Professional Documents
Culture Documents
BAB I. PENDAHULUAN
Uveitis adalah radang pada uvea Uveitis : 1. bagian anterior iritis, siklitis atau iridosiklitis 2. bagian posterior koroiditis Uveitis anterior/iridosiklitis biasanya terjadi mendadak (selama 6-8 minggu)
Penyebab uveitis reaksi imunologik, infeksi, trauma, pascabedah, dll Diagnosis tepat + penatalaksanaan adekuat mencegah komplikasi seperti glaukoma sekunder, sinekia, katarak, dan ablasio retina.
Anatomi uvea
Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar. Iris reaksi pupil (kemampuan mengatur masuknya sinar ke dalam bola mata ) indikator untuk fungsi saraf simpatis (midriasis) dan fungsi saraf parasimpatis (miosis) oleh nerves kranialis III. Iris sebagai pembatas antara kamera anterior dari kamera posterior yang berisi akuous humor
Korpus siliaris berbentuk seperti segitiga Terdiri dari : -pars korona (diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris) -pars plana Memproduksi akuous humor sebagai pemberi nutrisi Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii sebagai penggantung lensa.
Koroid merupakan bagian dari segmen posterior uvea, yang terletak diantara retina dan sklera Tersusun dari tiga lapis pembuluh darah yang besar, sedang dan kecil Semakin dalam letak pembuluh darah, semakin lebar lumennya
Definisi
Uveitis anterior adalah peradangan yang mengenai iris dan badan siliaris yang disebut juga iridosiklitis.
Epidemiologi
15 : 100.000 penduduk 75 % uveitis anterior usia 20 50 tahun kebanyakan pada ras kaukasian
Etiologi
Berdasarkan spesifitas penyebab: Penyebab spesifik (infeksi) virus, bakteri, fungi, parasit spesifik (Sifilis, Tuberkulosis, Herpes Zoster, Herpes simpleks, Morbus Hansen, Adenovirus).
Penyebab non spesifik (non infeksi)/reaksi hipersensitivitas reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.
Berdasarkan asalnya: Eksogen karena trauma, operasi intra okuler, ataupun iatrogenik.
Berdasarkan perjalanan penyakit: Akut serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna diluar serangan tersebut.
Residif serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan yang sempurna di antara seranganserangan tersebut. Kronis serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna di antaranya.
Berdasarkan reaksi radang yang terjadi: Non granulomatosa Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan limfosit.
Granulomatosa Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan makrofag.
Patofisiologi
dilatasi pembuluh darah kecil , hiperemi perikorneal (pericorneal vascular injection) Permeabilitas pembuluh darah eksudasi, iris edema, pucat, pupil reflex sampai dgn hilang,pupil miosis Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke COA, COA keruh, flare (+) Sel radang menumpuk di COA, hipopion (bila proses akut) Migrasi eritrosit ke COA, hifema (bila proses akut) Sel-sel radang melekat pada endotel kornea (keratic precipitate)
Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan iris melekat pada kapsul lensa anterior (sinekia posterior) dan pada endotel kornea (sinekia anterior) Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup pupil (seklusio pupil / oklusio pupil) Gangguan aliran aquous humor dan peningkatan tekanan intra okuler dan terjadi glaukoma sekunder Gangguan metabolisme pada lensa, lensa jadi keruh, katarak komplikata Peradangan menyebar bisa menjadi endoftalmitis dan panoftalmitis
Granulomatosa
- Terdapat invasi mikroba ke jaringan uvea oleh organisme penyebab
(Toxoplasma gondii, Mycobacterium tuberculosis).
- Reaksi seluler >> reaksi vaskular - Injeksi silier tidak hebat iris bengkak dan gambaran radiernya kabur - Di tepi pupil dapat terbentuk Koeppe nodule (penimbunan sel di tepi pupil) - Keratik presipitat besar mutton fat deposit (makrofag dan pigmenpigmen) memberikan gambaran seperti berminyak.
-
- Badan kaca keruh - Visus media refrakta terganggu - Rasa sakit sedang dan fotofobia sedikit
Non granulomatosa
- Lebih sering pada uveitis anterior - Penyebabnya diduga alergi - Timbulnya akut - Reaksi vaskular >> reaksi seluler - Injeksinya hebat - Badan kaca tidak keruh - Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin daripada sel dapat terbentuk hipopion. - Nyeri lebih hebat, fotofobia, dan visus lebih menurun - Pemeriksaan PA sel plasma dan sel mononuklear pada iris dan badan silier.
Manifestasi
Keluhan subyektif : - nyeri, terutama di bulbus okuli, spontan - sakit kepala di frontal yang menjalar ke temporal - blefarospasme - fotofobia (hebat pada keadaan akut) - lakrimasi - gangguan visus, unilateral Pada keadaan kronis gejala dapat minimal sekali, dan
Pemeriksaan Fisik
Edema palpebra disertai dengan ptosis ringan Injeksi konjuntiva dan silier COA: normal atau dangkal, bila terdapat iris bombe. Jika terdapat sinekia posterior, maka COA terlihat dalam. Pada pemeriksaan slit lamp, menunjukkan efek Tyndal/flare positif sehingga berkas sinar di COA menjadi tampak karena dipantulkan oleh selsel radang yang ada di COA.
Derajat berat ringannya flare 0 tidak ditemukan 1+ flare terlihat dengan pemeriksaan yang teliti 2+ flare tingkat sedang, iris masih terlihat bersih 3+ kekeruhan lebih berat, iris dan lensa sudah keruh 4+ flare sangat berat, fibrin menggumpal pada akuous humor
Iris terlihat suram, gambaran radier menjadi tidak nyata karena pelebaran pembuluh darah di iris, gambaran kripta tidak nyata, edema dan warna dapat berubah, terkadang didapatkan iris bombe. Pupil miosis, bentuknya irregular (sinekia posterior), refleks pupil menurun sampai tidak ada.
Lensa keruh katarak komplikata. TIO normal, menurun atau meningkat jika telah terjadi glaukoma sekunder. Kornea keratik presipitat (kumpulan sel-sel yang menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah)
Sedang
Keluhan sedang berat
Visus 20/30 20/100 Kemerahan sirkumkorneal dalam
Berat
Keluhan sedang berat
Visus < 20/100 Kemerahan sirkumkorneal dalam
Tampak KPs
1-3 + sel dan flare TIO berkurang 3-6 mmHg
Tampak Kps
3-4 + sel dan flare TIO meningkat
Pemeriksaan Penunjang
Umumnya tidak dilakukan terhadap pasien yang responsif terhadap terapi, pemeriksaan dilakukan untuk menentukan etiologi. Contoh : - skin test Tuberkulosis - hitung jenis, eosinofilia alergi, inf. parasit - foto rontgen Tuberkulosis, sarkoidosis - ANA autoimun - TORCH - IgG, IgM toxoplasma
Diagnosis
Anamnesis Mata sakit, merah, sekret (-), silau, pandangan kabur/penurunan tajam penglihatan Perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang karena dapat menjadi faktor penyebab Pemeriksaan Oftalmologi - visus - perubahan TIO - injeksi silier - keratik presipitat pada kornea - flare pada COA - sinekia
Pemeriksaan penunjang Untuk mencari etiologi penyebabnya apabila diagnosis uveitis anterior sudah dapat ditegakkan. Contoh : skin test, foto rontgen, ANA dan lain-lain.
Komplikasi
Terapi tidak adekuat
UVEITIS ANTERIOR
KOMPLIKA SI
Sinekia posterior perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas. Sinekia anterior perlekatan iris dengan endotel kornea akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas. Seklusio pupil perlekatan pada bagian tepi pupil Oklusio pupil seluruh pupil tertutup oleh selsel radang
Iris bombe akibat terjadinya perlekatanperlekatan dan tertutupnya trabekular oleh selsel radang, maka aliran akuous humor dari COP ke COA akan terhambat dan mengakibatkan akuous humor terkumpul di COP dan akan mendorong iris ke depan. Glaukoma sekunder karena penimbunan akuous humor dan menyebabkan peningkatan tekanan bola mata. Katarak komplikata akibat dari gangguan metabolisme lensa
Endoftalmitis peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca akibat dari peradangan yang meluas. Panoftalmitis peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Ablasio retina
Penatalaksanaan
Topikal Midriatikum/sikloplegik untuk mengistirahatkan otot-otot iris dan badan silier, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan dan mencegah terjadinya sinekia, atau melepaskan sinekia yang telah ada. Midriatikum yang biasa digunakan yaitu: - Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes - Homatropin 2% sehari 3 kali tetes - Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes Anti inflamasi Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi peradangan yang terjadi. Kortikosteroid yang biasa digunakan ialah dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. Perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada pemberian kortikosteroid, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu. Antibiotik
Sistemik Antibiotik
Kortikosteroid oral Dosis yang diberikan ialah 1 mg/ kg BB yang kemudian dosis tersebut diturunkan perlahanlahan setiap 1 minggu.
Prognosis
Pada umumnya pasien dengan uveitis anterior akan berespon baik jika sudah didiagnosis dari awal dan diberikan pengobatan yang adekuat. Uveitis anterior ini mungkin akan berulang, terutama jika ada penyebab sistemik. Prognosis visual pada iritis kebanyakan akan pulih dengan baik, tanpa adanya katarak, glaukoma atau posterior uveitis maupun komplikasi lainnya. Apabila sudah terjadi komplikasi ablasio retina maka prognosisnya akan menjadi buruk.