You are on page 1of 9

TUGAS ANALISI SWOT

SMESRTER KELOMPOK Anggota 1. HAIRUNNISA 2. RATIH PRAMITA 3. MUHAMAD ARSANI 4. WAHYUNADI 5. SABRI 6.RULI ARIANHADI

: VII D :3 : 7. D.MUSTAMU QAMAL PAKNI 8. ROPANDI 9. SUHARYADI 10. SOFIAN MULYADI 11. RODI HAMZAN 12.ADINULFITRAH

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM T.A 2011 / 2012

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri

LATAR BELAKANG PERLUNYA KADARZI Pada tahun 2002, terdapat 27,3% balita menderita gizi kurang, 8% diantaranya gizi buruk. Disamping gizi kurang, sebanyak 50% balita mengalami kekurangan vitamin A, dan mempunyai risiko terjadinya kebutaan, gangguan pertumbuhan dan penurunan daya tahan tubuh. Masalah gizi lain adalah anemia gizi yang ditemukan pada sekitar 48,1% balita. Beberapa penelitian menyimpulkan 54% kematian bayi dan balita dilatarbelakangi faktor gizi (sumber : Depkes RI). Memasuki usia sekolah lebih dari sepertiga (36%) anak tergolong pendek, sebagai indikasi kekurangan gizi menahun. Pada tahun 2003, 11% anak sekolah menderita GAKY. Disamping itu diperkirakan 10 juta anak menderita anemia gizi besi. Secara keseluruhan gangguan gizi pada anak usia sekolah mempengaruhi prestasi belajar, yang sangat merugikan generasi mendatang. Pada usia remaja dan usia produktif, anema gizi merupakan masalah yang paling sering ditemui. Sepertiga remaja putri dan WUS serta sekitar 50% ibu hamil menderita anemia gizi. Selain itu kurang energi kronis (KEK) juga ditemui pada sekitar 30 juta kelompok usia produktif. Kurang gizi pada kelompok ini sangat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh dan produktivitas. Masa kehamilan sering disebut periode kritis terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Gangguan gizi pada masa ini akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin dan akan berdampak pada periode berikutnya. Dimasa mendatang proporsi usia lanjut akan semakin bertambah, seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup. Tanpa disadari sekitar 5 juta lansia menderita gangguan anemia gizi. Disamping masalah gizi kurang, prevalensi gizi lebih meningkat dengan tajam, terutama di perkotaan. Gizi lebih terkait dengan perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi. Gizi lebih merupakan salah satu risiko timbulnya penyakit degeneratif. Mencermati perkembangan masalah gizi dan pengalaman didalam pelaksanaan program perbaikan gizi, diperlukan pergeseran orientasi program perbaikan gizi, mengacu pada paradigma sehat. Upaya perbaikan gizi mempertimbangkan beberapa hal penting sebagai berikut; 1. Arah perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga, untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih. 2. Sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup seluruh kelompok siklus hidup, meliputi; bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia produktif serta usia lanjut. 3. Pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga, pemberdayaan

masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas sektor. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), merupakan gambaran keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan memecahkan masalah gizi anggota keluarganya.

A. PENGERTIAN KADARZI KELUARGA SADAR GIZI adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggotanya

PERILAKU GIZI SEIMBANG adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga meliputi mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku hidup sehat

MAKANAN SEIMBANG adalah pilihan makanan keluarga yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan masing-masing anggota keluarga dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan bebas dari pencemaran

B. MENGAPA SASARANNYA KELUARGA ? y PENGAMBILAN KEPUTUSAN dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga y y SUMBER DAYA dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga MASALAH GIZI yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan y KEBERSAMAAN antar keluarga dapat memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan C. BEBERAPA CONTOH PERILAKU SADAR GIZI 1. Memantau berat badan secara teratur 2. Makan beraneka ragam 3. Hanya mengkonsumsi garam beryodium 4. Memberikan hanya ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan 5. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan D. PERLUNYA MEMANTAU BERAT BADAN SECARA TERATUR

Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan

y y y

Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya Keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas

E. CARA MEMANTAU BERAT BADAN ANAK 1. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain sekurangnya 2 bulan sekali 2. Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS 3. Bila grafik berat badan pada KMS Naik (sesuai garis pertumbuhannya), berarti anak sehat, bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan dan perlu di tindaklanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan petugas kesehatan F. PERLUNYA MAKAN BERANEKA RAGAM 1. Tubuh manusia memerlukan semua zat gizi (energi, lemak, protein, vitamin dan mineral) sesuai kebutuhan 2. Tidak ada satu jenis bahan makanan pun yang lengkap kandungan zat gizinya 3. Mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung sumber energi, lemak, protein, vitamin dan mineral untuk menjamin pemenuhan kebutuhan gizi 4. Apabila tersedia pilihlah makanan yang telah diperkaya dengan zat gizi tertentu G. PERLUNYA SELALU MENGKONSUMSI GARAM BERYODIUM 1. Zat yodium diperlukan tubuh setiap hari 2. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) menimbulkan penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar gondok 3. Kandungan zat yodium dalam air dan tanah di beberapa daerah belum mencukupi kebutuhan

H. PERLUNYA IBU MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI SAMPAI USIA 6 BULAN 1. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat 2. ASI dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan (ASI Eksklusif) 3. Praktis karena lebih mudah diberikan setiap saat 4. Meningkatkan kekebalan tubuh bayi 5. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi

I. CARA MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF 1. Mulai memberikan ASI SEGERA setelah lahir 2. Jangan diberikan makanan lain sampai bayi berumur 6 bula 3. Berikan ASI melalui payudara kiri dan kanan BERGANTIAN setiap kali menyusui 4. Ibu menyusui perlu minum dan makan lebih banyak dengan MENU SEIMBANG J. PERLUNYA SUPLEMENTASI ZAT GIZI 1. Kebutuhan zat gizi pada kelompok bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui meningkat dan seringkali tidak bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari, terutama vitamin A untuk balita, zat besi untuk ibu dan yodium untuk penduduk di daerah endemis gondok 2. Suplementasi zat gizi (tablet, kapsul atau bentuk lain) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut 3. Apabila kebutuhan zat-zat gizi tersebut dipenuhi dari pengkayaan makanan, maka suplementasi zat gizi dapat dihentikan secara bertahap K. CARA MENILAI APAKAH SUATU KELUARGA SUDAH SADAR GIZI 1. Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak baik 2. Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada keluarga 3. Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium

4. Semua ibu memberikan hanya ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan 5. Semua balita dalam keluarga yang ditimbang naik berat badannya sesuai umur 6. Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga H. MENUJU KADARZI Perilaku keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, serta faktor-faktor lain seperti lingkungan, sosial ekonomi, dan ketersediaan sumber daya. Di tingkat keluarga : 1. Keluarga mencari informasi gizi yang tersedia secara terus menerus 2. Tukar pengalaman antar keluarga serta pendampingan oleh tokoh masyarakat dan petugas 3. Memanfaatkan fasilitas rujukan kompeten secara berjenjang yang terjangkau (posyandu, puskesmas dan rumah sakit) Di tingkat masyarakat: 1. Terbentuknya kelompok masyarakat yang mendukung upaya menuju KADARZI (LSM; organisasi keagamaan; organisasi kepemudaan; PKK; kelompok budaya, organisasi profesi; organisasi wanita; pengusaha) 2. Setiap kelompok akses terhadap informasi gizi dan informasi sistem pelayanan gizi 3. Sekurangnya terdapat kader di masing-masing kelompok 4. Setiap kelompok aktif menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan sumber daya kesehatan dan gizi Di tingkat Pemerintah (Pusat,propinsi dan Kab/Kota) 1. Setiap sektor akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan dan gizi, 2. Setiap sektor mempertimbangkan aspek kesehatan dan gizi dalam merumuskan kebijakan sektor 3. Setiap sektor menyediakan sumber daya untuk perbaikan kesehatan dan gizi masyaraka

ANALISIS SWOT A. Strength ( Kekuatan) 1. Jaringan kerjasama antar sector sangat baik di mana melibatkan posyandu, puskesmas, rumah sakit, LSM, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, PKK, kelompok budaya, organisasi profesi;( organisasi wanita; pengusaha) serta dukungan orang tua balita 2. Informasi tentang pentingnya hidup sehat, dengan sadar akan pentingnya gizi seimbang bisa sampai pada masyarakat 3. Tersedianya fasilitas tempat, kendaraan dan akses jalan sudah baik. B. Weakness (Kelemahan) 1. Sasaran posyandu tersebar dalam beberapa pedukuhan dengan akses jalan yang sulit . 2. Faktor pendidikan yang rendah mengakibatkan sebagian warga masyarakat yang tidak mengerti apa pentingnya sadar gizi. 3. Factor ekonomi sangat berpengaruh di mana sebagian masyarakat tidak dapat membeli makanan yang bergizi tinggi 4. Tidak adanya alternative yang di berikan oleh anggota penyuluhan akan mengatasi masalah gizi misalnya : makan pendamping dan makan penganti yg bisa memenuhi kebutuhan gizi 5. Pemberian asi ekslusif masih jauh di bawah harapan di mana ke banyakan ibu ibu membantu suami mencari nafkah 6. Masih tertanamnya keyakinan pada masyarakat banyak anak banyak rejeki

mengakibatkan laju pertumbuhan cepat sedangkan factor ekonomi tidak mendukung C. Opportunity (Peluang) 1. Banyak warga dan tokoh masyarakat yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu kepentingan masyarakat. 2. Dengan kemajuan informasi Promosi kesehatan tentang sadar gizi bias di promosikan lewat televise, radio, Koran serta posterer dan paflet

D. Treaths (Ancaman / Gangguan) 1. masih adanya masyarakat yang tidak memanfaatkan sarana kesehatan dan tidak bersedia lapor bila sedang menderita penyakit tertentu. Sehingga bayi dan anak-anak terkadang datanya tak terlacak. 2. Masih adanya keluarga yang menganga sakit itu pemberian tuhan dan akan sembuh dengan sendirinya 3. Kebiasaan dalam masyarakat mengkonsumsi TUAK di anggap hal biasa dalam masyarakat dan tradisi padahal itu bias mengagu kesehatan 4. Penghasilan rendah mebuat ibu turut mencari nafkah, akibatnya banyak anak balita yang tidak tertib dalam mengikuti posyandu.

E. strategies peluang : ini merupakan situasi yang menguntungkan. Puskesmas memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented stategy). Dengan menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang di mana pemanfaatan seluruh tenanga kesehatan baik dokter,perawat, bidan, kader kader serta seluruh lapisan masyarakat yang berpengaruh dalam wilayah kerjanya yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarak tersebut . F. strategies ancaman : dalam situasi ini pihak bidan wilayah dan puskesmas menghadapi berbagai ancaman, tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

You might also like