You are on page 1of 3

2011

Prosa Fiksi Dan Non Fiksi


Personal H1T94-COMPUTER

Cerpen : Rejeki di balik Tawuran

Rejeki Di Balik Tawuran


Di perempatan jalan itulah tersendarkan kenanganku. Di antara trotoar yang kian berdarah, Tiga tahun yang begitu cepat berlalu seperti angin yang berhembus, membelai lembut tubuhku sejenak saja. Kisah yang sebentar itu masih ku ingat. Saat itu, waktu baru pukul 13.00 siang. Di perempatan desa tampak seorang gadis dengan wajahnya yang penat kemerahan menunggu mobil angkutan umum yang tidak juga datang. 'Haii.. kamu mau pulang bareng gak?' Tanyaku sambil memberhentikan motorku ke pinggir trotoar. 'Boleh.. beneran nih gak ngerepotin?' sahut gadis itu 'Gak apa-apa kok, beneran' Jawabku. 'Alhamdulillah. Akhirnya dia mau juga pulang sekolah bareng ama aku' Gumamku girang dalam hati. Aku senang tak kepalang. Aku tidak bermimpi memeluk bulan atau mencumbui bintang semalam, gadis bunga di kelasku bersedia kuantarkan pulang. Tapi kegirangan diwajahku hanyalah sejenak. Tadinya aku memang lupa, bahwa hari itu adalah hari penghujung minggu yang rutin dimanfaatkan oleh siswa-siswa seantero Desaku untuk ajang adu kekuatan, Bahkan siswa-siswa yang tidak bersangkutan dalam ajang tawuran itu pun kerap menjadi korban. Dihujam batu, atau dipukuli balok kayu. Mengingat hal itu aku pun tersadar bahwa aku tidak sendiri, diboncengan motor ada Mahadewi yang duduk manis bagai sinden yang sedang bersenandung didalam keraton. Sesekali ia berkata padaku dengan suaranya yang risih 'Guh, aku takut nih. Cari jalan lain aja yach, di depan banyak anak-anak STM yang tawuran' ,'Iya, kita coba lewat Desa sebelah yah!' Jawabku lemas karna merasa bertanggung jawab atas ajakanku pulang bersama. Aku tak banyak befikir, apalagi untuk menerobos sela jalan tempat sekumpulan siswa tersebut. Yang kupikirkan hanyalah keselamatan Dewi yang duduk diboncengan motor bututku. Kami pun berbelok ke arah Green square Road. Tapi sesampainya disana bukan keadaan jalan yang lengang dan tenang yang kami jumpai. Malah sebaliknya, Kedua kubu sekolah dari kecamatan yang berbeda sedang beringas mengadu otot. Ada yang bengis memukul lawannya dengan balok kayu, ada yang sibuk menghindari lemparan batu, dan ada yang fokus dengan pengendara-pengendara motor yang berseragam sekolah, lalu memukulnya jatuh dari motor. Melihat keadaan itu, sontak kuhentikan laju motorku. 'Del, disini juga ada yang tawuran. Kita cari jalan lain lagi yah' Kataku yang semakin risih 'Iya dech, cari jalan lain lagi aja' Jawab gadis itu.

Cerpen : Rejeki di balik Tawuran

Sial, kenapa ada saja yang mengotori momen terindahku. Padahal di daerah adalah tempat kosannyapara militer ???. sedang apa mereka sampe-sampe tidak tau ada tawuran kayak gini. Ah,, kenapa juga aku berfikir tentang aparat-aparat itu. Aku kembali fokus pada ratu yang ada dibelakangku. Kami yang was-was memutuskan untuk berbelok ke arah kanan menuju jalan kabupaten. Tapi apes, keadaan serupa pun terjadi disana, Tawuran juga terjadi di jalan itu. 'Adel, gimana nih? Apa kita nunggu aja disuatu tempat sampai tawuran mereda?' tanyaku dengan suara yang ketakutan 'Iya udah, gimana baiknya aja deh' jawab gadis itu. 'Trus, kita nunggu dimana?' Tanyaku Adel terdiam , mungkin karna bingung dan tak tahu harus kemana. Kami dengan mudahnya menjadi tumbal jika kami memaksa menerobos masuk ke jalan yang mereka jadikan arena tawuran itu. Semua jalan yang kami lewati sama saja keadaannya. Hari mulai sore. Udara dingin perlahan mencakar kulit kami. Tapi perang pelajar belum juga berakhir. Banyak pelajar-pelajar yang baik, menunggu di sekolah sampai kondisi kembali aman. Dan ada juga yang seperti kami, yakni, terjebak di pertengahan kota arena tempur. Setelah lamanya kami mencari tempat yang aman dari ajang tawuran. Akhirnya, kami terhenti di sebuah taman perkotaan yang didalamnya dipenuhi anak-anak bermain, dan para Ibu yang menunggu anaknya bermain. 'Del, kita nunggu disini aja yah' kataku sembari senyum sedikit karna senang dapat tempat yang aman 'Iya, guh, disini kayaknya jauh dari anak STM yang tawuran' jawab gadis itu yang juga senang. Gadis itu sangat menikmati suasana damai di taman itu. dan kami tak lagi sibuk menghindari batu-batu yang berterbangan, tapi malah sibuk bercanda dan bermain dengan anak-anak kecil disana. Sesuai dengan harapan. Kukira hari akan terisi dengan rasa was-was, tapi nyatanya; Hari itu berlalu menyisakan senyum di masing-masing rona wajah kami. horeeeee,,,, Tawuran mungkin telah usai .

Cerpen : Rejeki di balik Tawuran

You might also like