You are on page 1of 7

Activity-Based Costing (ABC) 1.

Pengertian ABC ABC merupakan salah satu alternatif dalam metode perhitungan biaya produksi yang dianggap sesuai dengan keadaan dunia perekonomian sekarang, karena dapat meningkatkan akurasi perhitungan biaya produksi. Pengertian ABC menurut Blocher,Chen, Lin (2002) adalah Activity-Based Costing (ABC) is a costing approach that assigns cost to products, services, or customers based on to consumtion of resourcers cuased by activities. Activity-Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Sedangkan menurut Ray H.Garison (2000 ), adalah: A costing method that creats a cost pool for each transaction (activity) in an organization that acts cost driver. Overhead costs are the assigned to products and service, on a basis of the mumber of these event or transactions that the product or service has generated. Suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk setiap kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi , yang berlaku sebagai pemicu biaya. Biaya overhead kemudian dialokasikan, ke produk dan jasa atas dasar jumlah dari kejadian atau transaksi tersebut yang produk atau jasa dihasilkan. Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Activty-Based Costing adalah suatu sistem akuntansi biaya yang memfokuskan pada aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya atau pemicu terjadinya biaya dan mengalokasikan biaya ke masing-masing obyek biaya berdasar aktivitas yang dilakukan. Untuk mengevaluasi profitabilitas lini produk yang berbeda, perlu untuk melakukan penelusuran biaya overhead pabrik secara tepat. Dengan ABC biaya overhead pabrik dibeban ke obyek biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasikan sumber daya, aktivitas dan biayanya serta kuantitas aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi output. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber daya dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap sumber daya dibebankan ke produk atau jasa dengan mengalikan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas yang dikonsumsi pada periode tertentu. Bagan Analisis Sistem ABC

Value added and Non Value Added Activity 2. Konsep dasar pembebanan biaya dalam sistem Activity-Based Costing Sistem Activity-Based Costing merupakan suatu sistem yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian ke produk kalkulasi.

Biaya produk meliputi 2 tahap : a. Tahap pertama, biaya ditelusuri ke aktivitas. b. Tahap kedua mencakup menelusuri biaya ke produk. Pendekatan sistem Activity Based Consting memisahkan biaya overhead ke dalam kelompok biaya (cost pool) overhead, yaitu setiap kelompok biaya dikaitkan dengan cost driver yang berbeda. Kemudian suatu tarif overhead yang ditentukan dimuka dihitung setiap kelompok biaya ( cost pool) dan setiap cost driver. Sebagai konsekuensinya, metode ini telah meningkatkan akurasi. Pembebanan Dua Sistem ABC Tahap Pertama Tahap Kedua

Prosedur tahap pertama: Dalam kalkulasi biaya dengan sistem Activity-Based Costing tahap pertama, biaya overhead dibagi kedalam kelompok biaya yang homogen dimana kelompok biaya tersebut merupakan aktivitas yang homogen. Aktivitas diklasifikasikan kedalam 4 kelompok yaitu: a. Unit-level activity cost (tingkat aktivitas berdasarkan unit). Merupakan biaya yang dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya yang ditimbulkan ke produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan, sehingga besar biaya yang dibebankan pada produk adalah biaya per unit dilakukan dengan jumlah produk yang dihasilkan.sebagai contoh: Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi, dan biaya angkutan. b. Batch-related activity cost (tingkat aktivitas berdasarkan batch). Merupakan biaya yang berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Contohnya :biaya set up, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan peralatan sebelum sesuatu pesanan produksi diproses, selain itu juga biaya angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya inpeksi,dan biaya pemesanan pembelian. Besar atau kecilnya biaya ini tergantung dari banyaknya pesanan produksi sehingga biaya itu tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. c. Product-sustaining activity costs (tingkat aktivitas berdasarkan produk). Merupakan biaya yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Sumberdaya yang diserap atau diperlukan dalam aktivitas ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit atau banyaknya batch produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut. Contohnya: biaya desain produk dan biaya pengujian produk. d. Facility-sustaining activity cost (tingkat aktivitas berdasarkan fasilitas). Merupakan biaya yang berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan atau konsumsi sumber daya dihubungkan dengan aktivitas yang diperlukan untuk melengkapi pabrik agar dapat beroperasi secara baik. Biaya ini dibebankan pada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal. Contohnya biaya depresiasi dan amortisasi,

biaya asuransi, biaya gaji karyawan perusahaan. Biaya per unit dari cost driver dihitung untuk kelompok biaya tersebut. Ini dinamakan tarif kelompok (pool rate), dengan rumus :

Tarif kelompok ini merupakan penyelesaian dari tahap pertama. Jadi pada tahap pertama, menghasilkan 2 keluaran yaitu : a. Sekumpulan kelompok biaya yang homogen, dan b. Suatu tarif kelompok. Prosedur tahap kedua : Dalam tahap kedua biaya setiap kelompok biaya ditelusuri ke produk. Ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok (pool rate) yang dihitung dalam tahap pertama, dan tolok ukur dari jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap setiap produk. Tolok ukur merupakan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk. Dengan demikian, biaya overhead yang dibebankan ke setiap produk dihitung sebagai berikut :

3. Kelebihan dan Kekurangan ABC serta manfaat ABC Dibandingkan dengan sistem tradisional, Activity Based Costing mempunyai keunggulan-keunggulan sbb: a. Activity Based Costing mengakui hubungan kausal antara cost driver dengan aktivitas. Dengan memfokuskan pada pemicu biaya dari aktivitas-aktivitas dalam proses usaha, penyebab biaya akan lebih dapat ditentukan sehingga keputusan-keputusan yang diambil akan lebih baik. b. Activity Based Costing memberikan informasirmasi yang lebih baik tetg aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut. Degan adanya informasi ini, Activity Based Costing akan sangat menolong dalam proses perbaikan kerja dengan meyediakan informasi yang lebih baik untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang memerlukan perhatian yang lebih. c. Semakin banyak biaya overhead dapat ditelusuri ke produk. Activity Based Costing memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga kalkulasi biaya produk dilakukan diluar dasar tradisional. d. Activity Based Costing memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan memabantu dalam mengurangi biaya dan mengidektifikasi aktivitas yang bernilai tambah bagi produk. Selain keunggulan-keunggulan yang dimilikinya seperti tersebut diatas, Activity Based Costing juga memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain: a. Activity Based Costing membutuhkan pengumpulan daya yang jauh lebih banyak dan mendalam, yang melampaui kebutuhan. untuk membuat laporan kepada pihak eksternal. Hal ini mengakibatkan munculnya kesulitan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Sedangkan sistem tradisional hanya membutuhkan data yang sudah mencukupi untuk penyusunan laporan keuangan dan untuk keperluan sampai-perpajakan. b. Kemungkina terjadinya salah konsepsi dengan menurunkan jumlah aktivitas pemicu biaya, misalnya dalam penanganan pemesanan, yaitu dengan hanya menerima pemesanan dengan jumlah besar. Ini

akan menyebabkan pelanggan yang hendak memesan dalam frekuensi yang cukup tinggi dengan jumlah sedikit beralih ke perusahaan pesaing . c. Dapat mengakibatkan manajemen terlalu menekankan informasi yang dihasilkan Activity Based Costing untuk menekan biaya sehingga tidak melihat faktor kendala yang ada. d. Aktivitas untuk menjalankn suatu usaha jumlahnya banyak, sehingga sulit untuk memonitor semua aktivitas-aktivitas yang ada didalam proses kerja. e. Suatu sistem Activity Based Costing yang lengkap dengan banyak kelompok biaya dan cost driver merupakan suatu sistem yang kompleks dibandingkan dengan sistem tradisional sehingga lebih sulit dan lebih mahal untuk diadministrasikan. Manfaat yang dihasilkan oleh Activity Based Costing System adalah : a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan. Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajemen melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat tajam. b. Memungkinkan manajemen untuk melakukan perbaikan terus-menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi overhead. Activity Based Costing System mengidentifikasi biaya overhead dan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Dengan demikian biaya yang dihasilkan oleh Activity Based Costing System dapat digunakan oleh manajmen untuk memantau secara terus menerus berbagai kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dalam melayani konsumen. c. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan Karena Activity Based Costing System menyediakan informasi biaya yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan memperoleh kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka. Namun manfaat-manfaat ini tidak akan dapat tercapai tanpa biaya-biaya, ada dua hal yang mendasar yang harus dipenuhi dalam kemungkinan penerapan sistem Activity Based Costing yaitu : a. Biaya-biaya berdasar non unit harus merupakan prosentase siginifikan dari biaya overhead. Jika biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasian pada sistem produk b. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasarkan unit dan aktivitas-aktivitas berdasarkan non unit harus berbeda, jika berbagai produk menggunakan semua aktivitas overhead dengan rasio yang kira-kira sama maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem tradisional atau sistem Activity Based Costing membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi, perusahaan yang produknya homogen mungkin dapat menggunakan sistem tradisional tanpa masalah. 4. Perbedaan Sistem ABC dengan Sistem Tradisional Activity Based Costing mempunyai perbedaan-perbedaan yang memdasar dengan tradisional costing, anatara lain : a. Tradisional costing menggunakan ukuran unitlevel sebagai dasar alokasi biaya overhead ke output. Sedangkan Activity Based Costing menggunakan aktivitas sebagai dasar alokasinya.

b. Activity Based Costing membagi biaya kedalam 4 tingkatan / kategori, yaitu: Unit-level, batch-level, product sustaining level, dan facility sustaining level. Traditional costing membagi biaya overhead dalam unit dan yang lain. c. Traditional costing memfokuskan pada kinerja keuangan jangka pendek, seperti laba. Activity Based Costing memfokuskan pada biaya, mutu, dan faktor waktu. d. Activity Based Costing lebih memerlukan data dari seluruh departemen-departemen di perusahaan. e. Analisis varian didalam Activity Based Costing berkurang tingkat kepentingannya, karena didalam Activity Based Costing kelompok biaya dan pemicunya mengidentifikasikan lebih jelas dan akurat. Contoh : Contoh berikut membedakan sistem penentuan biaya tradisional dengan dengan sistem biaya berdasarkan aktivitas (ABC). Sona High-Tech, Inc., memproduksi dan menjual printer dalam dua jenis kualitas. Data keuangan dan biaya untuk dua jenis produk seperti berikut: Volume produksi Deluxe Reguler Harga jual/unit 5.000 Unit 20.000 Unit Biaya bahan baku dan biaya Rp.400.000 Rp.200.000 Tenaga kerja langsung/unit Rp.200.000 Rp. 80.000 Jam kerja langsung 25.000 Jam 75.000 Jam

Manajemen perusahaan mengidentifikasikan aktivitas, cost pool yang dianggarkan dan driver aktivitas : Aktivitas Cost Pool yang dianggarkan Activity Driver Rekayasa Rp. 125.000.000 Jam rekayasa Setup Rp. 300.000.000 Jumlah setup Perputaran mesin Rp. 1.500.000.000 Jam mesin Pengepakan Rp. 75.000.000 Jumlah pesanan Rp. 2.000.000.000 Pengepakan Berikut adalah unit aktivitas atau transaksi yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk tersebut: Aktivitas Konsumsi Aktivitas Total Delux Reguler Jam rekayasa 5.000 7.500 12.500 Jumlah setup 200 100 300 Jam mesin 50.000 100.000 150.000 Jumlah pesanan Pengepakan 5.000 10.000 15.000

a. Analisis penentuan Biaya Tradisional Dalam pendekatan tradisional, Overhead pabrik dialokasikan berdasarkan jam kerja langsung (JKL): Total Jam Kerja Langsung : 25.000 + 75.000 = 100.000 Jam Tarif Overhead per JKL : Rp.2.000.000.000 : 100.000 JKL = Rp. 20.000/Jam Overhead yang Dibebankan ke Deluxe : Rp.20.000 X 25.000 Jam = Rp.500.000.000 Biaya Overdead per unit untuk Deluxe : Rp.500.000.000 : 5.000 unit = Rp.100.000/unit Overhead yang Dibebankan ke regular : Rp.20.000 X 75.000 Jam = Rp.1.500.000.000 Biaya Overhead per unit untuk Reguler : Rp.1.500.000.000 : 20.000 unit = Rp. 75.000/unit b. Analisis ABC. Dalam pendekatan ABC, tarif cost driver untuk setiap cost driver aktivitas-yaitu, tariff aktivitas-yang dihitung sebagai berikut : (1) (2) (3) (4)=(2)/(3) Driver aktivitas Biaya Konsumen aktivitas Tarif Aktivitas Jam rekayasa Rp. 125.000.000 12.500 Rp. 10.000 Jumlah setup Rp. 300.000.000 300 Rp. 1.000.000 Jam mesin Rp1.500.000.000 150.000 Rp. 10.000 Jumlah pesanan Pengepakan Rp. 75.000.000 15.000 Rp. 5.000 Biaya overhead pabrik dibebankan ke dua jenis produk, seperti yang dihitung berikut ini: Printer Deluxe Driver aktivita Tarif Aktivitas Jumlah Aktivitas Overhead Total Overhead per unit (1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) Jam rekayasa Rp. 10.000 5.000 Rp. 50.000.000 Rp. 10.000 Jam setup Rp.1.000.000 200 Rp. 200.000.000 Rp. 40.000 Jumlah mesin Rp. 10.000 50.000 Rp.500.000.000 Rp.100.000 Jumlah pesanan Pengepakan Rp. 5.000 5.000 Rp. 25.000.000 Rp. 5.000 Printer Reguler Driver Aktivitas per unit Tarif Aktivitas Jumlah Aktivitas Overhead Total Overhead per unit (1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) Jam rekayasa Rp. 10.000 7.500 Rp. 75.000.000 Rp. 3.750 Jumlah setup Rp.1.000.000 100 Rp. 100.000.000 Rp. 5.000 Jam mesin Rp. 10.000 100.000 Rp.1.000.000.000 Rp. 50.000 Jumlah pesanan Pengepakan Rp. 5.000 10.000 Rp. 50.000.000 Rp. 2.500

Analisis Profitabilitas perbandingan Biaya Tradisional dengan ABC Analisis Profitabilitas Produk dengan Sistem Biaya Tradisional Deluxe Reguler Harga jual per unit Rp.400.000 Rp.200.000 Biaya produk per unit Bahan baku dan tenagakerja langsung Rp.200.000 Rp. 80.000 Biaya overhead pabrik Rp.100.000 Rp.75.000 Biaya per unit Rp.300.000 Rp.155.000 Margin Rp.100.000 Rp. 45.000 Analisis Profitabilitas dengan Sistem ABC Deluxe Reguler Harga jual per unit Rp. 400.000 Rp. 200.000 Biaya produk per unit Bahan & tenaga langsung Rp.200.000 Rp. 80.000 Biaya overhead pabrik Rp. 10.000 Rp. 3.750 Rekayasa Setup Rp. 40.000 Rp. 5.000 Perputaran mesin Rp. 100.000 Rp. 50.000 Pengepakan Rp. 5.000 Rp. 2.500 Biaya per unit Rp.355.000 Rp.141.250 Margin Rp. 45.000 Rp. 58.750 Perbandingan Dua Alternatif Pendekatan Penentuan Biaya Metode Alokasi Perbedaan (1) Tradidional (2) ABC (1)-(2) Perbedaan Deluxe Overhead total Rp. 500.000.000 Rp. 775.000.000 (Rp. 275.000.000) Biaya Overhead per unit Rp. 100.000 Rp. 155.000 (Rp. 55.000) Margin per unit Rp. 100.000 Rp. 45.000 Rp. 55.000 Reguler Overhead total Rp. 1.500.000.000 Rp. 1.225.000 Rp. 275.000 Biaya Overhead per unit Rp. 75.000 Rp. 61.250 Rp. 13.750 Margin per unit Rp. 45.000 Rp. 58.750 (Rp. 13.750)

You might also like