You are on page 1of 9

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan I.2 Pembahasan Masalah Pada hakikatnya penulis mengarahkan Langkah-langkah yang dijadikan pokok permasalahan dalam pembuatan makalah ini agar sasaran yang hendak dicapai dapat terwujud. Pokok permasalahan tersebut yaitu Bagaimana cara untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pengembangan Kurikulum.

BAB II SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Kelembagaan Pendidikan Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar. Penyelenggaraan SISDIKNAS dilaksanakan melalui 2 jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah, disingkat PLS. 1) Jalur pendidikan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi). Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah ada keseragaman pola yang bersifat nasional. 2) Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan seperti kursus-kursus di luar sekolah, yang sifatnya tidak formal. 3) Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan ke dalam bahan pengajaran (UU RI. No. 2 tahun 1989 Bab I, Pasal 1 ayat 5). Jenjang pendidikan dasar untuk memberikan bekal dasar, atau pendidikan pertama/setara sampai tamat

Jenjang pendidikan menengah selamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA atau satuan pendidikan sederajat Jenjang pendidikan tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan Universitas. 2.1.2 Program Dan Pengelolaan Pendidikan a. Jenis Program Pendidikan Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tatanannya (UU RI. No. 2 tahun 1989 Bab 1 ayat 4 No.2 Tahun 1989). 1) Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Pendidikan berfungsi untuk sebagaimana acuan umum bagi jenis pendidikan lainnya. Yang termasuk pendidikan umum: SD, SMP, SMA dan Universitas. 2) Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu. Sperti bidang teknik tata boga, dan busana perhotelan, kerajinan, administrasi, perkantoran dan lain-lain lembaga pendidikannya seperti STM. 3) Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental yang termasuk pendidikan luar biasa adalah SDLB untuk jenjang dasar, dan PLB untuk jenjang pendidikan menengah memiliki program khusus yaitu program untuk anak tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna grahita. Untuk pendidikan gurunya disediakan SGPIB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) setara dengan Diploma III 4) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dan non departemen 5) Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik dalam melaksanakan peranan yang khusus dalam pengetahuan ajaran agama, yang terdiri dari tingkat pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi

b. Kurikulum Program Pendidikan - Istilah kurikulum asal mulanya dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curir berarti pelari dan Curere artinya tempat terpaku Kurikulum kemudian diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari (Nana Sujana, 1989: 4) berdasarkan arti yang terkandung kurikulum dalam pendidikan dianalogikan sebagai arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish berupa ijazah, diploma, gelar (Zais, 1976 yang dikutip oleh Muhammad Ansyar dan Nurtain, 1992:7) - Tujuan pendidikan nasional dinyatakan di dalam UU RI No. 2 tahun 1989 pasal 3 (a) terwujudnya bangsa yang cerdas, (b) manusia yang utuh beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (c) budi pekerti luhur, (d) terampil dan berpengetahuan, (e) sehat jasmani dan rohani, (f) berkepribadian yang mantap dan mandiri, (g) bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Jadi tuntutan pendidikan nasional diberlakukan untuk semua satuan pendidikan, dari pendidikan pra sekolah, pendidikan tinggi, pendidikan pra sekolah dan pendidikan luar sekolah, pendidikan anak luar biasa, pendidikan kedinasan dan seterusnya. Pasal 38 ayat 2 menyatakan: Kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh Menteri. Pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dalam negeri. - Untuk muatan lokal unit kecil lazimnya dimulai dari kurikulumnya sedangkan untuk muatan

lokal untuk besar dimulai dari muatan lokalnya. Dapat digambarkan sebagai berikut:

c. Cara Merancang Pengajaran Cara menjabarkan muatan lokal ke dalam bentuk rancangan pengajaran. Kegiatan ini sudah dimanfaatkan wawasan tentang pendekatan yang digunakan, strategi belajar, metode/teknik, sarana. 1. Faktor penghambat pelaksanaan muatan lokal - Sifat di pelajaran lokal itu sendiri - Segi ketenagaan - Proses belajar mengajar - Sistem ujian akhir dan ijazah yang diselenggarakan di sekolah - Sarana penunjang bagi pelaksanaan muatan lokal 2. Faktor penunjang pelaksanaan muatan lokal - Keinginan dari kebanyakan peserta didik untuk cepat memperoleh bekal dan pekerjaan apapun yang membawa hasil - Sarana cukup banyak - Ketenagaan yang bervariasi - Materi muatan lokal yang sudah tercantum sebagai materi kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin - Media masa khususnya media komunikasi visual seperti TV, Radio 2.2 Pembaharuan Pendidikan Sistem pendidikan selalu menghadapi tantangan baru, dengan serta merta timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru untuk menghadapi tantangan baru itu pendidikan berupaya melakukan pembaharuan dengan jalan menyempurnakan sistemnya. Pembaharuan yang terjadi meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan, dan tenaga kependidikan 1. Pembaharuan pendidikan yang sangat mendasar ialah pembaharuan yang tertuju pada landasan yuridisnya karena landasan yuridis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, ketenagaan. 2. Pembaharuan kurikulum yaitu sifatnya mempertahankan dan mengubah 3. Pembaharuan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi pembaharuan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan 4. Pembaharuan tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. 2.3 Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional Berupa ketentuan-ketentuan yuridis yang sangat mendasar acuan serta mengatur penyelenggaraan sistem pendidikan nasional seperti Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU Organik Pendidikan Peraturan Pemerintah dan lain-lain. Sistem pendidikan nasional yang mempunyai misi mencerdaskan kehidupan bangsa Program utama pembangunan pendidikan, yaitu: a. Perjuangan dan penerapan kesempatan mengikuti pendidikan b. Peningkatan mutu pendidikan c. Peningkatan relevansi pendidikan d. Pendidikan efisiensi dan efektivitas pendidikan e. Pengembangan kebudayaan

f. Pembinaan generasi muda Program pokok pembangunan pendidikan dinyatakan dalam GBHN memberi pedoman bagi upaya merealisasikan pasal 31 dan 32 UUD 1945, yakni bahwa: Tiap warga negara mendapat pengajaran Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia Untuk menyongsong laju pembangunan nasional maka upaya penyempurnaan UU Organik bidang pendidikan dilakukan terus dan sebagai hasilnya lahirlah UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejumlah peraturan pemerintah yaitu pasal-pasal tertentu dari UU RI no. 2 tahun 1989 peraturan pemerintah, yaitu: - PP No. 27 th 1990 tentang Pendidikan Pra Sekolah - PP No. 28 th 1990 tentang Pendidikan Dasar - PP No. 29 th 1990 tentang Pendidikan Menengah - PP No. 30 th 1990 tentang Pendidikan Tinggi - PP No. 73 th 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah - PP No. 38 th 1991 tentang Tenaga Kependidikan - PP No. 39 th 1992 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan Pendidikan nasional Indonesia memiliki cirri khas sehingga berbeda dengan sistem pendidikan nasional bangsa lain, tampak pada landasan, dasar penyelenggaraan dan perkembangannya. Landasan dan dasarnya menjiwai sistem pendidikan sedangkan pola penyelenggaraan dan perkembangannya memberikan warna coraknya. Penyelenggaraannya terwujud pada: jalur, jenjang dan jenis pendidikan berfungsi menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, pengembangan sistem pendidikan nasional mesti berdasar kepada aspek legal.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Jadi sistem pendidikan nasional merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua suatu kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional dan diselenggarakan oleh pemerintah swasta di bawah tanggung jawab Menteri Dikbud dan Menteri lainnya. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan 3.2 Saran Dewasa ini sistem pendidikan nasional selalu dianggap sepele padahal sangatlah penting. Peserta didik mengetahui cara dan bagaimana mengetahui tentang sistem pendidikan nasional. Jadi kita sebagai pelajar dan peserta didik harus tahu jenis, jalur, program sistem pendidikan nasional. DAFTAR PUSTAKA

Center for Informatics office of Education an Cultural Research and Development Ministry of Education an Culture, (1990) Jakarta: education Indicator: Indonesia Depdikbud (1989) UU RI No. 2 tahun 1982 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta; Balai Pustaka Nana Sudjana, (1989). Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2G Depdikbud UUD P4 dan GBHN

PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DAN TEKNIK BERCERITA


PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DAN TEKNIK BERCERITA

Metode pembelajaran adalah sebuah konsep cara yang digunakan oleh guru untuk mengelola pembelajaran agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik terhaap sisa sesuai dengan tujuan yang dinginkan. Teknik pembelajaran adalah aplikasi atau penerapan dari sebuah metode. Metode dan teknik pembelajaran sangat berkaitan erat karena sebuah metode pembelajaran tidak akan berhasil tanpa menggunakan teknik. Berikut saya jelaskan metode dan beberapa teknik bercerita :

METODE BERCERITA

Pengertian Yang dimaksud dengan metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk menuturkan/menyampaikan cerita atau memberikan penerangan secara lisan.

Tujuan Tujuan dari metode bercerita adalah :


o o o

Melatih daya tangkap dan daya konsentrai anak didik Melatih daya piker dan fentasi anak Megembangkan kemampuan berbahasa dan menambah pembendahaaan kata kepada anak didik o Menciptakan suasana senang di kelas

Kebaikan Metode Bercerita o Dapat membangkitkan minat anak o Menumbuhkan sikap perilaku yang positif pada anak o Menanamkan nilai-nilai moral

Menumbuhkan imajinasi anak Melatih pendenganran anak Mengenadlikan emosi Memperkaya kosa kata Mengembangkan daya piker Menumbuhkan rasa cinta tanah air Kelemahan Metode Bercerita o Dapat membuat anak pasif o Apabila alat peraga tidak menarik anak krang aktif o Anak belum tahu dapat mengulang cerita kembali o Waktu cerita berlangsung anak yang mengemukakan pendapatnya sehingga mengganggu jalannya cerita.
o o o o o o

Pembelajaran dengan menggunakan metode berceritaakan menghasilkan mutu yang baik apabila cara menguasai teknik-teknik bercerta. Berikut beberapa teknik dalam bercerita
y

Teknik Bercerita Tanpa Alat Peraga Langkah-langkah pelaksanaan


o o o

Guru mengatur organisasi kelas (Posisi tempat duduk anak) Guru merangsang anak agar mau mendengarkan dan memperhatikan isi cerita Guru mulai bercerita, (cerita sederhana) dengan terlebih dahulu menyebutkan judul certa o Setelah selesai bercerita, guru memberikan tugas pada anak-anak, untuk menceritakan kembali isi cerita tersebut secara bergantian o Guru memberikan pujian pada anak yang sudah bias dan memberikan motovasi kepada anak yang belum

Contoh cerita : Siburik yang Serakah Catatan :


o

o o o o o

Dalam melukiskan peristiwa pada cerita tersebut di atas hendaknya jangan dengan gerak-gerik terlalu realities. Misalnya waktu melukiskan si Burik yang sedang lari. Cukup menggerakan kaki dan tangan saja sambil berdiri atau duduk. Cerita hendaknya cukup singkat dan sederhana bahasanya mudah dimengerti anak. Intonasi suara agar disesuaikan dengan isi cerita Isi cerita dapat ungkin disesuaikan dengan tema Kegiatan bercerita biasanya diberikan pada saat pembukaan atau oenutupan Apabila kegiatan tersebut diberikan dalam kegiatan inti agar suara guru jangan sampai mengganggu kelompok yang lain.

Teknik Bercerita dengan Menggunakan Alat Peraga Langsung

o o

Misal "Seorang Guru bercerita dengan judul cerita" Seekor Kelinci Putih dan Kol Langkah Langkah pelaksanaan :
 

    

Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan Guru memberikan pendahuluan dengan membicarakan tentang alat peraga seekor kelinci dan daun kol. Misalnya tentang warna bulu kelinci, nama, julah kaki, betuk telingan, makanannya, bagaimana berjalannya, dan sebagainya, sambil anak diberi kesempatan untuk memegang dan membelai kelinci dan sebagainya. Setelah cukup memberikan penjelasan tentang alat peraga (kelinci) guru memasukan kelinci ke dalam kandang, lalu guru bercerita. Guru merangsang anak untuk mendengarkancerita Setelah selesai bercerita guru memberikan pertanyaan kepada anak tentang apa, mengapa, di mana, berapa, bangamana, dan sebagainya. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru tersebut Bagi anak yang sudah dapat menjawab dengan benar diberikan pujian dan bagi yang belum diberi dorangan motivasi

Contoh Cerita : Kelinci Putih dan Daun Kol. Catatan :


   

Isi cerita sedapat mungkin disesuikan dengan tema Isi cerita pada pendahuluan dipersingkat dan hanya mengandung garis besarnya saja Guru membawakan cerita, dengan gaya dan suara serta dialog yang menarik Kegiatan tersebut dilakukan secara klasikal.

Pelaksanaan seperti tersebut diatas berlaku juga untuk metode bercerita dengan menggunakan alat peraga tiruan maupun gambar.

Teknik Bercerita Dengan Menggunakan Gambar-Gambar Langkah langkah Pelaksanaan :


o o o o

Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan (gambar-gambar) Guru mengatur posisi tempat duduk anak sesuai dengan yang direncanakan. Guru menarik perhatian anak agar mendengarkan cerita Guru bercerita dengan memperlihatkan alat peraga satu persatu sesuai dengan bagian yang diceritakan

Guru bercerita dengan memperhatikan alat paraga satu persatu sesuai dengan bagian yang diceritakan. o Guru memberikan pertanyaan tentang isi cerita pendek tersebut satu persatu (bertahap) kepada anak secara bergantian, misalnya :  Sedang apakah kumbang dan lalat? o Anak menjawab pertanyaan guru satu per satu kalimat pertanyaan sampai dengan 3 (tiga) pertanyaan. Setiap pertanyaan merupakan satu kalimat. o Bagaimana yang sudah dapat menjawab pertanyaan diberikan pujian dan bagi anak yang belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar diberikan motovasi.
o

Catatan : Pertanyaan yang diajukan kepada anak masing-masing anak sebanyak 3 pertanyaan yan setiap pertanyaan merupakan pertanyaan tunggal dan diharapkan langsung dijawab oleh anak. Guru sebaiknya menyiapkan pertanyaan yang akan diajukan kepada anak. Contoh cerita : Semut yang Baik Hti Catatan :
o o o

Isi cerita sedapat mungkin dikaitkan dengan tema Pertanyaan isi cerita dilaksanakan setelah guru selesai bercerita Pada pelasanaan bentuk cerita dengan gambar, setiap kali cerita ditunda sebentar untuk menjelaskan gambar sesuai dengan banyaknya gambar yang ada. Hal ini hendaknya dilakasanakan selancar mungkin, sehingga anak tidak merasa bahwa ceritanya diputuis-putus. o Gambar gambar yang dipergunakan hendaknya memenuhi juga persyaratan seperti cukup besar untuk dapat dilihat oleh semua anak, berwarna alami dan menarik, tidak terlalu banyak "Hiasan" yang mengaburkan isi cerita o Gambar yang digunakan boleh satu atau lebih

http://www.anakciremai.com/2010/03/makalah-ilmu-pendidikan-tentang-belajar.html

You might also like