You are on page 1of 42

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun Oleh: Retta Adita Nainggolan Kristevan H Simamora Intan Eklesiana Napitupulu Juan Setiaji Galuh Maharani Sukma Septian dwi Nurcahyo 0461050111 0461050160 0761050145 030.05.286 030.06.099 030.06.241 FK UKI FK UKI FK UKI FK TRISAKTI FK TRISAKTI FK TRISAKTI

Dosen Penguji : dr. Santosa Sp.F Residen Pembimbing: Dr. Ainur Rofiq

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DR. KARIADI SEMARANG Periode 20 November 2011 17 Desember 2011 i

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, referat dari: Nama/NIM : Retta Adita Nainggolan
Kristevan H Simamora Intan Eklesiana Napitupulu Juan Setiaji Galuh Maharani Sukma Septian dwi Nurcahyo 0461050111 0461050160 0761050145 030.05.286 030.06.099 030.06.241

Fakultas Universitas Bagian Judul Dosen Pembimbing

: Kedokteran Umum : Universitas Diponegoro Semarang : Ilmu Kedokteran Forensik : Asuransi Kesehatan di Indonesia : dr. Santosa, Sp.F

Residen Pembimbing : dr. Ainur Rofiq Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Semarang, November 2011

Dosen Pembimbing

Dr. Santosa, Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


ii

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TAHUN 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya, kami dapat menyelesaikan referat ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA. Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan referat ini tidak akan tercapai tanpa bantuan pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan referat ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. dr. Santosa, Sp.F selaku dosen penguji yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar, meningkatkan ilmu dan keahlian 2. dr. Ainur Rofiq selaku residen pembimbing referat yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam pembuatan referat ini. 3. Teman-teman dokter muda di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik, saran, dan pertanyaan sangat diharapkan demi kesempurnaan dimasa mendatang. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat serta menjadi sumber motivasi dan inspirasi untuk pembuatan referat selanjutnya. Semarang, 8 Desember 2011

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
iii

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Perumusan Masalah 3. Tujuan 4. Masalah BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi B. Sejarah Asuransi Kesehatan C. Jenis Asuransi Kesehatan Di Indonesia 1. Asuransi Kesehatan Sosial 2. Jamkesmas 3. Jamkesda 4. Jamsostek 5. Jampersal 6. Asuransi Sosial BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan ,kelangsungan dan kemandirian pembangunan , termasuk pembangunan di bidang kesehatan. Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diwujudkan antara lain dengan menjalankan cara hidup sehat penyelenggara berbagai upaya/pelayanan kesehatan dan dalam membiayai pemeliharaan kesehatan. Peran serta masyarakat (termasuk swasta) dalam pembiayaan pemeliharaan kesehatan terlaksana antara lain dengan bentuk (1) Pengeluaran biaya langsung untuk kesehatan ,(2) Dana sehat yakni pengumpulan dana masyarakat untuk kesehatan berlandaskan semangat gotong royong berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan yang telah dikenal sejak tahun 1970-an di banyak desa,(3) Asuransi sosial di bidang kesehatan antara lain program PT.Askes dan program JPK Jamsostek serta PT. Jasa Raharja yang pendanaannya berasal dari iuran wajib para peserta berdasarkan Undangundang, dan (4) berbagai bentuk pembiayan ksehatan pra -upaya swasta, yang sedang berkembang di Indonesia. Sistem pembiayaan kesehatan untuk pelayanan kesehatan memiliki dampak terhadap seberapa adilkah beban pembayaran didistribusikan diantara masyarakat. Dapatkah kaum kaya dan mereka yang sehat mensubsidi mereka yang miskin dan sakit?. Dalam rangka menjamin keadilan dan perlindungan terhadap resiko finansial harus terdapat sistem pembayaran praupaya (Prepayment) yang cukup kuat. Si miskin harus disubsidi melalui subsidi silang dari kelompok resiko rendah kepada kelompok resiko tinggi, fragmentasi pengelolaan dana harus di hindari dan harus terdapat sistem alokasi atau pembayaran yang strategis. Asuransi kesehatan sosial adalah suatu sistem manajemen resiko sosial seperti risiko kehilangan pendapatan atau biaya kebutuhan medis karena sakit yang risiko tersebut dipadukan (pooled) atau dipindahkan dari individu ke kelompok dengan kepesertaannya yang bersifat wajib.
v

Peran masyarakat yang cukup besar dalam pembiayaan kesehatan ini masih perlu di dorong agar dikelola dengan lebih efektif dan efisien, karena nya masih berupa pengeluaran biaya langsung yang tidak terencana dan masih merupakan beban perorangan yang belum diringankan dengan usaha bersama dan kekeluargaan. Pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bentuk telah menjadi paradigma baru dalam pembangunan masyarakat. Tentu saja pemberdayaan ini secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat. Program dan konsep-konsep digulirkan oleh pemerintah, terutama pemerintah pusat untuk mengajak segenap masyarakat membangun wilayahnya masingmasing. Di bidang kesehatan, salah satu bentuknya yaitu dengan desa siaga. 2. Perumusan Masalah Dari referat ini, kami menyimpulkan beberapa masalah: Bagaimana sejarah asuransi keshatan di Indonesia ? Apa saja jenis jenis Asuransi di Indonesia ? Bagaimana dasar hukum asuransi di Indonesia ? Apa saja persyaratan masing masing Asuransi ? Bagaimana sistem rujukan tiap jenis Asuransi ? Apa saja permasalahan tiap jenis Asuransi ? Bagaimana mekanisme alur pelayanan asuransi kesehatan ?

3. Tujuan Umum: Mengetahui tentang asuransi kesehatan di Indonesia Khusus:

Mengetahui sejarah asuransi keshatan di Indonesia. Mengetahui jenis-jenis Asuransi di Indonesia. Mengetahui dasar hukum asuransi di Indonesia. Mengetahui mekanisme alur pelayanan asuransi kesehatan. Mengetahui persyaratan masing masing Asuransi. Mengetahui sistem rujukan tiap jenis Asuransi. Mengetahui permasalahan tiap jenis Asuransi.

vi

4. Manfaat Referat ini diharapkan dapat menjadikan salah satu sumber referensi untuk lebih mengenal dan memahami tentang asuransi kesehatan.

BAB II
vii

TINJAUAN PUSAKA

A. Definisi Health Insurance : The payment for the excepted costs of a group resulting from medical utilization based on the except ed expense incurred by the gro up. The payment can be based on community or experience rating (Jacobs P, 1997). Definisi di atas ada beberapa kata kunci yaitu : a) Ada pembayaran, yang dalam istilah ekonomi ada suatu transaksi dengan pengeluaran sejumlah uang yang disebut premi. b) Ada biaya, yang diharapkan harus dikeluarkan karena penggunaan pelayanan medik. c) Pelayanan medik tersebut didas arkan pada bencana yang mungkin terjadi yaitu sakit. d) Keadaan sakit merupakan sesuatu yang tidak pasti (uncertainty), tidak teratur dan mungkin jarang terjadi. Tetapi bila peristiwa tersebut benar-benar terjadi, implikasi biaya pengobatan dapat demikian besar dan membebani ekonomi rumah tangga. Kejadian sakit yang mengakibatkan bencana ekonomi bagi pasien atau keluarganya biasa disebut catastrophic illness (Murti B. 2000). B. Sejarah Asuransi Kesehatan 1. JERMAN Sejarah asuransi sosial dimulai di Jerman dan dikembangkan pada pemerintahan Bismarch tahun 1883 dengan meluncurkan undang-undang yang mewajibkan para pekerja untuk mengikuti asuransi sakit. Kepesertaan wajib dengan pembiayaan melalui pajak penghasilan merupakan ciri program asuransi sosial Jerman sampai saat ini. Ditinjau dari aspek model pelayanan dan pembiayaan kesehatan, asuransi di Jerman termasuk asuransi sakit tradisional yaitu menggunakan pendekatan pasar pada asuransi swasta, tetapi dengan subsidi negara. Besarnya premi berdasarkan prosentase, sehingga sangat tergantung dari penghasilan peserta, sehingga tampak jelas subsidi silang, yaitu yang muda menyumbang yang tua, keluarga kecil menyumbang keluarga besar, yang sehat menyumbang yang sakit, yang kaya menyumbang yang miskin, karena semua fasilitas
viii

pelayanan kesehatan yang diberikan sama, tidak tergantung premi. Asuransi ini dikenal dengan nama Social Health Insurance. 2. INGGRIS Sistem asuransi kesehatan sosi al di Inggris dimulai tahun 1911 yang kemudian berkembang menjadi British National Health Service (NHS) pada tahun 1946. Ciri-ciri NHS adalah pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh pemerintah, dan termasuk kategori model pelayanan kesehatan nasional. Pendanaan bersifat sentralistik dengan prinsip ekuitas berdasarkan kebutuhan serta status kesehatan setempat, sedangkan pelayanan bersifat desentralistis dengan dokter umum sebagai gate keeper yang bukan pegawai negeri, apabila diperlukan, pasien dirujuk ke dokter rumah sakit (RS) yang merupakan pegawai negeri. Sistem pembayaran prospektif, dan untuk mengatasi permintaan yang berlebihan diberlakukan co payment, misalnya: obat-obatan di luar rumah sakit serta rationing yang berkaitan dengan waktu, d an ini cukup efektif dalam menekan biaya kesehatan. Selain itu NHS mencurahkan sebagian besar biayanya untuk program-program yang memberikan hasil balik yang tinggi, misalnya: pelayanan kesehatan ibu dan anak. 3. AMERIKA SERIKAT Berbeda dengan di Eropa, sistem pelayanan kesehatan diasumsikan berorientasi pasar, dan kurang lebih sepertiga dari pembiayaan kesehatan adalah langsung dibayar oleh pasien (out of pocket). Sumber dana sisanya berasal dari organisasi asuransi swasta yang profit, organisasi asuransi not for profit seperti Blue Cross dan Blue Shield serta Health Maintenance Organization (HMO). HMO merupakan praktek kelompok pelayanan kesehatan yang dibayar di muka (pre-paid) berdasarkan kapitasi dan pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat komprehensif. Pada pertengahan 1960-an diperkenalkan Medicare dan Medicaid. Medicare merupakan suatu asuransi sosial bagi usia lanjut dan dijalan kan oleh Pemerintah Federal, sedangkan Medicaid yang dijalankan oleh Pemerintah Federal dan Negara Bagian merupakan sistem asuransi bagi masyarakat miskin. Ditinjau dari cakupan peserta asuransi, Amerika kurang berhasil karena masih 1/3 dari jumlah penduduk tidak terlindungi asuransi kesehatan. Selain itu kualitas pelayanan tampak berbeda antara sektor swasta dengan sektor pemerintah. 4. CANADA

ix

Sistem yang dianut adalah asuransi kesehatan nasional yang juga disebut medicare yang berbeda dengan pengertian medicare di Amerika, yaitu asuransi berbasis pada pemerintahan propinsi serta bersifat universal , komprehensif, independen dan portable yaitu individu dapat mentransfer perlindungan dengan mencari pelayanan ke propinsi lain, anggaran yang diberikan bersifat blok prospektif dengan dana yang berasal dari masyarakat. Sebagian besar dokternya berpraktek swasta dan dapat me masukkan pasien ke rumah sakit sangat kecil. Cara pembiayaan ini dapat menekan biaya serendah mungkin, meningkatkan efisiensi teknis dan alokasi sumber daya serta meningkatkan pendelegasian wewenang untuk pengambilan keputusan. 5. ASIA Dibandingkan dengan Indonesia, sistem pelayanan kesehatan di negara Asia, seperti Filipina, Thailand lebih maju. Di dalam perkembangannya mereka mengarah kepada asuransi sosial. Malaysia dan Singapura meru pakan negara dengan income per kapita yang cukup tinggi serta jumlah penduduk kecil, yaitu jumlah penduduk Malaysia hanya 10% dari Indonesia, dan Singapura kurang lebih sama dengan penduduk kota Bandung (3,5 juta/tahun 2000 ) mempunyai sistem pelayanan kesehatan dan asuransi yang lebih mapan. Yang menarik adalah Bangladesh yang mempunyai penduduk sebagian besar beragama Islam, menggunakan dana zakat untuk asuransi kesehatan. Bagaimana di Indonesia? Sebetulnya asuransi kesehatan di Indonesia bukanlah barang baru, asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling 1934 dan pada tahun 1985 dimul ai asuransi untuk tenaga kerja (ASTEK) serta tahun 1987 dengan menggerakkan dana masyarakat melalui DUKM. Pada tahun 1992 diterbitkan tiga buah undang-undang yang berkaitan dengan asuransi yaitu UU No. 2 Tentang Asuransi, UU No. 3 Tentang JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tena ga Kerja) serta UU No. 23 Tentang Kesehatan yang di dalamnya terkandung pasal 65-66 tentang JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). JPKM mengikuti pola managed care di Amerika dengan pembayaran prepaid berdasarkan kapitasi dan pelayanan yang bersifat komprehensif meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Sementara ini baru puskesmas yang dicakup oleh pelayanan JPKM dengan dokter puskesmas sebagai gate keeper, dan saat ini telah mulai dikembangkan dokter keluarga yang diharapkan menjadi gate keeper pada masa yang akan datang. Dari
x

yang juga merupakan institusi swasta, sehingga intervensi pemerintah

pengalaman JPKM-JPSBK (Jaminan Pemeliharaan Sosial Bidang Kesehatan), kendala utama pelaksanaan JPKM antara lain adalah sumber daya manusia Badan Penyelenggara (BAPEL) baik kuantitas maupun kualitas, sedangkan ditinjau dari aspek permintaan masya rakat akan asuransi maupun faktor yang mempengaruhinya di Indonesia belum diketahui. C. Jenis Asuransi Kesehatan Di Indonesia 1. Asuransi Kesehatan Sosial Program Asuransi Kesehatan Sosial merupakan penugasan Pemerintah kepada PT Askes (Persero) melalui Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1991.
1.1. Peserta program Askes Sosial adalah :

Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil (tidak termasuk PNS dan Calon PNS di Kementrian pertahanan, TNI/Polri), Calon PNS, Pejabat Negara, Penerima Pensiun (Pensiunan PNS, Pensiunan PNS di lingkungan Kementrian Pertahanan, TNI/Polri, Pensiunan Pejabat Negara), Veteran ( Tuvet dan Non Tuvet) dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarga*) yang di tangggung.

Pegawai Tidak Tetap (Dokter/Dokter Gigi/Bidan PTT, melalui SK Menkes nomor 1540/MENKES/SK/XII/2002, tentang Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti Dan Cara Lain).

Pegawai dan Penerima pensiun PT. Kereta Api Indonesia (Persero) beserta anggota keluarganya*) *) Anggota Keluarga adalah :

Isteri / suami yang sah dari peserta yang mendapat tunjangan istri/suami (Daftar isteri / suami yang sah yang tercantum dalam daftar gaji / slip gaji, dan termasuk dalam daftar penerima pensiun/carik Dapem).

Anak (anak kandung / anak tiri / anak angkat) yang sah dari peserta yang mendapat tunjangan anak, yang tercantum dalam daftar gaji/slip gaji, termasuk dalam daftar penerima pensiun/carik Dapem, belum berumur 21 tahun atau telah berumur 21 tahun sampai 25 tahun
xi

bagi anak yang masih melanjutkan pendidikan formal, dan tidak atau belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri serta masih menjadi tanggungan peserta.

Jumlah anak yang ditanggung maksimal 2 (dua) anak sesuai dengan urutan tanggal lahir, termasuk didalamnya anak angkat maksimal satu orang. 1.2. Hak Peserta Askes Sosial

Memperoleh Kartu Peserta. Memperoleh penjelasan/informasi tentang hak, kewajiban serta tata cara Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis

pelayanan kesehatan

dengan PT Askes (Persero), sesuai dengan hak dan ketentuan yang berlaku.

ke Kantor PT Askes (Persero). 1.3. Kewajiban Peserta Askes Sosial


Mengurus Kartu Peserta dan melaporkan perubahan data peserta. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang Melaporkan dan mengembalikan Kartu Peserta yang telah meninggal dunia ke Mengetahui dan mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan. Membayar iuran sesuai dengan ketentuan pemerintah yang berlaku.

yang tidak berhak. Kantor PT Askes (Persero).

1.4. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) PT ASKES (Persero) Pemberi Pelayanan Kesehatan Dasar , yaitu :

1. Puskesmas 2. Dokter Keluarga / Dokter Gigi Keluarga 3. Poliklinik Milik Institusi 4. Klinik 24 Jam Pemberi Pelayanan Kesehatan Lanjutan, yaitu:
xii

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Rumah Sakit Umum Pemerintah, RS Khusus Pemerintah (Jantung, Paru, Orthopedi, Jiwa, Kusta, Mata, Infeksi, Kanker dll) Rumah Sakit TNI/POLRI Rumah Sakit Swasta Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD)/PMI Apotek / Instalasi Farmasi RS Optikal Balai Pengobatan Khusus (Paru, Mata, Indera, dll). Laboratorium Kesehatan (Persero)

10. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan PT Askes

1.5. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin Peserta Askes Sosial 1.


Pelayanan Kesehatan Dasar :

Konsultasi, penyuluhan, pemeriksaan medis dan pengobatan. Pemeriksaan dan pengobatan gigi. Tindakan medis kecil/sederhana. Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana Pengobatan efek samping kontrasepsi Pemberian obat pelayanan dasar dan bahan kesehatan habis pakai. Pemeriksaan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua hidup. Pelayanan imunisasi dasar. Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Perawatan/Puskesmas dengan Tempat Tidur.

2. Pelayanan Kesehatan Lanjutan : a. Rawat Jalan

Konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis

xiii

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/ Radiodiagnostik, Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan canggih sesuai ketentuan PT Askes (Persero).

Tindakan medis poliklinik dan rehabilitasi medis Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh PT Askes (Persero)

b. Rawat Inap

Rawat Inap di ruang perawatan sesuai hak Peserta. Pemeriksaan, pengobatan oleh dokter spesialis. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/ Radiodiagnostik, Elektromedik dan pemeriksaan alat kesehatan canggih sesuai ketentuan PT Askes (Persero).

Tindakan medis operatif. Perawatan intensif (ICU, ICCU,HCU, NICU, PICU). Pelayanan rehabilitasi medis. Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh PT Askes (Persero)

3. Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua hidup. 4. Pelayanan Transfusi Darah dan Cuci Darah. 5. Cangkok (transplantasi) Organ. 6. Pelayanan Canggih sesuai ketentuan PT Askes (Persero) 7. Alat Kesehatan diberikan untuk Peserta dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kacamata ( 1 kali /2 tahun) b. Gigi Tiruan (1 kali /2 tahun) c. Alat Bantu Dengar (1 kali /2 tahun)
xiv

d. Kaki / tangan tiruan e. Implant (alat kesehatan yang ditanam dalam tubuh) antara lain:

IOL (lensa tanam di mata). Pen & Screw (alat penyambung tulang). Mesh (alat yang dipasang setelah operasi hernia) Pelayanan Yang Tidak Dijamin Oleh PT ASKES (Persero)

1.6.

Pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti tata cara pelayanan yang ditetapkan PT Askes (Persero)/Pelayanan kesehatan tanpa indikasi medis. 1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas yang bukan jaringan pelayanan kesehatan PT Askes (Persero), kecuali dalam keadaan gawat darurat (emergency) dan kasus persalinan. 2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri. 3. Obat-obatan diluar ketentuan PT Askes (Persero). 4. Bedah plastik kosmetik, termasuk obat-obatan. 5. Semua jenis pelayanan imunisasi diluar imunisasi dasar bagi bayi dan balita (DPT, Polio, BCG, Campak) dan bagi ibu hamil (TT) yang dilakukan di Puskesmas 6. Seluruh rangkaian pemeriksaan dalam usaha ingin mempunyai anak, termasuk alat dan obat-obatnya. 7. Sirkumsisi tanpa indikasi medis. 8. Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan, tindakan persalinan, masa nifas pada anak ketiga dan seterusnya. 9. Usaha meratakan gigi (Orthodontie), membersihkan karang gigi (scalling gigi) dan pelayanan kesehatan gigi untuk kosmetik. 10. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat, alkohol dan atau zat adiktif lainnya. 11. Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri atau dengan sengaja menyakiti diri sendiri. 12. Kursi roda, tongkat penyangga, korset dan elastic bandage. 13. Kosmetik, toilettries, makanan bayi, obat gosok, vitamin, susu.
xv

14. Lain-lain:

Biaya perjalanan/transportasi Biaya sewa ambulans Biaya pengurusan jenazah Biaya fotocopy Biaya telekomunikasi Biaya kartu berobat Biaya administrasi

2. Jamkesmas

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. JAMKESMAS adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. 2.1. Tujuan Dan Sasaran 2.1.1. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS Tujuan Umum :
xvi

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Tujuan Khusus: a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

2.1.2 Sasaran Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. 2.2 Landasan Hukum Pelaksanaan program JAMKESMAS berdasarkan pada : 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3) bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak. 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286) 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355) 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400) 2.3. Kebijakan Operasional
xvii

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsipprinsip: a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin. b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost effective dan rasional. c. Pelayanan Terstruktur, berjenjang dengan Portabilitas dan ekuitas. d. Transparan dan akuntabel.

2.4. Ketentuan Umum Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. 2.5. Administrasi Kepesertaan Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota. 2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu, b. nama peserta, c. jenis kelamin d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat 3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta. 4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta.

xviii

5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat 2.6. Alur Registrasi Dan Distribusi Kartu Peserta
SASARAN NASIONAL

SASARAN KUOTA KABUPATEN/KOTA

PENETAPAN SK BUPATI/WALIKOTA BERDASARKAN KUOTA

ENTRY DATA BASE KEPESERTAAN

SINKRONISASI DATA BPS KAB/KOTA

TERBIT

PESERTA

DISTRIBUSI KARTU

2.7. Tata Laksana Pendanaan 2.7.1 Ketentuan Umum 1. Pendanaan Program JAMKESMAS merupakan dana bantuan sosial. 2. Pembayaran ke Rumah Sakit dalam bentuk paket, berdasarkan klaim. Khusus untuk BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM pembayaran paket disetarakan dengan tariff paket pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap Rumah Sakit. 3. Pembayaran ke PPK disalurkan langsung dari kas Negara melalui PT. POS kePuskesmas dan KPPN melalui BANK ke Rumah Sakit/BBKPM/BKMM/BKPM/BP4/BKIM 4. Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun. 2.7.2. Sumber Dan Alokasi Dana Program
xix

Sumber Dana berasal dari APBN sektor Kesehatan Tahun Anggaran 2008 untuk dan kontribusi APBD. Pemerintah daerah berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di daerah masing-masing meliputi antara lain : 1. Masyarakat miskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). 2. Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 3. Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RS Kabupaten/ Kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukkan dari puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggung oleh biaya operasional Puskesmas. 4. Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan. 5. Pendamping pasien rawat inap. 6. Menanggulangi kekurangan dana operasional Puskesmas. Dana program dialokasikan untuk membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen operasional program JAMKESMAS dengan rincian sebagai berikut : 1. Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di: a. Puskesmas dan jaringannya, b. Rumah Sakit, c. Rumah Sakit Khusus d. Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), e. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), f. Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), g. Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4), h. Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM). 2. Dana manajemen operasional: a. Administrasi kepesertaan, b. Koordinasi Pelaksanaan dan Pembinaan program, c. Advokasi, Sosialisasi, d. Rekruitmen dan Pelatihan, e. Monitoring dan Evaluasi Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat, f. Kajian dan survey, g. Pembayaran honor, investasi dan operasional,
xx

h. Perencanaan dan pengembangan program,


3. Jamkesda

3.1. Pengertian JAMKESDA adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang diberikan Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang berdomisili didaerah tersebut. Sasaran Program Jamkesda adalah seluruh masyarakat yang tinggal didaerah tersebut yang belum memiliki jaminan kesehatan berupa Jamkesmas, ASKES dan asuransi kesehatan lainnya. 3.2. Tujuan 1. Tujuan Umum Penyelenggaraan Jamkesda Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat. 2. Tujuan Khusus a. Terselenggaranya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit serta Puskesmas dan jaringannya termasuk pertolongan persalinan b. Terselenggaranya pengendalian rujukan kasus c. Terkendalinya biaya dan mutu dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan d.Terselenggaranya manajemen pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel 3.3 Sasaran Seluruh penduduk yang tinggal didaerah yang menyelenggarakan Jamkesdan tersebut, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Askes sosial / komersial, Jamsostek dan asuransi swasta). 3.4. Landasan Hukum
xxi

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 3.5. Kebijakan Operasional 1. Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) adalah salah satu bentuk perlindungan social untuk menjamin seluruh penduduknya agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (dalam hal ini kebutuhan akan hidup sehat). 2. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. 3. Penyelenggaraan Jamkesda mengacu pada prinsip-prinsip : a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan semata-mata untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medic yang cost effective dan rasional. c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas d. Transparan dan akuntabel 4. Jamsostek Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
4.1. Sejarah dan Landasan Hukum xxii

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko social. Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja. Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek (Persero) memberikan
xxiii

perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya. Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa. 4.2. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif. 4.3. Jumlah Iuran Yang Harus Dibayarkan Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut:

Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp 1.000.000,

lajang

berkeluarga

4.4. Cakupan Program Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan pelayanan sebagai berikut:

xxiv

1.

Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo

2.

Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan), adalah pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari dokter PPK I sesuai dengan indikasi medis

3.

Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit, adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Pelayanan Persalinan, adalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada tenaga kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program JPK maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).

4.

5.

Pelayanan Khusus, adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh Emergensi, Merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa. 4.5. Hak-hak Peserta Program JPK:
1. Memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

6.

yang optimal dan menyeluruh, sesuai kebutuhan dengan standar pelayanan yang ditetapkan, kecuali pelayanan khusus seperti kacamata, gigi palsu, mata palsu, alat bantu dengar, alat Bantu gerak tangan dan kaki hanya diberikan kepada tenaga kerja dan tidak diberikan kepada anggota keluarganya 2. Bagi Tenaga Kerja berkeluarga peserta tanggungan yang diikutkan terdiri dari suami/istri beserta 3 orang anak dengan usia maksimum 21 tahun dan belum menikah 3. Memilih fasilitas kesehatan diutamakan dalam wilayah yang sesuai atau mendekati dengan tempat tinggal 4. Dalam keadaan Emergensi peserta dapat langsung meminta pertolongan pada Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) yang ditunjuk oleh PT Jamsostek (Persero) ataupun tidak. 5. Peserta berhak mengganti fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I bila dalam Kartu Pemeliharaan Kesehatan pilihan fasilitas kesehatan tidak sesuai lagi dan

xxv

hanya diizinkan setelah 6 (enam) bulan memilih fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I, kecuali pindah domisili. 6. Peserta berhak menuliskan atau melaporkan keluhan bila tidak puas terhadap penyelenggaraan JPK dengan memakai formulir JPK yang disediakan diperusahaan tempat tenaga kerja bekerja, atau PT. JAMSOSTEK (Persero) setempat. 7. Tenaga kerja/istri tenaga kerja berhak atas pertolongan persalinan kesatu, kedua dan ketiga. 8. Tenaga kerja yang sudah mempunyai 3 orang anak sebelum menjadi peserta program JPK, tidak berhak lagi untuk mendapatkan pertolongan persalinan.
4.6. Kewajiban Peserta Program JPK

1. Menyelesaikan Prosedur administrasi, antara lain mengisi formulir Daftar Susunan Keluarga (Formulir Jamsostek 1a) 2. Menandatangani Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) 3. Memiliki Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 4. Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan 5. Segera melaporkan kepada PT JAMSOSTEK (Persero) bilamana terjadi perubahan anggota keluarga misalnya: status lajang menjadi kawin, penambahan anak, anak sudah menikah dan atau anak berusia 21 tahun. Begitu pula sebaliknya apabila status dari berkeluarga menjadi lajang 6. Segera melaporkan kepada Kantor PT JAMSOSTEK (Persero) apabila Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) milik peserta hilang/rusak untuk mendapatkan penggantian dengan membawa surat keterangan dari perusahaan atau bilamana masa berlaku kartu sudah habis 7. Bila tidak menjadi peserta lagi maka KPK dikembalikan ke perusahaan

4.7. Hal-hal

yang

tidak

menjadi

tanggung

jawab

badan

penyelenggara (PT Jamsostek (Persero))

1. Peserta

xxvi

Dalam hal tidak mentaati ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan Akibat langsung bencana alam, peperangan dan lain-lain Cidera yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri, misalnya percobaan Olah raga tertentu yang membahayakan seperti: terbang layang,

oleh Badan Penyelenggara

bunuh diri, tindakan melawan hukum jeram Tenaga kerja yang pada permulaan kepesertaannya sudah mempunyai 3 (tiga) anak atau lebih, tidak berhak mendapatkan pertolongan persalinan 2. Pelayanan Kesehatan

menyelam, balap mobil/motor, mendaki gunung, tinju, panjat tebing, arum

Pelayanan kesehatan diluar fasilitas yang ditunjuk oleh Badan

Penyelenggara JPK, kecuali kasus emergensi dan bila harus rawat inap, ditanggung maksimal 7 hari perawatan sesuai standar rawat inap yang telah ditetapkan

Imunisasi kecuali Imunisasi dasar pada bayi General Check Up/Check Up/Regular Check Up (termasuk papsmear) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan di luar negeri Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan alkohol/narkotik Penyakit Kanker (terhitung sejak tegaknya diagnosa) Penyakit atau cidera yang timbul dari atau berhubungan dengan tugas Sexual transmited diseases termasuk AIDS RELATED COMPLEX Pengguguran kandungan tanpa indikasi medis termasuk kesengajaan Kelainan congential/herediter/bawaan yang memerlukan pengobatan

pekerjaan (Occupational diseases/accident)


seumur hidup, seperti: debil, embesil, mongoloid, cretinism, thalasemia, haemophilia, retardasi mental, autis

Pelayanan untuk Persalinan ke 4 (empat) dan seterusnya termasuk

segala sesuatu yang berhubungan dengan proses kehamilan pada persalinan tersebut

Pelayanan khusus (Kacamata, gigi palsu, prothesa mata, alat bantu

dengar, prothesa anggota gerak) hilang/rusak sebelum waktunya tidak diganti


xxvii

Khusus akibat kecelakaan kerja tidak menjadi tanggung jawab Haemodialisa termasuk tindakan penyambungan pembuluh darah Operasi jantung berserta tindakan-tindakan termasuk pemasangan dan Katerisasi jantung sebagai tindakan Therapeutik (pengobatan) Transpalantasi organ tubuh misalnya transplantasi sumsum tulang Pemeriksaan-pemeriksaan dengan menggunakan peralatan

Penyelenggara JPK

untuk hemodialisa

pengadaan alat pacu jantung, kateterisasi jantung termasuk obat-obatan


canggih/baru yang belum termasuk dalam daftar JPK, antara lain: MRI (Magnetic Resonance Immaging), DSA (Digital Substraction Arteriography), TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, Herpes)

Pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan kesuburan termasuk

bayi tabung 3. Obat-obatan:


Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit Obat-obatan kosmetik untuk kecantikan termasuk operasi keloid yang Obat-obatan berupa makanan seperti susu untuk bayi dan sebagainya Obat-obatan gosok sepeti kayu putih dan sejenisnya Obat-obatan lain seperti: verban, plester, gause stril Pengobatan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung dan

bukan atas indikasi medis


obat-obatan kanker 4. Pembiayaan :


Biaya perjalanan dari dan ke tempat berobat Biaya perjalanan untuk mengurus kelengkapan administrasi

kepesertaan, jaminan rawat dan klaim

Biaya perjalanan untuk memperoleh perawatan/pengobatan di Rumah Biaya perawatan emergensi lebih dari 7 (hari) diluar fasilitas yang
xxviii

sakit yang ditunjuk.

sudah ditunjuk oleh Badan Penyelenggara JPK

Biaya

Perawatan

dan

obat

untuk

penyakit

lebih

dari

60

hari/kasus/tahun sudah termasuk perawatan khusus (ICU, ICCU, HCU, HCB, ICU, PICU) pada penyakit tertentu sehingga memerlukan perawatan khusus lebih dari 20 hari/kasus/tahun

Biaya tindakan medik super spesialistik Batas waktu pengajuan klaim paling lama 3 (tiga) bulan setelah

perusahaan melunasi tunggakan iuran, selebihnya akan ditolak 5. Jampersal Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat (3) ditegaskan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Kemudian pada ayat (3) bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya pada pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDGs 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per
xxix

100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT 2001). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan. Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Dengan demikian kehadiran Jaminan Persalinan diharapkan dapat mengurangi terjadinya Tiga Terlambat tersebut sehingga dapat mengakselerasi tujuan pencapaian MDGs 4 dan 5. 5.1. Pengertian Jaminan Persalinan adalah program pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan dan pemeriksaan masa nifas (postnatal) bagi seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan serta bayi yg dilahirkannya pada fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan program. Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:
xxx

A. Pelayanan persalinan tingkat pertama Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir) tingkat pertama. Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi: 1. Pemeriksaan kehamilan 2. Pertolongan persalinan normal 3. Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan 4. Pelayanan bayi baru lahir 5. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan. Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi: 1. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit 2. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama. 3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara.

xxxi

5.2. Sasaran Merupakan sasaran tambahan dari program Jamkesmas


a.

Sasaran

adalah

seluruh

ibu

hamil

yang

belum

mempunyai

jaminan

kesehatan/persalinan yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) persalinan, dan pemeriksaan masa nifas (PNC) bagi ibu dan bayi yang dilahirkannya
b. Perkiraan jumlah sasaran adalah 60% dari estimasi proyeksi jumlah persalinan.

5.3. Manfaat Jaminan Persalinan Ruang lingkup pelayanan dalam Jaminan persalinan tingkat pertama meliputi:
a. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan dengan frekuensi 4 kali selama hamil; b. Pertolongan persalinan normal; c. Pertolongan persalinan dengan penyulit pervaginam yang dapat dilakukan di

Puskesmas PONED
d. Pelayanan Nifas (PNC) sesuai standar e. Pelayanan neonatus dan penatalaksanaan rujukan neonatus dengan komplikasi sesuai

standar pelayanan
f. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan neonatus

g. Penanganan komplikasi kebidanan di Puskesmas PONED sampai proses rujukan ke Rumah Sakit Ruang lingkup pelayanan dalam Jaminan persalinan tingkat lanjutan meliputi: a.Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (risti) dan penyulit;
b. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di

pelayanan tingkat pertama; c.Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus di Faskes PONEK d. Faskes PONEK adalah Faskes yang mampu memberi pelayanan Obstetri (kebidanan) dan Neonatus Emergensi Komprehensif
e. Motivasi KB (Kontap) bagi ibu yang memanfaatkan program ini.

5.4. Tujuan: 5.4.1. Umum Meningkatnya akses pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan, dan pelayanan nifas dan bayi baru lahir yang dilahirkannya (postnatal) yang dilakukan oleh tenaga

xxxii

kesehatan dengan menghilangkan hambatan finansial dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. 5.4.2. Khusus:
Memberikan kemudahan akses pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan, dan

pelayanan nifas ibu, dan bayi baru lahir yang dilahirkannya (post natal) ke tenaga kesehatan
Mendorong peningkatan pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan,

dan

pelayanan nifas ibu dan bayi baru lahir (post natal) ke tenaga kesehatan. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel . 5.5. Kebijakan Operasional 1. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas. 2.Kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari Jamkesmas, yang terintegrasi dan dikelola mengikuti tata kelola dan manajemen Jamkesmas 3.Peserta program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan. 4. Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota. 5. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 6. Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan cara klaim oleh fasilitas kesehatan. Untuk persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) dan fasilitas kesehatan swasta yang bekerjasama dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. 7. Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani ibu hamil/persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal ibu hamil tersebut.

xxxiii

8. Fasilitas kesehatan seperti Bidan Praktik, Klinik Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini melakukan perjanjian kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola setempat, dimana yang bersangkutan dikeluarkan ijin prakteknya. 9. Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dengan demikian jaminan persalinan tidak mengenal batas wilayah (lihat angka 7 dan 8). 10. Tim Pengelola Pusat dapat melakukan realokasi dana antar kabupaten/kota, disesuaikan dengan penyerapan dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada secara nasional. Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola Kabupaten/Kota dilengkapi: 1. Fotokopi lembar pelayanan pada Buku KIA sesuai pelayanan yang diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Apabila tidak terdapat buku KIA pada daerah setempat dapat digunakan bukti-bukti yang syah yang ditandatangani ibu hamil/bersalin dan petugas yang menangani. Tim Pengelola Kabupaten/Kota menghubungi Pusat (Direktorat Kesehatan Ibu) terkait ketersediaan buku KIA tersebut. 2. Partograf yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong persalinan untuk Pertolongan persalinan. 3. Fotokopi/tembusan surat rujukan, termasuk keterangan tindakan pra rujukan yang telah dilakukan di tandatangani oleh ibu hamil/ibu bersalin. 4. Fotokopi identitas diri (KTP atau identitas lainnya) dari ibu hamil/yang melahirkan. 5.6. Bukti penunjang klaim

xxxiv

Keterangan : a) Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh) tetapi dapat dilakukan klaim terpisah, misalnya ANC saja, persalinan saja atau PNC saja. b) Apabila diduga/diperkirakan adanya risiko persalinan sebaiknya pasien sudah dipersiapkan jauh hari untuk dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih baik dan mampu seperti Rumah Sakit. c) Besaran biaya untuk pelayanan persalinan tingkat lanjutan menggunakan tarif paket Indonesia Case Base Group (INA-CBGs)

5.7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Faskes Pemerintah dan Swasta yang melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan

program
Faskes Pemeriksaan kehamilan tanpa penyulit, kehamilan non-risiko

tinggi, persalinan

normal, dan PNC dilakukan di:


Puskesmas Puskesmas Rawat Inap Polindes/Poskesdes Dokter praktik swasta dan Bidan praktik swasta Rumah Bersalin Swasta
xxxv

Klinik Swasta Puskesmas dengan fasilitas PONED Rumah sakit

Faskes untuk persalinan dengan penyulit, emergensi, dan komplikasi dilakukan di

5.8. Penyaluran Dana Ke Rumah Sakit 1. Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan untuk Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan disalurkan langsung dari Kementerian Kesehatan melalui KPPN ke rekening Fasilitas Kesehatan Pemberi Pelayanan Kesehatan secara bertahap sesuai kebutuhan. 2. Penyaluran Dana Pelayanan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI yang mencantumkan nama PPK Lanjutan dan besaran dana luncuran yang diterima. 3. Perkiraan besaran penyaluran dana pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan kebutuhan RS yang diperhitungan dari laporan pertanggungjawaban dana PPK Lanjutan Bagan penyaluran Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan di Fasilitas Kesehatan Tk. I seperti pada bagan berikut:.

6. Asuransi Komersial Asuransi komersial merupakan jenis asuransi yang diikuti dengan membayar premi secara sukarela, dalam arti asuransi jenis ini tidak mewajibkan pesertanya untuk membayar premi.

xxxvi

Peserta juga dapat memilih kapan mereka mau mengikuti jenis asuransi ini, dan juga mereka dapat memilih jenis program yang ditawarkan oleh asuransi komersial. Asuransi komersial merupakan suatu lembaga ataupun perusahaan yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. 6.1. Sistem Pembayaran Asuransi : Sesuai jasa per pelayanan (JPP)/ Fee for service Tarif diskon 6.2. Jasa per pelayanan (JPP) :
Biaya ditetapkan setelah pelayanan diberikan Fasilitas Kesehatan Menetapkan tarif pelayanan.

Cara pembayaran tradisional.


Penagihan berdasar pelayanan yang diberikan.

Sumber dana dari perorangan 6.3. Sumber dana JPP bisa didapatkan dari :
Pasien ataupun keluarga pasien

Majikan atau perusahaan tempat pasien bekerja Lembaga donor ( Peduli RCTI, Pundi amal SCTV) 6.4. Beberapa metode pembayaran yang dilakukan oleh asuransi sesuai dengan perjanjian dengan peserta : Deductible Jumlah pengeluaran yang tercakup yang harus diajukan & dibayarkan oleh pemegang asuransi sebelum manfaat bisa diperoleh (biasanya memakai nominal Rupiah). Tujuan : Membatasi penggantian pengeluaran2 kecil yang dapat ditanggung sendiri sehingga premi bisa ditekan lebih rendah Coinsurance Perjanjian antara perusahaan asuransi dg pemegang asuransi untuk menanggung persentase tertentu, kerugian yang ditanggung setelah deductible dibayar (biasanya berupa prosentase) Co payment

xxxvii

Perjanjian dimana pemegang asuransi membayar jumlah tertentu untuk pelayanan tertentu Contoh : Muangthai per kasus membayar 30 bath Cast sharing (pembagian biaya) Ketentuan polis yang membutuhkan pemegang asuransi untuk membayar, melalui deductible dan co insurance sebagian pengeluaran asuransi kesehatan mereka Pembayaran juga dapat dilakukan oleh pasien secara perkasus yang dialami oleh pasien seperti melahirkan dengan menggunakan seksio caessaria, pembedahan usus buntu, ataupun sunat (khitan). 6.5. Pengelolaan klaim di pelayanan kesehatan

Transaksi yang sudah di entry oleh petugas rumah sakit harus di verifikasi

setiap hari yang diketahui bersama antara petugas asuransi dan petugas rumah sakit di bagian administrasi.

Verifikasi : Kesesuaian data yang dimasukkan dengan bukti pendukung Kesesuaian data yang dimasukkan dengan tarif dasar pelayanan kesehatan Kesesuaian antara diagnose dan permintaan pelayanan Kesesuaian antara catatan medis Kesesuaian permintaan pelayanan dengan diagnose serta indikasi medis dengan kewajaran pemeriksaan penunjang

Jika ada yang tidak sesuai : -

Buat catatan ketidaksesuaian Lapor ke atasan Konfirmasi dengan pihak penyedia asuransi dan membuat solusi bersama

6.6. Cara pasien melakukan klaim :


Surat pengantar tagihan Tanda tangan yang berhak mengajukan klaim Rekapitulasi tagihan Dokumen penunjang klaim seperti : tanda pengenal dan surat polis asuransi
xxxviii

Cara kerja pembiayaan pelayanan kesehatan

Prosedur pelayanan

Pelayanan kesehatan

Cakupan Premi asuransi

Pembayaran

Klaim

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

xxxix

Asuransi sosial bertujuan untuk menjamin akses semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan tanpa mempedulikan status ekonomi atau usianya. Prinsip itulah yang disebaut sebagai keadilan sosial (social equity/social justice) yang menjadi falsafah hidup semua orang di dunia. Asuransi sosial memiliki fungsi redistribusi hak dan kewajiban antara berbagai kelompok masyarakat: kayamiskin, sehat-sakit, muda-tua, risiko rendah-risiko tinggi, sebagai wujud hakikat peradaban manusia. Oleh karenanya, tidak ada satu negarapun di dunia-- baik negara liberal seperti Amerika Serikat, maupun negara yang lebih dekat ke sosialis, yang tidak memiliki sistem asuransi sosial atau jaminan langsung oleh negara. Program jaminan sosial sebenarnya juga sudah dikenal di Indonesia sejak lama. Pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1936 telah memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh pegawai pemerintahan Hindia Belanda. Sistem ini terus berlangsung ketika Indonesia merdeka di tahun 1945. Baru pada tahun 1968, pemerintah mengubah penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi pegawai negeri dan menerima pensiun berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 230/1968, yang dikenal sebagai program Askes. Demikian juga dalam penyelenggaraan program jaminan pensiun hari tua, pemerintah kemudian mendirikan PT Taspen (bagi Pegawai Negeri) dan PT Asabri (bagi anggota TNI/Kepolisian), sedangkan untuk tenaga kerja swasta, pemerintah mendirikan PT Jamsostek. Adapun badan penyelenggara program jaminan social dalam UU No. 40/2004 adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang sudah ada (PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, dan PT Asabri) dengan tidak menutup kemungkinan pembentukan badan penyelenggara lain, yang dibentuk dengan UU (Pasal 5, Ayat 1). Hal ini diperlukan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup program. Dalam UU No. 40/2004, jenis program jaminan social yang diselenggarakan meliputi: 1. Jaminan kesehatan; 2. Jaminan kecelakaan kerja; 3. Jaminan hari tua; 4. Jaminan pensiun 5. Jaminan kematian. B. Saran
xl

1. Agar pemerintah lebih memeperhatikan pelayanan jaminan kesehatan di masyarakat dengan berbagai permasalahan yang ada. 2. Agar pemerintah lebih mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai programprogram jaminan kesehatan yang ada, baik kepada masyarakat kurang mampu akan program Jamkesmas dan masyarakat menengah akan Asuransi-asuransi kesehatan di Indonesia. 3. Bagi masyarakat menengah dan menengah keatas agar lebih sadar diri untuk tidak menyalahgunakan jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah untuk rakyat kurang mampu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Askes Sosial, http://www.ptaskes.com/read/askessosial, accessed on; November 30th,

2011
2. Program Jamkesmas, http://www.ptaskes.com/read/askesjamkesmas, accessed on;

November 30th, 2011


3. Program Jaminan Pelayanan Kesehatan, www.jamsostek.co.id/content/i.php?

mid=3&id=16, accessed on; November 30th, 2011


4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2010 Tentang Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, http://www.jamsostek.co.id/content_file/file131_PP %2084%20th%202010.pdf, accessed on; November 30th, 2011

xli

5. Persyaratan Anggota Askes, http://www.askes.org/peserta-askes.html, accessed on;

November 30th, 2011


6. Peraturan Departemen Kesehatan Mengenai Jamkesmas,

http://buk.depkes.go.id/index.php? option=com_docman&task=doc_download&gid=658&Itemid=58, accesed on; December 1st, 2o11


7. Kebijakan Kemenkes Mengenai Jamkesda dan Jampersal,

http://www.depkeu.go.id/ind/others/bakohumas/BakohumasKemenKes/KebijakanJam kesmas_Jampersal2011.ppt, accessed on; December 1st, 2011

xlii

You might also like