You are on page 1of 12

METODE DAN TEKNIK FASILITASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Pemberdayaaan

Disusun oleh :

Kelompok 9 Wendi Irawan D Deria Hadianisa Januar Irfansyah Karnati (150310080137) (150310080147) (150310080168) (150310080174)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN Fasilitasi merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi model atau contoh, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan maanajemen sumber. Program penanganan masalah sosial pada umumnya diberikan kepada anggota masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber, baik karena sumber tersebut tidak ada di sekitar lingkungannya, maupun karena sumbersumber tersebut sulit dijangkau, karena alasan eknomi maupun birokrasi. Pekerja sosial terpanggil untuk mampu memobilisasi dan mengkordinasi sumber-sumber tersebut agar dapat dijangkau oleh masyarakat. Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan masyarakat dan pekerja sosial dalam pemecahan masalah. Sumber dapat berupa sumber personal (pengetahuan, motivasi, pengalaman hidup), sumber interpersonal (sistem pendukung yang lahir baik dari jaringan pertolongan alamiah maupun interaksi formal dengan orang lain), dan sumber sosial (respon kelembagaan yang mendukung kesejahteraan masyarakat).

BAB 2 PEMBAHASAN METODE FASILITASI Dalam proses pelaksanaan pelatihan atau pertemuan yang menekankan partisipasi aktif peserta dan dialog terbuka, pengalaman mengajarkan tidak cukup hanya menggunakansatu metode (misalnya ceramah saja), tetapi juga tidak perlu semua metode pelatihan digunakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode pelatihan adalah, apakah metode dan langkah-langkah pelatihan itu sesuai dengan alur pelatihan yang ada, mendukung out put, serta dapat memelihara perhatian dan kesiapan belajar peserta dan daya tarik pelatihan atau justru sebaliknya. Berangkat dari pengalaman memfasilitasi berbagai macam bentuk pelatihan ataupun pertemuan, ada beberapa metode yang sering kali dipergunakan karena dianggap sesuai dengan alur proses : a. Ceramah Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll. Sebaiknya agar suasana tidak kaku, nara sumber jangan hanya duduk, tetapi berdiri dan secara terbuka berdiskusi seakan sebagai fasilitator dengan menggunakan media papan tulis, alat peraga dan lainnya. Tujuannya adalah menyampaikan materi terentu kepada pendengar untuk meningkatkan pengetahuan. Manfaatnya adalah sebagai upaya memberikan berbagai informasi dan pengetahuan, terutama mengenai sesuatu yang baru.

b. Bursa gagasan (brainstorming) Brainstormin merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Dalam bursa gagasa ini bukan hanya menarik orang/partisipan untuk mengeluarkan gagasan atau pendapat sebanyak-banyaknya, lebih dari itu, bagaimana semua gagasan (pendapat, informasi, pengalaman) yang muncul digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah, mengklarifikasi masalah, menganalisis masalah, mencarikan pemecahan masalah, dan merumuskan kesimpulan. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama. c. Studi kasus (case study) Membuat deskripsi tentang bagaimana suatu masalah yang pernah muncul di masa lalu dihadapi dan ditangani masyarakat. Hal ini bisa berupa sejarah (historis) atau hipotesis, tetapi harus berhubungan dengan pengalaman aktual partisipan. d. Diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok. e. Permainan (Games) Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah pemecah es. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi

kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal- hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.
f. Bermain peran (role play)

Suatu situasi tertentu diperankan dengan pelaku-pelakunya yang diambil dari peserta sesuai dengan tabiat (peran) yang ditentukan. Dalam hal ini partisipasi menjadi bagian dari aksi dengan berpura-pura memainkan satu peran khusus menjadi seorang polisi, atau seorang korban kekerasan, tetapi berbeda dengan drama, peran tersebut tidak dimainkan sebelumnya. Tujuannya memberi pengertian bagaimana penerapan peran dalam kehidupan sehari-hari dan memperoleh bahan dari pengalamannya sendiri yang kemudian dianalisis. Manfaat yang dapat diambil adalah peserta dapat mencoba keterampilan baru sebelum menerapkan dalam kehidupan yang sebenarnya dan membantu peserta untuk lebih obyektif terhadap peran yang bisa diambil. Dalam melakukan role play pemain diharapkan membawakan peran dengan cara sedapat mungkin mendekati kenyataan. Diharapkan juga selama permainan ada pengamat yang senantiasa mengamati selama berlangsung. g. Metode simulasi Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam

situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan). Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

TEKNIK FASILITASI Seorang fasilitator yang baik :


1. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan & proses, 2. Tetap obyektif, 3. Membantu kelompok menentukan arah yang akan ditempuh dan mencapai

tujuan mereka,
4. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, 5. Menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda, 6. Sensitif terhadap gender dan budaya, 7. Mendorong semua orang berpartisipasi; setiap orang berpartisipasi dengan

cara yang berlainan. Ada yang hanya berbicara dalam kelompok kecil, tetapi tetap berpartisipasi. Yang lain mungkin banyak bicara tetapi sedikit kontribusi,
8. Membantu kelompok mentaati waktu, 9. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan, dan

10. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam pertemuan, & membantu kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi lainnya.

Teknik-Teknik Fasilitasi Diskusi a. Paraphrasing Paraphrasing membantu pembicara menilai apakah ucapannya ditangkap atau tidak oleh orang lain. Yaitu misalnya dengan cara :
Kedengarannya anda tadi mengatakan bahwa Yang saya tangkap dari pendapat anda adalah Saya memahami yang dikatakan lebih kurang Sesudah membuat paraphrase, perhatikan reaksi pembicara. Katakan Apa

betul pemahaman saya ? b. Mirroring Teknik ini menangkap apa yang dikatakan orang lain persis seperti yang diucapkan dengan mengulang kembali setiap kata yang diucapkan. Kadangkadang ini dibutuhkan untuk meyakinkan orang-orang tertentu bahwa mereka benar-benar didengarkan. Dengan cara :
Jika pembicara mengatakan satu kalimat, ulangi secara verbatim (persis

seperti yang diucapkan). Jika pembicara mengatakan lebih dari satu kalimat, ulangi kata kunci atau kalimat pendek.
Dalam kedua situasi di atas, gunakan kata-kata pembicara, jangan kata-kata

anda sendiri. Yang harus diulang adalah kata-kata si pembicara; bukan suara pembicara. c. Stacking Mengurut adalah proses membantu orang bergiliran berbicara ketika beberapa orang ingin berbicara bersamaan. Salah satunya dengan cara : Fasilitator bertanya siapa yang ingin bicara Setiap pembicara diberi nomor urut Masing-masing pembicara dipanggil sesuai urutannya
Sesudah semua selesai berbicara, fasilitator menawarkan kepada peserta

lain untuk berbicara. Contoh : Langkah 1 : Bagi yang ingin bicara, tolong angkat tangan. Langkah 2 : Ita yang pertama, Eva kedua, lalu Doni ketiga. Langkah 3 : (sesudah Ita bicara) Siapa kedua? Eva? Silakan. Langkah 4 : (Setelah orang terakhir) Apa ada yang ingin bicara?

d. Drawing Out Drawing out merupakan teknik menggali lebih jauh agar menjelaskan lebih lanjut ide atau gagasannya. Salah satu contohnya yaitu dengan cara membuat paraphrase pernyataan pembicara kemudian mengajukan pertanyaan tidak langsung yang terbuka. Bisa jelaskan lebih lanjut? Bagaimana maksud anda? Apa yang anda maksud dengan..? Misalnya bagaimana? e. Encouraging Encouraging atau mendorong merupakan seni memberikan ruang bagi orang untuk berpartisipasi tanpa paksaan. Mendorong terutama membantu pada tahaptahap awal diskusi, pada waktu para peserta masih warming-up. Beberapa contoh teknik mendorong : Siapa lagi yang punya gagasan?
Mungkin ada yang punya cerita menarik tentang masalah ini? Kita sudah mendengar pendapat bapak-bapak, mari kita dengarkan

pendapat para ibu. Bagaimana pendapat dari kelompok yang duduk di tengah?. Mari kita beri kesempatan kepada peserta yang belum berbicara. f. Gathering Gathering adalah mengumpulkan gagasan, bukan membahasnya. Mengumpulkan adalah ketrampilan yang memadukan antara mirroring dan paraphrasing ditambah dengan gerakan-gerakan fisik. Ketrampilan mendengar dan memberikan pengakuan pada pendapat atau gagasan orang dapat mengurangi kecenderungan mereka untuk membela gagasannya. Misalnya dengan cara Mengumpulkan dengan efektif dimulai dengan penjelasan singkat tentang tugas yang akan dikerjakan. Misalnya : Dalam 10 menit mendatang, berikan tanggapan pada usulan ini dengan menyebutkan kelebihan dan kekuarangannya. Saya minta satu kelebihan dan satu kekurangan, begitu selanjutnya. Kita akan membuat dua daftar sekaligus.

g. Making Space Teknik ini seolah-olah ingin mengatakan kepada peserta yang pendiam bahwa : Tidak apa-apa kalau anda tidak ingin bicara sekarang. Tetapi kalau anda ingin bicara, sekarang saya berikan kesempatan. Setiap pertemuan kelompok akan ada peserta yang banyak bicara dan ada pula peserta yang jarang berbicara. Contonya perhatikan peserta yang pendiam. Perhatikan gerak-gerik tubuh atau ekspresi muka mereka yang mungkin menunjukkan bahwa mereka ingin bicara. Undang mereka berbicara. Misalnya, Apakah ada gagasan yang ingin anda ungkapkan? Ada yang ingin ditambahkan? Kelihatannya anda ingin mengatakan sesuatu. Kalau mereka menolak, jangan memaksa dan teruskan proses. h. Tracking Terkadang beberapa pokok-pokok pikiran muncul bersamaan dalam sebuah diskusi. Misalnya, rencana pembangunan sebuah gedung. Ada yang bicara lokasi, ada yang bicara biaya dan ada yang bicara desain. Dalam situasi seperti ini, mereka perlu dibantu untuk mengikuti semua topik yang sedang dibicarakan. Proses tracking : 1. Fasilitator membuat ringkasan pembicaraan. 2. Kemudian menyebutkan setiap isu yang muncul 3. Meminta pendapat peserta, apa isu yang disebutkan sesuai atau tidak. Contoh :
Langkah 1 : Kelihatannya ada tiga diskusi yang berjalan bersama-sama.

Saya ingin memastikan tidak ada yang tertinggal.


Langkah 2 : Nampaknya isu pertama tentang lokasi, yang kedua tentang

biaya pembangunan, lalu yang terakhir tentang desain gedung. Langkah 3 : Apakah semua isu sudah saya tangkap? i. Balancing Diskusi seringkali mengikuti pembicaraan orang pertama. Dengan balancing, fasilitator membantu menyeimbangkan diskusi dengan cara memancing pandangan-pandangan lain yang tidak terungkap. Beberapa contoh balancing :

Oke, sekarang kita sudah mendengar pendapat tiga orang. Apakah ada

yang memiliki pendapat lain? Apakah ada cara lain untuk melihat masalah ini? Bagaimana pendapat peserta yang lain? Apakah yang lain juga setuju?
Jadi kita sudah mendengar pandangan Pak X, juga pandangan Bu Y.

Mungkin ada pandangan lain lagi? j. Intentional Silence Tujuan dari teknik ini yaitu memberikan kesempatan memikirkan apa yang ingin dikatakan, tidak sepenuhnya yakin akan pendapat maupun perasaannya, karena ragu-ragu mengatakan sesuatu yang dianggap beresiko, mengatur pikiran menjadi komunikasi yang dimengerti, menetralkan pendapat yang terlalu kering dan dangkal, memberikan kesempatan pada peserta lain berfikir lebih dalam, kadang-kadang semua orang bingung atau resah atau sulit konsentrasi pada sebuah diskusi. Tekniknya dengan cara yaitu :
Gunakan kontak mata dan bahasa tubuh; fokuskan perhatian pada

pembicara. Jangan katakan apa-apa, tidak juga hmmm maupun ya Tidak juga mengangguk ataupun menggelengkan kepala. Tetap rileks & perhatikan pembicaraan.
Anda dapat mengatakan, Mari kita diam sejenak untuk mencoba

memahami arti diskusi ini.

BAB 3 PENUTUP Metode fasilitasi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Dalam prakteknya metode ini dapat berupa ceramah, diskusi kelompok, brainstorming, bermain peran, simulasi, permainan dan lain sebagainya. Teknik fasilitasi merupakan bagian dari metode fasilitasi. Teknik fasilitasi berupa paraprashing, mirroring, gathering, stacking, making space, tracking, intentional silence, dan lain sebagainya. Pada intinya tujuan metode dan teknik fasilitasi agar masyarakat dapat merumuskan masalah, mengklarifikasi masalah, menganalisis masalah, mencarikan pemecahan masalah, dan merumuskan kesimpulan. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

DAFTAR PUSTAKA Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : PT Refika Aditama. Sutardjo. 2008. Fasilitasi Pertemuan. http://sutardjo70.wordpress.com/ (diakses tanggal 6 November 2010) Anonim. Kumpulan Metode Pembelajaran Pendampingan. (diakses tanggal 6 November 2010) Munggoro, Dani Wahyu dkk. Beberapa Teknik Fasilitasi. (diakses tanggal 7 November 2010)

You might also like