You are on page 1of 12

BASIS AKRUAL AKUNTANSI & PENGANGGARAN PEMERINTAH: KASUS BEBERAPA NEGARA

Oleh: Bambang Widjajarso, Ak., MBA.

Disampaikan dalam seminar

Strategi Menuju Penerapan Akuntansi Akrual pada Instansi Pemerintah


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran & Perbendaharaan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Yogyakarta, 9 Juli 2010

PENDAHULUAN

Sesuai amanat Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh paling lambat tahun anggaran 2008. Namun demikian, basis akuntansi menurut Standar Akuntansi Pemerintah (PP 24 tahun 2005) yang saat ini diterapkan pemerintah dalam penyusunan laporan keuangan masih menggunakan basis akuntansi cash towards accrual, yakni pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas, sedangkan untuk pengakuan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca menggunakan basis akrual. Telah banyak kajian basis akrual untuk pemerintah dari pakar akuntansi, meskipun tidak semua sepakat bahwa basis akrual harus segera diterapkan di sebuah negara, terlepas dari manfaatnya. Dalam makalah ini, penulis akan membahas penerapan akuntansi berbasis akrual di beberapa negara, yang terfokus pada variasi penyikapan atas basis akrual untuk pemerintah dan kondisi perkembangan basis akrual beberapa negara terpilih. Diharapkan makalah ini akan menambah wawasan bagi pembaca, baik praktisi pemerintah pusat dan daerah, akademisi maupun bagi badan penyusun standar. II A. VARIASI PENYIKAPAN BASIS AKRUAL Overviu Akuntansi Berbasis Akrual.

Basis akuntansi akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.1 Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Dengan demikian, pendapatan diakui pada saat penghasilan telah diperoleh (earned) dan beban atau biaya diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi. Basis akuntansi akrual ini sudah diakui secara luas pada akuntansi sektor bisnis/komersial, namun tidak demikian untuk akuntansi sektor publik/pemerintah. Maslahnya adalah bahwa dalam akuntansi pemerintah, standar akuntansi (basis kas maupun basis akrual) erat kaitannya dengan peraturan perundangan yang berlaku di suatu negara. Dengan demikian, berbicara tentang basis akuntansi untuk sektor pemerintah terkait tidak hanya kondisi hukum di suatu negara, tetapi juga kesepakatan politik. Karakteristik-karakteristik akuntansi berbasis akrual antara
1

Lihat Memorandum Pembahasan Penerapan Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintah Indonesia dari Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 11 Desember 2006.

lain mencakup2: 1. Aset modal akan diakui dalam pelaporan keuangan pemerintah yang akan dilaporkan sebagai aset tetap non finansial. Pengakuan ini tidak hanya mempengaruhi hutang netto pemerintah, tetapi akan berpengaruh pada akumulasi defisit. 2. Pendapatan pajak akan diakui sepanjang periode pendapatannya, bukan pada saat penerimaan tunai dari pajak tersebut. Dengan demikian, piutang pajak (setelah dikurangi dengan cadangan tak tertagihnya) akan dicatat sebagai pendapatan pajak sebagai rekening lawan. Thomas H. Beechy merumuskan bahwa akuntansi berbasis akrual penuh merupakan kombinasi tiga konsep yakni basis akrual (itu sendiri), basis biaya dan konsep alokasi antar periode. Basis akrual merupakan basis untuk mengatasi kelemahan basis kas yang dapat menyembunyikan hasil operasi yang sebenarnya maupun informasi atas hutang. Basis biaya menyatakan bahwa biaya merupakan pengeluaran yang diakui ketika barang dan jasa diperoleh atau pengeluaran yang digunakan atau dikonsumsi dalam operasi, meskipun pengeluaran tersebut diakui terlebih dahulu sebagai aset, sehingga basis biaya muncul ketika konsep penandingan (matching cost against revenue) diterapkan. Sedangkan, konsep alokasi antar periode dapat juga dinyatakan sebagai bagian dari pelaporan berbasis biaya, tetapi dalam prakteknya, alokasi ini merupakan modifikasi dari basis biaya. Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat. (Heather Thompson). Tujuan penggunaan basis akrual, untuk sektor publik, akan mencakup: peningkatan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan (penganggaran, akuntansi dan pelaporan), peningkatan pengendalian fiskal, manajemen aset, peningkatan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah, peningkatan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk pengambilan keputusan dan peningkatan transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah. Ringkasnya, jika para manajer diberikan fleksibilitas dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan (input), mereka berkepentingan untuk menyediakan informasi yang akurat. Penerapan basis akrual sejalan dengan tujuan reformasi manajemen keuangan di suatu negara. Penggunaan basis akrual untuk pelaporan keuangan akan berhasil diterapkan pada negara yang secara signifikan mengurangi kendali atas input. International Monetary Fund (IMF) menyarankan kepada negara-negara debiturnya untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangan. B.
2

Isu-isu terkait Basis Akuntansi Akrual 3

Menurut Department of Finance, Canada

Dalam makalahTransition to Accrual Accounting IMF menyimpulkan beberapa isu terkait dengan penerapan basis akrual, antara lain: 1. Perumusan kebijakan akuntansi. Basis kas yang hanya mencatat transaksi penerimaan dan pembayaran kas akan mudah dioperasikan. Pengakuan dan pengukuran/penilaian atas transaksi yang semakin kompleks mengandung risiko kesalahan dan salah saji yang tinggi. Isu utamanya adalah bahwa pemerintah perlu memfokuskan pada materi pilihan kebijakan akuntansi mana yang paling tepat yang konsisten dengan standar akuntansinya. 2. Ada gap dengan standar internasional. Standar akuntansi pemerintah internasional yang diterbitkan oleh The International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB) dirancang untuk memfasilitasi penerapan umum pelaporan keuangan pemerintah dengan kualitas yang tinggi yang dapat diperbandingkan secara internasional. Akan tetapi, masih terdapat gap antara standar internasional dengan standar yang dikembangkan suatu negara. 3. Informasi kas dalam kerangka kerja akrual. Penerapan basis akuntansi menuju basis akrual bukan berarti menghilangkan basis kas, tetapi pengelolaan kas merupakan bagian yang integral dari kerangka manajemen keuangan berbasis akrual. 4. Sinkronisasi antara akuntansi akrual dengan anggaran. Sering diargumentasikan bahwa konsep akuntansi dan anggaran haruslah disamakan agar terdapat basis yang jelas dan transparan dalam pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah dan hasil keuangan yang aktual. Namun demikian, pertanyaannya adalah apa perbedaan antara basis akuntansi akrual dan basis akrual dalam anggaran? Akuntansi berkaitan dengan pelaporan transaksi ex post, sementara anggaran merupakan perencanaan ex ante dalam basis akrual. Secara teknik, pemerintah dapat saja menerapkan basis akuntansi akrual tanpa membuat perubahan kerangka penganggaran yang berbasis kas, dan, dengan demikian, dalam pelaporan akuntansi berbasis akrual, pertanggungjawaban anggaran berbasis kas akan tetap disusun. 5. Klasifikasi anggaran dan akun standar. Jika pemerintah menerapkan basis akrual pada akuntansi dan anggarannya, klasifikasi anggaran dan akun standar akan sama, tetapi jika pemerintah menerapkan basis akrual hanya pada akuntansi dan menerapkan basis kas pada anggarannya, akan ada perbedaan antara akun standar dan klasifikasi anggaran. C. Variasi penyikapan basis akrual beberapa negara. Dari beberapa referensi, terlihat bahwa masing-masing negara dapat saja menyikapi berbeda atas isu basis akrual. Jika dikelompokkan, variasi penyikapan tersebut terdiri antara lain 4

sebagai berikut: 1. Basis akrual untuk akuntansi dan anggaran. Negara-negara Kanada, Italia, Inggeris, dan Selandia Baru adalah contoh negara yang menerapkan basis akrual baik untuk akuntansi maupun anggarannya. Negara-negara tersebut ingin menerapkan secara total basis akrual, baik dalam akuntansinya maupun dalam penganggarannya, karena sistem yang dikembangkan akan disinkronisasikan antara perlakuan akuntansi sejak dari hul (penganggarannya). 2. Basis akrual untuk akuntansi dan basis kas untuk anggaran. Amerika Serikat dan Spanyol adalah contoh negara yang menerapkan basis akrual untuk akuntansinya, meskipun belum seluruh state & local governments menerapkan basis akrual untuk anggarannya. Dalam kelompok ini, masih terdapat variasi penyikapan lain, yakni negara-negara ini telah menerapkan basis akrual hanya untuk kementerian/lembaga, tetapi belum laporan konsolidasian, misalnya Jepang, Portugal dan Swiss. Negara-negara tersebut diatas merasa bahwa masalah akuntansi dapat dilepaskan dengan masalah penganggaran, sehingga dalam anggaran dirasa tidak perlu berbasis akrual. 3. Basis Kas untuk akuntansi dan untuk anggaran. Negaranegara dalam kelompok ini belum menerapkan basis akrual yang ternyata masih cukup banyak, seperti misalnya Jerman, Austria, Ceko, Luxemburg, Meksiko, Norwegia, Slovakia, dan Turki. Negara-negara tersebut masih menerapkan basis kas baik untuk akuntansinya maupun untuk anggarannya, karena mereka berprinsip bahwa operasional kegiatan pemerintahan tertuju pada peningkatan pelayanan, bukan pada operasional sistem, sehingga apa pun pilihannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara. Standar yang dikembangkan oleh lembaga internasional pun, seperti IPSASB memberikan pilihan. III KONDISI NEGARA A. AKUNTANSI & PENGANGGARAN BEBERAPA

Singapura. Negara Singapura adalah contoh negara yang (mungkin) berkonsentrasi pada daya saing internasional, karena negara ini selalu memposisikan diri sebagai negara yang sumber dayanya sangat minim. Kondisi ini disikapi dengan -pemerintah biasanya tidak terlalu terlibat dalam isu-isu internasional yang membicarakan aspek mikro seperti akuntansi, kecuali hanya mengadopsi praktek internasional. Beberapa aspek yang dapat dipahami berkaitan dengan praktek akuntansi dan penganggaran di negara tersebut antara lain: 1. Tidak terlalu banyak referensi di open source dari praktek akuntansi dan penganggaran, kecuali interaksi langsung 5

dengan praktisi maupun akademisi dari negara tersebut. 2. Pemerintahan. Organisasi pemerintah Singapura (eksekutif) terdiri dari Presiden & Cabinet. Susunan Cabinet teridiri dari Perdana Menteri, Menteri Senior, Menteri Mentor, Deputy Perdana Menteri dan para Menteri. Pemerintah hanya ada pemerintah pusat, tanpa punya pemerintah daerah (local governments), tetapi mempunyai badan yang disebut Community Development Council. Para menteri dan aparat bawahannya (organ of state) merupakan bagian dari apa yang disebut Singapore Civil Service, para pengelola negara yang berkonsentrasi pada pelayanan publik. Pada setiap public sector dilengkapi dengan badan pengawas pelayanan (Statury Boards) yang diisi para profesional di bidangnya untuk menjamin pelayanan prima kepada pemangku kepentingan, misalnya pelayanan air bersih, atau public utilities lainnya. Para menteri bertugas dalam pembuatan kebijakan, sedangkan Statury Boards bertugas pada operasi dan pelaksanaan pelayanan, yakni penyediaan jasa, promosi kegiatan-kegiatan yang ekonomis, dan pengembangan infrastruktur. Statury Boards dapat memperoleh pendanaan dari pemerintah dalam bentuk grant atau menarik fee dari jasa yang diberikan oleh pengelola (pengelolaan public service dilakukan dengan model korporasi Government Linked Companies) 3. Budaya kerja kepemerintahan. Budaya kerja kepemerintahan yang dikembangkan menganut empat prinsip sebagai berikut: a. Leadership is key b. Anticipate change and Stay relevant c. Reward for work and work for reward d. A stake for everyone, opportunities for all 4. Mindset dibidang keuangan. a. Legislative/DPR tidak dibiarkan intervensi/campur tangan dalam proses, karena selain mereka tidak paham, juga interest yang berbeda (di Singapura: posisi eksekutif sangat kuat dibanding dengan legsilatif s/d saat ini). Masalah akuntansi dan anggaran adalah domain aktivitas eksekutif. b. Legislatif/DPR konsentrasi pada output/otcome. Performance Based Budgeting sudah sangat maju di Singapura a. Dokumen anggaran sangat sederhana, laporan untuk kepentingan pengambilan keputusan sangat singkat (hanya 4 lembar) dan konsentrasi pada tindakan. Dengan kata lain, simple process dalam anggaran & pelaporan. c. Pihak konsultan independen menempel pada keseluruhan proses, agar terjaga kondisi on the right 6

b.

d.

e.

f.

track pada seluruh kebijakan dan operasionalisasi kebijakan. Akrual? Dalam akuntansi, pemerintah mengadopsi pada praktek internasional yang berbasis korporasi. Dalam anggaran, mereka mengadopsi Resource Based Budgeting. Dalam anggaran untuk pelayanan, cost dihitung tidak hanya belanja gaji/honor, belanja barang/jasa, dan lain sebagainya, tetapi juga memperhitungkan aspek overhead dan opportunity cost. Keberadaan kantor mewah yang berada di lokasi segitiga emas, misalnya, akan diperhitungkan opportunity cost-nya dalam menghitung biaya pelayanan. Jika biaya pelayanan tinggi, masyarakat pengguna jasa pemerintah akan protes dan meminta pemerintah untuk menurunkan biaya yang dibebankan kepada mereka. Tindakan yang mungkin diambil adalah dengan memindahkan lokasi kantor pemerintah ke daerah yang tidak mahal, sedangkan daerah yang mahal dapat disewakan yang hasilnya akan menguntungkan anggaran pemerintah. Siapa akan mengambil manfaat? Jelas bahwa masyarakat yang akan mengambil manfaat dengan biaya yang rendah dari pelayanan yang diberikan pemerintah, meskipun mereka mau menanggung dalam penambahan kapasitas infrastruktur, misalnya. Manfaat lain dari strategi perpajakan di Singapura. Pemerintah Singapura memfokuskan penerimaan pajak dari pajak tidak langsung seperti PPn. Hanya mereka yang kapasitas membayar pajak (PPh) lebih (dari segi kekayaan dan penghasilan) yang diberikan kewajiban menyampaikan SPT. Tetapi, semua bisnis diregistrasi secara tertib (businessman dibuat sangat nyaman, karena semua pajak dapat dibebankan kepada konsumen). Bandingkan dengan ketika Pemda DKI berwacana menyambung secara on line pada sistem internal perusahaan pada bisnis perhotelan yang mendapat tentangan luar biasa, karena pengusaha berusaha mengcleankan dulu sebelum bayar pajak. Dapat dipahami kalau Singapore cukup percaya diri untuk mengelola negaranya sendiri, termasuk tidak bergabung dengan organisasi internasional, kecuali organisasi pertahanan, karena mereka mempunyai daya saing yang sangat tinggi di dunia internasional.

B.

Jerman. Negara Jerman merupakan contoh negara yang (mungkin juga) negara yang tertutup dalam hal-hal isu internasional, termasuk di bidang anggaran dan akuntansi. Negara yang dari sejarahnya merupakan negara yang cukup gagah berani untuk mempengaruhi 7

dunia, tapi bukan dipengaruhi dunia. Beberapa aspek yang dapat dipahami berkaitan dengan praktek akuntansi dan penganggaran di negara tersebut antara lain: a. Pemerintahan Sejak tahun 1989, negara Jerman berbentuk New Federal States. Pemerintahannya dipimpin oleh Presiden dan Chancellor. Pemerintahan federal (Bund) terdiri dari 16 negara bagian (Lander) dan 400an counties dan kota (stads). Diantara pemerintah federal dan counties/stads terdapat organisasi kreis (semi formal) yang bertugas dalam koordinasi dari counties yang secara historis berada dalam kekuasaan jaman kerjaan dulu. Tetapi, kreis ini cukup kuat pengaruhnya, terutama dalam isu-isu regionalisasi permasalahan kepemerintahan, misalnya pelayanan rumah sakit tidak harus setiap kota mempunyai rumah sakit sendiri, kalau memang satu kawasan regional secara geografis berdekatan satu sama lain. Dengan kondisi ini, ruang lingkup county tidak harus terlalu luas, tapi fokus pada apa yang menjadi kewajiban konstitusinya, terutama pelayanan minimumnya. Kreis ini juga dapat memainkan perannya jika defisit suatu kota cukup mengkhawatirkan, misalnya kota Bonn, yang dulunya menjadi ibukota negara Jerman Barat, yang kemudian ketika ibukota Jerman pindah ke Berlin, pendapatan asli daerah (PAD) kota ini turun sangat drastis, kreis dapat saja menggabungkan beberpa county kedalam satu unit kepemerintahan untuk kepentingan efisiensi. (Bukan pemekaran seperti di negara kita). b. Negara ini baru mulai mengenal New Public Financial Management (NPFM), (sementara Indonesia sudah sangat maju) c. Accrual? Banyak pengelola keuangan negara yg tidak kenal, karena not really matters. Prakteknya, pemerintah lokal hanya melaksanakan basis kas. d. Dalam hal konsep NPFM, negara tersebut sedang mengujicoba-kan pada satu kota tertentu (Wuppertal) dan dikelola bersama sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan keuangan daerah (Aus-und Fortbildung Kommunales Finanzwesen), yang sekaligus menjadi konsultan pemerintah lokal. Lembaga ini diisi oleh kaum professional & dikelola secara professional dan diharapkan jika berhasil akan ditularkan kepada pemerintah lokal lainnya. Kota dan county yang bergabung dengan pendekatan stelsel aktif -ikut mendanai pilot project ini dan dapat memanfaatkan pelatihan yang ada. Implementasi konsep NPFM ini juga didukung sepenuhnya dan didanai dari kreis. Satu catatan yang dapat diambil dari negara Jerman adalah bahwa segala pengembangan konsep manajemen keuangan yang baru ini semuanya dimulai dari bawah (bottom up).

C.

Amerika Serikat. Dibandingkan dengan kedua negara diatas, negara Amerika Serikat merupakan negara yang sangat produktif dalam menghasilkan referensi dan tersebar luas dalam open source dan dalam textbook maupun artikel ilmiah. Sifat kompetisi antar pakar dan ahli di negara tersebut sangat tinggi, sehingga banyak referensi, termasuk di bidang public sector (government) financial management. Beberapa aspek yang dapat dipahami berkaitan dengan praktek akuntansi dan penganggaran di negara tersebut antara lain: a. Pemerintahan. Pemerintah negara ini berbentuk federal dengan 50 (lima puluh) negara bagian, dimana tugas dan kewajiban antara masing-masing unit pemerintah sudah diatur dalam konstitusi negara. Negara bagian dibagi lagi menjadi unit pemerintahan yang lebih kecil yakni city dan county. b. Dalam state and local governments, akuntansinya menganut fund accounting system, dimana masing-masing unit pemerintah dapat mempunyai lebih dari satu fund (multiple funds) dan masing-masing fund mempunyai karakteristik masing-masing. Fokus pengukuran pada fund adalah pada current financial resources (inflow & outflow). c. Akrual? Dalam kelompok Governmental Funds, basis akuntansinya adalah modified accrual. Pendapatan diakui jika memenuhi kriteria measurable (dapat diukur) dan available (tersedia untuk digunakan). Dalam tagihan pajak properti, misalnya, kedua kriteria tersebut dianggap terpenuhi. Karena ukuran properti, bumi dan bangunan misalnya, terukur dengan jelas, luasnya terukur, dan taripnya terukur dengan jelas, sehingga kriteria measurable dapat dipenuhi. Kemudian, dalam kondisi yang kepastian hukumnya tinggi seperti negara Paman Sam ini, pajak ditafsirkan sebagai kondisi yang mempunyai tingkat kolektibilitas yang tinggi, sehingga kriteria available dapat dipenuhi untuk tagihan pajak properti. Bagaimana dengan PPN? State and local government accounting masih mengakui belum ada hak tagih sampai adanya pelaporan transaksi penjualan, sehingga pendapatan masih diakui jika ada informasi untuk itu dianggap cukup. Untuk belanja? Kriterianya sangat erat dengan akrual yakni jika ada tagihan dari pihak ketiga timbul, belanja sudah layak diakui. d. Akuntansi komitmen. Dalam fund accounting system, perikatan dengan pihak ketiga juga diimplementasikan dalam akuntansi komitmen berupa encumbrance. Encumbrance dicatat ketika ada pengiriman Purchase Order atau kontrak ditandatangani. Fungsinya adalah bahwa perikatan yang nantinya akan membebani belanja perlu dimonitor agar tidak terjadi pelampauan anggaran belanja. 9

e. Penganggaran? Dalam Capital Project Fund, fund accounting menerapkan project oriented budget, artinya jika usulan proyek disetujui, anggaran yang disetujui adalah untuk satu paket proyek, meskipun proyek tersebut memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran. Kenapa demikian? Pelaksanaan proyek biasanya menyangkut komitmen pihak lain, termasuk sumber-sumber keuangan lain untuk mendanai proyek, misalnya grant dari pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Hal ini juga menyangkut masalah dengan penerbitan obligasi yang diterbitkan khusus untuk pembangunan proyek. Kondisi anggaran berbasis proyek seperti ini sangat cocok dengan sistem perikatan dengan pihak lain dan sistem penganggaran tentunya perlu disesuaikan. LANGKAH PENERAPAN BASIS AKRUAL. Terlepas dari kondisi masing-masing negara dalam penerapan basis akrual untuk akuntansi dan penganggarannya, dan tidak bermaksud untuk melemahkan semangat towards accrual, satu pendapat Asian Development Bank dalam makalah berjudul Accrual Budgeting and Accounting in Government and its Relevance for Developing Member Countries perlu kita jadikan pemikiran bersama, yakni tujuh rekomendasi bagi negara berkembang dalam menerapkan akrual basis, yaitu: 1. Kehati-hatian dalam memilih strategi penerapan akrual basis 2. Komitmen politik merupakan salah satu kunci penting. 3. Tujuan yang ingin dicapai harus dikomunikasikan 4. Perlunya tenaga akuntan yang andal. 5. Sistem informasi akuntansi harus memadai 6. Badan audit tertinggi harus memiliki sumberdaya yang tepat 7. Penerapan basis akrual harus merupakan bagian dari reformasi birokrasi IV. V SIMPULAN Berdasarkan bahasan-bahasan yang penulis uraikan diatas, simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Meski diakui lebih akurat, basis akrual belum sepenuhnya diadopsi mayoritas negara. Masih terdapat variasi penyiakan antar negara. 2. Negara-negara tertentu masih sedang memulai langkah penerapan basis akrual (Jerman), negara lain hanya adopsi (Singapura) dan negara.lain sudah sangat maju (AS). 3. Langkah penerapan basis akrual pada akuntansi pemerintah memang harus hati-hati, karena berhubungan dengan komitmen politik suatu negara, yang jika prosesnya dikembangkan dari organisasi pemerintah tingkatan bawah (bottom up) akan mengurangi resistance dari praktisi, Ksepakatan para pihak terkait akan menentukan suksesnya penerapan basis akrual suatu negara. 10

REFERENSI 2008 IFAC HANDBOOK OF INTERNATIONAL PUBLIC ACCOUNTING PRONOUNCEMENTS, IFAC, 2008 SECTOR

ACCRUAL ACCOUNTING AND BUDGETING, Key Issues and Recent Developments, PUBLIC MANAGEMENT SERVICE, PUBLIC MANAGEMENT COMMITTEE, Organisation for Economic Cooperation and Development, 06-May-2002 ACCRUAL BUDGETING AND ACCOUNTING IN GOVERNMENT AND ITS RELEVANCE FOR DEVELOPING MEMBER COUNTRIES, by Sarath Lakshman Athukorala & Barry Reid, Asian Development Bank, 2003. Accruals: Experiences of OECD Countries, presentation by Jon Ragnar Blondal, Deputy Head of Budgeting and Public Expenditures, OECD, Jakarta, 3 December 2008 Does Full Accrual Accounting Enhance Accountability?, by Thomas H. Beechy, The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Volume 12(3), 2007. GAO Report to the Committee on the Budget, U.S. Senate, BUDGET ISSUES: Accrual Budgeting Useful in Certain Areas but Does Not Provide Sufficient information for Reporting on Our Nations Longer-Term Fiscal Challenge, 2007 GAO Report to the Committee on the Budget, U.S. Senate, BUDGET ISSUES: Government Entities (Second Edition), IFAC PSC, December 2003 Implementation of Accrual Accounting in Australian Government Finance Statistics and the National Accounts, by ABS, Australia, 2002 KONSEP PUBLIKASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL, oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, April 2008. MEMORANDUM PEMBAHASAN PENERAPAN BASIS AKRUAL DALAM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA: Bahan Bahasan untuk Limited Hearing, oleh : Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta, 11 Desember 2006. MENYONGSONG ERA BARU AKUNTANSI INDONESIA, oleh Binsar H. Simanjuntak PEMERINTAHAN DI

PENERAPAN BASIS AKRUAL PADA AKUNTANSI PEMERINTAH INDONESIA: SEBUAH KAJIAN PENDAHULUAN oleh Bambang Widjajarso, 2009 PENGGUNAAN AKUNTANSI AKRUALDI NEGARA-NEGARA LAIN: TREN 11

DI NEGARA-NEGARA ANGGOTA OECD oleh Budi Mulyana, 2009 PENINGKATAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL (IMPROVEMENTS TO INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARDS) (Oleh: Syafri Adnan Baharuddin, Ak, MBA. dan Jamason Sinaga, Ak., MAP.*) TRANSITION TO ACCRUAL ACCOUNTING, by Abdul Khan and Stephen Mayes, Public Financial Management Technical Guidance Note, Fiscal Affairs Department, October 2007 WHAT IS ACCRUAL ACCOUNTING?, by FASAB WHY GOVERNMENTAL ACCOUNTING AND FINANCIAL REPORTING IS AND SHOULD BEDIFFERENT, by GASB

12

You might also like