Professional Documents
Culture Documents
Suatu paham atau aliran yang mengakui adanya hubungan kekuasaan laki-laki dan perempuan yang tidak adil di masyarakat, tempat kerja dan keluarga yang mengakibatkan ketertindasan khususnya kaum perempuan serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut (Kamla Bashin,1999;
Rosemarry Tong,2004)
LANJUTAN
Feminis adalah orang yang mempunyai kesadaran bahwa ada relasi kekuasaan yang tidak adil antara perempuan dan laki-laki yang mengakibatkan ketertindasan terhadap perempuan. Kesadaran tersebut dibarengi dengan upaya membebaskan ketertindasan perempuan di ranah publik maupun domestik, yang dilakukan secara individu maupun kolektif. Ada yang mengatakan bahwa feminis tidak melihat jenis kelamin. Sehingga laki-laki bisa menjadi feminis bila dia mempunyai kesadaran bahwa ada relasi kekuasaan yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan yang mengakibatkan ketertindasan terhadap perempuan. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa tidak mungkin ada laki-laki yang menjadi feminis, karena mereka tidak akan pernah bisa merasakan penindasan seperti yang dialami perempuan
LANJUTAN
Gender adalah perbedaan terhadap sifat, peran, posisi perempuan dan laki-laki yang didasarkan pada jenis kelamin, dikonstruksi oleh masyarakat (sistem kepercayaan/penafsiran agama, budaya, politik, sistem pendidikan, ekonomi dan lainlain). Gender adalah konsep yang dikembangkan oleh feminisme. Alat analisis gender adalah alat analisis utama dari feminisme.
PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN PERSONAL RUMUSAN TENTANG DIRI SENDIRI KEKUASAAN PERSONAL OTENTITAS SINTESIS PERSONAL IS POLITICAL
LANJUTAN
KESETARAAN HUBUNGAN SOSIAL TIMBAL BALIK KEMANDIRIAN EKONOMI KEBEBASAN SEKSUAL KEBEBASAN REPRODUKSI IDENTIFIKASI DIRI PADA PEREMPUAN PERUBAHAN SOSIAL BERKEKUATAN POLITIK DALAM MASYARAKAT
PENJELASAN
Menghargai pengetahuan dan pengalaman personal. Contoh perempuan menstruasi mempunyai pengalaman yang berbeda Rumusan tentang diri sendiri (tidak harus perempuan harus langsing, putih, dll) Kekuasaan personal, bahwa perempuan bisa mempunyai kekuasaan sebagai pribadi yang utuh, tentang pakaian, menikah, dll
LANJUTAN
Otentitas, penghormatan pada keaslian. Contoh budaya menenun, dll. Menstruasi,dll Kreativitas, tidak berdasarkan teori definitif , tapi berdasarkan realitas dan kongkrit Sintesis, melihat dan menggabungkan pengertian , pengalaman, perasaan pikiran Personal is political (wilayah personal dan politik) contoh perkosaan massal 98 politik untuk menghancurkan perempuan
LANJUTAN
Kesetaraan , intinya semua manusia punya hak yang sama Hubungan sosial timbal balik, berdialog Kemandirian ekonomi, ketergantungan Kebebasan seksual , bukan objek tetapi subjek Kebebasan reproduksi, pengambilan keputusan tentang reproduksinya, mendapat obat, bisa menjaga fisik yang diinginkan
LANJUTAN
Identifikasi diri pada perempuan, keyakinan akan potensi yang ada di komunitas perempuan Perubahan sosial, upaya transformatif untuk keadilan, kesetaraan, dan komanisaan Berkekuatan politik dalam masyarakat, penguatan nilai-nilai feminis dimasyarakat, kampanye memilih perempuan
Teori-Teori Feminisme
Feminisme Liberal, Marxis, Radikal, Sosialis, dan Dunia Ketiga (Multikultural)
Feminisme Liberal
Dasar teori: Teori Liberal yang berbasis pemikiran bahwa pada dasarnya individu memiliki kemampuan yang sama untuk bersaing di pasar bebas tanpa melihat latar belakang kehidupan individu tersebut. Feminisme liberal mempermasalahkan ketidakmampuan perempuan untuk melakukan proses tawar menawar dalam kontrak sosial. Wujud nyata dari hal ini adalah terjadinya diskriminasi terhadap perempuan padahal mereka memiliki potensi yang sama dengan laki-laki (baik intelektualitasnya maupun fisiknya)
Faktor penyebabnya: Perempuan kurang memiliki kapasitas dalam melakukan fungsinya di dalam masyarakat karena diskriminasi sosial, hukum yang diskriminatif, sosialisasi yang menekankan pada perbedaan jenis kelamin.
Strategi :
Mendorong keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan Memberikan pendidikan gratis terhadap perempuan Membuka akses ekonomi perempuan Melibatkan perempuan dalam pembangunan Reformasi Hukum yang memberikan akses pada perempuan
Menganggap bahwa individu sesuatu yang lengkap, netral, dan entitas yang abstrak Tidak memberikan perhatian pada pola relasi laki-laki dan perempuan sehingga mis. tidak dapat menjelaskan mengapa perempuan dibayar lebih murah dari lakilaki
Feminisme Marxis
Dasar teori: Teori Marxis Feminisme Marxist melihat adanya penindasan klas yang memiliki alat produksi (borjuis) terhadap klas proletar (buruh) yang tidak memiliki alat produksi sebagai masalah utama
Strategi: meningkatkan
kesadaran ketertindasan di kalangan buruh perempuan agar mereka bergabung dengan gerakan buruh untuk melawan kelompok pemilik modal/borjuis untuk menciptakan masyarakat tanpa klas.
Terlalu menekankan pada teori klas dan tidak melihat penindasan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan Tidak melihat persoalan di antara buruh laki-laki dan buruh perempuan. Mis. Halhal yang berhubungan dengan cuti hamil, haid, dsb.
Feminisme Radikal
Teori ini mendasarkan pada anggapan bahwa perempuan sebagai satu kelompok sosial ditindas oleh laki-laki sebagai satu kelompok sosial. Faktor penyebabnya adalah Budaya Patriarki
Tubuh dan institusi keluarga (perkawinan) Melihat perempuan sebagai satu kelompok yang homogen sebagaimana slogan : Sisterhood is global.
Menciptakan kebudayaan perempuan Menghilangkan institusi keluarga Mendorong diterimanya orientasi seksual sejenis misalnya feminisme Lesbian sebagai aksi politik Menarik layanan terhadap laki-laki (reproduksi dan rumah tangga)
Meningkatkan kesadaran ketertindasan kaum perempuan yang menjadi korban untuk membangun gerakan melawan budaya patriarki dan laki-laki. Pengorganisasian ini dilakukan melalui WCC.
Universalistik dan esensialis. Buta klas Tidak peka terhadap keragaman kelompok perempuan misalnya perbedaan ras, agama dan etnisitas.
Feminisme Sosialis
Feminis sosialis berpendapat bahwa penindasan terhadap buruh perempuan disebabkan kapitalisme dan budaya patriarki terutama melalui pembagian kerja secara seksual.
Penggabungan pendekatan Marxis dan Radikal bukanlah hal yang mudah. Pertanyaannya: Apakah buruh perempuan harus dikontradiksikan dengan perempuan borjuis sementara mereka memiliki masalah sama berbasis budaya patriarki.
Strategi yang dipilih adalah pengorganisasian buruh perempuan yang dilihat sebagai kelompok yang tertindas baik secara jenis kelamin maupun klas.
Feminisme Kontemporer
Dasar teori: teori-teori alternatif, seperti post modernisme, multikulturalisme. Feminisme muncul sebagai kritik terhadap feminisme yang sudah ada sebelumnya (Liberal, Marxis, Sosialis,Radikal). Feminisme ini mengatakan bahwa ketertindasan perempuan bukan hanya karena perempuan tetapi juga karena rasisme, seksisme, dan klasisme.
Feminisme Kontemporer(lanj)
Rumusan masalah: Adanya ketertindasan perempuan yang memiliki ras, agama,etnis, ekonomi,politik yang dianggap rendah Faktor penyebabnya: etnisitas, ekonomi, agama, politik, imperialisme/kolonialisme, dan ras.
Mendorong pengakuan terhadap keragaman/pluralitas etnis,ras, agama, klas, politik,dll. Tidak menganggap relasi laki-laki dan perempuan sebagai persoalan utama (feminisme dunia ketiga, ekofeminisme)
Mereka tidak mempersoalkan kekerasan yang dilakukan oleh suatu budaya tertentu karena harus dihargai sebagai suatu keragaman yang harus dihormati (feminisme multikulturalisme) Adanya kecenderungan memfokuskan pada penafsiran kitab suci saja (feminisme agama-agama)
FEMINISME
MULTIKULTURAL DAN GLOBAL
1.
Secara Umum Teori Feminisme Multikultural dan Global mempunyai pemahaman yang sama, dimana individu dilihat dan ditempatkan sebagai Terfragmentasi. Namun secara spesifik terdapat perbedaan antara kedua teori tersebut : Feminisme Multikultural lebih memepermasahkan ide bahwa ketertidasan perempuan berada pada satu definisi serta tidak melihat bahwa rasa ketertindasan perempuan terjadi tergantung dari kelas dan ras, preferensi seksual, umur, agama, pendidikan, pekerjaan serta kesehatan 2. Feminisme Global lebih menekankan pada rasa ketertindasan dalam konteks perdebatan antara feminisme di dunia pertama dan dunia ketiga.
FEMINISME
MULTIKULTURAL
Issue Strategis : Perempuan Tionghoa Aspek : Sosial, Pendidikan, Politik, Ekonomi dan Budaya 1. Perempuan Tionghoa pada aspek sosial termarginalkan, karena mereka minoritas a. Perempuan tionghoa tidak sepenuhnya mempunyai hak memilih pasangan b. Kedaulatan dan tubuh perempuan tionghoa bukan milik pribadi (tidak ada otonomi tubuh) c. Perempuan tionghoa tidak diakui secara identitas, tidak ada politik pribadi multikultural
FEMINISME
MULTIKULTURAL
2. Perempuan tionghoa dalam aspek agama - Tidak bisa menjadi Bikuni (Perempuan tionghoa dalam tataran Budha) - Kebebasan untuk memilih agama yang dikehendaki - Tidak ada kesempatan untuk menjadi pemimpin
FEMINISME
MULTIKULTURAL
3. Perempuan Tionghoa pada aspek Ekonomi a. Mempunyai nilai jual ketika dieksploitasi. (Perempuan korban pelacuran) b. Memiliki peran untuk memenej keuangan tapi untuk keputusan dan ketentuan pengeluaran tetap di tangan suami. c. Obyek eksploitasi dalam perusahaan
FEMINISME
MULTIKULTURAL
Tidak ada kesempatan pada ranah publik dan meskipun ada di wilayah publik mereka tidak dapat menyuarakan aspirasi perempuan Tidak dapat menjadi pengambil keputusan Dengan berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan tionghoa tidak hanya berdasarkan pada eksistensinya sebagai perempuan tetapi mereka merupakan kaum minoritas dan kuatnya budaya partiakhi yang ada di etnis tionghoa tersebut.
FEMINISME
GLOBAL
Feminisme global memandang permasalahan yang terjadi pada perempuan di berbagai kelompok etnis adalah sama bahwa penindasan dan kekerasan yang di alami adalah sama dan dapat diterima sebab terjadinya akibat kapitalis.
Sehingga pandangan feminisme globat memperlihatkan adanya perbedaan cara pandang antara feminis