You are on page 1of 8

http://blog.unand.ac.

id/kukun/ ertyuijklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz Ringkasan Manajemen xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv Keuangan I bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyRizQu n_KariMuiopasdfghjklzxcvbnmrty
Manajemen persediaan dan piutang dagang Created by :

RIZQUN KARIM
0910531016

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Tp. 2010

Bab 20 Manajemen persediaan dan piutang dagang


A. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Sesuai dengan sifat masing-masing, setiap perusahaan terlibat dalam penjualan barang atau jasa. Meskipun sebagian penjualan ini secara tunai, namun sebagian besar melibatkan kredit. Ketika penjualan dilakukan secara kredit, berarti piutang dagang meningkat. Maka, arti penting cara perusahaan mengelola piutang dagangnya tergantung pada apa yang dijual perusahaan secara kredit. Semakin banyak yang dijual secara kredit, semakin tinggi proporsi aktiva yang terkait dengan piutang dagang. Ukuran Investasi dalam piutang dagang Ukuran investasi dalam dalam piutang dagang ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama persentase penjualan kredit terhadap penjualan total mempengaruhi tingkat piutang dagang. Meskipun faktor ini tentu memainkan peran penting dalam menentukan investasi dalam piutang dagang, namun biasanya tidak dikontrol oleh manajer keuangan. Sifat bisnis cenderung menentukan campuran antara penjualan kredit dan tunai. Tingkat penjualan juga merupakan faktor yang menentukan ukuran investasi dalam piutang dagang. Ketika perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan musiman dan permanen, tingkat investasi dalam piutang dagang tentu saja ikut naik. Maka, meskipun tingkat penjualan mempengaruhi ukuran investasi dalam piutang dagang, namun ini bukan variabel keputusan bagi manajer keuangan. Penentu terakhir investasi dalam piutang dagang adalah kebijakan kredit dan penagih, secara lebih spesifik lagi adalah ketentuan penjualan, tipe pelanggan dan usaha penagih. Ketentuan penjualan menentukan lamanya periode dimana pelanggan harus melunasi serta ketentuannya, misalnya penalty karena terlambat membayar lebih awal. Tipe pelanggan dan kebijakan kredit juga mempengaruhi tingkat investasi dalam piutang dagang. Misalnya, penerimaan resiko kredit lebih buruk serta pembayaran berikutnya yang nakal bisa mengakibatkan kenaikan piutang dagang. Kekuatan dan penagihan waktu juga mempengaruhi periode tagihan yang sudah jatuh tempo tapi masih nakal belum membayar dan yang kemudian mempengaruhi tingkat piutang dagang. Keputusan kebijakan penagihan dan kredit juga mempengaruhi investasi dalam piutang dagang dengan

mengakibatkan perubahan dalam tingkat penjualan serta rasio antara penjualan kredit dan total. Namun, tiga variabel sejati yang bisa dikontrol manajer keuangan.

Beberapa Penentu Investasi dalam Piutang Dagang Proses penjualan Tingkat kredit penjualan terhadap kredit penjualan total Tingkat penjualan Investasi dalam piutang dagang

Kebijakan kredit dan penagihan

Lama waktu sebelum penjualan kredit bayar

Perubahan kebujakan Kredit : pengguna analisis Marginal atau Impramental Perubahan kebijakan secara kredit melibatkan trade off langsung antar biaya dan manfaat. Ketika kebijakan kredit dikendurkan, penjualan dan laba dari pelanggan naik. Sebaliknya, mengundurkan kebijakan kredit bisa juga meningkatkan hutang macet, tambahan dana yang terkait dengan piutang dagang dan persediaan dan tambahan biaya pelanggan yang mengambil diskon tunai. Dengan adanya biaya ini, kapan perubahan kebijakan cocok dilakukan? Jawabannya adalah Bila kenaikan penjualan bisa menghasilkan cukup banyak laba baru agar bisa lebih sekedar mengimbangi kenaikan yang terkait perubahan itu. Penentuan apakah hal itu demikian merupakan tugas dari analisis marginal atau instrumental. Secara umum, ada tiga kategori perubahan

kebijakan kredit yakni : perubahan kelas resiko pelanggan , perubahan proses penagihan dan perubahan ketentuan diskon. Secara ringkasnya, logika dibalik pendekatan terhadap kebijakan kredit adalah menelaah manfaat inkremental atau marginal dari perubahan sedemikian dan membandingkannya dengan biaya inkremental atau marginalnya. Bila perubahan itu menjanjikan lebuh banyak manfaat ketimbang biayanya, perubahan itu harus dilakukan. Namun, bila biaya inkremental lebih besar ketimbang manfaatnya, usulan perubahan ini tidak boleh dilakukan. B. MANAJEMEN PERSEDIAAN Manajemen persediaan melibatkan control atas aktiva yang digunakan dalam proses produksi atau yang diproduksi untuk dijual dalam perjalanan operasi normal perusahaan. Kategori umum persediaan mencakup bahan mentah(raw material), work in process dan barang jadi. Pentingnya manajemen persediaan pada perusahaan tergantung pada sejauh mana investasi persediaan itu. Tujuan memegang persediaan adalah untuk memisahkan operasi-operasi perusahaan. Yakni, membuat setiap fungsi bisnis independen dari fungsi lainnya. Sehingga penundaan atau penghentian pada satu bidang tidak mempengaruhi produksi dan penjualan produk jadi. Misalnya dalam industry mobil, pemogokan atau penghentian dipabrik suku cadang bisa menghentikan sejumlah pabrik perakitan. Karena penghentian produksi mengakibatkan kenaikan biaya, dan karena penundaan pengiriman bisa berarti hilangnya pelanggan, manajemen dan control atas persediaan merupakan tugas penting manajer keuangan. Beberapa tipe umum persediaan : 1. Persediaan Bahan Mentah Persediaan ini terdiri dari bahan dasar yang dibeli dari perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan. Barang-barang ini bisa mencakup kayu, baja, minyak atau barang-barang produksi pabrik seperti kawat, ball bearing, atau ban yang tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan itu. 2. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work In Process) Ini mencakup barang setengah jadi yang membutuhkan kerja tambahan sebelum menjadi barang jadi. Semakin kompleks dan panjang proses produksi, semakin besar investasi dalam work in process. Tujuannya adalah melepaskan kaitan dalam berbagai operasi dalam produksi sehingga kegagalan mesin dan penghentian kerja pada salah satu operasi tidak mempengaruhi operasi lain. 3. Persediaan Barang Jadi

Ini mencakup barang yang telah selesai proses produksinya tetapi belum dijual. Tujuan persediaan barang jadi adalah untuk memisahkan fungsi produksi dan penjualan sehingga tidak perlu memproduksi barang sebelum bisa dilakukan penjualan. Penjualan bisa dilakukan langsung dari persediaan. 4. Stok Kas Tujuan penyimpanan stok kas adalah untuk membuat pembayaran tagihan independen dari penagihan piutang yang jatuh tempo. Bila ada kas ditangan, tagihan bisa dibayar langsung tanpa menunggu piutang dibayar. TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN PERSEDIAAN Untuk mengontrol investasi dalam persediaan, manajemen harus berusaha menyelesaikan dua masalah : masalah kuantitas order dan order point. 1. Masalah Jumlah Pemesanan(Order Quantity) Ini melibatkan penentuan ukuran order optimal bagi suatu persediaan dilihat dari segi kegunaannya, biaya pemeliharaan dan biaya pemesanan. Disamping perubahan dalam sejumlah nama variabel, ini persis sama dengan model persediaan untuk manajemen kas (model EOQ). Model EOQ berusaha menentukan ukuran order yang meminimumkan biaya persediaan total. Diasumsikan bahwa :

Biaya persediaan total Pemesanan

Total Biaya Pemeliharaan + Total Biaya

Dengan asumsi bahwa persediaan diizinkan turun sampai nol dan kemudian langsung dipenuhi kembali (asumsi ini akan dihilangkan ketika kita membahas masalah order point), rata-rata persediaan menjadi Q/2, dimana Qadalah ukuran order persediaan dalam unit. Bila persediaan rata-rata Q/2 dan biaya pemeliharaan rata-rata per unit adalah C, maka biaya pemeliharaan menjadi :

Dimana Q = ukuran order persediaan dalam unit

C = biaya pemeliharaan per unit Biaya pemeliharaan persediaan mencakup tingkat pengembalian yang diinginkan atas investasi dalam persediaan; selain biaya gudang dan penyimpanan, upah bagi mereka yang mengoperasikan gudang, dan biaya yang terkait dengan penyusutan persediaan. Maka biaya pemeliharaan mencakup arus kas riil dan opportunity cost yang terkait dengan membiarkan dana terikat pada persediaan itu. Biaya pemesanan sama dengan biaya pemesanan per order kali banyaknya order. Bila kita asumsikan total permintaan selama periode perencanaan adalah S dan kita pesan dalam ukuran lot Q, maka S/Q adalah banyaknya order selama periode perencanaan. Bila biaya pemesanan per order adalah O, maka :

Dimana S = Total permintaan dalam unit selama periode perencanaan O = biaya pemesanan per order Maka total biaya dalam premesanan menjadi :

Meskipun model EOQ cenderung menghasilkan hasil yang sangat bagus, ada kelemahan model ini akibat beberapa asumsinya. Bila asumsi itu dilanggar secara dramatis, model EOQ dapat dimodifikasikan situasi ini. Asumsi model itu adalah sebagai berikut :
Safety Stock yaitu Persediaan yang dipegang untuk mengakomodasikan penggunaan besar yang tidak biasa dan tidak

a.

Permintaan yang konstan atau seragam. Meskipun model EOQ mengasumsikan permintaan yang tetap, namun ternyata permintaan berubah dari hari ke hari. Bila permintaan bersifat stokastik, yakni tidak diketahui sebelumnya. Model itu harus dimodifikasi melalui pencatuman safety stock, yakni persediaan yang dipegang untuk mengakomodasi penggunaan besar yang tidak biasa dan tidak diharapkan selama waktu penyerahan.

b. Harga unit tetap. Pengikutsertaan harga variabel akibat dari diskon kuantitas dapat dengan mudah diatasi melalui modifikasi model EOQ asli, dengan mendefinisikan kembali biaya total dan dicari kuantitas order optimumnya.

c.

Biaya pemeliharaan tetap. Biaya pemeliharaan bisa saja berubah cukup banyak ketika ukuran persediaan naik, barangkali pula turun karena economy of scale atau efesiensi penyimpanan atau naik ketika ruang penyimpanan habis dan harus disewa gudang baru. Situasi ini dapat dengan mudah dengan memodifikasi model asli yang serupa dengan yang digunakan untuk harga unit variabel.

d. Biaya pemesanan yang tetap. Meskipun asumsi ini secara umum valid, namun pelanggaran atas asumsi ini bisa dilakukan dengan memodifikasi model EOQ asli dengan cara yang serupa dengan yang digunakan pada harga unit variabel. e. Penyerahan instan. Bila penyerahan tidak instan, dan biasanya memang seperti itu, model EOQ asli harus dimodifikasi melalui pencantuman safety stock. Order independent. Bila order berganda mengakibatkan penghematan biaya dengan mengurangi biaya administrasi dan transportasi, model EOQ asli harus dimodifikasi lebih lanjut. Meskipun ini agak rumit, model EOQ khusus telah dibuat untuk menanganinya.

f.

Asumsi asumsi ini mengilustrasikan keterbatasan model EOQ dasar dan cara-cara bagaimana memodifikasinya. Perubahan atas keterbatasan serta asumsi-asumsi model EOQ bisa member dasar lebih banyak bagi pengambil keputusan persediaan oleh manajer keuangan. 2. Masalah Order Point Dua asumsi yang paling membatasi yaitu permintaan yang tetap dan seragam serta penyerahan instan, ditangani melalui safety stock, yakni persediaan yang dipegang untuk mengakomodasi penggunaan besar yang tidak biasa dan tidak diharapkan selama waktu penyerahan. Dua faktor yang masuk dalam penentuan order point yang tepat adalah : a. Pembelian atau stock saat pengiriman, dan b. Safety stock yang diinginkan. Kita lihat masalah order point terdiri dari dua komponen, untuk saat pengiriman (delivery time stock). Yaitu persediaan yang dibutuhkan antara tanggal pemesanan dan penerimaan persediaan yang dipesan dan safety stock. Maka order point tercapai ketika persediaan turun sampai ketingkat yang sama dengan stock saat pengiriman plus safety stock. Order point persediaan dapat ditentukan sebagai berikut :

Akibat dari terus memelihara safety stock, tingkat rata-rata persediaan naik. Sedangkan sebelum pengikutsertaan safety stock, tingkat rata-rata persediaan sama dengan EOQ/2, sekarang menjadi :

You might also like