Professional Documents
Culture Documents
Elia Rompas
Diare 24%
Tetanus 22%
Tabel 1: Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 (Didasarkan atas Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965) Angka Kematian Bayi (AKB),1965 GDP < US$ 750 GDP US$ 750-1500 GDP US$ 1500-3000 GDP US$ 3000-6000 GDP > US$ 6000 AKB< 50 5.9 2.8 1.9 AKB 50-100 3.7 3.4 1.8 1.7 -0.5 AKB 100-150 1.0 1.1 1.1 0.3 AKB > 150 0.1 -0.7 2.5 -
Berikut contoh tentang pembiayaan program pengawasan penyakit menular di Indonesia yang merupakan bagian dari program pembelanjaan perawatan kesehatan secara keseluruhan. Bagian yang diutamakan adalah menekan biaya yang besar dengan penerapan manajemen yang lebih rasional
AREA KERJA
PENYAKIT MENULAR
Program Pengawasan terhadap Penyakit Menular Program Pencegahan, Pemberantasan dan Pengawasan Terhadap Penyakit Menular Program Pemberantasan Malaria Program Pemberantasan TBC
Sasaran:
Memperkuat pengawasan penyakit yang menular melalui hubungan seksual (STI) Memperkuat pengawasan HIV.
Pemerintah Indonesia
Pusat
Daerah
Bantuan Asing
TABEL PENGELUARAN PROGRAM PENGAWASAN PENYAKIT MENULAR MENURUT SUMBER DANA TAHUN 1984/1985 S.D. 1988/1989
No. Sumber Keuangan JUMLAH PEMERINTAH PUSAT 1 2 3 Anggaran Pembangunan Nasional Anggaran Rutin Nasional Dana Khusus (INPRES)
26,04 2,64 28,16 3,14 60,68 (92,4%) 5,03 (7,6%) 13,64 3,56 46,68 (83,1%) 9,04 (16,9%) 5,96 3,66 11,37 (36%) 20,23 (64,0%) 9,03 4,09 20,03 40,6%) 29,31 (59,4%)
84/85
66,31
85/86
66,01
86/87
56,41
87/88
31,60
88/89
49,34
BANTUAN ASING
Sumber: Dirjen Program Pengawasan Penyakit Menular, Depkes RI Catatan: Tidak termasuk dana provinsi dan kabupaten (jumlah tahun 1984/1985 dan 1985/1986 hanya untuk 1,85 dan 1,37 secara berturut-turut)
EFISIENSI BIAYA PENGOBATAN PENYAKIT DIARE MELALUI PENGGUNAAN OBAT-OBAT SECARA RASIONAL
Sebagian besar perawatan yang dilakukan dalam menyediakan fasilitas umum masih tidak rasional, termasuk penyakit diare. Pengeluaran untuk pembelian antibiotik sekitar 40% dari seluruh anggaran obat-obatan, sedangkan penggunaannya masih tidak rasional.
TERIMA KASIH
BAB VII MODEL EPIDEMIOLOGI DAN ANALYSIS COST EFFECTIVENESS UNTUK PROGRAM PENGOBATAN PENYAKIT TBC DI INDONESIA
Joshua Runtuwene Tara S. Kairupan
Elia Rompas
Model epidemiologi merupakan alat yang penting dalam memperkirakan pengobatan penyakit TBC di masa mendatang, untuk negara yang mencoba merencanakan program pengawasan penyakit TBC Menurunnya penyakit TBC dan kematian akibat TBC merupakan keberhasilan program pengawasan penyakit TBC. Program tersebut hanya dapat diukur dengan mengharapkan prevalence rate di masa mendatang
TBC merupakan masalah yang serius dalam kesehatan masyarakat di Indonesia Pemerintah Indonesia dihadapkan pada suatu keputusan apakah akan menggunakan cara short course, standard course atau kombinasi kedua program tersebut.
Tingkat kemanjuran, keteraturan, dan kekambuhan short course lebih baik dibandingkan standard course Namun biaya short course lebih tinggi dibanding dengan standard course
S1
T34
T64
T54
S1
T45
T56 T65 S1
Jumlah bayi yang lahir dalam satu unit waktu adalah perkalian dari jumlah penduduk (s) dan tingkat kelahiran (B)
Jumlah anak yang memasuki s2 adalah s1 kali T12 Jumlah anak yang memasuki s3 adalah s3 kali T13 Jumlah kematian yang disebabkan oleh kuman selain TBC dalam s1 adalah s1 kali tingkat kematian oleh selain TBC CDR (D) dikurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh kuman TBC (dS7/S) Demikian persamaan simulasi dari ds1 dapat dituliskan sebagai berikut: Ds1 = s x B S1 x T12 S1 x T13 S1 (D dS7 / S) yang adalah sama dengan s x B s1 (T12 + T13 = D dS7 / S)
T13 = 0,01500
T24 = 0,00060 T34 = 0,00040 T47 = 0,01000 T46 = 0,01589
T56 = 0,01475
T57 = 0,01475 T64 = 0,00350 T65 = 0,00300 T45 = 0,00400
Sebagai dugaan, tingkat kemanjuran dari regimen short course lebih tinggi dari regimen standar course tapi tingkat kekambuhannya lebih rendah. Strategi short course mempunyai rasio cost effectiveness plg rendah.
ARAHAN KEBIJAKSANAAN
Studi ini menyimpulkan bahwa aplikasi strategi short course untuk program pengobatan TBC adalah dapat dibenarkan.
TERIMA KASIH