You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Individu sebagai peserta didik yang mengalami proses pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing. Hal tersebut salah satunya dikarenakan proses

perkembangan yang mereka alami berbeda-beda baik dalam aspek fisik, intelektual dan bahasanya. Orang tua, guru dan pihak yang terkait dalam proses perkembangan individu hendaknya memahami betul hakikat perbedaan setiap individu. Dengan demikian mereka akan lebih bijakasana dalam memberikan pembelajaran yang mendidik dalam rangka membantu individu menyelesaikan tugas perkembangan pada masing-masing tahap perkembangan Dalam kegiatan belajar guru merupakan salah satu orang yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, untuk itu seorang guru perlu mengadakan evaluasi setelah menyampaikan materi sehingga dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat menerima serta dapat diketahui peserta didik yang mengalami hambatan dalam belajar. Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi kepada peserta didik akan tetapi juga harus mampu mendidik dan membimbing peserta didik dalam mencapai keberhasilan dalam belajar. Menurut teori, prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam satu kelas adalah sama. Hal ini disebabkan karena siswa mendapatkan pengajaran yang sama dengan satu tutor atau seorang guru. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan adalah tidak sejalan dengan teori. Dalam kelas yang sama prestasi belajar yang diraih oleh peserta didik tidaklah sama. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Yakni faktor internal dan faktor eksternal. Adapun beberapa faktor internal tersebut misalnya motivasi diri, bakat dan minat pribadi siswa dalam belajar.Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan dimana siswa itu berada. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus mampu memahami pribadi setiap siswa dengan sebaik-baiknya dengan melakukan pendekatan melalui kedua faktor tersebut.

B. Identifikasi Siswa 1. Identitas Siswa Nama Jenis Kelamin Kelas Tempat & Tanggal Lahir Umur Agama Berat Tinggi Riwayat Penyakit 2. Identitas Orang Tua Nama Ayah Pekerjaan Penghasilan/bulan Nama Ibu Pekerjaan Penghasilan/bulan : YSP (disamarkan) :TNI-AD : > 5.000.000,: PET (disamarkan) : PNS : 2.000.000,- 2.500.000,: KAU (disamarkan) : Wanita : II : Ternate, 31 Maret 2004 : 8 tahun : Islam : 20 Kg : 70 cm : Pnemonia

BAB II PEMBAHASAN

A. Tugas Perkembangan Siswa SD Havighurst mengungkapkan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kea rah keberhasilan dalam melakssiswaan tugas-tugas berikutnya (Nurihsan &Agustin, 2011: 18). Tugas-tugas perkembangan memiliki tiga tujuan: (1) petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa saja yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu, (2) memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan hal yang diharapkan oleh masyarakat, dan (3) menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan kalau sampai pada tingkat perkembangan selanjutnya. Berikut disajika tabel tugas perkembangan siswa usia sekolah dasar. Usia Masa Kanak-Kanak Akhir dan Anak Sekolah (6,0-12.0) Tugas perkembangan
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk

melakukan permainan.
2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap

dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.


3) Belajar bergaul dengan teman sebaya. 4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis

kelaminnya.
5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca,

menulis dan berhitung.


6) Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-

hari.
7) Mengembangkan kata hati. 8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat

pribadi.
9) Mengembangkan sikap yang positif terhadap

kelompok sosial.

Hurlock (1991) mengungkapkan prinsip-prinsip perkembangan merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak , yaitu sebagai berikut: (1) adanya perubahan, (2) perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya, (3) perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, (4) pola perkembangan dapat diramalkan, (5) pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan, (6) terdapat perbedaan individu dalam

perkembangan, dan (7) Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial.

B. Ragam Permasalahan Anak 1. Permasalahan dalam perkembangan fisik-motorik Pertumbuhan fisik pada masa ini cenderung lambat bila dibandingkan dengan masa bayi. Pada masa ini pertumbuhan cenderung seimbang antara berat badan dan tinggi badan. Pertumbuhan fisik yang dialami anak aka mempengaruhi perkembangan pada motoriknya. Rusda Koto dan Sri Maryati (dalam Nurihsan & Agustin, 2011:48) dalam perkembangan anak ditemukan beberapa hambatan, yaitu: a. Gangguan fungsi panca indra Gangguan fungsi panca indra yang banyak menimbulkan masalah pada anak adalah gangguan pada indra penglihatan dan pendengaran. Kekurangan daya penglihatan atau pendengaran dapat diketahui bila derajat penyimpangan sudah cukup besar dari kondisi normal. b. Cacat tubuh Cacat tubuh umumnya terdapat pada tangan, kaki dan wajah. Bila seorang anak mengalami cacat tubuh pada tangan atau kaki maka perkembangannya akan mengalami gangguan karena pada usia dini kemampuan tubuh sangat penting untuk menunjang perkembangannya. Anak perlu dilatih kemampuan melempar atau menangkap bola, menggunting membentuk sesuatu dari plastisin atau tanah liat, belajar berjalan, berlari dan memanjat pohon. Demikian pula cacat pada wajah juga menimbulkan rasa tidak percaya diri pada anak. c. Kegemukan (obesitas) Kegemukan selalu dianggap bahaya pada tingkat usia manapun. Kegemukan akan membahayakan kesehatan. Kegemukan sering kali kita temukan pada anak usia dini dan orang tua kadang kala membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan. Kegemukan yang

dialami anak sejak dini perlu diwaspadai karena berbahaya bagi perkembangan selanjutnya. d. Gangguan gerak peniruan (stereotipik) Gejala yang ditimbulkan dari stereotifik adalah gerakan motorik kasar yang tidak wajar. Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunyai akibat yang tidak baik dan sering kali berkepanjangan 2. Permasalahan dalam Perkembangan Kognitif Kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara optimal karena menyangkut kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari anak. Namun dalam perkembangannya, ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi diantaranya anak sulit mengerti bila dijelaskan sesuatu, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau keliru dalam menyelesaikan persoalan, dan sulit berkonsentrasi (Nurihsan & Agustin, 2011:49). Permasalahan kognitif dapat pula menyangkut intelegensi rendah yang disebut dengan retardasi mental (lemah mental). Lemah mental dibagi menjadi tiga golongan yaitu: ringan dengan IQ 50-70, sedang dengan 35-49, dan berat dengan 20-34. Permasalahan kognitif dapat berupa kretinisme. Hipotiroid merupakan suatu keadaan klinik yang ditandai dengan menurunnya sekresi dari salah satu atau kedua hormontiroid yang terjadi akibat berbagai kelainan struktur dan fungsional. Keadaan ini merupakan suatu gangguan kelenjar endokrin yang biasanya terjadi sejak janin maupun pada masa kanak-kanak. Salah satu akibat dari kurangnya hormone tiroid dalam tubuh dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat dengan perawakan pendek (cebol) atau disebut kretinisme. 3. Permasalahan dalam Perkembangan Bahasa Kemampuan bahasa merupakan aspek penting yang harus dikuasai anak, tapi tidak semua anak mampu menguasai masalah itu. Ketidakmampuan anak berkomunikasi dengan baik karena ketebatasan kemampuan menangkap pembicaraan anak lain atau tidak mampu menjawab dengan benar. Selain itu masalah perkembangan bahasa terkait dengan terbatasnya pembendaharaan kata anak, gangguan artikulasi seperti sulit mengucapkan huruf s, sy, l,f, z, s dan c. Selain itu gagap merupakan salah satu masalah bahasa anak TK/RA. Anak yang menderita gagap tidak dapat berkomunikasi secara wajar. Wajar disini mengandung pengertian normal, jelas dan tidak tersendat-sendat. Gejala yang sering diperlihatkan

oleh anak gagap adalah sering mengulang atau memperpanjang suara, suku kata, atau kata-kata dan sering terjadi keraguan dan penghentian bicara, sehingga menggangu arus irama kata. 4. Permasalahan dalam Perkembangan Sosial Kemampuan sosial adalah satu kemampuan lain yang harus dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain. Beberapa masalah sosial yang mungkin dihadapai anak adalah: anak ingin menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran bila sedang bermain bersama, selalu ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, agresif dengan cara menyerang orang, atau anak lain, merebut mainan atau barang orang lain, merusak barang teman lain, dan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (Nurihsan & Agustin, 2011:50). Salah satu permasalahan sosial yang sering dialami anak adalah gangguan komunikasi, yaitu gangguan psikologis yang termanifestasi pada gangguan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang menyebabkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan pelayanan pendidika khusus. Indikasi seorang anak memiliki gangguan komunikasi adalah sebagai berikut: sulit menangkap isi pembicaraan orang lain, tidak lancar dalam berbicara/mengemukakan ide, sering menggunakan isyarat dalam komunikasi, kalau berbicara sering gagap/gugup, suaranya parau/aneh, tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel, organ bicaranya tidak normal/sumbing. 5. Permasalahan dalam Perkembangan Emosi Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk emosi ke bentuk emosi yang lain (Nurihsan & Agustin, 2011:50). Rangsangan yang sering membangkitkan emosi anak adalah keinginan yang tidak terpenuhi, dengan cara mengungkapkan ekspresi yang tidak terkendali. Beberapa masalah dalam

perkembangan emosi anak yang sering ditemukan adalah perasaan takut, cemas, sedih, marah yang berlebihan, iri hati, cemburu dan mudah tersinggung. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan deteksi dini berupa pemeriksaan secara psikologis. Pemeriksaan ini diperlukan untuk memahami fungsi yang berhubungan dengan kemampuan berbicara dan berbahasa seperti intelegensi serta tingkat perkembangan sosial emosional anak. Pemeriksaan secara psikologis

diperlukan untuk melihat sejauh mana pengaruh dari hambatan yang dialamai anak terhadap kemampuan emosional dan intelektualnya.

6. Gangguan Lamban Belajar Kesulitan belajar anak mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning disabilities. Slow learner (Lambat belajar) adalah adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain, dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak - anak lambat belajar ini juga cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki rentang perhatian yang pendek. Anak dengan SL memiliki ciri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung. 7. Gangguan Kesulitan Belajar Spesifik Gangguan yang secara nyata ada pada anak yang terkait tugas akademik khusus, yang diduga disebabkan karena faktor disfungsi neurologis, bukan disebabkan karena faktor intelegensi, yaitu gangguan membaca (diseleksia), gangguan matematika (diskalkulia), gangguan menulis ekspresif (spelling dyslexia, spelling disorder) dan gangguan belajar lainnya yang tidak spesifik. Gangguan matematik (diskalkulia) (Nurihsan & Agustin, 2011:51) adalah keterampilan matematik yang berada di bawah tingkat usia, pendidikan dan intelegensi anak dengan ciri kegagalan dalam keterampilan : 1. Linguistik, memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol matematika 2. Perseptual, kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan kelompok angka 3. Matematik, operasi +/-/x/: dan cara mengoperasikannya 4. Atensional, mengkopi bentuk dengan benar, mengoperasi simbol dengan benar

5. Biasanya disertai gangguan belajar yang lain. Kebanyakan terdeteksi ketika berada di kelas 2 dan 3 SD

C. Identifikasi Kesulitan Belajar Kesulitan belajar ditandai dengan prestasi belajar yang rendah atau dibawah kriteria yang telah ditetapkan atau kriteria minimal. Prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan prestasi teman-temannya, atau lebih rendah dibandingkan prestasi belajar sebelumnya. Selain itu juga menunjukkan adanya jarak antara prestasi belajar yang diharapkan dengan presiasi yang dicapai serta prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas inteligensinya. Kesulitan belajar peserta didik tidak selalu disebabkan oleh inteligensinya yang rendah. Menurut Warkitri dkk. Dengan demikian disimpulkan bahwa ciri anak yang mengalami kesulitan belajar adalah : (1) prestasi belajarnya rendah, (2) usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan hasilnya, (3) lamban mengerjakan tugas, (4) sikap acuh dalam mengkiuti pelajaran, (5) menunjukkan perilaku menyimpang dan (6) emosional (mudah marah, tersinggung, rendah diri dll. Kesulitan belajar anak mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (1) learning disorder; (2) learning disfunction; (3) underachiever; (4) slow learner, dan (5) learning diasbilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut. 1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang

bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. 2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. 3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong

rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. 4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar siswa, baik di sekolah maupun dirumah. Bahkan belajar menjadi 4 golongan masalah yang biasanya terjadi pada siswa kita. Pada dasarnya seorang siswa memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu: 1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb) 2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.) 3. 4. Maladjustment / Penyimpangan perilaku Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda.

D. Identifikasi Kesulitan Belajar yang Dialami KUA Penulis melakukan wawancara kepada wali kelas KUA untuk memperoleh datadata dan dicocokkan dengan dokumen dan observasi menunjukkan bahwa KUA mengalami kesulitan belajar slow learner (lamban belajar). Informasi dari gurunya

bahwa siswa ini tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik dibandingkan dengan temantemannya yang memiliki tingkat intelektual yang sama. Siswa ini lebih lama menangkap materi yang disampaikan. Siswa ini juga kurang memiliki motivasi dalam belajar. Dia mudah menyerah dalam belajar. Siswa ini harus diberikan penjelasan lebih untuk memahami suatu materi.

C. Diagnosis Terhadap Kasus KUA Setelah mempelajari masalah yang dihadapi KUA, kesulitan belajar siswa ini dilatarbelakangi oleh faktor internal dan eksternal siswa, antara lain : 1. Dari dalam siswa sendiri (internal) a. b. c. d. e. f. 2. Emosi meledak-ledak (suka marah) Merasa malas dalam belajar karena tidak diperhatikan. Waktu belajar sangat kurang Merasa gugup, bingung, dan kurang percaya diri. Kurang menghormati orang yang lebih tua. Kecerdasan matematika dan linguistik rendah

Dari luar siswa (eksternal) a. Lingkungan belajar siswa (keluarga) yang tidak memberikan perhatian dan motivasi. b. Orang tua yang kurang peduli terhadap perkembangan belajar siswa c. Saudara lebih tua memiliki masalah yang sama dalam belajar

D.

Prognosis Terhadap Kasus KUA Setelah melakukan diagnosis, pihak sekolah melalui wali kelas melakukan beberapa hal yakni: 1. Pemberian waktu belajar atau bimbingan belajar 2. Pemberian motivasi dan arahan serta komunikasi dengan orang tua 3. Berkomunikasi dengan orang tua siswa Adapun beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi siswa bisa diselesaikan, yaitu : 1. Siswa akan bersemangat dalam menerima pelajaran dan dapat berkonsentrasi. 2. Prestasi siswa akan meningkat 3. Rasa percaya diri akan tumbuh dan berkembang secara optimal. 4. Pandangan/cita-cita masa depan lebih mantap. 5. Cara berkomunikasi menjadi baik dan lancar. Sedangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila masalah yang dihadapi siswa tidak bisa diselesaikan, yaitu : 1. Prestasi siswa akan menurun. 2. Bahan pelajaran akan lebih sulit dikuasai. 3. Semakin buruknya komunikasi siswa, karena kurangnya sosialisasi.

4. Menjadi siswa emosional dan membangkang.

E. Alih Tangan Kasus KUA Dari jenis masalah yang dihadapi KUA pihak sekolah maupun guru belum melakukan alih tangan kasus.

F. Bimbingan untuk Mengatasi Kesulitan Belajar (Slow Learner) yang Dihadapi KUA Adapun bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bimbingan individu, Pihak guru dan orang tua hendaknya mampu: a) Menanamkan keyakinan kepada siswa akan kelebihan dan kekurangan setiap orang, jangan sampai merasa rendah diri atas kekurangan yang dimiliki. Jadi siswa tidak usah merasa malu / rendah diri bergaul dengan teman-temannya, baik sejenis maupun lawan jenis. b) Sejak dini siswa ditanamkan untuk mengatur kegiatannya sehari-hari, jangan sampai kegiatan bermain mengganggu tugas utama sebagai siswa yaitu belajar. Mengusahakan kegiatan akademik dengan tugas rumah/hobi dapat berjalan dengan selaras, serasi, dan seimbang. c) Mengingatkan siswa bahwa pekerjaan yang dicita-citakan tidak mungkin dapat dicapai dengan bermalas-malasan / malas belajar, dan memotivasi siswa agar mengoptimalkan belajar sehingga akan mendapatkan prestasi yang memuaskan. d) Mengusahakan siswa untuk sering bertemu dan belajar bersama dengan orang yang dipercaya dan mengerti siswa, sehingga prestasi siswa meningkat dan interaksi sosial siswa akan terpupuk serta berkembang secara teratur. e) Menanamkan kebiasaan untuk mempelajari dahulu materi yang akan diajarkan guru pada hari itu dan jangan malu-malu untuk bertanya bila ada kesulitan. f) Mengusahakan siswa untuk mengulangi dan membaca dirumah materi yang telah diberikan disekolah. g) Mengusahakan siswa untuk mengerjakan semua tugas-tugas PR dirumah dan jangan takut salah.

2.

Kerjasama dengan orang tua Orang tua juga sebaiknya mampu memberikan perannya dalam hal-hal berikut: a) Orang tua hendaknya memberikan perhatian penuh kepada si siswa agar dapat menambah gairah siswanya untuk belajar dengan baik. b) Orang tua harus memberikan semangat agar siswanya selalu giat belajar. c) Orang tua harus mengingatkan siswanya agar selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar. d) Orang tua hendaknya memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa sehari-hari, contohnya dalam membantu orang tua bekerja jangan terlalu dipaksakan hingga larut malam, bahkan begadang sampai pagi sehingga tidak akan menggangu kesehatan dan kelancaran belajar siswa disekolah pagi harinya. e) Hendaknya orang tua sering menanyakan tentang palajarannya, prestasi dan berbagai masalah yang dialami siswanya disekolah.

3.

Kerjasama dengan guru Guru sebagai pendidik hendaknya melakukan hal-hal berikut: a) Guru hendaknya melakukan pendekatan kepada siswa dan memberikan motivasi untuk belajar dan mengungkapkan kesulitan belajar yang dihadapi siswa. b) Guru hendaknya memberi perhatian khusus kepada siswa demi keberhasilan bimbingan yang dilakukan dalam bentuk waktu belajar tambahan atau bimbingan belajar. c) Guru hendaknya selalu memonitoring perkembangan siswa, terkait dengan hasil belajar. d) Guru hendaknya menjalin kerjasama dan hubungan yang baik dengan orang tua serta melaporkannya kepada orang tua perkembangan siswa untuk ditindaklanjuti.

G. Rekomendasi Kegiatan Tindak Lanjut Dalam upaya untuk memberikan layanan terhadap KUA dan siswa lain yang mengalami kesulitan belajar lainnya, penulis merekomendasikan pihak sekolah untuk melakukan beberapa kegiatan diantaranya: 1. Melakukan Tes Kesiapan Belajar Tes kesiapan belajar adalah adalah suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui keseluruhan kondisi seseorang (aspek kognitif, aspek afektif, serta psikomotor) dalam merespon suatu stimulus yg akan diberikan, guna tercapainya tujuan pengajaran tertentu(Adi Dharma putra, 2010). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: a. Menurut Darsono (2000:27) faktor kesiapan meliputi : 1) Kondisi fisik yang tidak kondusif Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar. 2) Kondisi psikologis yang kurang baik Misalnya gelisah, tertekan, dsb. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar. b. Menurut Slameto (2003:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek,yaitu : 1) Kondisi fisik, mental dan emosional 2) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan 3) Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari c. Menurut Djamarah (2002:35) faktor-faktor kesiapan meliputi : 1) Kesiapan fisik Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu,mengantuk, dan sebagainya) 2) Kesiapan psikis Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik. 3) Kesiapan Materiil Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dll. d. Menurut Soemanto (1998:191) faktor yang membentuk readiness meliputi : 1) Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual. 2) Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuantujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Adapun manfaat tes kesiapan belajar bagi siswa dan guru adalah: (1) agar individu dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu tujuan yang diinginkan ( Anthoni : 1992 ), (2) sebagai tolak ukur sejauh mana kesiapan belajar siswa dalam suatu program pelajaran dansampai sejauh mana kemampuan siswa tersebutdalam maju ke arah tujuan yang harus dicapainya (Suryabrata, 1984 (a)), (3) hasil tes diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kesiapan psikologis dalam menghadapi proses pembelajaran ( Prayitno : 1989 )

2. Workshop tentang Parenting Education bagi orang tua siswa Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Untuk itu sebuah usaha yang baik jika dilakukan sebuah workshop dengan mendatangkan tim ahli dan orang tua siswa untuk membahas peran orang tua dan keluarga dalam pendidikan. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah. Dengan berbagai pertimbangan di atas diharapkan kegiatan workshop ini dapat membuka mata para wali siswa untuk menyadari hakikat peran mereka dalam perkembangan dan pendidikan anak. 3. Kartu atau Buku Penghubung Guru dan Orang Tua Dalam rangka menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan guru, maka perlu suatu wadah untuk berkomunikasi. Penulis merekomendasikan pihak sekolah untuk membuat kartu atau buku penghubung antara orang tua dan guru. Buku tersebut diisi oleh guru dan orang tua. Guru dapat melaporkan perkembangan anak selama belajar disekolah, keluhan, dan hambatan anak dalam belajar. Sejalan dengan itu orang tua pun juga bisa memberikan masukan pada pihak sekolah atau guru, melaporkan kesulitan anak dalam materi pelajaran serta harapan anak terhadap pembelajaran di sekolah. Kartu atau buku penghubung hendaknya mampu memberikan kontribusi dalam prestasi anak. Selain itu dengan buku maka terjalin kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dalam mendidik anak. Sehingga program sekolah dapat sejalan dan didukung oleh kegiatan siswa di rumah.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari semua uraian yang telah dibahas, maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Disamping itu juga banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di Sekolah. Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar pada siswa tersebut, sebaiknya guru lebih sering memberikan motivasi dan arahan terhadap siswa, pendekatan dan perhatian, sehingga dapat merangsang keinginan siswa untuk membaca buku-buku dan belajar lebih rajin. Siswa ini pada dasarnya perkembangan kognitifnya masih belum mengalami kematangan psikologis, sehingga proses pembelajaran yang diberikan tidak

dapat diterima sesuai dengan harapan dari pihak sekolah maupun orang tua. Kematangan psikologis dapat berkembang dengan baik apabila ada dukungan yang positif dari lingkungan baik keluarga maupun sekolah. B. Saran 1. Bagi Sekolah a. Diharapkan pihak sekolah menyediakan satu guru pembimbing khusus untuk mengidentifikasi dan memberikan alternatif solusi bagi anak yang mengalami gangguan atau kesulitan belajar. b. Diharapkan kepada sekolah atau guru yang mengajar untuk tetap memperlakukan mereka dengan perlakuan yang sama, dengan siswa lainnya, sehingga siswa tidak merasa mengalami perbedaan terhadap siswa-siswa lainnya. c. Dalam memberikan tugas, siswa tidak harus dituntut untuk dapat menyelesaikan sesuai harapan, mengingat kemampuan siswa berbeda namun tetap diberikan dengan porsi yang sama. d. Pihak sekolah diharapkan dapat mencatat perkembangan kemampuan siswa, khususnya siswa yang mengalami ketidakmampuan belajar sehingga dapat diketahui kelebihan maupun kekurangannya dengan demikian dapat diberikan perlakuan yang sesuai dengan kemampuannya.

2.

Bagi Orang Tua a. Hendaknya orang tua meluangkan waktu untuk memperhatikan perkembangan dan pendidikan anaknya di sekolah maupun di rumah. b. Dapat mengerti bahwa pada satu sisi sang anak memiliki kelebihan dan pada sisi yang lain mengalami kekurangan. Dengan demikian perlakuan terhadap anak tidak membedakan (bila mempunyai saudara yang lebih besar) dan mengerti bahwa hal tersebut disebabkan karena proses perkembangan psikologis yang belum matang. c. Siswa dengan kekurangan tersebut tidak dituntut untuk dapat melakukan seperti temanteman lainnya, karena pada usia dini perkembangan kognitif dan psikomotorik masih dapat berkembang pada masa selanjutnya. d. Orang tua dapat lebih kooperatif dengan pihak sekolah khususnya dengan guru kelas sehingga informasi dari guru dapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukan kematangan psikologis anak saat berada di rumah.

DAFTAR PUSTAKA ________. 2009. Studi kasus kesulitan belajar. Tersedia: [http://dokumenqu.blogspot.com/
2011/12/studi-kasus-kesulitan-belajar.html] [24 Desember 2011]

________. 2011. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak. [http://abihafiz.wordpress.com


/2011/02/08/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak/] [24 Desember 2011]

Desmita. 2010. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK. Bandung: ROSDA Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hurlock, B Elizabeth.(1978).Child Development sixth edition. New York: Mc.Graw Hill Book Company. Inc. Newman, Barbara M & Philip R. Newman. 2006. Development Thourgh Life. Amerika: Thomson Corporation Nurihsan,Juntika & Mubiar Agustin. 2011. DINAMIKA PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: Refika ADITAMA Sanjaya, Wina. 2010. STRATEGI PEMBELAJARAN Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KENCANA Setiono, Kusdwiratri. 2009. Psikologi Perkembangan Kajian Teori Piaget, Selman, Kohlberg dan Aplikasi Riset.Jakarta : Widya Padjadjaran
Siagian, Azharul Fazri. 2010. Kesulitan Belajar pada Murid Kelas V SDN Muhamadiyah Wiringinsari Tahun Ajaran 2009-2010. Tersedia :[ http://www.docstoc.com/docs/39731101/STUDI-KASUSKESULITAN-BELAJAR-SISWA-sd] [24 Desember 2011]

Sujiono, Yuliani Nuraini.KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Jakarta: PT. Index

Lampiran PROTOKOL WAWANCARA

Pewawancara: Neza Agusdianita Diwawancara: Parhan (wali kelas II) Tempat Tujuan : SD Laboratorium Percontohan UPI : Menggali informasi tentang anak kesulitan belajar

Butir-Butir Pertanyaan: 1. Selama pembelajaran di kelas yang bapak ajarkan, apakah terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar? 2. Bagaimana Kesulitan belajar yang dihadapi siswa tersebut? 3. Bagaimana motivasi siswa ini dalam belajar? 4. Temuan-temuan apa saja yang bapak rasakan dalam menghadapi siswa ini? 5. Bagaimana dengan hasil belajar yang diperolehnya? 6. Apakah siswa ini mengalami masalah juga terhadap perkembangan sosialnya? 7. Bagaimana latar belakang keluarga dari siswa tersebut? 8. Apa saja tindakan yang telah dilakukan oleh bapak sebagai pihak sekolah?

You might also like