Professional Documents
Culture Documents
1
akhirnya menimbulkan disfungsi otak. Menurut Attwood (2005, h.187) ada tiga
penyebab gangguan Asperger yaitu faktor genetika, peristiwa obstetric yang tidak
menguntungkan dan infeksi selama kehamilan atau masa awal bayi yang
mempengaruhi otak. Faktor herediter ditemukan anak-anak yang memiliki
saudara Asperger memiliki resiko puluhan kali untuk memiliki gangguan Asperger
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mempunyai saudara yang memiliki
gangguan Asperger.
Hasil kajian Volkmar, dkk (dalam Attwood. 2005, h.188) mengenai
penyebab gangguan Asperger adanya lobus frontal (bagian berbentuk bulat dan
menonjol dengan ukuran terbesar serta terletak paling depan dari setiap bagian
otak) dan lobus temporal (bagian otak yang mengandung pusat pendengaran)
yang tidak berfungsi. Bahkan lobus frontal yang mengalami gangguan di awal
masa kecil mengakibatkan munculnya gangguan Asperger.
2
e. Tampak kaku terhadap perubahan dan ketertarikan yang luar biasa terhadap
sesuatu
f. Kikuk, gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dengan baik dan sikap tubuh
yang ganjil
Carina dan Christopher Gillberg (dikutip Attwood, 2005 h.10)
menjabarkan enam kriteria diagnostik yang didasarkan pada studi-studi mereka di
Swedia, yaitu :
1. Ketidakcakapan sosial, diperlukan dua dari empat kriteria sebagai berikut :
a. Tidak mampu berinteraksi dengan teman sebaya
b. Tidak memiliki hasrat untuk berinteraksi dengan teman sebaya
c. Tidak memiliki apresiasi terhadap isyarat-isyarat sosial
d. Perilakunya secara sosial dan emosi tidak tepat
3. Minat yang terbatas, diperlukan satu dari tiga kriteria berikut ini :
a. Pengabaian aktivitas-aktivitas lainnya
b. Memiliki ketaatan yang repetitif
c. Lebih banyak menghafalkan daripada pemahaman makna
3
5. Keanehan berbahasa, diperlukan tiga dari lima kriteria berikut ini :
a. Perkembangannya yang terlambat
b. Bahasanya tampak ekspresif dan sempurna
c. Bahasanya terlalu ilmiah dan formal
d. Intonasinya bunyi ganjil dan nada suaranya aneh
e. Pemahamannya sangat lemah termasuk salah tafsir makna harafiah atau
implisit
6. Kekikukan gerak :
a. Cara bergerak
b. Keterampilan-keterampilan bermain
c. Keseimbangan
d. Keterampilan tangan
b. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik,
seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut :
♫ Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan
terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya
4
♫ Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang
spesifik dan nonfungsional
♫ Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya, menjentikkan atau
memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh)
♫ Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda
5
sulit berempati, dan salah menginterpretasikan gerakan-gerakan. Pengidap
sindrom Asperger sulit dalam belajar bersosialisasi serta memerlukan suatu
instruksi yang jelas untuk dapat berinteraksi. Attwood (2005, h.192)
menambahkan bahwa anak Asperger kesulitan belajar menyesuaikan diri dengan
tuntutan bersosialisasi di sekolah, sehingga anak membutuhkan instruksi yang
tepat untuk membantu meringankan tekanan-tekanan yang dialaminya.
Selanjutnya, Stokes (2004, h.3) menggambarkan karakteristik relasi sosial
anak Asperger sebagai berikut :
a. Anak Asperger menunjukkan ketidakseimbangan timbal balik relasi sosial
sehingga interaksi ditampakkan sangat egosentris dalam memperoleh
keinginan, kebutuhan, harapan dan minatnya. Anak Asperger tampak pendiam,
menarik diri dan bahkan tidak berespon terhadap situasi sosial. Hal ini
menunjukkan rendahnya terhadap motivasi sosial dan terlihat sangat ekstrem
saat situasi menuntut adanya partisipasi anak dalam berelasi. Misalnya, saat
anak Asperger merayakan ulang tahun di rumah dan teman-temannya datang
berkunjung maka anak Asperger tersebut akan menemani sebentar lalu
berkata, “selamat malam” dan pergi ke kamar untuk beristirahat.
6
d. Anak Asperger menunjukkan keterbatasan pengetahuan terhadap konsep
keterampilan berteman. Misalnya, anak Asperger dapat menyebutkan nama
teman tapi tidak dapat menunjukan teman di suatu tempat yang berbeda.
7
Asperger mengalami kesulitan akademis, khususnya dalam kemampuan
memahami apa yang dibaca, menyelesaikan masalah, kecakapan berorganisasi,
pengembangan konsep, membuat kesimpulan dan menilai. Ditambah pula, anak
Asperger sering kesulitan untuk bersikap lebih fleksibal. Pemikirannya cenderung
labih kaku dan juga sering kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
perubahanatau menerima kegagalan yang dialaminya, serta tidak siap belajar dari
kesalahan-kesalahannya (Attwood, 2005, h.148)
8
strategi yang pernah dipelajari untuk situasi seperti itu. Dan ada strategi-
adalah sebagai berikut :
Behavioral Modification. Program Behavioral Modification dilakukan
untuk melatih anak agar bersikap lebih layak dan dapat diterima secara
sosial. Dalam program ini yang diintervensi adalah : rutinitas harian,
pengendalian temper tantrum, komunikasi, aspek emosi.
Terapi komunikasi, Ketrampilan sosial dan komunikasi sebaiknya
diajarkan oleh ahli komunikasi untuk berbicara pragmatis. Keadaan ini
dapat dilakukan dalam terapi dua orang atau terapi kelompok kecil. Terapi
komunikasi meliputi: perilaku nonverbal yang sesuai (cara memandang
untuk interaksi sosial, memonitor dan mencontoh perubahan suara),
membaca kode verbal dari perilaku nonverbal orang lain , social
awareness, perspective talking skill, interpretasi yang benar untuk
komunikasi yang berarti ganda.
Kelompok self support. Kelompok self support dapat membantu penderita
Asperger. Pengalaman kecil pada kelompok self-support memberi kesan
bahwa individu dengan gangguan Asperger menikmati kesempatan
tertentu dengan orang lain. Ia dapat mengembangkan hubungan di sekitar
aktivitasnya dengan orang lain untuk membagi perhatian. Perhatian khusus
dibuat untuk menciptakan kesempatan sosial melalui kelompok minat.
Mereka membutuhkan kasih sayang, kelembutan hati, kepedulian,
kesabaran dan pengertian. Jika mereka mendapatkannya, sedikitnya dapat
lebih terlibat dalam masyarakat
2. Orang tua
Orang tua berperan sangat besar dalam penatalaksanaan gangguan
Asperger. Beberapa strategi yang menolong orangtua untuk menghadapi
anaknya :
Buatlah pembicaraan yang sederhana sesuai dengan tingkat pengertian
mereka
Buatlah instruksi yang sederhana untuk pekerjaan yang rumit dengan
menggunakan daftar atau gambar.
9
Mencoba mengkonfirmasi apakah mereka mengerti apa yang dibicarakan
atau ditanyakan. Jangan membuat pertanyaan yang cukup dijawabYes/No.
Jelaskan bahwa mereka harus menatap saat berbicara dengan orang lain,
beri semangat, pujian untuk prestasi, khususnya pada saat mereka
menggunakan ketrampilan sosial tanpa disuruh.
Untuk anak kecil yang tampaknya tidak mau mendengar, berbicara dengan
dinyanyikan akan lebih bermanfaat.
Berilah pilihan yang dibatasi dua atau tiga pilihan
10
4. Pekerjaan. Dalam pekerjaan, manfaatkan kemampuan mereka untuk dapat
mandiri. Kemandirian dalam berbagai bidang menjadi prioritas. Penderita
gangguan Asperger dilatih dan ditempatkan pada pekerjaan yang mendapat
dukungan dan perlindungan dengan demikian mereka tidak akan mengalami
gangguan psikologik. Sebaiknya pekerjaan mereka tidak melibatkan tuntutan
sosial yang intensif, tekanan waktu atau membutuhkan perubahan cepat.
Jangan ditempatkan pada situasi baru yang membutuhkan pemecahan masalah
5. Terapi lain.
Diberikan psikoterapi dan terapi okupasi. Psikoterapi suportif dapat
menolong penderita agar dapat beradaptasi dengan perasaan sedih,
frustrasi dan ansietas. Keadaan yang langsung terfokus pada pemecahan
masalah lebih berguna daripada pendekatan ber-orientasi tilikan (nsight)
Terapi okupasi sangat dibutuhkan, diberikan oleh seorang terapis yang
berpengalaman, untuk melatih koordinasi gerakan
6. Nutrisi. Nutrisi dapat menolong anak dengan gangguan Asperger. Makanan
bebas gluten dan kasein sangat dianjurkan. Hal ini berdasarkan pada hipotesis
opioid pada autisme. Mega dosis vitamin dan mineral dianjurkan pada
penatalaksanaan ganggu-an spektrum autisme. Diet bebas fenol dan salisilat,
gula, zat aditif, jamur/fermentasi dianjurkan dengan menggunakan rotasi diet
7. Integrasi sensorik. Integrasi sensorik dilakukan pada anak gangguan
spektrum autisme dengan tujuan untuk memperbaiki sistem registrasi dan
modulasi dari berbagai input sensorik, memfasili-tasi fungsi regulasi,
memfasilitasi proses dari berbagai input sensorik, dan membantu
perkembangan praksis dan ketrampil-an untuk memecahkan masalah
11
dengan kriteria ICD-10 terlihat meningkat. Gillberg & Gillberg memperkirakan
peningkatan pada angka 0,26%. Pada tahun 1991 suatu penelitian menyebutkan
prevalensi gangguan Asperger 2,6-3 setiap 1000 anak. Menurut Wing (1978)
gangguan Asperger menunjukkan rasio laki-laki banding perempuan sebanyak
15:4, sedangkan menurut Wolff & Barlow(1979) adalah 9:1. Asperger pada anak
usia 7-16 tahun adalah 0,71 % ; laki-laki 0,97% dan perempuan 0,44%.
12