You are on page 1of 15

MAKALAH PENYAJIAN LISAN (PRESENTASI ILMIAH)

KELOMPOK II (DUA)
MUTHIA MUTMAINNAH RABBANIA K. PALOLOANG RAHMAT SETIAWAN IDA AYU SARI PUTRI RESTY AMALIA ERWIN ARIAWAN (J111 10 134) (J111 10 135) (J111 10 142) (J111 10 144) (J111 10 266) (J111 10 141)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen dasar, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini diperoleh secara bertahap dan teratur serta berhubungan satu sama lain. Meskipun keterampilan berbicara ini telah diperoleh oleh setiap orang ketika masa kanak-kanak, kebutuhan mahasiswa akan kemampuan berbicara tak dapat diabaikan begitu saja. Penyajian lisan dapat disejajarkan dengan berbicara. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan masa kanak-kanak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah keterampilan berbicara dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh setiap orang melalui kegiatan menyimak dan membaca atau juga menulis. Untuk memenuhi kebutuhan pembelajarannya, kebutuhan mahasiswa akan berbicara tidak lagi mengarah ke situ, tetapi lebih berorientasi kepada proses penyajian lisan sebagai wadah penyampaian suatu gagasan. Dalam pemenuhan kebutuhan pembelajarannya, mahasiswa harus berusaha memiliki kemampuan penyajian lisan di samping kemampuan pengungkapan gagasannya secara tertulis. Kemahiran dalam penyajian lisan bukan hanya menuntut penguasaan bahasa yang baik dan lancar melainkan juga menghendaki persyaratan-persyaratan lain, misalnya : kebenaran, ketenangan sikap, kesanggupan mengadakan reaksi yang cepat dan tepat, kesanggupan menampilkan gagasan-gagasannya secara lancar dan teratur, serta ketidakkakuan dan ketidakcanggungan gerak. Seiring dengan perkembangan bahwa penyajian lisan itu sudah menjadi salah satu kebutuhan mahasiswa. Alasannya bahwa di samping mahasiswa harus mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, dan sikap ilmiahnya ke dalam berbagai bentuk karya tulis ilmiah yang berkualitas, juga mereka harus mampu menyajikan karya ilmiah yang ditulisnya di depan forum sesuai dengan kriteria penyajian yang baik. Hal ini sejalan dengan salah satu kompetensi dasar mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian. Untuk kebutuhan ini, berikut akan disajikan dua bentuk penyajian lisan, yaitu presentasi ilmiah dan berpidato.

TUJUAN - Mahasiswa mampu memahami berbicara sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa - Mahasiswa mampu membedakan bentuk-bentuk penyajian lisan - Mahasiswa mampu mempraktikkan presentasi ilmiah di depan kelas - Mahasiswa mampu mempraktikkan berpidato di depan kelas

BAB II PEMBAHASAN

PENYAJIAN LISAN (PRESENTASI ILMIAH) Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan tersebut berfungsi untuk penyebaran informasi ilmiah, baik informasi konseptual maupun informasi prosedural. Bagi mahasiswa, kemahiran untuk melakukan presentasi ilmiah merupakan kebutuhan. Berikut dikemukakan beberapa hal yang perlu dipahami berkaitan dengan presentasi ilmiah. 1. Pengertian dan Kiat Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah yang efektif adalah penyajian bahan ilmiah oleh seseorang di suatu forum yang di dalamnya hadir sejumlah peserta yang secara sukarela terlibat aktif dalam interaksi verbal ilmiah menuju tercapainya tujuan selama waktu yang tersedia. Agar presentasi dapat berjalan secara efektif, ada kiat yang perlu diterapkan. Beberapa kiat yang dimaksud di antaranya : a. menarik minat dan perhatian peserta, b. mengarahkan perhatian peserta, c. mempertahankan minat dan perhatian peserta, d. menjaga agar presentasi tetap terfokus pada masalah yang dibahas, dan e. menjaga etika. Untuk menarik minat dan perhatian pada apa yang dibahas, seorang penyaji dapat menggunakan media yang menarik yang dapat berupa media visual seperti gambar dengan warna yang menarik, suara yang cukup keras bagi peserta, dan/atau ilustrasi, anekdot, dan demonstarsi. Selanjutnya, perhatian mereka perlu diarahkan pada fokus pembahasan dengan cara yang menarik pula dengan memanfaatkan informasi latar belakang peserta. Perhatian mereka perlu dijaga atau dipertahankan dengan cara menjaga agar suara tidak monoton, dan dengan menggunakan variasi media. Dalam hal ini multimedia sangat membantu. Akan tetapi, apabila perangkat keras sangat terbatas, paling tidak cara berbicara yang perlu divariasi. Alur presentasi perlu dijaga agar tetap fokus dengan menyatakan terus terang fokus pembahasan dan penyaji menaati bahan yang telah dipersiapkan serta memberi penjelasan singkat dan padat mengenai

butir-butir ini. Etika dijaga dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan orang lain. Butir-butir rinci tentang etika akan diuraikan di bawah ini. 2. Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah akan berhasil jika penyaji menaati ketiga tata cara yang lazim. a. Penyaji perlu member informasi kepada peserta secara memadai. Informasi tersebut akan dipahami dengan baik jika peserta memperoleh bahan tertulis juga (baik bahan penuh dalam bentuk makalah maupun bahasan presentasi powerpoint). Jika diperlukan, bahan disertai dengan ilustrasi yang relevan. b.Penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia. Untuk hal ini penyaji perlu merencanakan penggunaan waktu dan menaati panduan yang diberikan oleh moderator. c. Penyaji menaati etika. Etika berkenaan dengan keyakinan dan prinsip mengenai mana yang benar dan mana yang salah dan mana yang secara moral benar atau berterima. Satu nilai yang harus dipegang dalam menjaga etika adalah menjaga perilaku agar tidak merugikan orang lain. Kerugian mencakup kehilangan hak atau kesempatan, kehilangan muka, dan tersinggung perasaannya. Hak dalam forum ialah hak untuk berbicara, hak untuk mempertahankan atau membela pendapatnya, dan hak untuk mendapatkan pengakuan. Bila seseorang telah melakukan sesuatu yang sangat berharga, dia mempunyai hak untuk mendapatkan pengakuan. Butir lain yang perlu diperhatikan dalam hal etika adalah kejujuran. Dalam dunia ilmiah, kejujuran merupakan butir etis terpenting. Setiap orang wajib bersikap sangat terbuka dalam segala hal menyangkut informasi yang disajikan. Jika dia menyajikan data, dia harus secara jujur menyebutkan apakah data itu hasil penelitiannya, ataukah diambil dari sumber lain yang juga harus disebutkan lengkap sesuai dengan kelaziman dunia ilmiah. Dalam forum ilmiah seperti presentasi ilmiah, selain ada penyaji pasti ada beberapa pemeran lain yang ikut terlibat, yakni presentasi, moderator, dan notulen, serta bila diperlukan tenaga teknisi. Semua pemeran tersebut wajib menjaga etika agar penyajian tetap berlangsung secara baik dan efektif. Peserta misalnya, harus jujur terhadap dirinya. Artinya, dia akan bertanya apabila tidak tahu, akan mencari klarifikasi apabila masih bingung atau belum yakin, akan mengecek apakah pemahamannya sudah benar dan sebagainya. Selain itu, setiap peserta wajib menghargai pendapat/gagasan orang lain dan hal ini mensyaratkan bahwa dia menyimak apabila ada orang yang berbicara.

Jalannya suatu forum ilmiah banyak ditentukan oleh peran seorang moderator sebsgsi pemandu. Etika yang harus dijaganya adalah bahwa dia harus adil dan taat jadwal. Dia harus adil dan taat jadwal. Dia harus adil dalam arti bahwa semua peserta sedapat mungkin memperoleh kesempatan yang relatif sama dalam berpartisipasi aktif selama forum berlangsung. Keseimbangan wilayah, keseimbangan kesetaraan jender, dan keseimbangan persoalan yang diangkat harus benar-benar dijaga oleh moderator. Selanjutnya, dia harus menaati waktu yang telah ditetapkan dan berhubungan dengan dua hal. Pertama, dia seyogyanya tidak terlalu banyak mengambil waktu untuk komentar yang tidak fungsional. Kedua, dia harus mengatur waktu yang digunakan oleh semua pihak, baik oleh penyaji maupun oleh peserta. Oleh karena itu, dia harus punya keberanian menginterupsi pembicaraan seseorang atau mengingatkan orang yang waktu dengan tetap secara santun sekaligus tegas. Semua hal yang terungkap selama forum berjalan perlu dicatat secara rapi oleh notulen. Hasil catatan yang telah ditata ringkas sebaiknya dicetak dan dibagikan kepada semua orang yang terlibat. Hal ini memberikan kesempatan bagi pemilik gagasan/konsep untuk meluruskan jika ada hal-hal yang kurang tepat. Teknisi wajib memastikan bahwa peralatan teknologi yag digunakan bekerja dengan baik. Dia harus melakukan pengecekan akhir sebelum forum dimulai, dan secara teratur mengontrol jalannya forum dari segi teknologi. Apabila terjadi sesuatu pada teknologi, dia harus bertindak menyelamatkan jalannya kegiatan. 3. Penyiapan Bahan Presentasi Ilmiah Dalam era teknologi informasi ini, presentasi ilmiah dengan multimedia sudah merupakan kebutuhan karena beberapa alasan. a. presentasi akan menjadi menarik b. penyaji dapat menghemat waktu c. penyaji dapat memberikan penekanan pada butir yang dikehendai secara menarik d. peserta langsung dapat mengopi file presentasi jika diperlukan e. penyaji sangat dienakkan dengan hanya membawa bahan dalam flashdisk f. bahan presentasi dapat dibuat sangat ringkas Agar manfaat multimedia dapat dinikmati, presentasi ilmiah perlu dipersiapkan dengan baik. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menyiapkan bahan presentasi : 1) tentukan butir-butir terpenting bahan yang dibahas

2) atur butir-butir tersebut agar alur penyajian runtut dan runut (koheren dan kohesif) 3) kerangka pikir perlu diungkapkan dan disajikan dalam bentuk diagram atau bagan alir untuk menunjukkan alur penalarannya 4) tuliskan semua dalam bingkai powerpoint dengan ukuran huruf/gambar yang memadai 5) pilih rancangan slideyang cocok (perhatikan kontras warna) 6) penayangan uji coba untuk memastikan bahwa semua bahan dalam slide terbaca seluruh peserta yang berada dalam ruangan 7) cetak bahan untuk dipakai sebagai pegangan peserta dalam penyajian 4. Melaksanakan Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah pada intinya adalah mengomunikasikan bahan ilmiah kepada peserta forum ilmiah. Di dalam pelaksanaannya berlaku prinsip-prinsip komunikasi. Beberapa prinsip komunikasi berikut dapat dipertimbangkan oleh penyaji. a. Mengurangi gangguan komunikasi secara antisipatif 1) memastikan kecukupan pencahayaan dan ruang gerak 2) memperhatikan tingkat kapasitas peserta ketika memilih bahasa dan media 3) menghindari kemungkinan penafsiran ganda ungkapan yang dipilih 4) berpikir positif tentang peserta 5) membuat peserta merasa nyaman, berterima, dihormati, dan dihargai 6) mempertimbangkan budaya peserta 7) bersikap terbuka terhadap sikap dan pendapat orang lain yang berbeda 8) memastikan pilihan kostumnya sudah sesuai dan tepat dengan form b. Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi 1) memastikan bahwa suaranya terdengar semua peserta 2) memastikan bahwa penyaji dapat dilihat oleh semua peserta 3) menjadi penyimak/pendengar yang baik 4) memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, cari kalsifikasi dll 5) mendorong peserta unutk aktif terlibat 6) merespon pada kebutuhan peserta 7) menggunakan media yang menarik dan tepat guna

BERPIDATO Sebagai insan terpelajar mahasiswa dituntut memiliki kinerja yang memuaskan dalam semua aspek kehidupan, baik di kampus maupun di tengah masyarakat. Selain mampu menulis beragam karya ilmiah dan mempresentasikannnya dengan baik, mahasiswa juga dituntut mampu berpidato apabila diperlukan. Dalam kenyataannya, baim di kampus maupun di tengah masyarakat, kemampuan berpidato dibutuhkan oleh mahasiswa. Untuk itu, pengembangan kemampuan berpidato perlu dilakukan walaupun porsinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah. Melalui upaya ini diharapkan tampilan mahasiswa dalam berpidato benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai insan yang terpelajar. 1. Pengertian Berpidato Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Sebagai wujud kegiatan berbahasa lisan, berpidato mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi badan, gerak isyarat, sikap, kontak pandang dll). Dengan demikian, berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek

nonkebahasaan yang dapat mendukung efektivitas dan efisiensi pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu. 2. Kriteria Berpidato yang Baik Setiap orang yang hendak berpidato pasti berusaha dan berharap pidato yang disampaikan dinilai oleh pendengar sebagai pidato yang baik. Pidato yang baik ditandai oleh beberapa kriteria, di antaranya : a. Isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung b. Isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar c. Isinya tidak menimbulkan pertentangan suara d. Isi jelas, benar, dan objektif e. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti pendengar, serta f. Disampoaikan secara santun, rendah hati, dan bersahabat. 3. Tata Car dan Etika Berpidato Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan urutan untuk memulai, mengembangkan, dan mengakhiri pidato. Langkah-langkah dan urutan berpidato secara umum diawali dari pembukaan, sajian isi, dan penutup. Pembukaan biasanya berisi sapaan kepada

pihak-pihak yang diundang atau yang hadir dalam suatu acara. Selanjutnya, sajian isi merupakan hasil penjabaran gagasan pokok yang akan disampaikan dalam pidato. Sebagian hasil penjabaran gagasan pokok, sajian isi perlu dirinci sesuai dengan waktu yang disediakan. Sementara penutup pidato berisi penegasan kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan dan terima kasih kepada semua pihak. Etika berpidato merujuk kepada nilai-nilai keputusan yang perlu diperhatikan dan dijunjung ketika seseorang berpidato. Nilai-nilai (values) yang patut diperhatikan adalah: a. tidak menyinggung perasaan orang lain; b. upaya menghargai dan membangun optimisme pendengarnya; c. sikap jujur dan terbuka, dan d. rasa empati dan persahabatan. 4. Menulis Naskah Pidato Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan berpidato yang akan dilakukan memang dipersiapkan memang sebelumnya. Akan tetapi, apabila kegiatan itu dilakukan secara spontan tentu tidak perlu menulis naskah pidato sebelum kegiatannya dilakukan. Hakikat menulis naskah pidato adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato. Pilihan kosakata dan kalimat serta paragrafnya sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan ketika seseorang menuliskan naskah (ilmiah) yang lain. Situasi resmi dan tidak resmi akan menentukan pilihan kosakata dalam menulis naskah pidato. Sekalipun naskah pidato itu merupakan bahasa tulis, ia tetap merupakan bahasa tulis yang akan dilisankan sehingga konteks kelisanan perlu diperhatikan. 5. Menyampaikan Pidato Menyampaikan pidato berarti melisankan naskah pidato yang telah dipersiapkan. Akan tetapi, menyampaikan pidato bukan sekedar membacakan naskah pidato di depan hadirin, melainkan perlu juga menghidupkan dan menghangatkan suasana. Untuk menciptakan interaksi yang hangat dengan para pendengar. Untuk itu, seseorang yang akan berpidato harus mampu menganalisis situasi dan memanfaatkan hasil analisisnya itu untuk menghidupkan suasana ketika berpidato. Apabila pidato yang disampaikan bukan atas nama orang lain (bukan membacakan naskah pidato atasan atau orang lain), kita masih dapat melakukan penambahan-penambahan sepanjang waktu yang disediakan memadai. Yang terpenting, penambahan itu memperkaya isi pidato, dapat menghangatkan suasana, dan bermanfaat, serta dapat memperjelas isi pidato.

Cara atau metode yang dapat digunakan pada waktu berpidato ada 4 macam, yaitu: 1. Metoda Naskah Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti berpidato dengan melihat teks pidato yang disusun secara utuh. Metoda ini biasanya digunakan dalam pidato radio, televisi, dan pidato resmi. Metoda ini memiliki kelemahan, yaitu putusnya kontak antara pendengar dan pembicara karena pembicara asyik dengan teks yang dibicarakan. 2. Metoda Menghafal Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti pembicara berpidato berdasarkan naskah yang telah dihafalnya. Metoda ini memiliki kelemahan, yaitu pembicara cenderung berbicara cepat-cepat dan tidak menghayati maknanya. Selain itu juga menyulitkan pembicara menyesuaikan diri dengan reaksi pendengarnya. 3. Metoda Impromptu (serta merta) Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti berbicara tanpa persiapan sama sekali. Pembicara berbicara berdasarkan kemampuan dan pengetahaunnya dan dikaitkannya dengan situasi dan kepentingan saat itu. Kesanggupan berpidato seperti ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau terpaksa. 4. Metoda Ekstemporan (Tanpa Persiapan Naskah) Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti berpidato denga lebih dulu merencanakan dengan cermat catatan-catatan penting sekaligus urutan uraiannya. Kata-kata dan kalimatnya disusun pembicara pada saat ia berpidato. Ia hanya melihat urutan uraian yang telah dipersiapkan itu, jika dibandingkan ternyata bahwa diantara keempat metoda ini, metoda ekstermporanlah yang lebih menguntungkan karena memungkinkan pembicara berpidato seluas mungkin dengan tidak kehilangan urutan-urutan pembicaraan yang telah direncanakannya.

KEPEWARAAN (PEMBAWA ACARA) Pembawa acara adalah orang yang bertugas memimpin dan mengatur jalannya suatu acara orang sering beranggapan bahwa seorang pembawa acara cukup berbekal suara yang enak didengar dan menampilkan yang enak dipandang. padahal, masalahnya tidaklah sesederhana itu karena seseorang pembawa acara memerlukan keterampilan dan pengetahuan. Seorang pembawa acara sering dipandang sebagai personalitas instansi atau panitia penyelenggaraan suatu acara. Oleh sebab itu tidak jarang sebuah instansi atau panitia penyelenggara suatu acara tidak segan-

segan mengeluarkan dana untuk membayar seorang pembawa acara yang profesional untuk menyelenggarakan acara yang mereka laksanakan ini semua dilaksanakan demi persenolitas mereka. Pada umumnya acara dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu (1) acara yang bersifat resmi, (2) acara yang bersifat setengah resmi, dan (3) acara yang bersifat tidak resmi. Penggolongan sifat acara ini harus dihayati benar oleh seorang pembawa acara karena menyangkut busana yang dikenakannya dan bahasa yang harus dipakainya dalam melaksanakan tugasnya itu. Semakin resmi suatu acara, busana yang dikenakan oleh pembawa acara juga semakin resmi. Ada acara yang tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan busana yang lebih babas asal tetap dalam batas-batas kewajaran dan kesopanan pada acara yang bersifat resmi, bahasa yang digunakan pembawa acara hendaknya bahasa baku. Ia juga tidak perlu menyiapkan humor dan komentarnya terhadap acara dan pengisi acaranya. Sebaliknya, pada acara yang bersifat tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan bahasa yang lebih longgar bahkan ia boleh saja menyelipkan humor, komentar, pujian, bahkan memancing tepuk tangan hadirin . Keberhasilan seorang pembawa acara dalam melaksanakan tugasnya ditentukan oleh dua faktor utama. Kedua faktor itu adalah faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan . 1. Faktor Kebahasaan Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, mengisyaratkan ada lima faktor kebahasaan yang harus diperhatikan oleh seorang pembawa acara jika ingin berhasil dalam tugasnya. 1.1 Lafal yang benar (cara mengucapkan kata-kata dengan benar)

Ada orang yang bersuara merdu tetapi sayangnya kurang mampu mengucapkan kata-kata dengan benar. Kata-kata bahasa Indonesia kadang-kadang diucapkannya dengan pengaruh bahasa asing atau pengaruh bahasa daerah. Padahal, kata-kata bahasa Indonesia harus dilafalkan sebagaimana kata itu dituliskan. Contoh: unit dibaca unit bukan yunit organisasi dibaca organisasi bukan orhanisasi TVRI dibaca te-ve-er-i bukan ti-vi-er-i anggota dibaca anggota bukan anggauta kependudukan dibaca kependudukan bukan kependudukan

Dalam hal lafal ini dihindari juga penggunaan idialek seperti penggunaan e yang berulang-ulang. 1.2 Tekanan Kata atau Aksen Tekanan kata dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna katanya. Akan tetapi, secara umum dan konsisten tekanan kata bahasa Indonesia jatuh pada satu suku sebelum suku kata akhirnya. Anda dapat membayangkan bagaimana menjemukan bila seseorang itu berbicara secara monoton (tanpa tekanan pada kata yang diucapkan). Contoh tekanan kata bahasa indonesia adalah: kemana tidur hancur siapa selektif bagaimana 1.3 Pemenggalan Kalimat (Jeda) Kemampuan memenggal kalimat secara tepat banyak bergantung pada perasaaan bahasa seseorang. Akan tetapi, kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan berlatih memahami makna setiap kata dalam hubungan kalimat. Hal ini penting karena makna kalimat bahasa Indonesia antara lain ditentukan oleh jedanya atau pemenggalan kalimatnya. Contohnya kalimat Kucing makan tikus mati. Makna kalimat dapat berubah-ubah berdasarkan jeda yang diberikan kepadanya. Kemungkinan perubahan makna kalimat itu Adalah: Kucing/makan tikus mati. Makna kalimat ini adalah ada kucing makan dan yang dimakannya adalah tikus mati. Kucing makan/tikus mati. Makna kalimat itu adalah ada kucing makan dan pada waktu itu ada juga tikus mati. Kucing makan tikus/mati. Makna kalimat itu adalah ada kucing mati yang disebabkan oleh kucing itu makan tikus. Dari contoh sederhana ini dapat dilihat bahwa pemenggalan kata (jeda) amat berperan dalam menentukan makna sebuah kalimat bahasa Indonesia. 1.4 Intonasi atau Lagu Kalimat Intonasi atau lagu kalimat mengacu pada turun-naiknya, cepat-lambat, dan keras lembutnya kalimat yang diucapkan. Menggunakan intonasi juga harus berhati-hati karena perubahan Intonasi juga mengakibatkan perubahan makna kalimat. Contoh : Pak Kasur makan bubur. Kalimat ini memberitakan bahwa ada orang bernama Pak Kasur, beliau

sedang makan bubur. Pak Kasur makan bubur ! Kalimat ini memerintahkan agar orang yang bernama Pak Kasur makan bubur. Pak Kasur makan bubur ? Kalimat ini berisi pertanyaan dan keheranan karena Pak Kasur biasanya tidak suka makan bubur Pak, Kasur makan bubur ?! Kalimat ini berisi pertanyaan dan keheranan yang luar biasa karena ada kasur yang makan bubur 1.5 Enunsiasi (kejelasan) Enunsiasi adalah kejelasan pengucapan kata, dan ketepatan pemenggalan kalimat (jeda). Ada orang yang berbicara menggumam sehingga kata-kata yang diucapkannya tidak jelas terdengar. Ada juga orang yang apabila berbicara terlalu cepat sukar dipahami ucapannya. Hal ini harus dihindari oleh pembawa acara jika ia ingin berhasil dalam tugasnya. Caranya, adalah dengan selalu berlatih terutama berlatih vokal. 1.6 Mengggunakan Bahasa atau Kalimat secara Efektif Seorang pembawa acara harus berusaha menggunakan kalimat seefektif mungkin, sedapat mungkin hindarilah kalimat yang tidak efektif. Contoh : Kepada Ibu waktu dan tempat kami sediakan. Atau Kepada Ibu kami persilahkan dengan segala hormat. Sebaiknya : Ibu kami persilahkan. Untuk mempersingkat waktu, baiklah acara ini kita mulai saja. Sebaiknya: untuk menghemat waktu, acara ini kita mulai. Jika menginginkan hadirin melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, nyatakan dengan kalimat perintah permohonan. Contoh : Hadirin dimohon berdiri. (kerena berdiri tidak menyenangkan). Jika menginginkan hadirin melakukan sesuatu yang menyenangkan, nyatakan dengan kalimat perintah yang mempersilahkan. Contoh : Hadirin dipersilahkan duduk kembali. (karena duduk lebih menyenangkan).

2. Faktor Nonkebahasaan Faktor nonkebahasaan yang menunjang keberhasilann seseorang pembawa acara adalah : 2.1.Sikap tenang menghadapi massa Ketenangan dapat tercipta bila pembawa acara itu yakin akan kemampuan dirinya dan rasa percaya dirinya lebih besar. 2.2.Tampil Mengesankan Penampilan ynag mengesankan adalah penampilan yang penuh wibawa, cerah, bersemangat, wajar, tidak berlebih-lebihan, tidak manja, tidak kemayu, dan tidak malu-malu. 2.3.Cepat tanggap dan kaya Inisiatf Bila secara tiba-tiba terjadi perubahan atau pembatalan sebuah acara, pembawa acara diharapkan dapat mengatasi masalah itu dengan sebaik-baiknya sehingga hadirin tidak kecewa, bahkan bila perlu hadirin tidak menyadari adanya perubahan itu. 2.4.Kaya Improvisasi dan memiliki rasa humor (terutama pembawa acara hiburan dan tidak resmi) 2.5.Memiliki suara yang enak didengar Suara yang enak didengar adalah suara bernada rendah dan bersonansi atau bergema bukan suara yang bernada tinggi dan nyaring melengking. 2.6.Tidak emosional Pada saat tampil pembawa acara hendaknya dapat melupakan perasaan yang sedang bergejolak dalam dirinya, seperti sedih, kesal, marah, dan sebagainya. Sebelum seorang pembawa acara tampil, sebaiknya ia melakukan hal-hal sebagai berikut: 1.Meninjau tempat acara berlangsung, hal ini perlu untuk memperoleh gambaran situasi ketika acara berlangsung. 2.Mengadakan kontak dengan panitia penyelenggara, hal ini penting untuk lebih

memahamijalannya acara yang akan berlangsung. 3.Melakukan gladi bersih, terutama untuk acara yang bersifat resmi.

4.Datang lebih awal untuk melakukan konfirmasi atau paling tidak mengecek keadaan orangorang yang akan berbicara pada acara yang akan dipandunya.

BAB III PENUTUP

Penyajian lisan atau kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengaran menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara. Tujuan utama penyajian lisan ini adalah untuk berkomunikasi tentu tidak terlepas dari bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penyajian lisan ada bermacam-macam, diantaranya adalah: 1. Diskusi dengan segala macam bentuknya 2. Pidato 3. Ceramah 4. Rapat 5. Khutbah 6. Membawakan Acara 7. Seminar 8. Work shop

You might also like