You are on page 1of 10

PROFESIONALISME GURU

A. Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif (Webstar, 1989) yang dikutif oleh (Kusnandar,2007:45) Menurut Abudin Nata dalam bukunya Manajemen Pendidikan (2010:153), bahwa kata profesi seperti yang kita gunakan sekarang ini arti sebenarnya tidak lain dari pernyataan atau pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang pengabdian yang dipilih. Jadi seseorang yang menyatakan profesinya adalah pemusik, maka sebenarnya tidak lain daripada memberitahukan kepada orang lain bahwa bidang pekerjaan yang dipilihnya adalah bermain musik. Pada taraf perkembangan berikutnya, kata profesi ini mendapatkan arti yang lebih jelas atau lebih ketat. Ada dua ketentuan mengenai kata profesi ini. Pertama, Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai profesi kalau kegiatan dilakukan untuk mencari nafkah. Kegitan yang dilakukan tidak untuk mencari nafkah, melainkan untuk mencari kesenangan atau kepuasan semata-mata disebut hobi. Kedua, ditentukan pula bahwa suatu kegiatan untuk mencari nafkah hanya boleh disebut profesi kalau dilakukan dengan tingkat keahlian yang tinggi. Perbuatan yang dilakukan dengan tingkat keahlian yang sedang-sedang saja disebut kejuruan atau vokasi. Sedangkan suatu kegiatan mencari nafkah yang dilakukan tanpa keahlian semata-mata dalam bahasa inggris disebut unskilled labour. dalam bahasa Indonesia pekerjaan semacam ini disebut pekerjaan awam. Profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut ini : 1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. 2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. 3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilakukannya 5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (Drs. Moh. Ali, 1985) yang dikutif oleh (Moh.Uzer Usman,2010:15) Selain persyaratan tersebut masih ada persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong kedalam suatu profesi antara lain : 1. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya 2. Memiliki klien/ objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya. 3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat (Moh.Uzer Usman,2010:15)

Dalam diskusi pengembangan model pendidikan professional tenaga kependidikan yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, yang dikutif dari Abudin Nata (2010:156), dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu : 1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial; 2. Memiliki keahlian/ keterampilan tertentu; 3. Keahlian/ keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah; 4. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas; 5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama; 6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional; 7. Memiliki kode etik; 8. Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkungan kerjanya; 9. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi;dan 10. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam bab 1 pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan hadits Rasullullah SAW : Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. (H.R. Al-Bukhari). (Ibnu Hajar Al Asqani, Al Imam Al Hafizh, Fathul Baari, penerjemah, Ghazirah Abdi Ummah, 2002:264) Dari uraian di atas maka profesionalisme dapat diartikan sebagai pandangan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai suatu pengabdian melalui keahlian tertentu dan yang menganggap bidang keahlian ini sebagai sesuatu yang harus diperbahrui secara terus menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang terdapat dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebutan guru telah lama dikenal oleh masyarakat indonesia, konon sejak zaman Hindu dan Budha. Pada zaman kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya dan Majapahit, sebutan guru merujuk kepada konsep salah satu nama siswa, yaitu Batara Guru. Batara guru dalam agama Hindu mempunyai kedudukan,wewenang, dan kekuasaan yang sangat besar. Oleh karena itu, batara guru sangat disegani oleh batara-batara yang lain. Di jawa terdapat istilah soko guru. Soko berarti tiang, dan guru berarti utama. Jadi soko guru berarti tiang utama. Yaitu tiang yang menyangga beban berat dari sebuah bangunan rumah. Oleh karena itu, soko guru pada umumnya tiang yang besar dan kuat serta berada ditengah bangunan. Selaras dengan itu, guru mempunyai tugas menyangga beban berat (mulia). Itulah sebabnya, guru sering menjadi tumpuan pertanyaan, dan pengaduan. Dengan bertitik tolak pada pada pengertian di atas, maka pengertian profesionalisme guru atau guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

B.

Tugas Guru

Guru mempunyai banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian, Apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas bidang kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang di berikan, hendaknya bisa menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan yang pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. Tugas guru sebagai profesi sebagaimana dikutif dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam bab 1 pasal 1 ayat 1 Guru adalah pendidik profeional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Mendidik menurut Prof. Dr. M. Y. Langevel dikutif (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,2003:70) ialah mempengaruhi anak, dalam usahanya membimbing anak agar menjadi dewasa sedangkan menurut Prof. S. Brojonegoro dikutif (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,2003:71) mendidik berarrti memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani. Mengajar dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah didaktik yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh siswa. Kegiatan ini berlangsung di dalam pergaulan siswa dengan gurunya. Membimbing adalah sutu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat dalam hal ini adalah peserta didik. Melatih artinya mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Misalnya siswa diberikan latihan menggambar, menulis, membaca dan lain sebagainya.Menilai atau penilaian adalah sebagai alat peneguhan (reinforcement) bagi pelajar-pelajar. Maksud dari peneguhan adalah ganjaran bagi pekerjaan yang telah dilakukannya. Mengevaluasi adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya evaluasi, merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (Stufflebeam :1971) dikutif oleh (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, 2009:2). Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. C. Peran Guru

Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh adam dan decey dalam Basic Principles Of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. 1. Guru Sebagai Demostrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. 2. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekoalah yang perlu di organisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pandidikan. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyadiakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa memperoleh hasil yang diharapkan. Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan siswa. 3. Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Selain itu, guru juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru dengan siswa, yang semula lebih bersifat top-down kehubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat top-down, guru seringkali di posisikan sebagai atasan yang cendrung bersifat otoriter, sarat komando, bahkan seperti pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B Mangun Wijaya yang dikuti (Muhammad Zaairul Haq,2010:297). Sementara siswa lebih di posisikan sebagai bawahan yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang di kehendaki oleh guru. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru memperhatikan asas-asas pembelajaran sebagai berikut :

a. b. c. d.

e. f.

g.

Kemitraan, siswa tidak dianggap sebagai bawahan melainkan di anggap sebagai mitra kerjanya. Pengalaman nyata, materi pembelajaran disesuaikan dengan pengalaman dan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kebersamaan, pembelajaran dilaksanakan melalui kelompok dan kolaboratif. Partisipasi, setiap siswa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sehingga mereka merasa bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan tersebut, sekaligus juga bertanggung jawab atas setiap kegiatan belajar yang dilaksanakannya. Keswadayaan, mendorong tumbuhnya swadaya (self supporting) secara optimal atas setiap aktivitas belajar yang dilaksanakanya. Manfaat, materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat memberikan manfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa pada masa sekarang maupun yang akan datang. Lokalitas, materi pembelajaran dikemas dalam bentuk yang paling sesuai dengan potensi dan permasalahan di wilayah (lingkungan) tertentu. Guru Sebagai Evaluator.

4.

Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertantu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah di capai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses belajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. D. Tanggung Jawab Guru

Guru sebagai sebagai pendidik beranggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya, sehingga terjadi proses konservasi nilai. Adapun tanggung jawab guru dapat dijabarkan kedalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus berikut ini : 1. Tanggung jawab moral 2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah 3. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan 4. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan. (Mulyasa,2008:18) E. Kompetensi Guru

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, menurut (Usman: 2005) yang dikutif (Moh. Uzer Usman, 2010:14) kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. (Broke and Stone: 1975) yang dikutif (Moh. Uzer Usman, 2010:14) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai...descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful. Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara (Charles:

1974) yang dikutif (Moh. Uzer Usman, 2010:14) mengemukakan bahwa: kompetensi merupakan prilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen penjelasan Pasal 10 ayat (1), Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik. Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. a. Kemampuan mengelola pembelajaran Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Freire yang dikutif (Mulyasa,2008:75-76) menguraikan beberapa karakteristik pendidikan gaya bank sebagai berikut: 1) Guru mengajar, peserta didik diajar 2) Guru mengetahui segala sesuatu, peserta didik tidak tahu apa-apa. 3) Guru berfikir, peserta didik dipikirkan. 4) Guru bercerita, peserta didik mendengarkan 5) Guru menentukan peraturan, peserta didik diatur 6) Guru memilih dan memaksakan pilihannya, peserta didik menyetujui. 7) Guru berbuat, peserta didik membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya. 8) Guru memilih bahan dan pelajaran, peserta didik (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu. 9) Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan peserta didik. 10) Guru adalah subjek dalam proses belajar, peserta didik adalah objek belaka. Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. 1) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta memperkirakan cara pencapaiannya. 2) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan. 3) Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan.

b.

Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Yang sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari muridnya yaitu, tingkat kecerdasan, kreativitas dan perkembangan kognitif siswa. c. Perencanaan pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran (mulyasa, 2008:100) 1) Identifikasi kebutuhan Pada tahap ini, eloknya guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain, untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik, agar kegiatan belajar dirasakan sebagai sebagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.(Mulyasa,2008:100) 2) Identifikasi Kompetensi Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen pertama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Gordon yang dikutif oleh (Kusnandar, 2007:53) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: a) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. b) Pemahaman (understanding); yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. c) Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. d) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini, dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. e) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka). f) Minat (interest); adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu perbuatan. 3) Penyusunan program pembelajaran Penyusunan program pembelajan akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan tehnik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya.(Mulyasa,2008:102) d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru sebagaimana dirumuskan dalam SNP berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut ditegaskan dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa guru harus

memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antara sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif.(Mulyasa,2008:103) e. Pemanfaatan tehnologi pembelajaran

Abad 21 merupakan abad pengetahuan, sekaligus merupakan abad informasi, dan tehnologi. Karena pengetahuan, informasi dan tehnologi menguasai abad ini, sehingga biasa disebut dengan era globalisasi. Penggunaan tehnologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Yang dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat di akses oleh peserta didik.(Mulyasa, 2008:107). f. Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.(Mulyasa, 2008:108) g. Pengembangan peserta didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dann remedial, serta bimbingan dan konseling.(Mulyasa,2008:111)

2.

Kompetensi Kepribadian

Menurut Syamsu Yusuf (2010:126) istilah kepribadian merupakan terjemaahan dari bahasa inggris yaitu personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin yakni dari person yang berarti kedok atau topeng dan personae yang berarti menembus. Kepribadian seorang guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khusunya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Dalam pengertian yang lain, kepribadian sering diartikan sebagai a social stimus value, atau dimaknai sebagai cara orang lain bereaksi, itulah kepribadian individu. Dikutif dari buku manajemen mutu pendidikan (Abdul Hadis & Nurhayati,2010:27), kompetensi kepribadian dapat di jabarkan menjadi sub kompetensi dan pengalaman belajar sebagai berikut : a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa : 1) Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberi kritik juga saran.

2) 3) 4)

b.

c.

d.

Berlatih membiasakan diri untuk mentaati peraturan. Berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan bertindak secara konsisten. Berlatih mengendalikan diri dan berlatih membiasakan diri untuk menempatkan persoalan secara proposional. 5) Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan bertanggung jawab. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat : 1) Berlatih membiasakan diri berprilaku yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan. 2) Berlatih membiasakan diri berprilaku santun. 3) Berlatih membiasakan diri berprilaku yang dapat di teladani oleh peserta didik dan masyarakat. Mengevaluasi kinerja sendiri : 1) Berlatih dan mengevaluasai kekuatan dan kelemahan sendiri. 2) Berlatih mengevaluasi kinerja sendiri dan 3) Berlatih menerima kritik dan saran dari peserta didik Mengembangkan diri secara berkelanjutan : 1) Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. 2) Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi. 3) Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi guru. Kompetensi Sosial

3.

Dikutif dari buku manajemen mutu pendidikan (Abdul Hadis & Nurhayati,2010:29), kompetensi sosial dapat di jabarkan menjadi sub kompetensi dan pengalaman belajar sebagai berikut : a. Berkomuikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat. 1) Mengkaji hakikat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan empatik masyarakat 2) Berlatih berkomunikasi secra efektif dan empatik. 3) Barlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik b. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat : 1) Berlatih merancang berbagai program untuk pengembangan pendidikan di lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar. 2) Berlatih berperan serta dalam penyelenggaraan berbagai program di sekolah dan lingkungannya. c. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan global : 1) Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasioanal. 2) Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasioanal. 3) Berlatih merancang program pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasioanal.

d.

Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri : 1) Mengkaji berbagai perangkat ICT 2) Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk berkomunikasi 3) Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan mengembangkan kemampuan profesional. Kompetensi Profesional

4.

Dikutif dari buku Manajemen Mutu Pendidikan (Abdul Hadis & Nurhayati, 2010:30), kompetensi profesional dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan pengalaman belajar : a. Menguasai sub bidang studi dan metodologi keilmuannya. 1) Mengkaji substansi bidang studi. 2) Mengkaji metodologi keilmuan bidang studi. b. Menguasai struktur dan materi kurikulum berupa : 1) Mengkaji struktur kurikulum bidang studi. 2) Mengkaji materi bidang studi dalam kurikulum. 3) Mengkaji bahan ajar bidang studi. 4) Belatih mengembangkan bahan ajar bidang studi. c. Menguasai dan memanfaakan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran berupa : 1) Mengkaji berbagai jenis teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran. 2) Memilih berbagai jenis teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran secara kontekstual dan 3) Berlatih memanfaatkan berbagai jenis teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran. d. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi berupa : 1) Berlatih memilih substansi, cakupan, dan tata urut materi pelajaran secara kontekstual. 2) Berlatih mengidentifikasi substansi materi bidang studi yang sesuai dengan perkembangan dan potensi peserta didik. e. Meningkatkan mutu pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas berupa : 1) Mengkaji hakikat penelitian tindakan kelas 2) Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan pembelajaran. 3) Berlatih menyusun rancangan penelitian tindakan kelas dan 4) Berlatih merancang upaya-upaya peningkatan mutu pembalajaran.

You might also like