You are on page 1of 11

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi utama ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi (Departemen Sumber Daya Mineral dan Gas, 2006).

Gambar 1. Persentase penggunaan Sumber Daya Energi di Indonesia (DESDM, 2005)

Berdasarkan data blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025 yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun, berikut informasi mengenai sumber energi yang dimiliki di Indonesia, Tabel 1. Cadangan sumber energi dari fosil untuk Indonesia dan dunia Sumber energi dari fosil cadangan indonesia dunia Minyak 18 tahun 40 tahun Gas 61 tahun 60 tahun Batu bara 147 tahun 200 tahun Sumber: DESM, 2005 Menipisnya cadangan tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara importir bahan bakar minyak terutama bahan bakar diesel atau solar untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, data konsumsi minyak solar untuk transportasi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Porsi konsumsi minyak solar pada sektor transportasi 1995-2010 Tahun Transportasi (milyar liter) Total (milyar liter) Porsi (%) 1995 6,91 15,84 43,62 2000 9,69 21,39 45,29 2005 13,12 27,05 48,50 2010 18,14 34,71 52,27 Sumber: Destiana et al., 2007 Jumlah minyak solar yang diimpor adalah : Tahun 1999 Tahun 2001 : 5 milyar liter atau 25% kebutuhan nasional : 8 milyar liter atau 34% kebutuhan nasional

Tahun 2006 : 15 milyar liter atau 50% kebutuhan nasional (jika tak ada pembangunan kilang baru) Adanya masalah kelangkaan tersebut memacu para peneliti untuk terus melakukan riset mengenai sumber energi terbarukan. Sumber energi terbarukan didefinisikan sebagai energi yang secara cepat dapat diproduksi kembali melalui proses alam, sedangkan energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik (peraturan presiden no. 5 tahun 2006 pasal 1 ayat 5). Sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan minyak diesel atau solar adalah biodiesel. Substitusi solar oleh biodiesel sudah mejadi issu nasional sejak terjadinya kelangkaan minyak bumi, banyak program-program pemerintah yang dilakukan berkaitan dengan isu tersebut seperti penanaman jarak pagar (Jatropha Curcas Linn) dikalangan masyarakat petani, namun pada saat ini produksi biodiesel di Indonesia masih mengandalkan sumber bahan baku minyak mentah kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan turunannya yang notabene masih bersinggungan dengan unsur food.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang ingin dipecahkan pada makalah ini adalah meliputi pengertian biodiesel, jenis biodiesel dan proses pembuatannya secara umum dan perbandingan antara biodiesel dengan solar.

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari biodiesel. 2. Mengetahui reaksi yang terlibat dalam pembuatan biodiesel. 3. Mengetahui jenis-jenis biodiesel. 4. Membandingkan antara biodiesel dengan solar.

II. ISI

A. Biodiesel secara Umum

Biodiesel secara umum adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak (Surawidjaja, 2006). Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidrokarbon. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon. Namun, biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel (solar) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus. Biodiesel dapat dibuat dari berbagai bahan, secara umum bahan untuk membuat biodisel adalah minyak nabati, minyak hewani dan daur ulang dari minyak goreng. Potensi minyak nabati dan hewani yang bisa digunakan sebagai base oil untuk biodiesel dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Potensi base oil untuk biodiesel beberapa produk pertanian Tipe minyak Titik cair (OC) Angka iodin lemak Methyl ester Ethyl ester lobak 5 0 -2 97-105 bungamatahari -18 -12 -14 125-135 zaitun -12 -6 -8 77-94 kadelai -12 -10 -12 125-140 biji kapas 0 -5 -8 100-115 jagung -5 -10 -12 115-124 kelapa 20-24 -9 -6 8-10 kelapa sawit 30-38 14 10 44-58 babi 32-36 14 10 60-70 Sumber: Samsudin Manai, 2008 setane 55 52 60 53 55 53 70 65 65

B. Reaksi dalam Pembuatan Biodiesel

Pembuatan biodiesel melibatkan reaksi-reaksi kimia, reaksi kimia yang terjadi selama proses pengolahan akan bergantung dari kandungan asam lemak dan karakteristik base oil dari bahan. Namun secara umum pembuatan biodiesel melibatkan dua reaksi yaitu: 1. Reaksi esterifikasi Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester dengan cara mereaksikan minyak lemak dengan alkohol (gambar 2), katalis yang bisa digunakan dalam reaski ini adalah asam kuat (Soerawidjaja, 2006). Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka-asam 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap transesterfikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.

gambar 2. Reaksi esterifikasi

2. Reaksi trans-esterifikasi Transeseterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek hingga menghasilkan metil ester asam lemak ( Fatty Acids Methyl Esters = FAME ) atau biodiesel dan gliserol sebagai produk samping. Reaksi transesterifikasi diperlihatkan pada gambar 2. Proses ini akan dapat berlangsung dengan mengunakan katalis alkali / basa pada tekanan atmosfer dan temperatur 600C dengan menggunakan alkohol, katalis yang biasa dugunakan adalah kalium hidroksida atau natrium hidroksida.

gambar 3. Reaksi transestirifikasi

Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut (Freedman, 1984): a. Pengaruh air dan asam lemak bebas, minyak yang akan memasuki tahap ini harus memiliki angka asam lebih kecil dari satu. Selain itu semua bahan yang digunakan harus terbebas dari air. b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah. Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversi yang maksimum. c. Pengaruh jenis alkohol, pada rasio 6:1 metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol. d. Pengaruh jenis katalis, alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang sering digunakan untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3).

C. Jenis Biodiesel

Biodiesel dapat dibuat dari berbagai bahan, dilihat dari bahan pembuatannya biodiesel dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu biodiesel nabati, hewani dan minyak jelantah. 1. Biodiesel nabati Minyak nabati dan biodiesel tergolong ke dalam kelas besar senyawasenyawa organik yang sama, yaitu kelas ester asam-asam lemak. Akan tetapi, minyak nabati adalah triester asam-asam lemak dengan gliserol, atau trigliserida, sedangkan biodiesel adalah monoester asam-asam lemak dengan metanol. Perbedaan bentuk molekuler antara biodiesel dan minyak nabati akan menentukan reaksi apa yang tepat untuk dilibatkan dalam pembuatan biodiesel nabati. Uraian perbedaan yang mendasar antara minyak nabati dan biodiesel adalah: Minyak nabati (trigliserida) berberat molekul besar, jauh lebih besar dari biodiesel (metilester),sehingga trigliserida cenderung mudah mengalami cracking menjadi molekul kecil jika terpanaskan tanpa kontak dengan udara. Minyak nabati memiliki kekentalan (viskositas) yang jauh lebih besar dari minyak diesel/solar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan bakar di dalam mesin diesel tak mampu menghasilkan pengkabutan (atomization) yang baik ketika minyak nabati disemprotkan ke dalam kamar pembakaran. Molekul minyak nabati relatif lebih bercabang dibanding ester metil asamasam lemak, akibatnya angka setana dari minyak nabati lebih rendah dibandingkan dengan solar ataupun biodiesel. Adapun jenis tanaman yang berpotensi untuk dijadikan sebagia sumber biodiesel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Tanaman untuk bahan baku pembuatan biodiesel


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Lokal Jarak Pagar Jarak Kaliki Kacang Suuk Kapok / Randu Karet Kecipir Kelapa Kelor Kemiri Kusambi Nimba Saga Utan Sawit Nyamplung Randu Alas Nama Latin Jatropha Curcas Riccinus Communis Arachis Hypogea Ceiba Pantandra Hevea Brasiliensis Psophocarpus Tetrag Cocos Nucifera Moringa Oleifera Aleurites Moluccana Sleichera Trijuga Azadiruchta Indica Adenanthera Pavonina Elais Suincencis Callophyllum Lanceatum Bombax Malabaricum Sumber Minyak Inti biji Biji Biji Biji Biji Biji Inti biji Biji Inti biji Sabut Inti biji Inti biji Biji Inti biji Biji Isi % Berat Kering 40-60 45-50 35-55 24-40 40-50 15-20 60-70 30-49 57-69 55-70 40-50 14-28 46-54 40-73 18-26

Sumber: Tim Pengembangan BBM, 2008. 2. Biodiesel hewani Lemak hewai berpotensi untuk dijadikan bahan baku biodiesel, namun masih terjadi tarik menarik antara food dan fuel mengingat lemak ikan mengandung omega 3 yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Disamping itu lemak hewani persediannya sangat terbatas. Walaupun demikian, produksi biodiesel dengan lemak hewani tidak dapat diacuhkan dan dapat dijadikan sebagai pengganti penggunaan petro-diesel dalam jumlah kecil.

Pengembangan biodiesel dengan menggunakan emak hewan sedang dirintis, hal tersebut terbukti dengan adanya investasi sebesar 5 juta dollar untuk pembuatan pabrik yang bergerak dalam bidang ini. Di Amerika, direncanakan akan memproduksi 11.4 juta liter biodiesel dari perkiraan 1 milyar kg lemak ayam setiap tahun dari peternakan ayam lokal. 3. Biodiesel minyak jelantah Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik akibat reaksi yang ditimbulkan selama proses memasak. Penanganan yang tepat pada minyak jelantah akan memberikan manfaat baru, contohnya adalah mengolah jelantah menjadi biodiesel. Hal tersebut dapat dilakukan karena minyak jelantah juga merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Adapun pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini menggunakan reaksi transesterifikasi seperti

pembuatan biodiesel pada umumnya dengan pretreatment untuk menurunkan angka asam pada minyak jelantah. Kendala yang ditmukan dalam pembuatan biodiesel minyak jelantah adalah kesulitan dalam pengumpulan.

D. Perbandingan Biodiesel dengan Solar

Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel mengandung oksigen, maka flash point-nya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa benzen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel. Ditinjau dari segi lingkungan, biodiesel mampu menurunkan kadar emisi hidrokarbon sampai 67% lebih rendah dibandingkan dengan solar. Mengurangi senyawa karsinogenik yakni polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) sebesar 7585% dan nitrated polycyclic aroatic hydrocarbon (nPAH) mencapai 90%. Selain itu biodiesel mudah diuraikan (degradable) sehingga aman digunakan sebagai bahan bakar di perairan.

III. KESIMPULAN

1. Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak. 2. Terdapat dua reaksi yang terlibat dalam pembuatan biodiesel yaitu reaksi esterifikasi dan trans-esterifikasi. Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester dengan cara mereaksikan minyak lemak dengan alkohol, produk sampingan lainnya adalah air. Trans-esterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek hingga menghasilkan metil ester asam lemak ( Fatty Acids Methyl Esters = FAME ) atau biodiesel dan gliserol sebagai produk samping 3. Berdasarkan bahan baku pembuatannya terdapat tiga macam boidiesel yaitu biodiesel nabati, hewani dan minyak jelantah. 4. Biodiesel memiliki nilai energi yang hampir sama dengan solar yakni sekitar 128000 BTU (lebih rendah dibandingkan dengan energi pada petroleum solar), namun dilihat dari sisi lingkungan biodiesel lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan banyak emisi, toksitasnya rendah dan bersifat bidegradable.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.

2010. Biodiesel (online). http://www.habmigern2003.info/PDF/biodiesel.pdf diakses tanggal 8 Maret 2011. 2010. Biodiesel Indonesia (online). http://bahasa.biodieselindonesia.com/indexxx.php?view=_biodiesel diakses tanggal 8 Maret 2011.

Anonymous.

Destianna et all. 2007. Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel (Online). http://pub.bhaktiganesha.or.id/itb77/files/Penelitian%20mahasiswa% 20ITB/BIODIESEL.pdf diakses tanggal 8 Maret 2011. Freedman, et al.,. 1984. Variables Affecting the Yields of Fatty Esters from Transesterfied Vegetable Oils.

You might also like