You are on page 1of 16

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang sangat baik untuk lingkup internasional dan terutama di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang dihasilkan kurang memuaskan. Hal tersebut disebabkan teknologi pengolahan karet yang masih seadanya. Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri. Karet alam dihasilkan dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Umumnya karet rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya yang masih sangat sederhana. Karet alam menunjukkan harga yang tidak stabil karena makin meningkat produksi karet sintetis misal butyl tubber (BR) dan lain-lain. Dalam teknologi pengolahannya lateks dapat dijadikan berbagai macam produk yang sangat berguna diantaranya karet sheet, crepe, dan lateks pekat. Dimana dalam pengolahannya terdapat langkah yang berbeda- beda untuk setiap produk karet tersebut. Dalam praktikum ini akan dilakukan beberapa kegiatan terkait dengan teknologi pengolahan karet, faktor faktor yang mempengaruhi untuk

mengendalikan mutu dari karet. 1.2 Tujuan 1.2.1 Umum Memahami proses pengolahan lateks, faktor faktor proses, pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan. 1.2.2 Khusus Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang dihasilkan. Dapat menjelaskan beberapa macam roses pengolahan karet alam yaitu keret sheet, crepe, lateks, dan crumb rubber. Dapat menjelaskan cara cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks pekat dan crumb rubber.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet dan Klasifikasinya Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya ( Habibi, 2009 ). 2.2 Pengertian Lateks, Sifat dan Kandungan Kimianya Lateks karet alam secara umum didefinisikan sebagai cairan yang keluar dari pembuluh lateks bila dilukai. Lateks itu sendiri adalah suatu sel raksasa yang

mempunyai banyak inti sel (multinukleotida). Oleh sebab itu lateks sebenarnya adalah protoplasma. Lateks sewaktu keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi kemudian tercemar oleh mikroorganisme dari lingkungannya ( Djumarti, 2010 ). Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning. Lateks sendiri sebenarnya adalah semacam getah yang dihasilkan oleh tanaman karet (Hevea brasiliensis) ( Anonim, 2011 ). Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi ( Goutara, 1985 ). Adapun sifat sifatlateks adalah sebagai berikut : Berat molekul Titik leleh Titik didih Viskositas Rapat jenis Konduktivitas termal Difusivitas termal Kapasitas panas (Goutara, 1985 ). Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi (tersebar secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet per millimeter lateks ( Zuhra, 2006 ). 2.3 Tahapan Pengolahan Karet Secara Umum Adapun tahap pengolahan lateks adalah sebagai berikut : Penerimaan lateks kebun Tahap awal dalam pengolahan karet sit asap adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK). 68,12 g/mol -145,95 oC 34,067 oC 48,6 . 10-2 N.s/m2 913 kg/m3 0,134 W/ m K 7 . 10-8m/detik2 1905 J/kg K

Pengenceran Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium. Pembekuan Pembekuan menambahkan zat lateks koagulan dilakukan yang di dalam bak Pada koagulasi umunya dengan digunakan

bersifat asam.

larutan asam format/asam semut atau asam asetat / asam cuka dengan konsentrasi 12% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Penggilingan Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran. Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sit tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam. Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sit sebelum proses pengasapan. Pengasapan Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit, memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan. suhu yang digunakan di dalam kamar asap adalah sebagai berikut : 1. Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-45 oC. 2. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC. 3. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 5560 oC. Sortasi Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan Cutting. Cutting merupakan

potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting ( Suseno, 1889 ). 2.4 Perbedaan Pengolahan Karet Sheet dan Karet Crepe Adapun perbedaan pengolahan karet sheet dan karet crepe adalah sebagai berikut : Karet Sheet Karet sheet (ribbed smoked sheet) merupakan karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Ribbed smoked sheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan yang baik. Tahap pengolahan karet sheet yaitu : 1. Penerimaan lateks kebun Lateks kebun terlebih dahulu ditimbang dan ditentukan kadar karet keringnya ( KKK ), yaitu dengan mengambil lateks sebanyak 50-100 ml ditambah 10-20 ml larutan asam pimat 1 purin hasil hasil pembekuan digiling dengan gilingan laboratorium sampai diperoleh lembaran tipis. Lembaran karet lalu dikeringkan dengan diangin-anginkan lalu ditimbang ( a gram ). Setelah itu dikeringkan dengan oven, kemudian ditimbang ( b gram ), lalu ditentukan faktor pengeringannya. 2. Pengenceran lateks Sebelum diencerkan, lateks disaring terlebih dahulu. Air yang digunakan KKK 15%. 3. Pembekuan Lateks yang sudah diencerkan, lalu ditambah dengan larutan format 1% sebanyak 55,5 ml tiap liter lateks atau asam asetat 2% dengan KK 15%. 4. Penggilingan Setelah diperoleh lembaran koagulan yang tebal dan basah dilakukan penggilingan dengan tujuan mengeluarkan sebagian air, memperluas permukaan sheet dengan menipiskan dan memberi lambang ( print ) serta menyeragamkan mutu penggilingan. 5. Pengasapan dan pengeringan Tujuannya untuk mengawetkan sheet karena asam mengansung phenol yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu juga memberikan warna coklat muda supaya mutunya meningkat. Pengeringan dengan menggunakan panas dan kayu bakar. 6. Sortasi dan pembungkusan Sheet dipilih menjadi beberapa macam mutu berdasarkan persyaratan tertentu. Pemeriksaan dilakukan menggunakan meja sortasi yang terdiri kaca warna susu. Karet Crepe Crepes berasal dari lateks, lump karet, atau RSS yang berkualitas rendah. Cara pembuatannya mirip dengan RSS yang berbeda adalah menghilangkan warna

cokelat tua dari karet kering. Kemudian hasilnya adalah karet yang berwarna putih yang digiling mengunakan mesin pengiling menjadi lembaran tipis crepes ( Anonim, 2010 ). Tahapan tahapan sama dengan karet sheet hanya perbedaannya adalah : 1. Pada proses pengenceran air yang digunakan, KKK 20%. 2. Pada proses penggilingan permukaan rata tidak berpatron, kasar tidak licin. 3. Pada proses pengeringan tidak dilakukan pengasapan karena karet crepe yang dihasilkan harus berwarna putih ( Anonim, 2011 ). 2.5 Manfaat Lateks Lateks banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama digunakan untuk memproduksi barang-barang rumah tangga, ban mobil serta peralatan lainnya. Salah satu kegunaan lateks adalah digunakan sebagai bahan pembuat bola sepak.

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1

Alat dan Bahan

3.1.1 Alat Oven Timbangan Gelas ukur Penggiling laboratorium ( tangan ) Beaker glass Saringan 3.2

3.1.2 Bahan Lateks segar Asam format 1% Asam asetat 1% Larutan CMC 1% Air Skema Kerja

3.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar 100 ml lateks segar

+ asam format 1% 10 ml

+ asam asetat 1% 10 ml

dipanaskan dan diaduk hingga menggumpal digiling Kering anginkan lembaran karet Timbang karet basah (a gr) Oven sampai kering (50oC, 1 hari) Timbang berat yang kering (b gr) Tentukan faktor pengeringan Tentukan KKK ( aroma, tekstur, dan warna )

3.2.2 Pengenceran Lateks 200 ml lateks segar

Disaring

Tentukan KK dan KE-nya

Tambahkan air sesuai perhitungan

3.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Dadih 300 ml lateks segar

Disaring

4 hari

7 hari

8 hari

Ditambahkan larutan CMC 1% sebanyak 7 ml pada tiap perlakuan

Diaduk

Didiamkan selama 4, 5, 6 hari

Amati warna, tekstur, dan warna dan tentukan KKK-nya

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Perhitungan KKK lateks segar Perlakuan + asam format + asam asetat A gram 22,44 20,82 B gram 15,96 14,71 Warna +1 +1 Tekstur +3 +2 Aroma +2 +1

4.1.2 Pengenceran Lateks ml Lateks 200 ml KKK 17 KE 15 air yang ditambah 26 ml

4.1.3 Pengaruh Penambahan Bahan Dadih Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat ( gram ) A gram 4 hari 7 hari 8 hari Keterangan : Warna : semakin + semakin pekat atau gelap Aroma : semakin + semakin menyengat Tekstur : semakin + semakin kenyal + ++ ++ ++ +++ ++++ + ++ +++ 37,44 33,58 38,14 B gram 28,28 28,69 30,53

4.2 Hasil Perhitungan 4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar Perlakuan Asam format Asam asetat FP 28,88 % 29,35 % KKK 15,96 % 14,71 %

4.2.2 Pengenceran Lateks ml Lateks 200 ml KKK 17 KE 15 air yang ditambah ( AT ) 26,67 ml

4.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Dadih Perlakuan 4 hari 7 hari 8 hari FP 24,46 % 14,56 % 19,95 % KKK 28,28 % 28,69 % 30,53 %

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Fungsi Penentuan Nilai KKK Menurut Djumarti (2010), penentuan nilai KKK dilakukan dengan tujuan antara lain: Untuk penentuan upah penyadapan lateks Untuk menentukan jumlah air pada waktu pengenceran lateks Penyadap lateks tidak mungkin mencampuri lateks dengan air. Penentuan nilai KKK diperoleh dengan cara : ( ) KKK = berat basah- (FP x berat basah))% ( )

Sedangkan tujuan dari pengenceran lateks antaralain: Penyeragaman kadar karet kering (KKK) sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap. Mempermudah meratanya koagulans yang dibutuhkan untuk proses koagulasi Memudahkan pemisahan lateks dengan kotoran atau penyaringan Sebelum diencerkan, lateks disaring terlebih dahulu. Penentuan jumlah air yang diperlukan untuk mengencerkan dengan KKK kebun menjadi lateks encer KKK tertentu menggunakan rumus : AT Keterangan : AT = jumlah air KK = KKK lateks kebun KE = KKK lateks yang dikehendaki N = jumlah liter lateks 5.2 Prinsip Analisa a) Perhitungan KKK lateks segar Prinsip analisa penentuan nilai KKK lateks segar didasarkan pada kemampuan asam format dan asam asetat dalam menggumpalkan lateks segar sehingga diperoleh kadar karet kering ( KKK ) yang benar benar murni tanpa ada tambahan komponen lain selain karet. b) Pengenceran Lateks Prinsip analisa pengenceran lateks ialah didasarkan pada jumlah air yang diperlukan untuk dapat mengencerkan lateks segar sampai diperoleh KKK lateks yang dikehendaki.

c) Pengaruh penambahan bahan dadih Prinsip analisa pengaruh penambahan bahan dadih yaitu pemekatan lateks kebun dengan cara pemusingan atau didadihkan dari KKK 28% - 30 % menjadi KKK 60 % - 64 % ( Priyanto, 2009 ).

5.3 Mekanisme Terjadinya Koagulasi Lateks dengan Penambahan Asam Asetat dan Asam Format Penggunaan asam didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet dibandingkan bahan koagulan lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat ( Zuhra, 2006 ). 5.4 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan Dari praktikum yang telah dilakukan, dimana untuk penentuan kadar karet kering (KKK) dan pengenceran lateks dan pengaruh penambahan bahan dadih. Dalam perhitungan KKK, digunakan 100 ml lateks segar dalam beaker glass dan ditambah masing masing dengan asam asetat 1 % sebanyak 10 ml dan asam format 1 % sebanyak 10 ml tujuannya untuk menggumpalkan lateks. Lalu lateks tersebut dipanaskan hingga menggumpal, tujuan dari pemanasan yaitu untuk mempercepat proses penggumpalan karena pada proses ini kandungan air juga akan menguap. Setelah itu dilakukan penggilingan untuk memperbesar luas permukaan agar mudah dikeringkan, setelah itu dikeringanginkan. Selanjutnya ditimbang berat basahnya sebagai a gram, kemudian di oven pada suhu 50oC selama 1 hari tujuannya untuk menghilangkan air pada lembaran lateks tersebut agar diperoleh lateks yang benar benar kering. Setelah itu ditimbang berat keringnya sebagai b gram. Kemudian dihitung faktor pengeringnya dan KKK-nya serta diamati pula aroma, tekstur, dan warnanya. Perhitungan untuk penentuan KKK didapatkan untuk presentase faktor pengeringan dan persentase KKK berbanding terbalik. Semakin besar pengeringan maka semakin kecil nilai KKK. faktor

Sedangkan dalam pengenceran lateks, pertama tama yang dilakukan adalah 200 ml lateks segar disaring tujuannya untuk memperoleh filtrat yang murni dari lateks tanpa ada campuran dari komponen komponen lain. sebelum di encerkan ditentukan terlebih dahulu KK dan KE ( kadar karet yang diinginkan ) sesuai dengan acara 1, selanjutnya tambahkan air ke dalam lateks segar tersebut sesuai hasil perhitungan rumus pengenceran yaitu :

Sedangkan

untuk

percobaan

pengaruh

penambahan

bahan

dadih,

perlakuannya pertama tama 300 ml lateks disaring untuk memperoleh filtrat lateks yang benar benar murni, kemudian lateks tersebut ditambahkan larutan CMC 1% sebagai bahan penstabil sebanyak 7 ml lalu diaduk tujuannya untuk memperoleh lateks pekat. Kemudian lateks tersebut didiamkan selama 4, 7, dan 8 hari tujuannya untuk mengetahui pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap nilai KKK lateks dan sifat organoleptik lainnya. 5.4 Analisa Data Berdasarkan hasil perhitungan KKK lateks segar, untuk perlakuan penambahan asam format diketahui nilai FP sebesar 0,2888 ( 28,88% ) dan nilai KKK sebesar 0,1596 ( 15,96% ). Sedangkan pada perlakuan penambahan asam asetat diketahui nilai FP sebesar 0,2935 ( 29,35% ) dan nilai KKK sebesar 0,1471 ( 14,71% ). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai KKK pada penambahan asam format lebih besar dari pada penambahan asam asetat, hal ini berarti mekanisme asam format dalam mengkoagulasi lateks itu lebih baik dibandingkan asam asetat. Untuk pengenceran lateks, dimana dicari nilai KKK yang dikehendaki dari perhitungan sebelumnya yakni mencari FP dan KKK lateks yang didapat. Nilai KKK yang dikehendaki sebesar 26, 67 ml. Berarti dibutuhkan air sebanyak 26,67 ml untuk mengencerkan lateks sebanyak 200 ml agar diperoleh KKK lateks yang dikehendaki. Berdasarkan hasil perhitungan untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan dadih, diketahui bahwa untuk lateks yang didiamkan selama 4 hari nilai KKK sebesar 0,2828 ( 28,28% ), untuk lateks yang didiamkan selama 7 hari nilai KKK sebesar 0,2869 ( 28,69% ), sedangkan untuk lateks yang didiamkan selama 8 hari nilai KKK sebesar 0,3053 ( 30,53% ). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa semakin lama waktu penyimpanan ( pendiaman ) semakin besar pula nilai KKK-nya. Hal ini sudah benar karena semakin lama penyimpanan, air yang menguap dari lateks itu juga semakin banyak sehingga diperoleh kadar karet kering yang semakin besar pula. Untuk pengamatan sifat organoleptiknya, untuk warna semakin lama waktu penyimpanan warnanya semakin gelap hal ini disebabkan karena selama penyimpanan terjadi reaksi maillard. Untuk aroma, semakin lama waktu penyimpanan aromanya semakin menyengat karena komponen senyawa volatilnya

banyak yang menguap. Untuk tekstur, semakin lama waktu penyimpanan teksturnya semakin kenyal karena larutan CMC yang digunakan juga semakin menstabilkan lateks tersebut sehingga keelastisannya terjaga.

BAB 6, PENUTUP

6.1

Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Tahapan pengolahan karet secara umum : penerimaan lateks kebun, pengenceran, pengenceran, penggilingan, pengasapan, dan sortasi. Penentuan nilai KKK dilakukan dengan tujuan antara lain: untuk penentuan upah penyadapan lateks, untuk menentukan jumlah air pada waktu pengenceran lateks, penyadap lateks tidak mungkin mencampuri lateks dengan air. Sedangkan tujuan dari pengenceran lateks antaralain: penyeragaman kadar karet kering (KKK) sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap, mempermudah meratanya koagulans yang dibutuhkan untuk proses koagulasi, memudahkan pemisahan lateks dengan kotoran atau penyaringan. Mekanisme koagulasi lateks dengan penambahan asam adalah ion H+ akan bereaksi dengan ion OH pada protein dan senyawa lainnya untuk

menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Berdasarkan hasil perhitungan KKK lateks segar, untuk perlakuan penambahan asam format diketahui nilai FP sebesar 0,2888 ( 28,88% ) dan nilai KKK sebesar 0,1596 ( 15,96% ). Sedangkan pada perlakuan penambahan asam asetat diketahui nilai FP sebesar 0,2935 ( 29,35% ) dan nilai KKK sebesar 0,1471 ( 14,71% ). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai KKK pada penambahan asam format lebih besar dari pada penambahan asam asetat, hal ini berarti mekanisme asam format dalam mengkoagulasi lateks itu lebih baik dibandingkan asam asetat. Untuk pengenceran lateks, dimana dicari nilai KKK yang dikehendaki dari perhitungan sebelumnya yakni mencari FP dan KKK lateks yang didapat. Nilai KKK yang dikehendaki sebesar 26, 67 ml. Berarti dibutuhkan air

sebanyak 26,67 ml untuk mengencerkan lateks sebanyak 200 ml agar diperoleh KKK lateks yang dikehendaki. Berdasarkan hasil perhitungan untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan dadih, diketahui bahwa untuk lateks yang didiamkan selama 4 hari nilai KKK sebesar 0,2828 ( 28,28% ), untuk lateks yang didiamkan selama 7 hari nilai KKK sebesar 0,2869 ( 28,69% ), sedangkan untuk lateks yang didiamkan selama 8 hari nilai KKK sebesar 0,3053 ( 30,53% ). Berdasarkan hasil

tersebut diketahui bahwa semakin lama waktu penyimpanan ( pendiaman ) semakin besar pula nilai KKK-nya.

6.2

Saran Jangan banyak banyak ta mas klo ngasik tipuss,, hehe

eh mas jok pelit2 nang nilai yoo,, mksiii..^^

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Teknologi Pengolahan Karet. http://www.karetalam.com/. [ Diakses tanggal 16- 12- 2011 ] Anonim. 2011. Petunjuk Praktikum Pengolahan Hasil Pertanian ( Tembakau, Gula, dan Lateks ). Jember : FTP Unej Djumarti. 2010. Teknologi Pengolahan Lateks. Handout. Jember : FTP Unej Goutara. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor : Fatemeta-IPB Habibi. 2009. Mengenal Tanaman Karet.

http://habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/mengenal-tanamankaret/ [ Diakses tanggal 16- 12- 2011 ] Priyanto. 2009. Bibit Karet. http://bibitkaret.blogspot.com/ [ Diakses tanggal 16- 122011 ] Suseno, Rs. Suwarti.1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Bogor : Balai Penelitian Perkebunan Bogor Zuhra. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Medan : Universitas Sumatera Utara

You might also like