You are on page 1of 9

BAB I Pendahuluan Kemunculan Ilmu Ekonomi tidak dapat lepas dari keadaan manusia.

Manusia dilahirkan dengan segala kebutuhannya. Semakin maju tingkat peradapan manusia, semakin maju / berkembang pula tingkat kebutuhannya. Manusia mempunyai sifat serakah, sehingga kebutuhannya menjadi tak terbatas. Dilain pihak jumlah alat untuk memenuhi kebutuhan terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas dengan alat pemenuh kebutuhan yang terbatas ini, maka muncul berbagai macam teori ekonomi. Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos dan nomos. Oikos artinya rumah tangga dan nomos artinya pengelolaan, peraturan. Jadi ekonomi adalah serangkaian cara, prosedur untuk mengelola rumah tangga. Dengan kebutuhan yang tak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan terbatas, rumah tangga hendaknya mengelola, mengatur sumberdaya yang ada dengan efisien dan tepat sasaran sehingga kebutuhan mereka tercukupi. Dengan keterangan diatasmaka mereka telah melakukan apa yang dinamakan ilmu ekonomi. Definisi ilmu ekonomi menurut Samuelson & William D. Nordhaus yaitu : "Ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam memilih menggunakan sumber daya yang langka dan yang memiliki berbagai alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya -baik saat ini maupun dimasa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat". (Ekonomi, Samuelson & William D. Nordhaus) Dengan mempelajari cara - cara penggunaan sumberdaya ini, maka muncul berbagai aliran ekonomi. Namun ada dua bentuk bertentangan yang mendasari tiap pemikiran ekonomi. Bentuk pertama adalah Liberal / Kapitalisme dimana pengambilan keputusan diserahkan sepenuhnya kepada perorangan. Tingkat perekonomian mengandalkan mekanisme pasar. Bentuk kedua sistem Sosialisme / Komunisme dimana semua keputusan ditentukan oleh pemerintah. Distribusi pendapatan dibuat semerata mungkin. Dua bentuk ini akan menimbulkan bentuk baru yang merupakan campuran dari dua bentuk diatas. Pada fase pertama pemunculan ilmu ekonomi didasari oleh filsafat kitab suci, karena keinginan manusia yang serakah itu tidak sesuai dengan ajaran Tuhan sehingga harus dikekang. Ilmu ekonomi pada jaman itu lebih bersifat filosofis. Pada masa itu pemikiran ekonomi dikaitkan dengan rasa keadilan, kelayakan yang harus diperhatikan dalam rangka menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Setelah itu muncul paham individualisme yang digagas oleh Adam Smith pada masa klasik. Paham inilah yang menjadi embrio dari kapitalisme. Pemikiran Adam Smith merupakan rekomendasi kebijakan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi liberal ini akhirnya menimbulkan kesenjangan antara tuan tanah dan kaum buruh. Pada masa inilah muncul sosialis / komunis yang digagas Karl Marx dengan teori pertentangan kelasnya. Marx mengecam sistem liberalis yang tidak berpihak pada kaum lemah ( proletar ).

Bagi Marx, liberalisme merupakan sistem yang keropos dari dalam sehingga sistem itu harus diganti, karena sistem tersebut menimbulkan berbagai penindasan, eksploitasi buruh, sampai perbudakan. Serangan - serangan Marx terhadap liberalis bertitik tolak dari teori nilai kerja dan tingkat upah. Oleh para pendukung liberalis, dua teori tersebut dipelajari secara mendalam. Pendukung liberalis ini dimasukkan dalam kelompok pemikiran tersendiri yang disebut madzab Neo - Klasik I. Pendapat neo - klasik I inilah yang akan kita bahas pada bab-bab selanjutnya.

BAB II Kontribusi Aliran Neo - Klasik 1 Pembahasan kaum Neo - Klasik 1 terhadap teori nilai kerja dan tingkat upah Karl Marx menghasilkan dua teori yang mementahkan pendapat Marx. Teori tersebut yaitu teori Marginal Utility dan teori Perilaku Konsumen. Menurut Marx nilai komoditas sepadan dengan input - input tenaga kerja. Hanya tenaga kerja yang dapat menghasilkan laba. Namun bagi kaum Neo - Klasik 1, teori nilai kerja Marx tidak mampu menggambarkan secara jelas mengenai nilai suatu komoditas. Dengan pendekatan marginal, kaum Neo - Klasik 1 mengatakan bahwa faedah suatu komoditas akan semakin menurun dengan semakin banyak terpenuhinya kebutuhan akan komoditas itu. Pencetus teori ini adalah Heindrich Gossen yang akhirnya menjadi Hukum Gossen I. Sedangkan dalam hukum Gossen II dikatakan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas secara relatif terhadap kebutuhan - kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan hampir tak terbatas. Konsep marginal ini merupakan pengaplikasian kalkulus deferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga - harga. A. Konsep Marginal Utility Teori nilai kerja Marx menerangkan bahwa nilai komoditas selalu sama dengan input labor. Namun teori marginal utility mengatakan bahwa nilai suatu komoditas - selalu dikaitkan dengan faedah ( utility ) - selalu berubah sejalan dengan bertambahnya kuantitas yang kita konsumsi. Bila individu meminta suatu komoditas tertentu maka utility yang diterima bertambah. Tambahan kuantitas komoditi akan menambah besar utility total yang diterima. Namun meski utility total terus meningkat, pada titik tertentu utility total akan mencapai titik jenuh dan utility marginal menjadi nol. Inilah konsep dasar mengenai marginal utility, yang merupakan salah satu kontribusi madzab Neo - Klasik 1. Keadaan ini menghasilkan hukum yang disebut sebagai Law of Deminishing Marginal Utility ( hukum utilitas marginal yang semakin berkurang ). Hukum ini mengatakan bahwa jumlah tambahan utilitas marginal akan menurun ketika seseorang semakin banyak mengkonsumsi barang yang sama. Hal ini dapat digambarkan seperti berikut.

Pada gambar 2-1 ( a ) terlihat utility total meningkat seiring pertambahan konsumsi, namun dengan proporsi yang semakin menurun. Daerah yang diarsir menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin menurun ( marginal utility yang semakin menurun ). Pada titik tertentu yang terjadi pada titik D, total utility mencapai titik jenuh. Pada saat total utility mencapai titik jenuh, tambahan kepuasan sama dengan nol yang diperlihatkan pada kurva marginal utility gambar 2 - 1 ( b ). Gambar 2 - 1 ( b ) menyiratkan the law of deminishing marginal utility digambarkan dengan kurva yang mempunyai kemiringan negatif. Hal ini sama dengan mengatakan bahwa kurva total utility yang digambarkan pada gambar 2 - 1 ( a ) berbentuk kurva cembung ke atas. B. Konsep perilaku Konsumen Madzab Neo - Klasik I memberi kontribusi dua teori berupa teori marginal utility dan teori perilaku konsumen. Hukum Gossen I mendasari konsep marginal utility, sedangkan hukum Gossen II mendasari konsep perilaku konsumen. Hukum Gossen II mengkaitkan sumber daya dan/atau dana yang tersedia dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan.

Orang akan cenderung memilih barang dan jasa yang nilai komoditinya paling tinggi bagi kebutuhannya saat itu, disesuaikan dengan sumber daya yang dia punyai pada saat itu. B.1. Indifference Kurve Pengembangan hukum Gossen II selanjutnya dilakukan oleh Vilfredo Pareto. Pareto mengembangkan analisis kepuasan sama dengan menggunakan kurve indifference. Indifference kurve menunjukkan kombinasi dari dua macam komoditi yang berbeda misalnya x dan y. Dengan kurve indifference diperlihatkan bagaimana seseorang harus mengorbankan barang y untuk menambah konsumsi barang x.

Pada gambar 2 - 2 diperlihatkan pada waktu seseorang mengkonsumsi y sebanyak 6 maka ia hanya bisa mengkonsumsi x sebanyak 1, sehingga tingkat kepuasan sama akan berada dititik A. Ketika ia ingin menambah konsumsi barang x menjadi sebanyak 2, maka ia akan mengorbankan 2y sehingga ia akan mengkonsumsi y sebanyak 4 untuk mendapatkan tambahan 1x dan mengkonsumsi x sebanyak 2. Pada saat ini tingkat kepuasan sama berada di titik B. Titik A dan titik B merupakan kombinasi berbeda yang akan memberikan tingkat kepuasan sama. Artinya anda tidak harus memilih titik mana yang paling baik, karena semua titik sama menariknya bagi anda. B.2. Garis Kendala Anggaran ( Budged Line ) Untuk mempelajari budged line, kita asumsikan bahwa pendapatan konsumen tetap. Budged line menunjukkan berbagai kombinasi berbeda dari dua komoditi yang dapat dibeli berdasarkan sumber daya atau dana yang ia punyai.

Dengan menghubungkan titik M dan titik N, dapat diperoleh garis anggaran MN. Garis anggaran MN memperlihatkan kombinasi yang berbeda dari barang x dan y yang dapat dibeli. Mula - mula dengan pendapatan sebesar MN, konsumen dapat membeli barang y sebanyak 4 dan barang x sebanyak 1. Pada saat konsumen ingin menambah konsumsi barang x menjadi 3, garis anggaran mengharuskan adanya pengorbanan barang y sebanyak 2y, sehingga dia hanya bisa mengkonsumsi y sebanyak 2.

B.3. Posisi Equilibrium Konsumen. Konsumen mencapai kondisi equilibrium bila dengan pendapatan tertentu, dia bisa memaksimalkan kepuasan total dari pendapatannya tersebut.

Gambar 2 - 4 memperlihatkan garis anggaran sebesar MN. Pada saat seorang konsumen akan mengatur posisi konsumsinya pada kurve I3 ataupun kurve diatas kurve MN, ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya, kecuali dia mempunyai pendapatan lebih besar dari MN. Untuk itu ia akan bergerak di sepanjang kurve MN. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

y y y

Jika ia memposisikan konsumsinya di titik A, ia tidak akan memperoleh kepuasan total dari pengeluarannya. Jika ia memposisikan konsumsinya di titik B, artinya ia tidak membelanjakan pendapatannya secara keseluruhan untuk membeli barang x dan y. Dengan pendapatan sebesar MN, menurut aliran Neo - Klasik orang akan bergerak ke titik yang menghasilkan kepuasan tertinggi atau dengan kata lain ia akan bergerak ke kurve indifference tertinggi yang mungkin dicapai yaitu di titik E pada kurve indiference I2. y BAB III Kesimpulan Kemunculan teori Karl Marx memang bisa dimaklumi, karena pada masa Marx, kaum borjuis Eropa dibawah bendera kapitalisme, mulai menguasai negara. Negara dijadikan kekuatan dan alat pemaksa untuk mengatur organisasi ekonomi - politik dan kemasyarakatan guna memenuhi berbagai kepentingan mereka. Teori Marx yang mengkritik aliran Klasik yaitu "teori nilai kerja" dan "tingkat upah", oleh kaum Neo - Klasik I dipelajari secara mendalam sehingga muncul teori "marginal utility" dan "perilaku konsumen" yang mementahkan pendapat Karl Marx. Tokoh Neo - Klasik yang memunculkan teori "marginal utility" adalah Carl Menger ( 1840 - 1921 ), Friedrich von Weiser ( 1851 - 1920 ), dan Eugen von Bohm Bawerk ( 1851 - 1914 ). Karya ketiga tokoh itu didasarkan oleh Teori dari Heindrich Gossen ( 1810 - 1850 ). Mereka masing - masing mengemukakan hal yang sama yaitu teori nilai kerja Marx tidak memberikan penjelasan secara tepat mengenai nilai komoditas. Teori Marx tersebut tidak memberikan kontribusi dalam perkembangan ekonomi, oleh karena itu dapat diabaikan. Menurut Kaum Neo - Klasik I nilai komoditas selalu berubah sejalan dengan bertambahnya kuantitas yang kita konsumsi ( BAB II A ). Pada saat kita haus, segelas air yang pertama amat bernilai bagi kita. Namun pada gelas ke dua, ke tiga dan seterusnya nilai komoditas air tersebut semakin menurun. Penelitian terhadap perilaku konsumen dalam mencapai keseimbangan konsumen ( BAB II B ) dapat memberi acuan kepada produsen dalam memproduksi barang dan menggaji karyawan. Produsen tentu akan melakukan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai harga barang dan upah karyawan, yang pada akhirnya tidak akan pernah terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dan buruh atau karyawan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa tingkat kesejahteraan hidup kaum buruh di Negara kapitalis seperti Amerika, Inggris, bahkan Jerman -yang merupakan kelahiran Marxismejauh lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan hidup di Negara komunis. Di Negara kapitalis modern, tidak ada eksploitasi besar - besaran kaum buruh sebagaimana ramalan Karl Marx.

You might also like