You are on page 1of 6

Buletin Takmir Masjid Ulil Albab UII

Az-Zain
Bersama menuju insan Ulil Albab sejati

Pemuda Muslim, Aku Dengar Masjid Memanggilmu

Og^4C =}Cg~-.- W-ONL4`-47
W-O+l14-c- *. OcOUg4 -O)
74NE1 Eg :Oj1^47 W
W-EOU;N-4 ] -.- NO+4
-u-4 g7OE^- gO)lU~4
+O^^4 gO^1) ]+O=^4q` ^gj
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa
Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-
Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Allahuakbar.... Allahuakbar....!!!, begitulah terdengar suara muadzin ketika mengawali
kumandang adzan yang dikumandangan 24 jam dalam satu hari satau malam terus menerus
tanpa henti. Menggema dari masjid satu ke masjid lain, dari negara satu ke negara lain dan
berlanjut ke belahan bumi yang lain berputar terus menerus selama Bumi ini masih berotasi.
Mungkin sebagian orang ketika adzan telah dikumandangkan menjadi suatu hal yang
menganggu, tapi sangat jauh berbeda dengan orang yang beriman. Menjadi suatu hal yang
menggembirakan, karena sebentar lagi akan berkomunikasi dengan sang kekasih, yaitu Allah
SWT.
Menjadi pemandangan yang menyenangkan sekaligus mengharukan, ketika menyaksikan
kebersamaan kaum muslimin memenuhi panggilan Allah, berjalan dengan langkah kaki yang
perlahan, pakaian yang rapi dengan bau yang harum. Aktivitas mulia ini mencerminkan
ketundukan pada satu zat yang hanya pada-Nya wajib disembah ialah Allah Azza Wajallah
dan hanya orang-orang yang beriman yang mampu memenuhi panggilan itu sebagaimana
firman Allah SWT dalam al-Quran surat at-Taubah : 18
E^^) NOu4C E=O4` *.- ;}4`
;4`-47 *.) gO4O^-4
@O=E- 4~4 E_OUO-
O4-474 E_OEO- 4 =^C )
-.- W -=OE Elj^q p
W-O+^O74C =}g` -g4;_^- ^g
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Setiap langkah kaum muslimin untuk menuju masjid akan dihitung sebagai suatu nilai
kebaikan dan penghapus dosa sebagaimana Rasullullah SAW pernah bersabda : Bila salah
seorang dari kalian berwudhu dengan sempurna kemudian berangkat untuk menunaikan
sholat (fardhu), maka tidaklah dia melangkahkan kakinya yang kanan, melainkan ALLAH
SWT tuliskan untuknya satu kebaikan dan tidaklah dia melangkahkan kaki kirinya,
melainkan ALLAH SWT hapuskan dosa-dosanya, tidak peduli apakah rumah kalian dekat
atau jauh. Jika dia datang ke masjid, lalu sholat berjamaah, maka ALLAH SWT akan
mengampuninya; jika dia datang ke masjid sedangkan orang sudah mulai sholat hendaklah
dia ikut bersama mereka dan menyempurnakan rakaat yang terlewatkan, sedangkan jika dia
datang ke masjid mendapatkan rakaat terakhir, maka hendaklah dia mencukupkan rakaat
yang tertinggal, dia tetap mendapatkan ampunan. (Hadits ini dishahihkan oleh Syeikh
Albani dalam Shahihu at-Targib, no: 301)
Peran masjid kini sudah tidak sama dengan yang dulu lagi. Di mana ketika zamanya
Rasulullah masjid bukanlah sekadar sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah ritual semata
tetapi masjid juga berfungsi sebagai madrasah bagi ummat Islam untuk menerima pengajaran
Islam dan bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai
unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah, sebagai tempat untuk
mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan
menjalankan roda pemerintahan. Peran masjid yang begitu luas tersebut masih terus
dipertahankan hingga berabad-abad kemudian. Maka kemudian sejarah bercerita kepada kita
bagimana dari masjid muncul para ilmuwan besar dalam sejarah peradaban ummat manusia.
Umat Islam akan hebat jika mereka dekat dengan masjid. Sebaliknya, akan mundur dan
terbelakang jika jauh dari masjid.
Sungguh, hal ini akan sangat berbeda apabila kita lihat dan bandingkan tentang peranan
masjid di zaman sekarang, bahkan akan menjadi sangat ironis. Shaf yang hanya terdiri dari
satu dua baris yang kadang tidak penuh, akan kita temui di seluruh pelosok kota maupun
desa-desa kita. Saat ini sebagian Masjid ditelantarkan (dalam arti sebenarnya) oleh sebagian
Umat Islam. Shaf yang sedikit itupun didominasi oleh bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah
tidak bisa dikatakan anak muda lagi. Sangatlah sulit untuk menemukan pemuda yang
merapatkan shafnya dalam pelaksanaan shalat lima waktu, terutama pada shalat maghrib, isya
dan subuh. Masjid akan menjadi penuh sesak hanya pada saat shalat Jumaat atau hari raya
saja.
Di luar bulan Ramadhan, seandainya masjid bisa menangis maka dia akan menangis. Masjid
bukan spesial untuk yang tua-tua saja, di mana kau wahai pemuda muslim? Sibuk dengan
aktivitas duniawimu? Lalu kau abatikan akhiratmu. Para pemuda seharusnya lebih semangat,
karena masih memiliki fisik yang sehat dan kuat. Ketahuilah, bawha pemuda yang hatinya
senantiasa terpaut oleh masjid adalah salah satu golongan dari tujuh golongan yang akan
mendapatkan naungan Allah di hari akhir nanti di mana tidak ada naungan kecuali naungan-
Nya. Seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid (Bukhari, Muslim, dan
At Tirmidzi)
Bila untuk pelaksanaan sholat berjamaah yang merupakan salah satu fungsi pokok masjid
saja sulit untuk menemukan para pemuda, terlebih lagi di fungsi-fungsi lain dari masjid.
Teramat sulit untuk menemukan ada pemuda yang menjadi pengurus masjid ataupun remaja
masjid. Majelis taklim pun sepi akan para pemuda, begitu pula kegiatan lain yang
dilaksanakan di masjid.
Memang inilah fakta yang terjadi pada saat ini. Tentu saja menjadi fenomena yang
memerlukan perhatian serius dari seluruh kaum muslimin yang merindukan tegaknya kembali
kejayaan umat Islam. Apa yang terjadi saat ini bukanlah sebuah kondisi yang lahir dengan
sendirinya. Faktor pendidikan di keluarga, sekolah, kampus, lingkungan rumah dan juga
godaan-godaan dari media televisi dan sebagainya telah berhasil menghipnotis para pemuda
Islam sehingga berpaling jauh dari Allah. Diperparah lagi dengan adanya stigma sebagian
pemuda, bahwa masjid adalah tempat untuk para orang tua yang sudah tobat yang sudah bau
tanah, tidak lama lagi meninggal, bukan saatnya anak muda meramaikan masjid, tunggu
entar kalo udah tua kata sebagian pemuda dan stigma negatif lainnya yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari hari.
Ibnu Abbas adalah seorang pemuda sahabat Rasulullah yang sering sekali menangis
manakala mendengar panggilan adzan berkumandang. Sorbannya sering basah oleh tetesan
air matanya yang terus mengalir mengiringi alunan suara sang muadzin. Ketika ada yang
menanyakan mengapa sampai begitu? Ibnu Abbas menjawab, "Seandainya semua orang tahu
makna seruan muadzin itu, pasti tidak akan dapat beristirahat dan tak akan dapat tidur
nyenyak." Kalimat Allahu akbar saja mengandung makna panggilan kepada orang beriman
yang sedang sibuk mengurusi harta duniawi agar berhenti sejenak, menyambut datangnya
seruan itu. Mengistirahatkan badan dan segera beramal demi meraih kemenangan dan
keuntungan hakiki.
Masa muda tidak mungkin datang dua kali. Urusan umur tidak ada yang mengetahui.
Haruskah kita terus seperti ini?tentu tidak. Jaga masa mudamu sebelum datang masa tuamu
hal yang pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya. Selagi fisik ini masih kuat,
memiliki jiwa yang sehat, so what, tunggu apa lagi, mari kita mantapkan langkah, saling bahu
membahu untuk memakmurkan rumahnya Allah (masjid). Catatan sejarah juga telah
membuktikan bahwa justru para pemuda Islam yang selalu dekat dengan masjidlah yang
kemudian mampu tampil menjadi para pemimpin peradaban dunia.










Apa Kata Ayahanda Prof. Zaini Dahlan ?
Dakwah tidak hanya disampaikan secara lisan, namun dapat
dilakukan dengan segala yang kita miliki. Dakwah dapat
dilakukan dengan menggunakan kewenangan-kewenangan
atau posisi yang kita tempati. Sebagai suami misalnya,
bagaimana menjadi suami yang baik adalah dakwah. Sebagai
Istri, menjadi istri yang terbaik adalah dakwah. Begitu juga
sebagai dosen, menjadi dosen yang baik adalah dakwah.
Prof. H. Zaini Dahlan, MA mengutarakan bahwa dosen
adalah seorang dai. Bahkan dosen menjadi dai yang
mempunyai pengaruh lebih panjang. Hal ini tak lepas dari
profesinya mengajarkan sesuatu yang kemungkinan besar
kembali diajarkan oleh mereka yang mendengar. Di kampus,
dosen penya peranan penting. Dia yang memberikan ilmu, memimpin mahasiswa, memberi
contoh, memimpin fakultas, program studi, universitas dan bahkan sampai badan wakaf.
dosen itu adalah segalnya ungkap Prof yang pernah dua kali secara berurutan menjabat
sebagai rektor UII.
Seorang mukmin tidak bisa lepas dari dakwah karena dakwah wajib bagi siapa saja yang
merasa dirinya sebagai pewaris rosul. Dakwah tidak harus menunggu pintarnya orang,
mantapnya pengetahuan, sempurnanya penguasaan ilmu, akan tetapi dakwah juga dapat
dilakukan dengan segala yang dia miliki. jadi kalo punya ilmu sampaikan ilmu itu,
meskipun bukan ilmu agama tapi bermanfaat bagi orang lain, dengan catatan ilmu yang
disampaikan terbingkai oleh ajaran-ajaran agama, tidak keluar dari bingkai itu ungkapnya.
REDAKSI
Diterbitkan oleh : Takmir Masjid Ulil Albab UII Lt. 3 Jl. Kaliurang Km.14.5 Yogyakarta |
Telp. (0274) 898444 ext. 2609 | Penanggung Jawab : Ketua Takmir Masjid Ulil Albab UII,
Bagja Bani Ibrahim | Pimpinan Umum : Heri Kurniawan | Pimpinan Redaksi :
Rahmansyah | Sekretaris Redaksi : Nurul M. Jannah | Bendahara Redaksi : Fadli Bil Iman
| Anggota Redaksi : Ahmad Safarudin | Dokumentasi dan Sirkulasi : Muroqabatullah |
Distribusi : Arfian Surya Megananda | Editor : Mustain Billah
Jadwal Kajian Rutin Masjid Ulil Albab UII
Kajian Tahsin al-Quran | Bada Maghrib s/d Isya
Bersama Ustadz Ulin Nuha, S.HI al-Hafizh

Kajian Tafsir al-Quran | Bada Maghrib s/d Isya
Bersama Ustadz Supariyato Pasir, M.Ag.

Kajian Hadits | Bada Maghrib s/d Isya
Bersama Ustadz Okrizal Eka Putra, LC., MA.

Kajian Aqidah / Tematik | Bada Maghrib s/d Isya
Bersama Ustadz Alfi Syahri, MA.



Mas,.,kalo bisa di designnya kasi lambang seperti itu mas ya, terserah mw letakin di mana?
Yang penting ada lambang itu di design nya.

You might also like