You are on page 1of 24

A. TERAPI NUTRISI 1.

Pengertian Terapi nutrisi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. 2. Jenis terapi a. Oral feeding b. Enteral nutrition c. Parenteral nutrition d. Pemberian TPN

Strategi dalam menentukan jenis terapi

baik

Terganggu sebagian

Terganggu seluruhnya

a. Oral Feeding Pemberian makan melalui oral adalah memasukann nutrisi melalui mulut. Pasien perlu didorong untuk makan, bukan hanya untuk mendapatkan nutrisi secara optimal, namun pasien juga mendapatka manfaat kepuasan fisik dan psikologis yang dihubungkan dengan makan.Perawat harus membiarkan klien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan, berusaha menyelaraskan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan mereka dan seringkali menanyakan apakah terlalu cepat atau lambat. Perawat juga harus memperbolehkan klien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan klien yang ingin dimakan, dan percakapan dengan topik selain makanan harus menjadi bagian integral dalam proses. Perawat yang mempunyai tugas untuk memberi makan pada beberapa klien

harus mendelegasikan tanggung jawab pemberian makan ke orang lain sehingga semua klien dapat diberi makan tepat waktu dan terencana dengan baik. 1) Tujuan a) Memperoleh nutrisi yang optimal. b) Memberikan kepuasan fisik dan psikologis yang dihubungkan dengan makan. c) Meningkatkan berat badan. d) Meningkatkan control diri dengan mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri. 2) Indikasi a) Pasien yang dapat makan melalui oral. b) Pasien dengan ketidakmampuan yang membutuhkan bantuan sebagian atau total untuk makan. b. Nutrisi Enteral 1) Definisi Nutrisi enteral adalah semua makanan cair yang dimasukkan kedalam tubuh lewat saluran cerna, baik melalui mulut ataupun oral, selang nasogastrik, maupun selang melalui lubang stomagaster atau lubang stoma jejunum. Tujuan atau indikasi pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi, untuk pasien yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan energi dan protein, untuk pengobatan, dan digunakan untuk mencukupi seluruh kebutuhan zat gizi bila pasien tidak dapat makan sama sekali.

2) Jenis Makanan / Nutrisi Enteral a) Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized): Makanan ini dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang agak besar, harganya relatif murah. Contoh :

1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah). 2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir, maizena) 3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk) 4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin untuk penyakit gout, diet diabetes) b) Makanan / nutrisi enteral formula komersial : Formula komersial ini berupa bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan. Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan tidak mudah terkontaminasi. Contoh : 1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral, fresubin) 2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran

gastrointestinal (pepti 2000) 3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes (diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol) 4 Diet enteral tinggi serat (indovita) 3) Sistem Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu: a) Selang nasogastrik 1. Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7 hari. 2. Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7 french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.

3. Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu. 4. Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan. b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih panjang daripada selang nasogastrik. c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai

untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi esophagus / gaster.

4). Nutrisi Enteral Pada Beberapa Penyakit a) Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna. Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral dibandingkan parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila makanan masih dapat melalui mulut dan esophagus. Nutrisi enteral per selang makanan diberikan bila makanan tak dapat diberikan melalui mulut dan esofagus atau melalui gastrostomi esofagus atau melalui jejunostomi. Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena dapat mencegah atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan fungsi usus enterosit, dan kolonosit. Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral dengan sumber energi asam amino atau peptida, sumber karbohidrat glukosa polimer, sumber lemak trigliseril. b) Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien kanker yang akan mendapat suplementasi enteral dapat diberikan melalui salah satu dari 3 jalur pemberian yang umum, yaitu oral nasoenterik atau enterik. c) Nutrisi Enteral pada Pasien Geriatri

Pasien geriatric (berusia 60 tahun atau lebih) lebih sering mengalami malnutrisi, karena itu nutrisi merupakan hal yang penting diperhatikan dalam pengobatan pasien tersebut. Kebutuhan kalori energy disesuaikan dengan berat badan ideal dengan rumus yang ada. d) Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau rendah protein, mengandung energy kalori atau gula. Pada pasien penyakit ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia, protein yang diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi (asam amino esensial) 20g per hari. Pada pasien gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang menjalani dialisis) kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang dewasa normal. Keseimbangan nitrogen netral dicapai dengan pemasukan nutrisi yang mengandung asam amino esensisal 0,55-0,60 gram / kg BB/hari dan kalori energi 35 kkal/Kg BB/ hari. Pada pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan kalori energi dan nitrogen lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien yang tidak menderita gagal ginjal. Pada pasien gagal ginjal dengan hiperkalemia atau hipofosfatemia dilakukan pembatasan kalium atau diberikan fosfor. Pada pasien gagal ginjal dengan hipomagnesemia perlu diberikan magnesium dan pada kalsemia diberikan kalsium. c. Parenteral Nutrition (PN) 1) Pengertian Pada saat terjadi gangguan intestinal secara partial ataupun total dan dukungan nutrisis melalui oral maupun enteral tube feeding (ETF) tidak dapat dilaksanakan, PN dapat menjadi alternatif akhir bagi pemenuhan nutrisi

pasien (Stratton & smith). Parenteral nutrition merupakan metode pemberian nutrisi secara intra vena dan dapat dipilih bila status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran GI tidak dapat menerima pemberian makanan secara interal (Doenges, 2003) Pada umumnya PN hanya digunakan selama beberapa hari atau minggu.

Namun pada kondisi tertentu, penggunaan PN dalam jangka waktu lama juga dapat dilakukan. PN adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian nutrient melalui rute intravena.

Tujuannya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi basal dan pemeliharaan kerja organ, tetapi jg menambah nutrisi untuk kondisi tertentu, seperti keadaan stress (sakit berat , troma), untuk perkembangan dan pertumbuhan. Terapi nutrisi parenteral di bagi menjadi 2 kategori: a) Terapi nutrisi parenteral parsial (supportive atau suplemen) di berikan bila : i. Dalam waktu 5 sampai 7 hari, pasien diharapkan mampu menerima nutrisi enteral kembali. ii. Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien. PN parsial ini diberikan dengan indikasi relative. iii. Terapi nutrisi parenteral total , diberikan jika batasan jumlah kalori ataupun batasan waktu tidak terpenuhi. PN total ini diberikan atas indikasi absolut. 2) Indikasi Secara umum PN di indikasikan pada pasien yang mengalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.Tanpa bantuan nutrisi, tubuh memenuhi kebutuhan energi basal rata rata 25 kkal /kg BB / hari. Jika cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi melalui proses gluconeogenesis, antara lain dengan lipolysis dan proteolysis 125-150 g/hari. Puasa lebih dari 24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g). Sedangkan cadangan energi lainnya, lemak (12.000 g) dan protein (6.000 g) habis dalam waktu kira-kira 60 hari. Keadaan yang memerlukan PN adalah sebagai berikut: a) Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pencernaan seperti stiktur atau keganasan esophagus, atau gangguan absorbsi makanan). b) Pasien tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pangkreatitis). c) Pasien tidak mau makan (akibat pemberian kemoterapi).

Kondisi kondisi berikut yang sering diberikan TPN : a) Disfungsional GI , misalnya penyakit peradangan usus, sindroma usus pendek, pangkreatitis, colitis, fistula, enteritis radiasi, ileus, diare berkepanjangan, obstruksi usus, atau karsinoma lambung. b) Gagal hepatic.

c) Keadaan hipermetabolik, misalnya sepsis, luka bakar yang berat, fraktur tulang panjang, peritonitis. d) Anoreksia sekunder terhadap kondisi medis pasien, misalnya gagal ginjal. e) Hyperemesis berat selama kehamilan. f) Candida GI berat pada pasien AIDS. g) Trauma multisystem. 3) Kontraindikasi a) Pasien 24 jam paska bedah yang masih dalam Ebb phase, masa dimana kadar hormone stress masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit dan dextosa 5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan gagal nafas sudah dapat di atasi, krisis metabolism sudah lewat, maka PN dapat diberikan dengan lancar dan bermanfaat. Makin berat kondisi pasien, makin lambat dosis PN total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum keadaan tenang tercapai, PN total hanya menambahkan stress bagi tubuh pasien. Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol, katekolamin, dan glucagon. b) Pasien gagal napas (pO2 < 80 dan pCO2 > 50) kecuali dengan respirator. Pada pemberian PN penuh, metabolism karbohidrat akan meningkatkan produksi CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya. c) Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraseluler. d) Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan cost-benefit d. Nutrisi Parenteral Total (TPN) 1) Pengertian Nutrisi parenteral total adalah suatu terapi kompleks yang dilakukan untuk memenuhi keperluan nutrisi pasien melalui rute intraven. Larutan yang digunakan dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi). Pemberian teraoi nutrisi parenteral total yang bertujuan untuk memberikan

kalori yang cukup besar yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada jenis makanan yang diresepkan, penangganan kateter intravena, perawatan luka insisi, penangganan komplikasi akibat terapi. Terapi ini hanya digunakan apabila asupan makanan secara enteral tidak memadai atau merupakan kontrakindikasi. TPN tidak diberikan pada pasien yang pencernaan dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien

yang masih dapat mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang mengalami stres atau trauma. (Mubarak & Chahyati,66,2007)

2) Indikasi a) Yang asupan kuran untuk mempertahankan status anabolis misalnya pasien dengan luka bakar berat, malnutrisi, sindrom usus pendek, AIDS, sepsis, kanker. b) Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau dengan selang misalnya pasien dengan ileus paraklitik, penyakit chohn dengan obstruksi. c) Pasien yang menolak mencerna makanan nutrient secara adekuat misalnya pada pasien anoreksia nervosa, lansia pascaoperatif. d) Pasien yang tidak boleh makanan peroral atau dengan selang misalnya pada lasia dengan pankreatitits akut. e) Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif secara terus menerus misalnya pada pasien disertai pembedahan usus. Kreteria yang digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan pasien terhadap nutrisi parental ototal mencakup berat badan kurang dari 10% tidak mampu makan oral atau minum dalam 7 hari oascaoperatif dan situasi hipermetabilik seperti pada infeksi berat disertai demam. 3) Penatalaksanaan Perawat pendukung nutrisi, ahli nutrisi, atau dokter menentukan kebutuhan pasien akan TPN dengan evaluasi criteria tertentu: derajat penurunan berat badan, keseimbangan nitrogen, jumlah kehilangan otot dan total massa tubuh kurus, sera ketidakmampuan pasien untuk mentoleransi pencernaan makanan melalui saluran GI. Idealnya, perawat pendukung nutrisi, ahli farmasi, ahli nutrisi, dan dokter berkolaborasi untuk menentukan formula khusus yang diperlukan. Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan setiap hari dengan kecepatan yang diinginkan dan sesuai toleransi cairan dan glukosa pasien. Respons pasien terhadap terapi TPN dan nilai laboratorium dipantau terus menerus oleh tim pendukung nutrisi. Standing order dilakukan untuk penimbangan berat badan pasien, mendapatkan jumlah darah lengkap, jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit, magnesium, dan glukosa ujung jari. Pada kebanyakan rumah sakit, larutan TPN diresepkan oleh dokter dalam

bentuk pesanan nutrisi parenteral harian. Formulasi larutan TPN harus dihitung dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan pasien secara lengkap. 4) Metode Pemberian Berbagai metode dan rute digunakan untuk memberikan larutan NPT pada praktuk klinis:perifer, sentral, dan atrial. Metode ini tergantung pada kondisi pasien dan lamanya antisipasi terapi.

a) Perifer Larutan NPT digunakan sebagai masukan suplemen per oral bila larutan yang digunakan kurang hipertonik dibanding larutan yang digunakan untuk NPT. Konsentrasi dekstrosa diatas 10% tidak boleh diberikan melalui vena perifer karena dapat mengiritasi intma vena kecil (dinding paling dalam). Lamanya terapi NPP kurang dari 2 minggu. b) Sentral Karena larutan NPT mempunyai lima atau enam kali konsentrasi darah dan melebihi tekanan osmotic kira-kira 2000 mOsm/1 .maka larutan ini berbahaya untuk intima perifer. Kerenanyan untuk mencegah flebitis dan komplikasi vena lainnya larutan ini diberikan ke dalam sistem sirkulasi melalui kateter yang di masukan ke dalam oembuluh darah besar beraliran tinggi (sering vena subklavia). Larutan pekat kemudian diencerkan dengan sangat cepat sampai ke tingkat isotonik oleh darah di dalam pembuluh ini. c) Atrial Dua alat yang digunakan untuk terapi IV jangka panjang di rumah adalah: i. Kateter atrial kanan eksternal ini dipasang melalui pembedahan. Kateter ini dijahit di bawah kulit pada vena subklavia. ii. Lubang subkutan ujung kateter dilekatkan pada serambi kecil yang ditempatkan di kantung subkutan baik di dinding dada anterior atau pada lengan.

B Sistem Gastrointestinal Saluran gastrointestinal merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari mulut sampai ke anus. Susunan saluran pencernaan terdiri dari oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus besar), rektum dan anus. Alat penghasil getah cerna adalah kelenjar ludah, kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pangkreas, dan kelenjar getah usus.

Gambar: saluran pencernaan

1. Struktur Pencernaan a. Mulut

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yang merupakan ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi ; bagian rongga mulut (bagian dalam) yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum, mandibularis, dan di sebelah belakang bersambung dengan faring. Di sebelah luar mulut di tutupi oleh kulit dan di sebelah dalam mulut di tutupi oleh selaput lendir (mukosa). Selaput lendir mulut di tutupi epitelium yang berlapis lapis, di bawahnya terletak kelenjar kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat ujung akhir saraf sensori. Otot orbikularis oris menutupi bibir, levator anguli oris mengangkat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut. 1) Gigi Gigi ada dua macam : a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan, lengkap pada umur 2,5 tahun, jumlahnya 20 buah yang terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus), dan 8 buah gigi geraham (molare). b) Gigi permanen, tumbuh pada umur 6-18 tahun, jumlahnya 32 buah, terdiri dari : 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus), 10 buah gigi geraham molare dan 12 buah gigi geraham pramolare. Fungsi gigi adalah memotong, memutuskan makanan yang keras, dan mengunyah makanan. 2) Lidah Lidah terdiri dari otot serat lintang dan di lapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluryh arah. Lidah dibagi atas tiga bagian,

radiks lingua (pangkal lidah) yang pada bagian belakangnya terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan makanan, dorsum lingua (punggung lidah) yang terdapat papila, dan apeks lingua (ujung lidah). Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan. 3) Kelenjar Ludah Kelenjar ludah (saliva) di hasilkan di dalam rongga mulut. Di sekitar rongga mulut terdapat 3 kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis, letaknya di bawah telinga diantara prosesus mastoid kiri dan kanan os madibular, mempunyai duktus stensoni. Kelenjar submaksilaris, terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, dan mempunyai duktus wartoni. Selanjutnya, kelenjar sublingualis, letaknya di bawah selaput lendir dasar rongga mulut. Kelenjar ludah dipersarafi oleh saraf saraf tak sadar.

b. Faring Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini terletak persimpanagan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang bernama ismus fausium. c. Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnua 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar : lapisan selaput lendir (mukosa). Lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.

d. Lambung Lambung terdiri dari bagian bagian berikut ini: 1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas. 2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor. 3) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal. 4) Kurvatura minor, terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus. 5) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus. 6) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung. 7) Pilorus,merupakan sfingter yang menghubungkan lambung dengan usus halus, terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi gastrin dan mukus,

suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung. Pilorus berperan dalam pengendali pengosongan lambung.

Gambar: lambung Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi yang meyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang di sebut sekresi getah lambung. Fungsi lambung : 1) Menampung makanan, menghancurkan, dan menghaluskan makanan oleh paristaltik lambung dan getah lambung. 2) Getah cerna lambung yang dihasilkan : a) Pepsin, fungsinya memecahkan protein menjadi asam amino (albumin dan pepton) b) HCl, fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

c) Renin, fungsinya mencerna susu membentuk kasein dari kasinogen. e. Usus Halus Usus halus adalah bagian dari sistem gastrointestinal yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya 6 m yang merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan serosa.

Gambar: usus halus

Usus halus terdiri dari beberapa bagian berikut: 1) Duodenum Duodenum (usus duabelas jari) adalah bagian dari usus halus yang terletak sebelah lambung dan menghubungkan ke usus kosong (jejunum) dan merupakan bagian terpendek dari usus halus. Panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit di sebut papila vateri. Pada papila vanteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).

Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang fungsinya mengelmusikan lemak dengan bantuan enzim lipase. Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna karbohidrat menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida. 2) Jejunum Jejunum (usus kosong) merupakan bagian usus yang hanya dilewati oleh makanan dan mempunyai panjang sekitar 23 cm. 3) Ileum Ileum (usus penyerapan) adalah bagian terakhir dari usus halus yang berfungsi menyerap Vit B12 dan garam empedu. Panjangnya sekitar 4-5 m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium berbentuk kipas atau disebut mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara lapisan peritonium. Permukaan epitel usus yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorpsi. Pada penampang melintang, vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam macam enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan. Fungsi usus halus : a) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe. b) Menyerap protein dalam bentuk asam amino. c) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

f. Usus Besar (kolon) Usus besar (kolon) adalah bagian antara apendiks (usus buntu) dan rektum. Fungsinya untuk menyerap air dati makanan, tempat tinggal E.coli, dan tempat pembentukan feses. Panjang usus besar 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus

besar dari dalam ke luar terdiri dari: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Usus besar (kolon) terdiri dari beberapa bagian berikut: 1) Sekum Sekum adalah bagian dari usus besar yang menghubungkan dengan ileum (usus penyerapan). Panjangnya 6 cm. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan umbai cacing. Ileosekal adalah katup yang menghubungkan usus halus dengan usus besar. Di bawah sekum terdapat apendiks (usus buntu) 2) Apendiks (usus buntu) Apendiks adalah bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih

memungkinkan dapat dilewati beberapa isi dari usus.

Gambar: kolon (usus besar) 3) Kolon asendens Kolon asenden adalah kolon yang membujur ke atas dari ileum ke bawah hati dan panjangnya 13 cm. Kolon ini terletak di bawah abdomen sebelah kanan, tepatnya dibawah hati dan melengkung ke kiri, lengkung ini disebut fleksura hepatika, dan dilanjutkan dengan kolon transversum. 4) Kolon transversum Kolon tranversum adalah kolon yang membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens dan berada di bawah abdomen. Panjangnya sekitar 38 cm, 5) Kolon desendens Kolon desendens adalah kolon yang membujur dari atas ke bawah dan terletak dibawah abdomen bagian kiri. Panjangnya sekitar 25 cm. 6) Kolon sigmoid

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum. 7) Rektum Rektum adalah organ terakhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses dan terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus didalam rongga pelvis. 8) Anus Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan bagian luar tubuh. Terletak di dasar pelvis dan dindingnya diperkuat oleh 2 sfingter : a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak. b) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak. Proses Pencernaan Sistem pencernaan berfungsi untuk memindahkan zat nutrien (zat yang sudah dicerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Jumlah makanan yang dicerna oleh seseorang ditentukan oleh keinginan intrinstik lapar dan jenis makanan yang ditentukan sesuai dengan selera individu. Mekanisme ini dalam tubuh merupakan sistem pengaturan otomatis yang sangat penting untuk menjaga persediaan makanan yang adekuat untuk tubuh. 1. Mengunyah Mengunyah adalah pemecahan partikel besar makanan menjadi partikel kecil yang dapat ditelan. Gigi dirancang untuk mengunyah, memotong, dan menggiling. Prosess pengunyahan ini disebabkan oleh refleks mengunyah. Dengan adanya bolus makanan di

dalam mulut, maka akan menimbulkan refleks yang menyebabkan rahang turun-naik dan menimbulkan kontraksi yang berulang-ulang. Kerjasama otot pengunyah dengan otot lidah dan pipi penting untuk proses mengunyah yang efisien. Tindakan menutup mulut waktu menggigit dikendalikan oleh saraf somatik dan pengendalian volunter gerakan mengunyah. Saliva membantu proses pengunyahan. Sekresi saliva mengandung enzim pityalin, atau amilase saliva. Saliva juga mengandung mkcus yang membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan. 2. Menelan (deglusi) Menelan adalah mekanisme kompleks setiap saat yang melakukan beberapa fungsi dalam beberapa detik kedalam traktus untuk mendorong makanan. Menelan dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap volunter : mencetuskan proses menelan. b. Tahap faring : bersifat involunter dan membantu jalan makanan melalui faring ke dalam esofagus c. Tahap esofagus : tahap involunter mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung Tahapan penelanan dari faring dimulai dengan trakea tertutup, esofagus terbuka, kemudian gelombang peristaltik dari faring dengan cepat mendorong bolus makanan kedalam esofagus bagian atas, dan seluruh proses terjadi dalam 2 detik. Proses ini akan mengganggu respirasi yang hanya sekejap saja dalam siklus respirasi biasa dan menghentikan pernapasan pada titik tertentu dalam siklus berlangsungnya penelanan. Selanjutnya makanan masuk kedalam esofagus. Pada waktu gelombang peristaltik penelanan melewati esofagus, gelombang itu akan merelaksasi esofagus bagian bawah

untuk mendahului gelombang peristaltik dan mempermudah mendorong makanan kedalam lambung.

3. Kerja Lambung Makanan selanjutnya masuk kedalam lambung dan membentuk lingkaran konsentris dibagian mulut lambung. Makan yang paling baru terletak paling dekat dengan pembukaan osofagus dan makanan yang paling akhir terletak paling dekat dengan dinding lambung. Lambung akan mengurangi tonus didalam dinding korpus lambung sehingga dinding lambung dapat menonjol keluar dan secara progresif menampung sejumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai batas sempurna. Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Getah cerna lambung disekresi oleh kelenjar gastrik yang menutupi hampir seluruh dinding korpus lambung. Saat lambung berisi makanan, gelombang konstiktor peristaltik yang lemah (gelombang pencampuran) mulai timbul dibagian tengah dinding lambung dan bergerak kearah atrium sepanjang dinding lambung sekitar 15-20 detik. Gelombang peristaltik menjadi lebih kuat ketika makanan didorong kearah pilorus dan mencampur isi lambung dengan cairan lambung hingga membentuk suatu

campuran setengah cair (kimus). Selanjutnya kimus berjalan ke usus dan lambung mengosongkan dirinya. Pengosongan lambung juga dilakukan oleh kontraksi peristaltik yang kuat pada antrum lambung. Kontraksi antrum lambung akan diikuti oleh kontraksi pilorus dan sfingter pilorus terbuka, sehingga makanan yang telah di haluskan dikosongkan dari

lambung dengan mudah dan masuk kedalam usus halus. Kecepatan pengosongan ini di atur oleh sinyal lambung dan duodenum. 4. Kerja Usus Halus Proses pencernaan berlanjut ke duodenum. Sekresi di dalam duodenum datang dari pankreas, hepar, dan kelenjar di dinding usus itu sendiri. . Makanan dipecah menjadi molekul zat makanan yang kecil di dalam 50 sentimeter pertama dari usus halus dibawah pengaruh dari enzim usus dan pancreas dan untuk lemak dibantu oleh garam empedu. Sekresi pancreas mmpunyai pH alkalin, karena konsentrasi bikarbonatnya yang tinggi. Hal ini menetralisasi asam yang memasuki duodenum dari lambung. Pankreas juga mensekresi enzim pencernaan, termasuk tripsin, yang membantu dalam pencernaan protein: amilase, yang membantu dalam pencernaan zat pati: dan lipase, yang membantu dalam pencernaan lemak. Ada dua tipe yang terjadi secara teratur di usus halus, yaitu: a. Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakkan isi usus halus kebelakang dan kedepan dalam gerakan mengaduk. b. Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut kearah kolon. Hasil pemecahan dari molekul besar lemak, karbohidrat, dan protein masuk kedalam aliran darah, tetapi hasil pemecahan lemak masuk ke saluran linfe. Protein dipecah menjadi asam amino. Asam amino ini dengan mudah mengadakan difusi melalui sel epitel dari vilus usus halus dan berdifusi kedalam pembuluh darah dari vilus langsung kedalam vena porta dan akhirnya ke dalam hati. Lemak menempuh jalur berbeda. Hal ini terjadi karena lemak disekresi oleh hepar dan disimpan didalam kandung empedu (empedu). Empedu membantu mengemulsikan lemak didalam lumen usus menjadi butir lemak halus dan netral, yaitu trigliserida.

Kemudian dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak ini kemudian diemulsikan bersama dengan asam empedu yaitu detergen keras yang disekresi oleh hati. Terbentuklah partikel-partikel yang sangat kecil (micelle) yang diserap oleh sel mukosa, diubah kembali menjadi butir lemak trigliserida dan dikirim kedalam vilus. Disana butir-butir ini tidak dimasukkan kedalam pembuluh darah tetapi kedalam pembuluh linfe didalam vilus. Penyaluran makanan melalui usus halus yang panjangnya 4-5 meter berlangsung relatif cepat. Ujung dari usus halus yaitu katup ileosekal, dicapai dalam 4 jam. Isi dari usus halus adalah cairan. Kemudian cairan ini melewati jejenum dan masuk ke ileum. Setelah diolah dengan sempurna diileum, sebagian besar sari makanan diserap di bagian 50 sentimeter pertama ileum. Kemudian gelombang peristaltik meningkat ketika kimus mencapai katup ileosekal dan mendorongnya hingga melewati katup ileosekal dan masuk kedalam sekum. 5. Kerja Kolon Kolon berfungsi sebagai pengabsorbsi air dan elektrolit. Setelah kimus (bolus makanan) melewati katup ileosekal, selanjutnya makanan masuk kedalam sekum. Katup ini, yang secara normal akan tertutup membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus. Dari sekum, selanjutnya kimus masuk kedalam kolon asenden, dilanjutkan kedalam kolon transversal dan terakhir masuk kedalam kolon desenden. Proses ini dibantu oleh kerja bakteri untuk pemecahan sisa makanan dan garam empedu. Kerja bakteri akan membentuk larutan elektrolit yang bekerja menetralisasi hasil akhir. Pada akhirnya sisa dari makanan mencapai kolon sigmoid dalam bentuk feses. Kolon sigmoid berhubungan langsung dengan rektum. Pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum. Akibat masuknya feses kedalam rektum, terjadi peregangan rektum dan menimbulkan rangsangan untuk mengeluarkan feses dari

rektum. Hal ini terjadi karena adanya refleksi kontraksi rektum dan refleksi sfingter anus. Sfingter anus ini terdiri dari sfingter ani internus dan sfingter ani eksternus. Sfingter ani internus dikontrol oleh sistem saraf otonom (bekerja tidak menurut kehendak) dan sfingter ani eksternal dikontrol saraf sadar dari korteks serebral (bekerja sesuai kehendak). Bila peregangan dari rektum begitu kuat, maka terjadi kontraksi pada usus besar dan terjadi relaksasi otot-otot lingkar anus (Sfingter ani internus dan sfingter ani eksternal).dengan demikian, feses akan dapat disekresikan melalui anus. Kedua macam otot lingkar ini juga mencegah keluarnya feses dari rektum sebelum adanya regangan yang merupakan rangsangan bagi terjadinya defekasi (eliminasi).

You might also like