Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
E-mail: rollespalilingan@yahoo.com
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2006
2
KATA PENGANTAR
dan kekuatan yang diberikanNya maka makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik.
memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Statistika Lanjut yang diberikan oleh
analisis tersebut.
DAFTAR ISI
SOAL ............................................................................................................... 2
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 5
(Gehan).................................................................................................... 24
4. PENUTUP ................................................................................................. 25
LAMPIRAN .................................................................................................... 28
1. PENDAHULUAN
2. DASAR TEORI
1) Suatu tabel kehidupan harus memiliki titik pangkal yang jelas dan
tegas.
2) Suatu tabel kehidupan harus memiliki titik akhir yang jelas dan tegas.
3) Dalam tabel kehidupan, penderita-penderita masuk di bawah
pengamatan pada waktu yang berbeda, dan, pada akhir penelitian, telah
diamati untuk jangka waktu yang berbeda.
4) Dalam tabel kehidupan, pada saat akhir penelitian, titik-titik akhir untuk
beberapa penderita tidak diketahui.
Gambar 1.
Diagram untuk Menggambarkan Prinsip dalam Pendataan untuk Tabel
Kehidupan yang Terdiri dari Tiga Data Utama: Waktu Masuk ke
Penelitian( ), Kejadian ( ) dan sensor ( )(Menggang, 2004).
Keempat perinsip di atas, dapat lebih jelas dengan melihat paparan pada Gambar 1
sebagaimana yang diberikan oleh Menggang (2004).
contoh pola-pola pengamatan untuk lima penderita (sampel) pada suatu penelitian
Gambar 2.
Pola-pola Pengamatan untuk Lima Penderita (Sampel) pada Suatu
Penelitian Kesintasan: Pola-pola Selama Waktu Penanggalan (Kiri)
dan dari Saat Masuk ke dalam Penelitian (kanan) (Colton, 1974).
x Ox wx dx
(1) (2) (3) (4)
1 O1 w1 d1
2 O2 w2 d2
3 O3 w3 d3
. . . .
. . . .
. . . .
k Ok wk d3
px = 1-qx (2b)
SP(t)
0 t
Gambar 3.
Fungsi Halus Peluang Terus Hidup dari Suatu Tabel Kehidupan
dimana,
Lx = n/2(O x Ox 1) (7)
Densitas dihitung dengan persamaan:
dx dx dx dx dx
Dx (8)
L0 n/2(O x Ox 1) n/2(O 0 O0 1 ) n/2(2O 0 ) nO 0 )
Uraian secara rinci tentang tabulasi data untuk suatu tabel kehidupan diberikan
pada Tabel 2, bersama persamaan-persamaan yang digunakan.
Contoh perhitungan dengan data yang diberikan oleh Colton (1974)
diberikan pada Tabel 3, yang dikerjakan pada lembar kerja Program Excel 2003.
Perhitungan-perhitungan yang dilakukan, diperlihatkan pada Lembar kerja
Program Excel 2003 sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 3, dan rincian
persamaan-persamaan yang digunakan diberikan pada Tabel 4.
sampel seperti: mean, simpangan baku, proporsi, kelandaian regresi, atau nilai
dan perhatian dapat berpusat pada penetapan dari suatu kesalahan baku terhadap
P x.
SE(Px)= Px ( (qx/(Ox-dx-wx/2)))
( (qx/(Ox-dx-wx/2)))
(qx/(Ox-dx-wx/2))
qx/(Ox-dx-wx/2)
Ox-dx-wx/2
Ox-wx/2
x Ox wx dx qx px=1-qx Px Hx
(1) (2) (3) (3a) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 O1 w1 O1-w1/2 d1 q1 p1=1-q1 P1 . . . . SE(P1) H1
2 O2 w2 O2-w2/2 d2 q2 p2=1-q2 P2 . . . . SE(P2) H2
3 O3 w3 O3-w3/2 d3 q3 p3=1-q3 P3 . . . . SE(P3) H3
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
k Ok wk Ok-wk/2 d3 q3 p3=1-q3 P3 . . . . SE(Pk) Hk
13
Tabel 3. Contoh Perhitungan Tabel Kehidupan yang dicontohkan oleh Colton (1974), dengan Program Excel 2003.
A B C D E F G H I J K L M
SE(Px)= Px ( (qx/(Ox-dx-wx/2)))
( (qx/(Ox-dx-wx/2)))
(qx/(Ox-dx-wx/2))
qx/(Ox-dx-wx/2)
Ox-dx-wx/2
3 x Ox wx dx qx px=1-qx Px Hx
4 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
5 0 146 3 27 0.1869 0.8131 0.8131 117.500 0.0016 0.0016 0.0399 0.0324 0.1031
6 1 116 10 18 0.1622 0.8378 0.6813 93.000 0.0017 0.0033 0.0577 0.0393 0.0882
7 2 88 10 21 0.2530 0.7470 0.5089 62.000 0.0041 0.0033 0.0577 0.0294 0.1448
8 3 57 3 9 0.1622 0.8378 0.4264 46.500 0.0035 0.0109 0.1044 0.0445 0.0882
9 4 45 3 1 0.0230 0.9770 0.4166 42.500 0.0005 0.0114 0.1070 0.0446 0.0116
10 5 41 11 2 0.0563 0.9437 0.3931 33.500 0.0017 0.0114 0.1070 0.0421 0.0290
11 6 28 5 3 0.1176 0.8824 0.3469 22.500 0.0052 0.0184 0.1355 0.0470 0.0625
12 7 20 8 1 0.0625 0.9375 0.3252 15.000 0.0042 0.0225 0.1501 0.0488 0.0323
13 8 11 1 2 0.1905 0.8095 0.2632 8.500 0.0224 0.0449 0.2120 0.0558 0.1053
14 9 8 6 2 0.4000 0.6000 0.1579 3.000 0.1333 0.1783 0.4222 0.0667 0.2500
15
16 n=1
Sel D16 merupakan data yang menyatakan panjang swelang, yaitu dalam contoh ini: n = 1
Kolom (3a) pada Tabel 2, pada contoh yang diberikan Colton (1974), sudah terintegerasi pada kolom (5).
Tabel 4. Persamaan-persamaan dalam Perhitungan Tabel Kehidupan, dengan Program Excel 2003.
E F G H I J K L M
Cumulative
Proportion
Proportion Proportion
1 Surviving Std. Error of Cumulative Proportion Surviving at End of Interval Hazard Rate
Terminating Surviving
at End of
Interval
A B C D E F G H I J K L M
16 n=1
Sel D16
dx
SE(Px ) Px qx / Ox dx w x /2 (9)
Ox w x /2 O x dx w x /2
Kolom (8) sampai kolom (12) pada Tabel 2 dan Tabel 3 menyatakan pemakaian
dari persamaan ini.
Nilai-nilai Px dan kesalahan-kesalahan baku masing-masing di setiap
selang dapat diasumsikan berdistribusi normal. Dengan demikian dalam Tabel
kehidupan dapat dilakukan uji-uji kemaknaan atau menghitung batas-batas
kepercayaan terhadap nilai-nilai tabel kehidupan.
Suatu perbandingan dari dua kelompok penelitian: satu yang menghasilkan
sebuah tabel kehidupan dengan nilai-nilai Px; dan yang lain dengan nilai-nilai P’x
dapat dilakukan dengan menghitung:
Px P, x
z (10)
2 2 2
SE(Px ) SE(P , x )
SPSS 15. Output hasil analisis dengan menggunakan data pada Tabel 4, diberikan
Stadium 1 Stadium 3
Status Status
Waktu (Time) Waktu (Time)
(sensor=0;mati=1) (sensor=0;mati=1)
(a) (b) (a) (b)
1 0 1 1
2 1 1 1
3 1 1 1
3 1 1 0
3 0 1 1
3 1 1 1
4 1 3 1
4 1 3 1
4 1 3 1
7 1 3 1
7 1 3 1
7 1 3 1
8 1 3 1
8 0 3 0
8 1 3 1
10 1 7 1
10 1 7 0
11 1 7 1
12 1 10 1
12 1 10 1
15 1 10 1
18 1 11 1
22 1 11 1
24 1 12 1
26 1 12 1
28 1 12 1
30 0 14 1
34 0 14 1
35 1 14 1
35 1 14 1
36 1 14 1
39 1 14 1
40 1 15 1
44 1 15 1
47 1 15 1
48 0 15 0
48 0 16 1
48 1 17 1
48 1 21 1
48 1 22 1
49 0 27 1
49 0 28 0
49 0 30 1
49 1 32 1
49 1 35 1
49 1 39 1
49 0 40 1
50 1 44 1
50 1 49 1
50 1 50 0
1(a) diringkaskan pada Tabel 5. Bila dibandingkan dengan contoh yang dijelaskan
oleh Colton (1974) sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian 2.2, hasil pada
Colton (1974) tidak menyertakan kolom (3a) kolom 13 sampai kolom (14a).
Untuk kejelasan dalam interpretasi Tabel, tiap kolom pada Tabel 5 dapat
persamaan yang digunakan di setiap sel dapat dilihat pada Tabel 3 dan juga
Tabel 4.
g) Kolom (6)
Kolom (6) menyatakan proporsi yang bertahan hidup di setiap selang
(proportion surviving). Dihitung dengan persamaan (2b).
h) Kolom (7)
Kolom (7) menyatakan proporsi kumulatif subyek yang bertahan hidup pada
akhir interval (standard error of cumulative proportion surviving at end of
interval). Dihitung dengan menggunakan persamaan (3).
i) Kolom (8-12)
Kolom (8-12) menyatakan kesalahan baku (standard error, SE) proporsi
kumulatif subyek yang bertahan hidup pada akhir interval. Dihitung dengan
menggunakan persamaan (9). Kolom (8) sampai (12) menyatakan rangkaian
perhitungan.
j) Kolom (13 dan 13a)
Kolom (13) menyatakan hazard rate. Dihitung dengan menggunakan
persamaan (6). dan standard error (SE)-nya.
k) Kolom (14, dan 14a)
Kolom (14) menyatakan densitas (density). Dihitung dengan menggunakan
persamaan (8), dan SE-nya.
2) Stadium 3.
Perhitungan-perhitungan yang dilakukan di setiap kolom pada stadium 3
adalah sama dengan yang dilakukan pada stadium 1.
Tayangan grafik utama yang dihasilkan dengan program SPSS adalah: (1)
fungsi kesintasan (survival); (2) fungsi densitas; dan (3) fungsi hazard. Ketiga
Survival Function
1.0 STAD
stad1
stad3
0.8
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 10 20 30 40 50 60
intrv
Gambar 4.
Grafik Fungsi Kesintasan
Secara umum dari grafik pada Gambar 4 dapat dikatakan bahwa peluang
terus hidup subyek pada stadium 1 lebih tinggi daripada subyek pada stadium 3.
Sebagai contoh bahwa peluang kumulatif dimana subyek masih terus hidup
sebanyak 50% (0,50) pada stadium 1 terjadi pada interval ke-30 sedangkan pada
stadium 3 terjadi pada interval ke-15. Artinya, secara kumulatif pada stadium 3,
50 % subyek telah meninggal akibat penyakit terjadi pada bulan ke-15, sedangkan
pada stadium 1, 50% subyek meninggal akibat penyakit nanti terjadi pada bulan
ke-30.
Density Function
0.07 STAD
stad1
stad3
0.06
0.05
Density
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
0 10 20 30 40 50
intrv
Gambar 5.
Fungsi Densitas
Artinya bahwa kejadian kematian karena penyakit lebih banyak terjadi di interval-
interval awal pada stadium 3. Sedangkan kejadian kematian karena penyakit
untuk stadium 1 nanti terjadi pada interval-interval akhir. Sementara pada saat itu
kejadian kematian karena penyakit untuk stadium 3 menjadi rendah karena
kejadian tersebut sudah banyak terjadi di interval-interval awal.
H(t)
S(t)
Gambar 6.
Gambaran hubungan fungsi kesintasan S(t) dan
fungsi hasard H(t) (Iachine, 2007).
0.4
0.3
STAD
Stad3
Hazard
0.2
Stad2
0.1
0.0
0 10 20 30 40 50
intrv
Gambar 7.
Grafik Fungsi Hazard
(Gehan)
dengan S2(t). Menurut Iachine (2007), bila terdapat dua kelompok dengan fungsi
kesintasan masing-masing S1(t) dan S2(t), maka untuk pengujian ini dapat
dikemukakan pertanyaan penelitian: apakah dua kelompok memiliki
kelangsungan hidup yang sama? atau apakah S1(t) sama dengan S2(t) untuk semua
t?; dan dapat pula dituliskan hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho : S1 = S 2
HA : S1 S2
atau menurut Menggang (2004),
yang dipaparkan pada Tabel 6 (atau Lampiran 3), maka dapat disimpulkan bahwa
pada taraf signifikansi = 0,05 (atau 5%), terdapat perbedaan yang signifikan
antara fungsi kesintasan stadium 1 dan stadium 3. Kenyataan ini terlihat dari nilai
p yang lebih kecil dari 0,05 yaitu p = 0,003. Dalam hal ini subyek atau kelompok
yang menderita penyakit pada stadium 1 memiliki peluang bertahan hidup lebih
Overall Comparisons(a)
Wilcoxon
(Gehan) df Sig.
Statistic
8.762 1 .003
a Comparisons are exact.
Berdasarkan prinsip yang sudah dijelaskan pada bagian 3.2.1 dan 3.2.3,
khususnya mengenai hubungan antara fungsi kesintasan dan fungsi hazard, maka
dapat pula disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi = 0,05 (atau 5%), terdapat
perbedaan yang signifikan antara fungsi hazard stadium 1 dan stadium 3. Dalam
hal ini subyek atau kelompok yang menderita panyakit pada stadium 3 memiliki
peluang hazard (bahaya) yang lebih tinggi dari pada subyek atau kelompok yang
4. PENUTUP
suatu hasil penelitian. Oleh karena itu hasil penelitian dapat diungkapkan secara
statistik dengan tepat dan memberikan makna yang berarti dalam usaha-usaha
memberikan dasar yang memadai untuk melakukan analisis yang serupa dalam
DAFTAR PUSTAKA