You are on page 1of 32

1

PENGARUH PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI ANAK TERHADAP TINGKAT TUMBUH KEMBANG ANAK KECAMATAN CIBINONG KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Negara Indonesia sedang melaksanakan pembangunan nasional di berbagai aspek kehidupan bangsa, sebagai upaya dalam melaksanakan perwujudan wawasan nusantara serta memperkokoh ketahanan nasional. Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak rakyat Indonesia untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Pembangunan kesehatan merupakan sub sistem dari pembangunan nasional, diarahkan untuk makin meningkatkan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk perbaikan gizi masyarakat. Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat berorientasi kepada kepedulian lingkungan terus dibina sehingga tumbuh dan berkembang menjadi sikap dan budaya bangsa. Semua itu perlu didukung oleh sumber daya kesehatan yang cukup memadai dan handal, teramasuk pengembangan

dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan yang meliputi dokter, bidan desa dan paramedis lainnya. Setiap ibu didalam keluarga mendambakan seorang anak yang sehat, namun beberapa dari mereka tidak mengetahui mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi seorang anak agar dapat berkembang dengan baik. Mereka hanya menyediakan makanan, yang seharusnya menjadi sumber gizi bagi tubuh, dengan kurang berhatihati. Beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya masalah yang timbul mengenai gizi buruk pada balita adalah faktor ekonomi, lingkungan, dan ketidaktahuan orangtua. Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kubutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati, pemenuhan gizi bagi anak tidaklah mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika berobat di Rumah Sakit. Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak, sebagai contohnya, seringnya anak jajan sembarangan di tepi jalan, karena melihat teman-temannya yang juga sedang jajan sembarangan. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi, permasalahan tersebut serting terjadai di masyarakat karena ketidak tahuan para ibuibu tentang malah gizi

Sistem kesehatan Nasional menyebutkan diantaranya bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Menurut Suwarna dkk dalam Rahman (2007:34) Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan mempunyai sasaran dan kebijaksanaan sebagai berikut : 1. Panca Karsa Husada (tujuan jangka panjang) : a. meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan b. perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan c. meningkatkan status gizi masyarakat d. pengurangan kesakitan dan kematian e. pengembangan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimanya norma keluarga kecil bahagia sejahtera Panca Karya Husada (Kebijakan operasional) : a. peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan b. pengembangan tenaga kesehatan c. pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat serta makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan d. perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan e. peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum. Dalam rangka meningkatkan dan memperluas jangkauan pelayanan

2.

kesehatan kepada masyarakat, maka pemerintah telah membentuk berbagai program kegiatan yang berorientasi pada usaha perbaikan kesehatan masyarakat, salah satu program tersebut adalah program posyandu yang berfungsi sebagai institusi untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat tentang masalah kesehatan. Salah satu program posyandu adalah usaha meningkatkan gizi anak balita terutama di daerah pedesaan atau pada masyarakat yang tertinggal.

Dalam kegiatan perbaikan gizi keluarga tentu saja perlu adanya keterlibatan aktif dari ibu-ibu balita. Tanpa aktivitas mereka kegiatan posyandu tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini sebagaimana telah terjadi pada kegiatan program posyandu di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, pada awalnya aktivitas ibu-ibu balita tersebut sangat tinggi, tetapi akhir-akhir ini berdasarkan pengamatan penulis di lapangan ditemukan adanya kekurang aktifan ibu-ibu balita pada kegiatan program posyandu di daerah tersebut. Sehubungan dengan kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Gizi Anak dengan Tingkat Tumbuh Kembang Anak di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.

A. Perumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam perumusan masalah sebagai berikut Bagaimana Pengaruh Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Gizi Anak terhadap Tingkat Tumbuh Kembang Anak Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. B. Tujuan Penelitian Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk memperoleh data tentang persepsi ibu rumah tangga tentang gizi anak
Kecamatan Cibinong Kabupaen Bogor.

2. Untuk memperoleh data tentang tingkat tumbuh kembang anak Kecamatan


Cibinong Kabupaen Bogor.

3. Untuk memperoleh data dan informasi pengaruh persepsi ibu rumah tangga
tentang gizi anak dengan tingkat tumbuh kembang anak Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.

C. Kegunaan Penelitian Penelitian adalah studi ilmiah yang dilakukan untuk memperoleh data yang obyektif dengan suatu obyek dan berguna dalam pengembangan keilmuan maupun kehidupan manusia. Untuk itu, dari penitilian ini diharapkan berguna dalam :

1. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam upaya pelaksanaan kegiatan


Posyandu dalam meningkatkan gizi anak balita. 2. Menambah bahan bacaan (hiteratur) dalam masalah pengaruh media televisi dengan perkembangan remaja yang nantinya dapat membantu pihak-pihak lain yang memerlukannya. 3. Memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat di Universitas Muhammadiah Jakarata.

D. Ruang lingkup Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas Ruang lingkup berikut : 1. Persepsi ibu rumah tangga tentang gizi anak Kecamatan Cibinong Kabupaen Bogor. 2. Tingkat tumbuh kembang anak Kecamatan Cibinong Kabupaen Bogor. Penelitian sebagai

3. Pengaruh persepsi ibu rumah tangga tentang gizi anak dengan tingkat tumbuh
kembang anak Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Persepsi 1. Hakekat Persepsi Untuk membahas persepsi akan dimulai dengan pembahasan tentang manusia secara umum. Manusia di dalam kehidupannya, memiliki sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhinya, seperti kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan lain-lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Untuk memahami lingkungan atau dunia luarnya, manusia menggunakan alat indera yang merupakan alat penghubung utama bagi dirinya terhadap lingkungan di luar dirinya. Melalui alat indera tersebut manusia akan memperoleh berbagai informasi, sehingga seseorang dapat mengenali dirinya dan keadaan lingkungannya dengan baik. Indera merupakan alat utama individu dalam mengadakan persepsi, yang memungkinkan untuk dipergunakan dalam mendengar, melihat, merasakan, meraba dan mencium tentang sesuatu (obyek) yang ada di sekelilingnya. Dalam hal ini Bimo Walgito (2002:70) mengemukakan bahwa: Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat dari dalam diri sendiri. Namun demikian sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri sendiri, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indra penglihatan.

Proses penerjemahan kesan tersebut dapat diterima dan dimengerti melalui proses persepsi. Dengan demikian persepsi seseorang akan diperoleh melalui ragsangan (stimulus) yang diinderakan oleh individu. Dengan kata lain, interaksi seseorang dengan lingkungan eksternalnya menjadi suatu input sensorik yang kemudian diproses dalam otak, maka muncul sebuah persepsi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa persepsi pada seseorang merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. J.Leavitt dalam Bimo Walgito (2002:70) mengemukakan tentang persepsi sebagai berikut: Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Oleh karena itu setiap manusia dapat memberikan persepsi terhadap semua obyek yang diinderakan. Setiap orang akan menanggapi suatu obyek secara berbeda-beda sesuai dengan keadaan dirinya masing-masing. Persepsi akan ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar individu (faktor eksternal) seseorang. Faktor internal seperti usia, jenis kelamin, kecerdasan, minat, emosi, kapasitas alat indra dll, sedangkan faktor eksternal seperti pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, perbedaan latar belakang sosial budaya dll. Desiderato dalam buku Psikologi Komunikasi tulisan Jalaluddin Rakhmat (2006:51) menjelaskan bahwa Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli Sementara itu pendapat lain yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian (2000:101) dalam bukunya Teori Motivasi dan Aplikasi dinyatakan bahwa :

persepsi dapat dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan lingkungannya. Interpretasi ini sangat berpengaruh pada prilakunya yang ada pada gilirannya menentukan faktor-faktor apa yang dipandanginya sebagai motivasional yang kuat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa persepsi merupakan proses kognitif dimana seseorang memberikan arti atau memaknai lingkungannya. Persepsi merupakan hasil pengamatan seseorang terhadap suatu obyek yang dinyatakan dengan kesan atau pendapat. Dari persepsinya yang terhadap suatu

ditentukan oleh banyak faktor, seseorang akan memiliki makna fenomena atau obyek tertentu yang berarti bagi dirinya. 2. Ciri-ciri Persepsi Ciri-ciri profesi menurut Arikunto (1996) meliputi:

1) sebuah profesi dilandasi pengetahuan yang kuat dan menjurus pada bidang spesialisasi tertentu, 2) sebagai konsekuensi dari ciri pertama sebuah profesi harus didukung oleh kompetensi individual, 3) sebuah profesi menuntut dilakukannya suatu seleksi dan sertifikasi, 4) untuk menjaga dan mengembangkan kompetensi, diantara sesama profesi biasa terjadi kerjasama sekaligus kompetisi yang sehat, 5) dalam setiap profesi para anggota memiliki kesadaran profesional dan bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas profesionalnya, 6) terdapat kode etik profesi berupa nilai-nilai moral yang selalu dijunjung tinggi dan menjadi landasan bagi pemiliknya dalam bertindak, 7) adanya sangsi untuk menjamin berlakunya kode etik yang sudah ditetapkan, 8) setiap anggota profesi gigih dalam memperjuangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesionalnya, dan 9) terdapat lebih dari satu organisasi profesi serupa sebagai wahana untuk bekerjasama dalam upaya mengembangkan diri. Berdasarkan kutiapan di atas ciri-ciri persepsi sebagai berikut : 1) sebuah profesi dilandasi pengetahuan yang kuat dan menjurus pada bidang spesialisasi tertentu, 2) sebagai konsekuensi dari ciri pertama sebuah profesi harus didukung oleh kompetensi individual, 3) sebuah profesi menuntut dilakukannya suatu seleksi dan

10

sertifikasi, 4) untuk menjaga dan mengembangkan kompetensi, diantara sesama profesi biasa terjadi kerjasama sekaligus kompetisi yang sehat, 5) dalam setiap profesi para anggota memiliki kesadaran profesional dan bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas profesionalnya, 6) terdapat kode etik profesi berupa nilainilai moral yang selalu dijunjung tinggi dan menjadi landasan bagi pemiliknya dalam bertindak, 7) adanya sangsi untuk menjamin berlakunya kode etik yang sudah ditetapkan, 8) setiap anggota profesi gigih dalam memperjuangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesionalnya, dan 9) terdapat lebih dari satu organisasi profesi serupa sebagai wahana untuk bekerjasama dalam upaya mengembangkan diri 3. Tujuan Persepsi Agar pembahasan tentang persepsi menjadi lebih jelas, perlu dipahami sebagai

tentang tujuan persepsi, Jalaluddin Rakhmat (2006:29) mengemukakan berikut:

Tujuan persepsi adalah untuk memahami suatu peristiwa yang dapat meneliti fakta-fakta yang harus kita pandang dalam hubungan keseluruhan dan untuk memahami seseorang yang kita harus melihat dalam konteksif, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya. Kutipan di atas menjelaskan bahwa persepsi bertujuan untuk dapat memahami suatu peristiwa maupun seseorang dengan melalui pengamatan yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa persepsi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan persepsi. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis mengutip pendapat Bimo Walgito (2002:71) tentang proses persepti

11

sebagai berikut Obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Dijelaskan selanjutnya Bimo Walgito (2002:71) tentang proses tersebut pada kutipan berikut ini : Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indra diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Proses persepsi yang merupakan proses penerjemahan dari apa yang dilihat atau apa yang didengar atau apa yang diraba ini selanjutnya akan mewujudkan kesiapan dari seseorang untuk berprilaku tertentu sebagai bentuk respon. Pengungkapan diri dalam bentuk prilaku ini juga akan disimpan kembali oleh seseorang untuk menentukan tingkah laku selanjutnya. Oleh karena itulah persepsi dapat mempengaruhi prilaku dan membentuk sikap seseorang. Berkaitan dengan persepsi, dalam tulisan ini akan dikemukakan juga bahwa di dalam prosesnya persepsi sangat ditentukan oleh faktor individu dan situasi yang dihadapi. Salah satu faktor tersebut adalah perhatian. Tentang hal tersebut Bimo Walgito (2002:73) menjelaskan sebagai berikut, Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan stimulus

12

dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. Apa yang menjadi perhatian seseorang akan merupakan persepsi pada seseorang dan akan berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan. Perhatian itupun terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra dan

mengesampingkan stimuli-stimuli melalui alat indra lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa Allah menegaskan berkali-kali melalui firmanNya bahwa dengan

memperhatikan tanda-tanda dari kejadian alam semesta ini yang merupakan obyek maka dapat menyadarkan dan meyakinkan seseorang akan kekuasaanNya . Ayat tentang hal tersebut terdapat dalam QS. Al-Ghosyiyah (88) : 17 berikut ini: {17 : } Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan. (QS. Al-Ghosyiyah : 17). Ayat tersebut menengaskan kepada manusia bahwa kenyataan-kenyataan empiris dalam alam ini yang merupakan ayat-ayat kauniyah seharusnya menjadi sarana bagi manusia dalam menggunakan akalnya. Dalam QS. Ali-Imran (3) : 190 juga ditegaskan sebagai berikut : .{190 : . } Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran 190).

13

Berkaitan dengan perhatian, Jalaluddin (2006:52) mengemukakan sebagai berikut: Apa yang menjadi perhatian ditentukan oleh faktorfaktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention gatter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain : gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. Dari kutipan di atas menegaskan bahwa perhatian pada seseorang sangat bersifat pribadi, hal ini berarti sangat ditentukan oleh kondisi individual seseorang, atau melihat dengan kacamatanya sendiri, di samping juga dipengaruhi oleh

situasional yakni dari gerakannya, intensitasnya, kebaruannya dan berulang-ulangnya suatu stimuli. Sebagaimana contohnya, benda yang bergerak lebih menarik perhatian dibandingkan yang diam, benda atau obyek yang ganjil (menonjol) lebih menarik daripada umumnya, sesuatu yang baru lebih mengundang perhatian, dan stimuli yang berkali-kali ( sering ) akan lebih menarik perhatian. Selanjutnya sebagaimana dikatakan di atas, perhatian juga sangat dipengaruhi oleh faktor internal seseorang, sehingga perhatian seseorang terhadap obyek ditujukan pada apa yang ingin diperhatikan, artinya bersifat selektif, yang antara lain dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang, kemauannya dan atau kebutuhan biologisnya Dll. Dengan demikian jelaslah bahwa persepsi sangat ditentukan oleh karakter seseorang yang memberi respon pada stimuli, bukan pada jenis atau bentuk stimulinya. Dan jelas pula bahwa manusia harus menggunakan indera dan akalnya dengan sebaik-baiknya sehingga memiliki persepsi yang tepat tentang suatu persoalan.

14

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Sebagaimana dijelaskan oleh Jalaluddin Rakhmat (2006 : 63) : Dalam suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan gambargambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok mahasiswa yang lapar daripada oleh kelompok mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini tidak disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama pada kedua kelompok. Dari eksperimen di atas dapat ditarik pengertian bahwa persepsi seseorang atau individu sangat dipengaruhi oleh keadaan biologisnya. Dengan demikian maka persepsi setiap individu terhadap objek yang sama akan sangat berbeda dan ini akan berpengaruh pula terhadap perhatian serta tindakan atau respon terhadap stimuli tersebut. Dalam contoh yang lain dapat diungkapkan pula oleh Jalaluddin Rakhmat (2006 : 63) : Bruner dan Goodman menyuruh dua kelompok anak untuk mengukur besaran bermacam-macam uang recehan. Kelompok anak-anak yang miskin cenderung memberikan ukuran uang yang lebih besar daripada kelompok anak-anak kaya.

15

Contoh di atas menunjukkan bahwa nilai sosial satu objek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilainya. Dan dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Sehingga dalam melakukan persepsi selalu bersifat selektif secara fungsional. Dan yang berhubungan dengan selektif secara fungsional adalah pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya. b. Faktor Struktural

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efekefek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt seperti diungkapkan oleh Jalaludin Rakhmat (2006 : 66) : . bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Dari kutipan di atas dapat lebih dijelaskan bahwa jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, tetapi harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk dapat memahami seseorang kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya dan dalam masalah yang dihadapinya.

16

Dalam pandangan psikologi Gestalt konteks dapat mempengaruhi makna dari setiap objek yang dipersepsi. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Jalaludin Rakhmat (2006 : 67) : Tanpa eksperimen ilmiah sekalipun, kita segera merasa simpati pada gadis yang tidak cantik, walaupun tidak setia, daripada gadis yang tidak setia, walaupun cantik. Bila anda mengatakan Kawin itu berat tetapi bahagia, anda pasti memilih kawin. Tetapi bila anda berkata, Kawin itu bahagia tetapi berat, anda tampaknya belum mau kawin. Contoh di atas menunjukkan bahwa konteks sangat menentukan makna yang dipengaruhi secara struktural dari objek tersebut. Dalam hubungan dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga : Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu diangap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras. Dengan demikian dapat dicontohkan, misalnya seseorang yang terkenal sebagai tokoh gelandangan berpakaian jelek, kita akan menilai pakaiannya kusut dan kotor. Tetapi jika pakaian yang sama dikenakan oleh orang lain misalnya guru yang miskin, kiai yang miskin kita akan segera mengomentarinya sebagai pakaian yang walaupun lusush, tetapi ditambal dengan rapih dan bersih. Di sini, terjadi asimilasi. Jika seseorang sebagai ratu kecantikan, ditemukan dengan rambut yang belum disisir, kita akan menganggapnya tetap cantik walaupun rambutnya tidak disisir rapih. Tetapi jika orang biasa, didapatkan berambut kusut, anda akan segera memberi komentar, jelek

17

sekali, apalagi rambutnya berantakan. Lihat, bagaimana kata walaupun digeser oleh apalagi.

B. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak 1. Hakekat Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang sebenarnya adalah proses yang berbeda namun keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel, bersifat kuantitatif, dapat diukur menggunakan satuan panjang, berat dan ukuran kepala. Sementara perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi sel menjadi yang lebih kompleks, bersifat kualitatif, diukur menggunakan skrining perkembangan. Menurut Rahman (2005:45) Tumbuh kembang sangatlah dipengaruhi oleh faktor genetik (dari anak itu sendiri) dan faktor lingkungan (dari orang tua, dll) Tiga tahun pertama kehidupan anak, merupakan masa yang sangat penting karena terjadi pertumbuhan fisik dan perkembangan (kecerdasan, ketrampilan motorik, mental, sosial, emosional) yang sangat pesat. Di usia inilah yang disebut Golden Age. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk memberikan nutrisi yang terbaik bagi anak sejak awal kehidupannya. Di awal hidupnya, bayi membutuhkan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhannya, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh proses tumbuh

18

kembangnya. ASI merupakan cairan biologis kompleks yang mengandung semua nutrien yang diperlukan tubuh anak. Sifatnya yang sangat mudah diserap tubuh bayi, menjadikannya nutrisi utama yang paling memenuhi persyaratan untuk tumbuh kembang bayi. Secara garis besar, kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang dikelompokkan menjadi 3 kelompok : 1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) 2. Kebutuhan kasih sayang/emosi (asih) 3. Kebutuhan stimulasi/latihan (asah). Janice J. Beauty dalam Saeful Hufaz (2009:34) menjabarkan tentang bagaimana mengelola kelas yang sehat sebagai salah satu keahlian yang harus dimiliki pendidik Anak Usia Dini. Selain menjaga kesehatan lingkungan, kelas yang sehat berhubungan juga dengan menjaga kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Kesehatan dan gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Dalam penelitian yang dilakukan Ernesto Pollitt dkk (1993) dalam Saeful Hufaz (2009:35) menyatakan bahwa pemberian makanan yang sehat dan protein, akan mempengaruhi perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang anak makan juga ikut mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan dan ketahanan terhadap penyakit Janice J Beaty dalam Saeful Hufaz (2009:44) menerangkan bahwa mengelola kelas yang sehat berhubungan dengan bagaimana membuat progam pembelajaran yang meliputi kegiatan olah raga, latihan, mencuci tangan pengenalan gizi yang sehat

19

dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah memahami berbagai gejala penyakit yang sering dialami anak. Menurut santrock dalam Saeful Hufaz (2009:67) mengatakan Pada umumnya masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak, pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hot dog, pizza, hamburger dsb, menjadi kendala tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi guru dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak layaknya makanan cepat saji. Ketika berolah raga, anak menggerakan otot-otot tubuhnya yang merupakan stimulasi bagi perkembangan motorik terutama motorik kasar. Olah raga yang tepat sebagai stimulasi perkembangan motorik tersebut adalah yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Ketika berolahraga pun anak belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Jika olah raga tersebut berupa permainan maka anak akan belajar nilainilai social seperti sportifitas, kemenangan, kekalahan dan penghargaan. Karena itu kegiatan olah raga harus dikemas dengan beberapa tujuan pemberian stimulasi berbagai aspek perkembangan anak. Meskipun anak yang sehat cenderung aktif, tapi kekebalan tubuh mereka belum stabil. Berbagai penyakit bisa mengancam kesehatan mereka diantaranya

20

alergi, asma dan infeksi telinga. National Centre of Health Statistics pada tahun 2004 dalam Fiman Firdaus (2007:58), menyatakan Penyebab kematian anak paling besar adalah kecelakaan, yang kedua adalah kanker terutama kanker darah (leukemia). Strategi untuk menghindari adalah dengan menggunakan sabuk pengaman, helm dan alat pengaman lainnya. Sedangkan penyakit kanker bisa dicegah dengan pemberian ASI. Pemberian ASI sangat penting pada masa satu sampai enam bulan pertama. Salah satu keuntungan dari pemberian ASI adalah terbentuknya kekebalan tubuh. Manfaat ASI berdasarkan beberapa ahli kesehatan di Amerika Serikat adalah(Eiger & Olds, 1999; Hanson & Korotkova, 2002; Kramer, 2003) dalam Firman Firdaus (2007:60) : 1). 2). 3). 4). 5). Membuat berat badan bayi yang ideal, serta terhindar dari obesitas. Mencegah alergi Mencegah atau mengurangi gejala diare dan infeksi pernafasan Menguatkan tulang Mencegah penyakit kangker pada bayi dan kangker payudara pada ibu yang menyusui 6). mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). Selain berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, kelainan anak yang berhubungan dengan mental pun mempengaruhi kesehatan anak. Penyakit tersebut diantaranya hiperaktif dan pelecehan. Sebagai pendidik PAUD, diperlukan kepekaan untuk melihat berbagai gejala dari kelainan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus berkonsultasi dengan orang tua dan psikologi secara intensif sehingga mengetahui bagaimana seharusnya perlakuan pada anak yang memiliki kelainan tersebut. Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertangggung jawab dalam menjaga kesehatan anak, tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang tua.

21

Karena anak belajar dari keteladanan dan kebiasaaan, gaya hidup orang tua sangat mempengaruhi. Orang tua yang merokok sangat membahayakan kesehatan anak Selain gaya hidup orang tua, pola asuh yang diterapkan pun mempengaruhi kesehatan anak. Pola asuh yang kurang baik diindikasikan oleh kurang maksimalnya pemberian ASI, kurang baiknya pola koinsumsi pangan keluarga dan pola perawatan kesehatan dasar terutama bagi anak usia dini. 2. Ciri ciri tumbuh kembang anak Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut

(http://www.aqilaputri.rachdian.com): a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya. e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap. f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa

22

terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut berikut

(http://www.aqilaputri.rachdian.com): antara lain: a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. 1). Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya. 2). Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus. 3). Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja. 4). Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat. 5). Genetik. Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil. 6). Kelainan kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Downs dan sindroma Turners. b. Faktor luar (eksternal). 1). Faktor Prenatal a). Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin. b). Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.

23

c). Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. d).Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal. e). Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung. f). Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital. g).Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. h). Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu. i). Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain. 2). Faktor Persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. 3). Faktor Pascasalin a). Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. b). Penyakit kronis/ kelainan kongenital Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. c). Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri,

24

d).

e). f).

g). h).

i).

rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak. Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak. Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh anak meliputi faktor internal anak itu sendiri, dan faktor ekternal.

25

C. Kerangka Konsep. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Proses persepsi yang merupakan proses penerjemahan dari apa yang dilihat atau apa yang didengar atau apa yang diraba ini selanjutnya akan mewujudkan kesiapan dari seseorang untuk berprilaku tertentu sebagai bentuk respon. Pengungkapan diri dalam bentuk prilaku ini juga akan disimpan kembali oleh seseorang untuk menentukan tingkah laku selanjutnya. Oleh karena itulah persepsi dapat mempengaruhi prilaku dan membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini persepsi ibu tentang pentingnya gizi anak secara langusng maupun tidak langsung akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Hal tersebut dapat dilihat pada disain kerangka konsep sebagai berikut:

PERSEPSI IBU RUMAH

TANGGA TENTANG GIZI ANAK


D. Hipotesis Penelitian

TINGKAT TUMBUH KEMBANG ANAK

Hipotesis Penelitian ini adalah Terdapat Pengaruh Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Gizi Anak Terhadap Tingkat Tumbuh Kembang Anak Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor

26

27

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah dilakukan dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional. Cross-sectional merupakan rancangan studi epidemiologi yang

mempelajari hubungan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan secara serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode. Kelebihan menggunakan desain penelitian ini adalah dapat mengetahui besarnya masalah di populasi, dan mengetahui asosiasi antar variabel yang di teliti membuat hipotesis awal dan memperoleh gambaran pola variabel dan determinandeterminannya pada populasi sasaran. Desain ini ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian serta melakukan terhadap variabel terikat, yaitu (X) variabel tumbuh

interpretasi mengenai pengaruh variabel bebas

pengaruh variabel Persepsi Ibu Balita tentang gizi balita kembang anak (Y)

28

1.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.

2.

Populasi, Sampel dan Responden 1. Populasi Populasi atau universe jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya

akan diduga. Maka populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor sebanyak 1944 orang . 2. Sampel Dalam menentukan besarnya ukuran sampel dari populasi tersebut, penulis menggunakan teknik atau cara penentuan sampel Tujuan studi potong-lintang (crosssectional) adalah mendeskripsikan karakteristik populasi sasaran berdasarkan pengamatan pada sampel. Asas keterwakilan (representatif) sangat penting, agar deskripsi tersebut akurat. Karena itu, pada studi potong-lintang pemilihan subyek dianjurkan menggunakan prosedur pencuplikan acak sederhana. Untuk memudahkan menentukan besarnya sampel dapat digunakan model rumus dari Slovin (Azhari : 2000, hal 53), dimana : n N = jumlah sampel = jumlah populasi

29

= Error (% yang dapat ditoleransi terhadap ketidaktepatan penggunaan sampel sebagai pengganti populasi)

Pada penulisan ini penulis menggunakan error sebanyak 10 % sehingga besarnya sampel dapat dihitung sebagai berikut :
n= N 1 + N (e) 2

1944 = 1 + 1944 (0,10)2 = 20,44 dibulatkan 20 orang yang akan dijadikan sederhana. 3. 4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Independen yaitu persepsi ibu tentang gizi anak Tabel. 3.1 Definisi Operatioal Variabel Dimensi Hakekat Persepsi Penilaian Persepsi Indikator Pengetahuan Pengindraan Pengalaman Penafsiran sampel secara acak

5.

Variabel Dependen yaitu tumbuh kembang anak Tabel. 3.1 Definisi Operatioal Variabel Dimensi Indikator

30

Hakekat Tumbuh Kembang Anak Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Pengertian Tumbuh Kembang Anak Kebutuhan Dasar Anak Perubahan pada anak Pertumbuhan pada anak

6. 7.

Pengukuran dan Pengamatan Variabel Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 2 (dua) sumber

utama yaitu : a. Data primer, yaitu keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh melalui pengisian angket. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait dan studi literatur dan studi dokumentasi, terutama yang berkaitan dengan masalah

penelitian ini. 8. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan berbagai data, keterangan dan informasi, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Angket Daftar pertanyaan yang bersifat tertutup dimana setiap pertanyaan sudah disediakan alternatif jawaban yang dibagikan kepada responden, kemudian responden dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan kenyataan.

31

b. Studi Kepustakaan. Mengumpulkan data dan informasi dengan cara mempelajari dan mencatat bahan-bahan bacaan, makalah, jurnal, dokumen dan laporanlaporan, serta bahan-bahan lain yang berkaitan dengan variabel penelitian. 3). Observasi Melakukan pengamatan dan penelitian langsung ke tempat penelitian untuk melengkapi dan mendukung data primer yang diperoleh melalui angket. 9. Metode Analisis Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket terhadap responden yang dipilih sebagai sampel. Kuesioner diisi tanpa harus berdiskusi dengan responden lain. Data-data yang dikumpulkan seterusnya dicatat untuk menganalisa data. Data-data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menguji hipotesis penelitian dan mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi sebagai berikut : Metoda pengolahan dan analisis menggunakan metode analisis

korelasional dan metode deskriptif yang menggunakan pengolahan data dengan analisis SPSS. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel. Model Analisis Regresi berganda sebagai berikut :

32

Y = a + b1X1 + b2X2 ..... + bnXn Keterangan : a = Nilai Koefisien b = Koefisien Regresi X = Nilai variabel X X1 = Nilai Variabel Penguasaan Kerampilan X2 = Nilai Variabel Partisipasi Kaum Wanita didalam Pembangunan Y = Nilai Variabel Kesejahteraan Keluarga n = Jumlah variabel bebas Tabel 3.2 Arti Koefisien Korelasi Nilai rs > 0 < 0,2 0,2 < 0,4 0,4 < 0,7 0,7 < 0,9 0,9 < 1,0 Sumber : Harun Al Rasyid (2001). Keterangan Lemah sekali (Sangat longgar) Lemah (Longgar) Cukup erat (Moderat) Erat Sangat erat

You might also like