You are on page 1of 6

Indonesia dengan luas laut 5,8 juta km2 mempunyai potensi kelautan, perikanan dan pariwisata yang sangat

besar. Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia sebesar 6.167.940 ton/tahun dengan porsi terbesar dari jenis ikan pelagis kecil (52,54 %), jenis ikan demersal (28,96 %) dan perikanan pelagis besar (15,81 %). Selain itu masih tersimpan potensi perikanan yang bernilai ekonomi tinggi seperti udang, kerang, kepiting, dan rumput laut (Budiharsono, 2001).

Potensi yang besar tersebut akan hilang apabila komponen pendukungnya seperti ekosistem terumbu karang mengalami kerusakan. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, (1996) dari luas terumbu karang yang ada di Indonesia sekitar 50.000 km diperkirakan hanya 7 % terumbu karang yang kondisinya sangat baik, 33 % baik, 46 % rusak dan 15 % lainnya dalam kondisi kritis (Supriharyono, 2000). Rusaknya terumbu karang tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan dan beragam biota laut lainnya.

Berkaitan dengan terumbu karang dibedakan antara binatang karang (reef coral) sebagai individu organisme atau komponen masyarakat, dan terumbu karang (coral reef) sebagai suatu ekosistem, termasuk di dalamnya organisme-organisme karang. Ada dua tipe karang, yaitu karang yang membentuk bangunan kapur (hermatypic corals) dan yang tidak dapat membentuk bangunan karang (ahermatypic corals). Hermatypics corals adalah binatang karang yang dapat membentuk bangunan karang dari kalsium karbonat, sehingga sering dikenal pula sebagai reef-building corals. Sedangkan ahermatypic corals adalah binatang karang yang tidak dapat membentuk bangunan karang.

Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1 Terumbu karang tepi (Fringing Reef) Terumbu karang ini berkembang sepanjang pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 m. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup arus. Sedangkan di antara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhan yang kurang baik, bahkan banyak yang mati karena sering mengalami kekeringan dan tertutup oleh endapan yang banyak datang dari darat.

2 Terumbu karang penghalang (Barrier Reef)

Terumbu karang tipe penghalang ini terletak di berbagai jarak kejauhan dari pantai dan dipisahan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-75 m). Terumbu karang penghalang berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum dimana karang batu pembentuk terumbu dapat tumbuh. Umumnya terumbu karang penghalang memanjang menyusuri pantai dan biasanya berputar seakan-akan merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar.

3 Terumbu karang cincin (Atoll) Terumbu karang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu goba (lagoon). Menurut Kuenen (1950) kedalaman rata-rata goba di atoll sekitar 45 m, jarang sampai 100 m. Seperti halnya terumbu karang penghalang, atoll ini juga bertumpu pada dasar laut yang dalamnya di luar batas kedalaman karang batu penyusun terumbu karang dapat hidup. Menurut teori penenggelaman (Subsidence Theory) yang dikemukakan Charles dalam Nybakken, 1992) , asal mula atoll adalah saat terumbu tepi mulai tumbuh di pantai pulau-pulau vulkanik baru yang muncul ke permukaan air dari perairan dalam. Pulau ini kemudian turun dan bila penurunan pulau berjalan seimbang dengan pertumbuhan terumbu karang, akan terbentuk terumbu penghalang dan kemudian menjadi atol, sedangkan pulaunya menghilang di bawah laut (Gambar 7).

Gambar 7. Evolusi geologis atoll menurut hipotesis penenggela Darwin (Nybakken, 1992)

Kalau pulau sudah menghilang, pertumbuhan karang yang diteruskan dibagian luar akan menahan terumbu di atas permukaan. Dibagian dalam dimana dulu pulau berada, keadaan air tenang dan pengendapan tinggi sehingga tidak terbentuk terumbu,karenanya terbentuklah gobah. Teori mengaitkan ketiga tipe terumbu itu dalam rangkaian evolusi, tetapi bukan merupakan penjelasan untuk semua tipe terumbu penghalang dan terumbu tepi.

Fungsi dan Peranan Terumbu Karang Terumbu karang sangat bermanfaat bagi manusia terutama sebagai tempat menangkap ikan dan pelindung pantai secara alami.

1 Fungsi perikanan Terumbu karang merupakan habitat ikan-ikan karang yang harganya mahal sehingga nelayan menangkap ikan di kawasan ini. Jumlah panenan ikan, kerang dan kepiting dari terumbu karang secara lestari (MSY) di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12 % dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Rata-rata hasil tangkapan ikan di daerah terumbu karang di Filipina adalah 15,6 ton/km2/tahun. Namun jumlah ini sangat bervariasi mulai dari 3 ton/km2/tahun sampai dengan 37 ton/km2/tahun (White & Cruz-Trinidad, 1998). Perkiraan produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang. Terumbu karang dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun, terumbu karang dalam kondisi baik mampu menghasilkan 13ton/km2/tahun, dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 8 ton/km2/tahun (Suharsono, 1996).

2 Fungsi perlindungan pantai Terumbu karang tepi dan penghalang adalah pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Terumbu karang juga memberikan kontribusi untuk akresi pantai dengan memberikan pasir untuk pantai dan memberikan perlindungan terhadap desa-desa dan infrastruktur seperti jalan dan bangunan-bangunan lainnya yang berada di sepanjang pantai. Apabila dirusak, maka diperlukan milyaran rupiah untuk membuat penghalang buatan yang setara dengan terumbu karang ini (Soekarno, 2001). 3 Fungsi pariwisata Keindahan pemandangan terumbu karang karang, kekayaan biologi dan kejernihan airnya membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat rekreasi atau pariwisata. Skin diving atau snorkeling, SCUBA dan fotografi adalah kegiatan yang umumnya terdapat di kawasan ini (Soekarno, 2001).

4 Fungsi biodiversitas Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Keanekaragaman makhluk hidup di ekosistem terumbu karang per unit area sebanding

atau lebih besar dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis. Terumbu karang dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi. Potensi untuk bahan obat-obatan, dan penggunaan lainnya sangat tinggi.

Abrasi Pantai Karang Abrasi merupakan ancaman keasrian hampir semua pantai di Indonesia. Pulau Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia terkenal memiliki keindahan alam yang tersebar mulai daerah pegunungan hingga kawasan pantai. Namun belakangan ini kondisi pantaipantai di pulau Bali mengalami abrasi yang cukup parah. Abrasi merupakan pengikisan tanah oleh air laut. Abrasi yang tersebar di seluruh kawasan pantai di pulau Bali telah mengakibatkan kerusakan terhadap berbagai hak milik dan prasarana umum seperti: areal pertanian, kebun, pemukiman penduduk, jalan, tempat-tempat ibadah (pura), dan resort pariwisata.

Dua penyebab abrasi adalah alam dan ulah manusia. Contoh penyebab abrasi oleh alam yaitu abrasi yang terjadi di Pantai Kuta sejak tahun 2000 akibat terjangan ombak laut yang makin lama makin parah hingga kini mengingat ombak yang disertai angin kencang terus meliputi pantai Kuta. Hal itu bertambah parah karena pantai kian hari makin tergerus air laut bahkan air laut sempat mencapai jalan raya sehingga jalanan dipenuhi oleh pasir. Selain itu proses fragmentasi sediment juga merupakan penyebab abrasi karena butiran pasir/sediment kasar lambat laun akan mengalami proses fragmentasi menjadi butiran halus yang lebih mudah terbawa oleh arus dan ombak. Perubahan suhu bumi akibat pemanasan global juga telah menyebabkan kenaikan elevasi air laut sehingga pertambahan energi gelombang laut yang meningkatkan kemungkinan terjadinya erosi. Namun penyebab kerusakan pantai lebih banyak karena ulah manusia seperti perusakan karang pantai dan bangunan yang melewati garis pantai. Selain itu penggalian karang menyebabkan pertambahan kedalaman perairan dangkal yang semula berfungsi meredam energi gelombang, akibatnya gelombang sampai ke pantai dengan energi yang cukup besar.

Solusi Abrasi Pantai Karang Kondisi tersebut di atas perlu ditangani bersama antara instansi-instansi terkait guna mencegah erosi yang berkelanjutan dan jika mungkin "mengembalikan"

(merehabilitasi/merestorasi) fungsi pantai sebagai kawasan umum, wisata, dan prasaranan social-religius masyarakat. Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan sangat besar yakni

dalam usaha membangun pengaman pantai. Pengaman pantai bertujuan untuk mencegah erosi pantai dan penggenangan daerah pantai akibat limpasan gelombang (overtopping). Berdasarkan strukturnya pengaman pantai dibedakan menjadi dua, yaitu pengamanan "lunak" (soft protection) dan pengamanan keras (hard protection).

Pengamanan lunak dilakukan dengan cara: Terumbu Karang Terumbu karang merupakan bentukan yang terdiri dari tumpukan zat kapur. Bentukan terumbu karang dibangun oleh hewan karang dan hewan-hewan serta tumbuhan lainnya yang mengandung zat kapur melalui proses biologi dan geologi dalam kurun waktu yang relative lama. Fungsi terumbu karang selain sebagai bagian ekologis dari ekosistem pantai yang sangat kaya dengan produksi perikanan juga melindungi pantai dan ekosistem perairan dangkal lain dari hempasan ombak dan arus yang mengancam terjadinya erosi.

Pengamanan keras dilakukan dengan 5 cara, yaitu: 1. Revetment Revetment adalah stuktur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring. Strukturnya biasa terdiri beton, timbunan batu, karung pasir, dan beronjong (gabion). Karena permukaannya terdiri dari timbunan batu/blok beton dengan rongga-rongga diantaranya, maka revetment lebih efektif untuk meredam energi gelombang.

2. Seawall Seawall hampir serupa dengn revetment, yaitu dibuat sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relative tegak atau lengkung. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.

3. Groin (groyne) Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relative tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa beton), dan batu.

4. Pemecah Gelombang Sejajar Pantai Pemecah gelombang sejajar pantai ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment.

5. Stabilisasi Pantai Stabilisasi pantai dilakukan dengan membuat bangunan pengarah sediment seperti tanjung buatan, pemecah gelombang sejajar pantai, dan karang buatan yang dikombinasikan dengan pengisian pasir. Metoda ini dilkukan apabila suatu kawasan pantai terdapat defisit sediment yang sangat besar sehingga dipandang perlu untuk mengembalikan kawasan pantai yang hilang akibat erosi.

Pada saat ini, konsep pengamanan di atas akan dan sedang diterapkan, misalnya untuk pantai Sanur, Nusa Dua, dan Kuta. Sedangkan untuk Pura Tanah Lot diamankan dengan pemecah gelombang terendam. Dalam hal ini kita sebagai Warga Negara yang baik hendaknya ikut beperan dalam proses pengamanan pantai tersebut, yaitu dengan ikut melestarikan ekosistem laut beserta isinya, melakukan pembangunan sesuai peraturan yang berlaku agar tidak melewati garis pantai, serta tidak melakukan penambangan pasir atau perusakan karang. Jika hal itu dapat kita wujudkan, alhasil abrasi tidak menjadi masalah besar lagi bagi Bali.

You might also like