You are on page 1of 10

Ginjal Di dalam tubuh kita terdapat sepasang ginjal yang terletak di bawah hati dan limpa, di sebelah kanan

dan kiri tulang belakang bagian punggung tepatnya di sekitar tulang belakang torakalis (T) nomer 12 hingga lumbalis (L) nomer 3. Kedua ginjal terletak di belakang selaput yang melapisi perut yang disebut peritoneum. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri karena terdesak oleh hati. Oleh karena letaknya tersebut, maka jika terdapat gangguan ginjal atau sakit ginjal gejalanya akan dirasakan pada pinggang sehingga orang awam umumnya mengatakan sakit pinggang. Ginjal seorang dewasa memiliki ukuran kurang lebih sebagai berikut Panjang 11 cm, tebal 5 cm, dan berat 150 gram. Ginjal manusia memiliki bentuk seperti biji kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam disebut hilus. Hilus merupakan tempat masuk arteri dan saraf, juga keluarnya vena dan ureter. Ginjal diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renal (kapsul ginjal). Pada lapisan tersebut menempel lapisan lemak yang berfungsi membantu menempelnya ginjal pada dinding rongga perut dan meredam benturan. Di atas ginjal terdapat kelenjar adrenal atau disebut juga kelenjar suprarenal (supra = di atas, ren = ginjal). Struktur anatomi ginjal Sirkulasi darah yang menuju dan berasal dari ginjal Arteriol aferen Dinding ateriol eferen banyak mengandung otot polos yang mampu mengubah garis tengah lumen, sedangkan lumen ateriol aferen tetap konstan pada garis tengahnya, karena sel otot polos yang mengelilinginya berperan dalam sekresi daripada peranan kontraksi. Glometulus adalah kapiler darah. Glomeruli mengandung kapiler-kapiler arteri

Unit Struktural dan Fungsional Ginjal Unit struktural dan fungsional dasar dari ginjal dalam pembentukan urine adalah nefron (nephron). Nefron dapat dibedakan menjadi nefron vaskuler dan nefron epitel. Nefron pembuluh yaitu arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen, dan kapiler peritubuler. Nephron epithel yaitu kapsula Bowman, tubulus convulatus proksimal, loop of Henle, tubulus convulatus distal, dan tubulus collectivus. Setiap satu buah ginjal normal manusia dewasa dapat mengandung 1-4 juta unit nefron. Setiap 1 unit nefron terdiri atas corpuskula renalis, tubulus kontortus proksimal, bagian tipis dan tebal lengkung Henle serta tubulus kontortus distal. Unsur-unsur nefron tertanam pada lamina basalis yang dilanjutkan dengan sejumlah kecil jaringan penyambung organ. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) dan saluran-saluran (tubulus). 1. Glomerulus Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan cabang dari arteriol aferen. Setelah memasuki badan ginjal (korpus ginjal)korpuskula renalis, arteriol aferen

biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler. Tekanan hidrostatik darah arteri yang terdapat dalam kapiler-kapiler ini. glomelurus diatur oleh arteriol eferen 2. Kapsula Bowman Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring darah. Kapsula Bowman merupakan epitel berdinding ganda. Lapisan luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel khusus yang disebut podosit (sel kaki) yang letaknya meliputi kapiler glomerulus. Antara kedua lapisan tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana basalis, dan sel-sel endotel kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi yang berlubang-lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Sel-sel endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah pada glomerulus atau disebut cairan ultrafiltrat (urin primer) selanjutnya ditampung pada rongga kapsul. 3. Korpuskula ginjal Kesatuan antara glomelurus dengan kapsula Bowman membentuk korpuskula renalis (disebut juga badan Malphigi). Korpuskula renalis berlanjut menjadi tubulus kontortus proksimal. Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. 4. Tubulus convulatus proksimal (TCP) Tubulus convulatus proksimal merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok mulai pada korpuskula renalis berlanjut menjadi lengkung Henle (loop of Henle). Tubulus kontortus proksimal (TKP) biasa ditemukan pada potongan melintang korteks. TKP dibatasi oleh epitel kubus selapis dengan apeks sel menghadap lumen tubulus memiliki banyak mikrofili membentuk brush border. Permukaan mikrovili brush border berperan membantu reabsorbsi berbagai zat yang terdapat dalam cairan ultrafiltrat. Pada reabsobsi, sitoplasma apical sel mempunyai banyak kanakuli berasal dari dasar mikrovili. Di dekat kanakuli terdapat vesikel kecil sebagai akibat selama pinositosis. Bertambahnya permukaan membran sel pada basis sel melalui mana pompa natrium adalah sifat-sifat sel yang ikut dalam transport ion. 5. Loop of Henle 6. Tubulus convulatus distal (TCD) Tubulus kontortus distal yang merupakan nefron terminal. Di tubulus kontortus distal, terjadi pertukaran ion. Bila aldosteron bekerja, natrium direabsorbsi dan ion kalium diekskresi oleh tubulus kontortus proksimal yang merupakan tempat mekanisme pengawasan garam total dan air. Tubulus distal juga mengsekresi ion hidrogen dan ion ammonium ke dalam urine tubulus. Aktivitas ini penting untuk mempertahankan keseimbangan

asam basa darah. berperanan nyata untuk pemekatan urin. Urin yang meninggalkan tubulus kontortus distal hampir selalu isotonis. 7. Aparatus jukstaglomerulus Dekat dengan badan ginjal, tunika media ateriol aferen mengalami modifikasi dan terdiri atas sel-sel yang mempunyai bentuk seperti sel-sel epiteloid, bukan otot polos seperti lazimnya arteriol. Terdapat sel-sel yang dinamakan sel jukstaglomelurus yang mempunyai inti seperti rokok dan sitoplasmanya berwarna gelap yang dipenuhi dengan granula. Sel-sel jukstaglomelurus berfungsi menghasilkan enzim renin. Renin berperan mengubah protein plasma yang dinamakan angiotensinogen menjadi angiotensin I. Zat ini sebagai akibat kerja 'converting enzyme' yang diduga terdapat dalam paru-paru, bila kehilangan dua asam amino berubah menjadi okta peptide yang dinamakan angiotensin II. Efek fisiologi utama dari angiotensin II adalah meningkatkan sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Defisiensi natrium merangsang pengeluaran renin yang akan mempercepat sekresi aldosteron. Akibatnya reabsorpsi ion natrium yang dapat menghambat ekskresi renin. Kelebihan natrium dalam darah akan menekan sekresi renin yang mengakibatkan penghambatan pembentukan aldosteron yang akan meningkatkan konsentrasi natrium urin. Jadi apparatus jukstaglomelurus mempunyai peranan homeostatic dalam mengawasi keseimbangan ion Natrium (Na). 8. Tubulus koligens (tubulus collectivus)

Tubulus koligens (tubulus collectivus) Unit Struktural dan Fungsional Ginjal Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens yang apabila bersatu membentuk saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus papilaris Bellini. Tubulus koligens merupakan unsur utama medulla berjalan lurus. Tubulus koligens yang lebih kecil dibatasi oleh epitel kubis, sedangkan garis tengah duktus koligens terdiri atas sel-sel berwarna muda. Tubulus yang besar dengan tubulus koligens yang lebih kecil yang berasal masing-masing medullary ray ternyata saling mengadakan hubungan tegak lurus mulai pada tubulus distal tetapi yang penting pada tubulus koligens adalah mekanisme yang tergantung pada hormon antidiuretik (ADH) untuk pemekatan atau pengenceran terakhir urin. Dinding tubulus distal dan tubulus koligens sangat mudah ditembus air bila terdapat ADH dalam jumlah besar. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulatus proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulatus distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga tingkat osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali

glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.

ANATOMI DAN FUNGSI glomerulus . Glomerulus terdiri dari seberkas kapiler yang sela antara arteriol aferen dan eferen [ 2 ]. Setiap glomerulus dikurung di dalam sebuah kapsul sel epitel (kapsula Bowman) yang kontinu baik dengan sel-sel epitel yang mengelilingi glomerulus kapiler dan dengan sel-sel tubulus proksimal berbelit ( gambar 2. Jadi, dinding kapiler glomerulus, melalui mana filtrat harus dilalui, terdiri dari tiga lapisan: sel endotel fenestrated, basement membran glomerulus (GBM), dan sel epitel. Sel-sel epitel yang melekat dengan proses GBM kaki diskrit. 3 ]. Pori-pori antara proses kaki (pori-pori celah) ditutup dengan membran tipis yang disebut diafragma celah, yang berfungsi sebagai persimpangan adherens dimodifikasi ( gambar 2 ) [ 3 ]. Tubular Fungsi Pengujian . Tes fungsi tubulus ginjal dapat menentukan keadaan diuresis dan antidiuresis dan natriuresis dan antinatriuresis. Dalam keadaan tertentu tes dapat membedakan oliguria azotemia prerenal akibat, yang terbalik dengan pemulihan status hemodinamik normal, dari bahwa karena didirikan gagal ginjal akut, yang berlangsung meskipun restorasi aliran darah ginjal yang normal. Pada yang pertama, mekanisme konservasi tubular yang ditingkatkan, dan yang terakhir mereka hilang.. Namun, dalam disfungsi ginjal nonoliguric, yang menyumbang lebih dari 50 persen kasus ditemui klinis, perbedaan dalam fungsi tubulus kurang jelas dari prerenal azotemia.. Terapi diuretik mengatasi melestarikan fungsi tubulus. Jadi, pengobatan dengan diuretik loop, diuretik osmotik, pemuatan garam, atau vasodilator natriuretik (dopamin dosis rendah, fenoldopam, prostaglandin E1, atau ANP) dapat membuat tes fungsi tubulus uninterpretable.

saraf

Abstrak-Peningkatan aktivitas saraf simpatis ginjal mengatur fungsi nefron, pembuluh darah, dan sel-sel juxtaglomeruler renin-mengandung butiran. Karena peningkatan aktivitas sistem reninangiotensin juga dapat mempengaruhi nefron dan fungsi vaskular, penting untuk memahami interaksi antara saraf simpatis ginjal dan sistem renin-angiotensin dalam pengendalian fungsi ginjal.. Interaksi ini dapat intrarenal, misalnya, (oleh angiotensin II) langsung (dengan persarafan tertentu) dan tidak langsung kontribusi dari aktivitas saraf simpatis meningkat ginjal dengan pengaturan fungsi ginjal.. Efek dari aktivitas saraf simpatis meningkat pada fungsi ginjal ginjal dilemahkan ketika aktivitas sistem renin-angiotensin ditekan atau benci dengan ACE inhibitor atau angiotensin II-jenis reseptor AT 1-antagonis.. Efek administrasi intrarenal angiotensin II dilemahkan setelah denervasi ginjal.. Interaksi ini juga dapat extrarenal, misalnya, dalam sistem saraf pusat, dimana aktivitas saraf simpatis ginjal dan kontrol arteri baroreflex yang dimodulasi

oleh perubahan aktivitas sistem renin-angiotensin. Selain organ circumventricular, yang permeabel penghalang darah-otak memungkinkan interaksi dengan sirkulasi angiotensin II, ada interaksi di situs belakang penghalang darah-otak yang bergantung pada pengaruh angiotensin II lokal. Tanggapan terhadap administrasi pusat angiotensin II-jenis reseptor AT 1-antagonis ke dalam sistem ventrikel atau microinjected ke medula ventrolateral rostral dimodulasi oleh perubahan aktivitas sistem renin-angiotensin yang dihasilkan oleh perubahan fisiologis dalam asupan natrium makanane). Modulasi serupa diamati dalam model patofisiologi dimana aktivitas renin angiotensin baik-dan sistem saraf simpatik yang meningkat (misalnya, gagal jantung kongestif).. Dengan demikian, kedua situs ginjal dan extrarenal interaksi antara sistem renin-angiotensin dan aktivitas saraf simpatis ginjal yang terlibat dalam mempengaruhi kontrol saraf fungsi ginjal.

Introduction Pengantar
. Saraf simpatis mempersarafi tubulus ginjal, pembuluh, dan sel juxtaglomeruler yang granular ginjal. 1 2 Dengan cara ini, perubahan dalam aktivitas saraf simpatis ginjal (RSNA) secara langsung mempengaruhi fungsi dari unit-unit diinervasi efektor ginjal (angiotensin [Ang]II) by Peningkatan natrium urin dan ekskresi RSNA penurunan air dengan meningkatkan air dan reabsorpsi tubulus ginjal natrium seluruh nefron, penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus oleh konstriksi pembuluh darah ginjal, dan meningkatkan aktivitas sistem reninangiotensin (angiotensin [Ang] II ) dengan merangsang pelepasan renin dari sel, melalui tindakan-tindakan langsung pada Ang II tipe AT 1 reseptor yang terletak di segmen tubulus dan pembuluh darah, juga dapat meningkatkan natrium tubulus ginjal, klorida, dan reabsorpsi air dan menyempitkan pembuluh darah ginjal. 3 . Hal ini penting untuk memahami interaksi antara saraf simpatis ginjal dan sistem reninangiotensin dalam pengendalian fungsi ginjal.. Interaksi ini dapat intrarenal, misalnya, (oleh angiotensin II) langsung (dengan persarafan tertentu) dan tidak langsung kontribusi dari aktivitas saraf simpatis meningkat ginjal dengan pengaturan fungsi ginjal. . Interaksi ini juga dapat extrarenal, misalnya, dalam sistem saraf pusat, di mana RSNA dan kontrol arteri baroreflex yang dimodulasi oleh perubahan aktivitas sistem renin-angiotensin.

Intrarenal Interactions Interaksi intrarenal


Sebuah titik awal yang penting adalah pengamatan bahwa generasi intrarenal Ang II difasilitasi aliran vena ginjal norepinefrin selama stimulasi saraf simpatis ginjal, efek yang diblokir oleh antagonis reseptor Ang II. 4 Hal ini menunjukkan tindakan presynaptic Ang II pada saraf simpatis ginjal terminal untuk meningkatkan rilis norepinefrin. . Selanjutnya, administrasi ACE inhibitor (ACEI) kaptopril atau antagonis reseptor Ang II dilemahkan respon antinatriuretic baik frekuensi rendah-listrik atau refleks saraf stimulasi simpatis ginjal pada tikus dibius mengkonsumsi asupan natrium yang normal diet. 5 6 Ketika sistem renin-angiotensin Kegiatan ini dirangsang oleh asupan makanan rendah sodium, kaptopril

dihilangkan respon antinatriuretic. 7 Ketika renin-angiotensin aktivitas sistem ditindas oleh asupan natrium tinggi diet, tanggapan antinatriuretic tidak hadir tetapi dapat dikembalikan ke (tapi tidak lebih besar dari) normal oleh Ang II diberikan dalam dosis nonpressor yang tidak mempengaruhi dasar hemodinamik ginjal dan fungsi ekskretoris.. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat tertentu renin-angiotensin aktivitas sistem itu diperlukan untuk mengoptimalkan pelepasan norepinefrin dari saraf simpatis ginjal terminal (tindakan presynaptic). Urutan yang lain mungkin adalah renin yang dirilis setelah stimulasi dari 1-adrenoseptor pada renin-mengandung sel-sel juxtaglomeruler granular oleh norepinefrin dilepaskan dari saraf simpatis ginjal terminal; Ang kemudian membentuk II bisa memiliki sebuah aksi presinaptik atau tindakan postsynaptic pada Ang II reseptor yang terletak di tubulus. Hal ini diperjelas dengan menentukan efek dari Ang II pada tikus klorida dan reabsorpsi tubulus proksimal air sebelum dan sesudah denervasi ginjal. 8 Setelah denervasi ginjal, efek dari Ang II untuk meningkatkan klorida tubulus proksimal dan air reabsorpsi mengalami penurunan sebesar 75%.. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian sangat kecil dari efek II Ang, 25%, dapat berasal dari tindakan langsung pada reseptor Ang II terletak di tubulus proksimal, mayoritas efek ini tergantung pada ginjal persarafan utuh. Ini menunjukkan bahwa tindakan penting dari Ang II di ginjal adalah untuk memfasilitasi pelepasan norepinefrin dari ginjal terminal saraf simpatis melalui situs presynaptic tindakan presinaptik adalah tonik di dalam ginjal dengan persarafan utuh, Ang II reseptor AT 1-losartan antagonis penurunan klorida dan reabsorpsi tubulus proksimal air. 9 Para prazosin antagonis 1-adrenoceptor penurunan klorida tubulus proksimal dan air reabsorpsi sampai batas yang sama seperti losartan, dan efek dari losartan dan prazosin yang aditif. . Efek ini presynaptic Ang II juga ditemukan dalam pembuluh darah ginjal. 10 11 losartan dosisketergantungan menurun respon vasokonstriktor ginjal terhadap rangsangan saraf simpatis ginjal tetapi tidak untuk injeksi norepinefrin. . Pengamatan ini menunjukkan bahwa Ang II memiliki aksi presinaptik penting pada ginjal terminal saraf simpatik pada kedua sel epitel tubulus ginjal dan pembuluh untuk memfasilitasi pelepasan norepinefrin. Ini fasilitasi Ang II pelepasan norepinefrin akan bermanifestasi sebagai efek lebih besar pada reabsorpsi natrium tubulus ginjal, ekskresi natrium urin, dan aliran darah ketika Ang II hadir di normal (tetapi tidak meningkat) jumlah dan efek yang lebih rendah ketika Ang II menurun atau tidak ada . Sebuah peran fisiologis untuk efek facilitasi Ang II pada persimpangan neuroeffector ginjal telah lebih sulit untuk mengamati pada hewan sadar. Ekskresi natrium urin adalah serupa pada ginjal kontralateral diinervasi denervated dan anjing sadar mengalami pembatasan natrium sederhana makanan selama kontrol, ACEI dan ACEI ditambah Ang II periode infus. 12 Meskipun tidak ada interaksi terlihat antara aktivitas saraf simpatis ginjal (yaitu, ginjal diinervasi ) dan Ang II, natrium ekskresi urin dari ginjal yang sama diinervasi dan denervated selama periode kontrol mungkin menunjukkan bahwa RSNA basal tidak meningkat oleh tingkat pembatasan natrium yang digunakan untuk tingkat yang sebanding dengan yang terlihat selama Demikian pula, ketika perdarahan nonhypotensive digunakan untuk menghasilkan peningkatan refleks dalam RSNA pada anjing sadar, respon yang terkait antinatriuretic tidak terpengaruh oleh administrasi arteri ginjal baik sebagai ACEI (kaptopril) atau losartan. 13 Sebagai denervasi ginjal diblokir respon

antinatriuretic untuk manuver ini, dapat diambil bahwa RSNA meningkat dalam pengaturan ini. Sedangkan peningkatan RSNA yang menghasilkan antinatriuresis juga akan meningkatkan laju sekresi renin, tampak bahwa dalam kondisi sadar, peningkatan ini tidak cukup untuk nyata mempengaruhi besarnya respon antinatriuretic. . Studi dalam konteks ini melibatkan aktivasi refleks RSNA pada subyek manusia belum dieksplorasi. Namun, diketahui bahwa respon antinatriuretic untuk infus norepinefrin dilemahkan oleh pengobatan dengan ACEI (enalapril). 14 Hal ini menunjukkan bahwa infus norepinefrin, yang sedikit peningkatan tekanan arteri dan penurunan aliran darah ginjal, adalah rilis renin merangsang dan Ang berasal II berkontribusi terhadap respon antinatriuretic.. Sebagai peningkatan tekanan arteri akan refleks menurun RSNA, Ang II, daripada bertindak presynaptically untuk memfasilitasi pelepasan norepinefrin dari ginjal terminal saraf simpatik, lebih mungkin memiliki efek pada tubulus ginjal reseptor Ang II untuk meningkatkan reabsorpsi natrium tubulus ginjal.
Ginjal dan sistem saraf berkomunikasi melalui pleksus renalis , yang tentu saja sepanjang serat arteri ginjal untuk mencapai ginjal. [7] Masukan dari sistem saraf simpatis memicu vasokonstriksi di ginjal, sehingga mengurangi aliran darah ginjal . [7] Ginjal tidak berpikir untuk menerima input dari sistem saraf parasimpatis . [7] masukan sensoris dari ginjal perjalanan ke T10-11 tingkat dari sumsum tulang belakang dan dirasakan dalam yang sesuai dermatom . [7] Jadi, nyeri di daerah panggul dapat dirujuk dari ginjal. [7] .

Vena membawa darah disaring ginjal dari ginjal ke vena kava posterior.

. Arteri membawa darah ginjal tanpa filter dari aorta ke ginjal.. Arteri adalah pembuluh darah dikaburkan oleh ginjal dalam gambar ini, mereka dorsal ke vena ginjal.

pembuluhl Darah ginjal


. Korteks dan medula ginjal mengandung jaringan kompleks pembuluh darah.. Para interlobar arteri yang melewati antara piramida ginjal, lengkungan sekitar dasar piramida sebagai arteri arkuata. . Ini mengeluarkan serangkaian cabang yang masuk korteks sebagai arteriol interlobular. . Dari cabang arteriol arteriol aferen.. Setiap arteriol aferen terbagi menjadi jaringan kapiler yang disebut glomerulus, yang kemudian menyatu kembali menjadi arteriol eferen tunggal. . Ini arteriola eferen mengarah jauh dari glomerulus ke dalam substansi meduler dan vasa recta menjadi. . Dari arteriol eferen muncul pleksus kapiler peritubulus.

Tentang Situs ini


Situs ini berisi tutorial kuliah dan bisnis online. Materi kuliah yang ada di blog ini adalah catatan kuliah, dari penulis dan istri, kalau ada pertanyaan silahkan berikan komentar. Penulis Tidak Bertanggung Jawab atas isi dari situs ini, kalau ada kesalahan mohon diluruskan dan silahkan kirimkan kritik dan saran ke e-mail di : aglocoon@gmail.com

Anatomi dan Fisiologi Ginjal


Posted on 06:21 No Comments Label: Materi Kuliah Keperawatan a. Anatomi ginjal 1) Makroskopis Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla. Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773). 2) Mikroskopis Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995) 3) Vaskularisasi ginjal Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995). Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena

interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995). 4) Persarafan pada ginjal Menurut Price (1995) Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. b. Fisiologi ginjal Menurut Syaifuddin (1995) Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat toksik atau racun; mempertahankan keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan amoniak. Tiga tahap pembentukan urine : 1) Filtrasi glomerular Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler. 2) Reabsorpsi Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi. 3) Sekresi Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari

ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

You might also like