You are on page 1of 6

I.

Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit perlu di perhatikan. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 23, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggaakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Rumah sakit adalah suatu tempat kerja dengan kondisi seperti tersebut di atas sehingga harus menerapkan upaya kesehatan kerja di samping keselamatan kerja. Rumah sakit merupakan suatu industry padat karya, padat pakar, padat modal dan padat teknologi, sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sangat tinggi. Berdasarkan data yang dipublish oleh Depkes RI secara Global WHO mencatat bahwa dari 35 juta pekerja kesehatan 3 juta terpajan patogen darah; 2 juta terpajan virus HBV dan 0.9 juta terpajan virus HBC serta 170.000 terpajan virus HIV/AIDS. Di luar negeri, USA 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B 47 positif HIV dan setiap tahun 600.0001000.0000 luka tusuk jarum dilaporkan. Di Indonesia, penelitian dari dr. Joseph tahu 20052007 mencatat bahwa angka KAK NSI(needle stick injury) mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan. Inseiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada pekerja rumah sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin, ras, umur, dan status pekerjaan (Gun, 1983). Rumah sakit masa kini, layaknya sebuah industri mempunyai beragam persoalan tenaga kerja yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya. Seiring kemajuan teknologi kedokteran, ditemukannya penyakit baru serta kemunculan penyakit lama menjadikan rumah sakit tidak lagi menjadi tempat teraman untuk bekerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Menilik kondisi tersebut dan berdasarkan berbagai data dan fakta yang ada maka perlu dilakukan upaya penanganan faktor potensi bahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja seperti perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Bila dipandang sebagai sebuah industri, sepatutnya upaya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) (Occupational Health and Safety Program) tidak dilihat sebagai barang mahal, tapi seharusnya menjadi nilai tambah bagi organisasi rumah sakit itu sendiri. Dalam hal ini pencegahan maupun pengurangan angka PAK dan KAK di rumah sakit dapat diupayakan melalui pelaksanaan program promosi kesehatan di tempat kerja.

II. Landasan Kegiatan Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat hukum sebagai berikut : 1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang menyatakan bahwa, tiap tenaga kerja berhak mendapat perlidungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. 2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa keselamatan kerja dilaksanakan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. 3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. 4. UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenagakerjaan, pasal 108 yang menegaskan kembali bahwa, setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan pelakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta agama. 5. Rekomendasi ILO/WHO Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan nasionalnya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja.

6. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja; 7. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat Hubungan Kerja; 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan; 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi; 10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit; 11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan; 12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan; 13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit; 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 15. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3 Rumah Sakit serta tindak lanjut, yang merujuk pada SK Menkes No.432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem Menajemen K3.

III. Kegiatan Program 3.1 Deskripsi dan Bentuk Kegiatan Kegiatan promosi kesehatan yang akan dilaksanakan adalah berupa edukasi atau usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan hingga dapat merubah perilaku dari unsafe bahaviour menjadi safe behavior yang diselenggarakan secara berkala dan kontinyu dalam waktu 6 bulan. Adapun jenis kegiatan yang diadakan antara lain yaitu:

1. Workshop Hospital Safety yang diadakan setiap dua bulan sekali. Dalam kegiatan ini akan disampaikan materi-materi seputar K3RS kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan simulasi. 2. Safety Talk Everyday yang dilaksanakan rutin setiap hari pada saat akan mulai bekerja. Kegiatan ini menyampaikan pesan kesehatan berupa cara kerja yang aman serta penggunaan APD yang tepat setiap harinya sebagai bentuk breafing sebelum nulai bekerja. 3.2 Tema Kegiatan Adapun tema kegiatan in adalah ciptakan budaya kerja yang sehat dan aman untuk produktivitas kerja yang tinggi 3.3 Target dan Segmentasi Sasaran Target kegiatan ini adalah seluruh masyarakat pekerja di rumah sakit. 3.4 Tujuan Program Meningkatnya kemampuan hidup sehat dan aman bagi masyarakat pekerja di Rumah Sakit guna mencapai derajat kesehatan yang optimal dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas kerja di Rumah Sakit. 3.5 Waktu dan Tempat Program kerja ini dilaksanakan di Rumah Sakit X dalam jangka waktu 6 bulan dimana kegiatan workshop akan dilaksanakan setiap 2 bulan sekali dan kegiatan safety talk setiap hari sebelum memulai pekerjaan. 3.6 Pelaksana Pelaksana kegiatan ini adalah panitia k3 yang ada di rumah sakit. 3.7 Indikator Keberhasilan 1. Terlaksananya workshop hospital safety setiap 2 bulan sekali 2. Terlaksananya safety talk sebelum bekerja setiap hari. 3. Menurunnya angka absensi petugas karena sakit. 4. Menurunnya angka kesakitan/kecelakaan akibat kerja sebanyak 50% setelah kegiatan dilaksanakan.

IV. Konsep Pelaksanaan Program Program ini dilaksanakan dalam bentuk workshop dan safety talk everyday. Dimana workshop akan membahas materi seputar pelaksanaan k3 di rumah sakit dan safety talk everyday merupakan bentuk komunikasi dengan cara pertemuan singkat sebelum bekerja.

V. Sumber Dana Adapun sumber dana kegiatan ini berasal dari anggaran yang disediakan oleh rumah sakit.

VI. Rencana Kegiatan Berikut ini adalah rencana kegiatan untuk pelaksanaan program. No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Waktu Jenis Kegiatan April Mei Juni Juli Penan ggung Jawab Tim Tim Tim Tim Tim Tim Tim Tim Tim Tim

Pembentukan Tim Kerja Survei Wilayah sasaran Pembuatan Proposal Audiensi ke Instansi terkait Penyebaran proposal ke instansi terkait Follow up Proposal Persiapan pelaksanaan kegiatan Publikasi Kegiatan Pelaksanaan kegiatan

10. Evaluasi kegiatan

VII. Rincian Anggaran Adapun rincian kebutuhan dana untuk pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut.

No. 1.

Mata Anggaran Administrasi - Kertas A4 - Kertas cover - Amplop Surat - Penjilidan Proposal - Pulpen - Tinta Printer

Biaya satuan

Banyaknya

Jumlah

Rp.40.000 Rp.500 Rp.30.000 Rp.3.000 Rp.35.000 Rp.25.000

1 rim 20 lembar 1 kotak 10 1 kotak 2 kotak

Rp.40.000 Rp.10.000 Rp.30.000 Rp.30.000 Rp.35.000 Rp.50.000

2.

Acara - Honor dr.Spesialis Kandungan - Nutrionis Rp. 250.0000/hari 1 orang/3 hari Rp.250.000/hari 1 orang/3 hari Rp.2.250.000 Rp.250.000

3.

Perlengkapan - Sewa Tenda - Spanduk - Sewa Gen set - Sound system - Kursi - Perlengkapan Imunisasi Rp.150.000 Rp.20.000/meter Rp.100.000/hari Rp.50.000/hari Rp.1000/buah Rp.20.000/orang 1 pasang/3 hari 2 meter 3 hari 3 hari 50 buah/3 hari 50 Rp.450.000 Rp.60.000 Rp.300.000 Rp.150.000 Rp.150.000 Rp.1.000.000

4.

Logistik - Konsumsi petugas - PMT Ibu Hamil Rp.20.000/hari Rp.30000/orang 20 orang/3 hari 50 orang Rp.1.200.000 Rp.1.500.000

Total

Rp.7.255.000

You might also like