat perdagangan, itu setelah dipegang sultan-sultan Islam. Ilmuwan dan
agamawan asal melayu juga diperhitungkan. Abad ke-19, Syekh Nawawi Al-Banteni
sudah diakui di dunia internasional sebagai alim yang memiliki reputasi luas di dunia
Islam.

Melalui lokakarya antara praktisi pendidikan Islam Indonesia dan Malaysia ini,
Tarmizi berharap dapat menjembatani masalah-masalah kebuntuan metode dan
kurirkulum pendidikan antara dua negara. “Dinamika kehidupan itu terus berjalan. Dulu
Malaysia belajar pada Indonesia, kini mereka melesat melebihi kita. Bahkan, sekarang
kita belajar pada Malaysia,” tegasnya di hadapan puluhan peserta. Kalau kita sungguh-
sungguh, tambah Tarmizi, tidak mustahil akan kembali mengejar ketertinggalan itu.
Untuk itu, kita harus mempunyai SDM yang tangguh. Muslim di Asia beda dengan
Muslim-Muslim di negara lain diharapkan bisa menjembatani kebekuan hubungan antara
dunia Islam .

Senada dengan itu, dalam sambutan pembukaan, Sekda Sumatera Barat yang
mewakili Gubernur Sumbar, Yohannes Dahlan mengatakan, kegiatan lokakarya
pendidikan ini sangat penting, dan diharapkan dapat membuat terobosan-terobosan baru
yang dapat dijadikan model bagi peningkatan dan pengembangan pendidikan Islam.

Seluruh peserta yang berjumlah 50 orang itu sepakat, bahwa pendidikan Islam
harus terus dikembangkan ke arah yang lebih baik dan lebih mengedepankan pola
managemen dan mutu pendidikan yang berkualitas. Namun demikian, mereka mengakui
bahwa untuk mewujudkan hal tersebut, tantangan dan hambatan di depan mata tidaklah
ringan. “Yang paling menonjol adalah hambatan minimnya SDM yang berkualitas dan
terbatasnya dana,” ungkap Prof Dr Salman Harun. Pengajar pada fakultas Tarbiyah UIN
Jakarta ini menambahkan, meski banyak hambatan dan tantangan, hal itu harus menjadi
pelecut atau motivator bagi upaya keras peningkatan mutu pendidikan Islam.

Salah seorang pembicara asal Malaysia, Prof Dr Sidek Baba, yang juga pengajar di
Universitas Antar Bangsa Malaysia mengatakan, salah satu faktor ketertinggalan umat
Islam di bidang pendidikan adalah karena memisahkan antara ilmu umum dan ilmu
agama. “Keterpaduan atau sinergi kedua ilmu justru amat penting. Islam tak mengenal
pemisahan ilmu. Dulu, di abad pertengahan, dunia Islam maju karena para ilmuwan dan
umat Islam memadukan ilmu umum dan ilmu agama. Tapi kini keduanya dipisah,” jelas
Baba. Untuk itu, tambahnya, kalau umat Islam mau maju, kedua ilmu itu harus

Page
6
disinergikan kembali.

Lokakarya kali ini sengaja mengupas managemen pendidikan, khususnya pada


tingkat sekolah TK hingga menegah atas. Sementara, kata Datuk Nakhaie, untuk
pendidikan tinggi, hal serupa akan diselenggarakan di Malaysia dalam waktu tak lama.

Kemudian, menurut Dian Martiani, pengelola Play Group/TK Adzkia, Sumatera


Barat, yang kini sudah berusia 14 tahun, menyatakan, Adzkia senantiasa berupaya
melakukan pembenahan dan terus belajar mencari sistem terbaik untuk perkembangan
anak. Karena, salah satu misi Adzkia adalah membentuk generasi Robbani yang
berakhlak mulia, cerdas, dan terampil.

Dalam makalahnya yang berjudul “Integrasi Pembelajaran sebagai Sarana


Pembentukan Generasi Robbani” Martiani mencatat 3 prinsip pembelajaran yang efektif
yaitu: (a) partisipasi siswa aktif, (b) masing-masing anak belajar dengan cara dan
kecepatan yang berbeda, (c) penciptaan suasana kelas yang kondusif (rasa aman,
penghargaan, tidak adanya ancaman, suasana yang penuh semangat). Sentra yang tersedia
terdiri dari sentra Persiapan (persiapan ke SD, dan kegiatan membaca, menulis, dan
berhitung), sentra Rancang Bangun (pengembangan kemampuan logis, matematika, dan
sains), sentra Seni Kreasi, dan sentra Eksplorasi (perkembangan motorik dan percobaan
sederhana). Semua pelaksanaan kurikulum diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.
Metode pengajaran Al-Quran dengan privat Iqra, dan pengenalan B. Inggris. Diakhir
tema dilaksanakan juga program Metode Proyek sebagai sarana anak mempelajari
langsung pelajaran dikelas ke situasi alam yang sesungguhnya.

Sedangkan Afriki, Kepala Sekolah Madania Elementary School, Bogor, yang


membawa makalah “Pendekatan Metode Pengajaran Modern Dalam Pelajaran Agama
Islam” mempertanyakan efektivitas metode pendekatan pembelajaran agama Islam di
lembaga-lembaga pendidikan. “Apakah kurikulum yang ada perlu dirombak?” tegasnya.
Pertanyaan ini penting karena memang pada prakteknya kita masih melihat bahwa
pendekatan pengajaran agama lebih banyak difokuskan kepada doktrin dan transfer
pengetahuan semata, sehingga terkadang siswa kurang memahami esensi dari materi yang
mereka pelajari. Banyak sekali siswa yang mampu menghafal dan mengingat berbagai
informasi dan ayat-ayat, akan tetapi pada saat ditanya, tidak banyak dari mereka yang
dapat menjelaskan esensi dari materi dan ayat-ayat yang mereka hafal tersebut, apalagi

Page
7
untuk menerapkannya secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

Pelajaran agama Islam di sekolah bertujuan bukan hanya semata-mata mentransfer


pengetahuan agama kepada siswa, akan tetapi lebih mempersiapkan mereka untuk dapat
memahami nilai-nilai dan esensinya, dan secara konsisten mencoba menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan perubahan dalam
metode pendekatan pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Karena pendekatan yang
berlaku sejauh ini masih dalam tahap yang belum efektif, dimana masih sebatas
membekali siswa dengan pengetahuan dan ritual semata, tanpa dibarengi pemahaman
yang dalam terhadap esensi dan relevansi ilmu dalam kehidupan mereka sekarang, masa
yang akan datang, dan di yaumul akhir. Melalui penguatan iman dan integrasi ilmu inilah,
umat Islam akan dapat bangkit dan memainkan peran dalam percaturan dunia global.
(CMM)

c. Keutamaan Orang yang Berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah
dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan pelbagai gelaran mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi
Allah SWT dan makhluk-Nya.Mereka digelari sebagai "al-Raasikhun fil Ilm" (Al Imran :
7), "Ulul al-Ilmi" (Al Imran : 18), "Ulul al-Bab" (Al Imran : 190), "al-Basir" dan "as-Sami'
" (Hud : 24), "al-A'limun" (al-A'nkabut : 43), "al-Ulama" (Fatir : 28), "al-Ahya' " (Fatir :
35) dan berbagai nama baik dan gelaran mulia lain.Daya usaha untuk memperoleh ilmu
melalui pelbagai sumber dan pancaindera yang dikaruniakan Allah SWT membimbing
seseorang ke arah mengenal dan mengakui ketauhidan Rabbul Jalil. Ini memberi satu
isyarat dan petunjuk yang penting bahwa ilmu mempunyai keterkaitan yang amat erat
dengan dasar akidah tauhid. Orang yang memiliki ilmu sepatutnya mengenal dan
mengakui keesaan Allah SWT dan keagungan-Nya. Hasilnya, orang yang berilmu akan
tunduk, kerdil dan hina berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan Allah SWT .

Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman:

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga

Page
8
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir membuat suatu rumusan yang menarik
bahwa apabila Allah SWT menyandingkan "diri-Nya" dengan para malaikat dan orang
yang berilmu tentang penyaksian "keesaan Allah SWT dan kemutlakan-Nya sebagai
Tuhan yang layak disembah", hal tersebut adalah suatu penghormatan agung secara
khusus kepada orang-orang yang berilmu yang sentiasa bergerak di atas rel kebenaran dan
menjunjung tinggi prinsip ini serta berpegang teguh dengannya dalam semua keadaan dan
suasana. Rekaman penghormatan ini kekal sebagaimana kekalnya kitab wahyu ini sebagai
peringatan kepada golongan berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT .
Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT.
Mereka memikul amanah Allah SWT karena mereka adalah pewaris para nabi.

Sifat ikhlas, berani, dan tegas serta sentiasa istiqamah akan selalu ada dalam diri
orang yang berilmu. Mereka tidak mengharapkan ganjaran, sanjungan, dan pujian dari
manusia. Keikhlasan mereka adalah hasil daripada ramuan kecintaan dan keyakinan
kepada prinsip kebenaran yang menjadi tonggak pegangan mereka.

Orang yang berilmu amat menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Mereka tidak
menafikan kebenaran dari pihak lain dan tidak pula merasa kebenaran hanya mutlak ada
pada dirinya. Berlapang dada dan merendah diri adalah akhlak murni orang yang berilmu.
Mereka tidak melihat dari siapa atau dari golongan mana kebenaran tersebut berasal.

Kebenaran sejati yang menjadi pegangan mereka adalah apabila datangnya


daripada nash al-Quran al-Karim dan as-Sunnah an-Nabawiyyah. Sebagaimana
keikhlasan Imam Malik yang mendorongnya mencegah Khalifah al-Mahdi dan al-Rashid
yang akan menjadikan kitab karangannya al-Muwatta' sebagai undang-undang dasar
kerajaan. Sebagaimana juga kerendahan hati Imam al-Syafi'i yang pernah menyatakan
bahwa :"Barang siapa yang mendapati hadits Rasulullah saw (yang shahih) yang tidak
sesuai dengan pendapatku, maka menjadi kewajibannya untuk mengikuti nash hadis
shahih tersebut dan meninggalkan pendapatku".
Keberanian orang yang berilmu adalah hasil keyakinan teguh kepada kekuatan dan
kekuasaan Allah Rabbul Jalil. Firman Allah SWT:

Page
9
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama[Orang-orang yang berilmu]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun." (Fatir: 28)

d. Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam

Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorang
muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaaffah, bukan hanya mementingkan satu
aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yg lainnya. Oleh karena itu, pemahaman
kita terhadap ajaran islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu
keharusan. Karena itu disinilah letak kita memahami karakteristikatau ciri2 khas ajaran
Islam dgn baik.

Dr. Qaradhawi dalam bukunya "khasaais al'ammah lil Islam" menyebutkan


bahwa: karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting. Ini pula yang menjadi
sebab, mengapa hanya Islam satu2nya agama yg tidak "takut" dengan kemajuan ilmu-
pengetahuan dan teknologi.
Ketujuh karakteristik ajaran Islam itu adalah:

1. Robbaniyyah

Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), juga dengan abbun nas
(Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah
Robbaniyyah, itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt,
bukan dari manusia,Karena itu, ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana
Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya:

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-


benar memeliharanya." (QS Al-Hijr 15:9)

Disamping itu, seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb
(Tuhan) dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia
menjadi seorang yang rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang
datang dari AllahAllah berfirman yang artinya:

"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah
dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi

Page
10
menyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang Tuhanani, karena kamu selalu mengajarkan Al-
Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS:Al-'Imran 3:79)

Karakteristik selanjutnya dari ajaran Islam adalah :

2. Insaniyyah

Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan
satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun
ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya, merupakan satu
kecenderungan jiwa manusia untuk dilampiaskan, karenanya Islam tidak melarang
manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya selama tidak bertentangan dengan
ajaran Islam itu sendiri.

Prinsipnya, manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita
dan segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun
harus diantur keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi, sebagaimana dalam firman
Allah yg artinya:

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qasas:28:77)

Kemudian karakteristik ajaran Islam selanjutnya adalah:

3. syumuliyah

Islam merupakan agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu
mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam
dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat
sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.

Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah
diamalkan, tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami.
Karena itu, di dalam Islam kita dapati konsep tentang da'wah, jihad dan sebagainya.
Dengan demikian, segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam, sebagaimana firman
Allah yg artinya:

Page
11
"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur'an)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
berserah diri. (QS An-Nahl 16:89)

"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia
musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Fatir 35:6)

Karakteristik Islam selanjutnya adalah :

4. Al-Wasathiyah

Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan padapersoalan-persoalan tertentu, ada
yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula
yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah
Subhanahu wata'ala menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat
yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut
pemenuhan terhadapkebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.

Manusia memang membutuhkan konsep agama yangseimbang, hal ini karena tawazun
(kesimbangan) merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam,
gelap dan terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi
keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya, banyak agama yang
menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga penganutnya membuat simbol-
simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yang menganggap tuhan sebagai sesuatu
yang abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan kihayalan belaka, bahkan
cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme.

Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakansesuatu yang ada, namun adanya tidak
bisa dilihat dengan mata kepala kita, keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam
semesta ini yang konkrit, maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang.

Karakteristik ajaran Islam lainnya adalah :

5. Al Waqi'iyyah

Al waqi'iyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat
diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-

Page
12
hari.

Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun merekaberbeda latar belakang, kaya,
miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan
rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya. Islam
sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi
satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari
kemajuan zaman.

Dua karakteristik Islam lainnya adalah: Al-wudhuh dan al Jam'u Baina Ats Tsabat wa al
Murunnah

6. Al-wudhuh

Al-wudhuh atau jelas dengan pengertian: Kejelasankonsep Islam membuat umatnya tidak
bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat
manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut
mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu sendiri. Dalam masalah aqidah, konsep
Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap, seorang muslim menjadi terikat
pada ketentuan- ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Konsep syari'ah atau hukumnya juga jelas sehinggaumat Islam dapat melaksanakan
peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil,
begitulah karakteristik yg dapat dikemukakan selanjutnya adalah :

7. Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah

Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanendengan yang fleksibel (al jam'u
baina ats tsabat wa al muruunah).

Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-halyang tidak bisa diganggu gugat, dia
mesti begitu, misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi dalam
melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit
dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama' dan
diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti
dengan tayamum.

Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa, Islam merupakan satu-satunya agama
yang sempurna dan kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang
setia.*

Page
13
Para sufi menyatakan arti kalimat tauhid diatas berbeda dengan para teolog.
Mereka lebih mengartikan kalimat diatas dengan “tiada realitas yang betul-betul sejati
kecuali Allah”. Maka sesungguhnya alam yang ada ini bukan realitas sesungguhnya.
Yang ada pada alam semesta ini adalah tidak abadi. Yang abadi hanyalah Allah. Alam
dengan berbagai isinya merupakan medan kreatif Allah dalam menampakkan
kekuasannya. Mempelajari alam berarti juga berusaha untuk mempelajari dan mengenal
cara kerja Allah di alam semesta. Mempelajari alam mendorong kita meyakini
keberadaan Allah. Fenomena alam menjadi tanda yang dengannya kita diberi petunjuk
keberadaan, kasihsayang dan kebijakan serta kepintaran-Nya.
Realitas alam semesta sesungguhnya menuju kepada titik yang sama. Yang membedakan
hanyalah gradasinya yang berbeda karena esensinya. Karena kesamaan ini maka sama
pula secara ontologi, sehingga segala tingkat wujud menjadi sah dan valid untuk menjadi
obyek ilmu.

Salah satu dari tawaran beliau adalah integrasi klasifikasi ilmu (dua lainnya adalah
Integrasi Metodologi dan Integrasi Ontologi serta integrasi ilmu Agama dan rasional) Hal
inilah yang menarik bagi para pustakawan, khususnya pustakawan Muslim dengan
koleksi khazanahkeislaman.

Integrasi klasifikasi ilmu ini diperlukan, karena akan berpadanan dengan struktur
ontologis obyek ilmunya.Al Farabi, membagi klasifikasi ilmu menjadi tiga.
a. Metafisika
b. Matematika
c. dan Ilmu Alam, ketiganya mempunyai derivasi masing-masing.

Dalam klasifikasi ini, belum terlihat jelas integrasi antara ilmu agama dan
rasional. Baru pada klasifikasi ilmu oleh Ibn Khaldunlah (wafat 1406 M) integrasi ini
terlihat jelas. Ibn Khaldun membagi ilmu pada dua bagian besar. ilmu agama
(naqli/transmitted) dan kedua adalah rasional (aqli)

Ilmu naqli menurut Ibn Khaldun terdiri dari


a. tafsir quran dan hadis
b. fiqih
c. tafsir ayat mutasyabihat
d. kalam
e. tasawuf

Page
14
f. tabir mimpi

Ilmu pada klasifikasi naqli ini, bersifat praktis bukan teoritis, yaitu untuk menjamin
penerapan hukum-hukum.
Ilmu rasional/aqli terbagi menjadi empat bagian
logika
a. burhani (demonstrasi)
b. jadali (dialektika)
c. khitabah (retorika)
d. syir (puisi)
e. safsathah (sofistry)
f. ilmu fisika
g. matematika
h. metafisika

Integrasi ilmu dalam klasifikasi Ibn Khaldun ini, tidak dijelaskan lebih mendetail
oleh Prof. Mulyadi. Sehingga bisa jadi dengan klasifikasi diatas (tanpa penjelasan
mendetail) justru orang akan mengira bukan klasifikasi yang terintegrasi, melainkan
justru dikotomi ilmu (pen.)

Kesamaan yang didapat dari klasifikasi diatas hanyalah kesamaan ontologisnya.


Klasifikasi ilmu, merupakan aktifitas ideologis (Sardar, 1993). Itulah sebabnya,
klasifikasi ilmu dalam DDC, UDC dan LC tidak sesuai dengan pandangan-pandangan
selain pandangan barat. Khususnya pada klasifikasi khusus agama. Dalam klasifikasi
barat ini, agama atau Islam ditempatkan pada “sub judul”. Karena menurut mereka
agama hanyalah bagian dari satu pola total. Namun pada tradisi timur, Islam khususnya
Agama (Islam) merupakan semua pola dalam semua aktifitas kehidupan manusia sehari-
hari. Para pustakawan dan ilmuan informasi Muslim harus membuat skema klasifikasi
sendiri untuk pola sejarah dan kultur yang khas.

Al Kindi (807-973M), (filosof Islam pertama yang menerjemahkan karya Aristoteles


ke bahasa Arab), seorang pustakawan di bayt Al Hikmah, adalah salah satu orang yang
menciptakan klasifikasi ilmu dalam Islam. Klasifikasi ilmu merupakan salah satu titik
tekan aktifitas berfikir pustakawan. Bagi mereka, epistemologi merupakan bagian/paruh
dari aktivitas pustakawan. Tatanan koleksi dirak, pengorganisasian informasi,
menunjukkan ideologi para pengelolanya.

Page
15
BAB III

KESIMPULAN

1. Ilmu dapat digolongkan menurut cara berikut ini,

• Humaniora
• Ilmu sosial
• Ilmu pasti (ilmu dalam arti yang lebih ketat)
• Ilmu terapan (rekayasa)
• Matematika
• Ilmu alam
• Ilmu kedokteran dan farmasi
2. Prinsip pembelajaran yang efektif yaitu: (a) partisipasi siswa aktif, (b) masing-masing
anak belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda, (c) penciptaan suasana kelas yang
kondusif (rasa aman, penghargaan, tidak adanya ancaman, suasana yang penuh
semangat)

3. Karakteristik ajaran Islam

a) Robbaniyyah

b) Insaniyyah

c) syumuliyah

d) Al-Wasathiyah

e) Al Waqi'iyyah

f) Al-wudhuh

g) Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah

Page
16

You might also like