You are on page 1of 7

LAPORAN ANALISIS ZAT PADAT DALAM AIR (Analisis Laboratorium)

Oleh: Septa Kurniawati S (408332417738) Off GG

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG FEBRUARI 2011

Laporan percobaan I Analsis Zat Padat Dalam Air


1. Tabel data: Hasil Pengamatan Titik pengambilan sampel A B C 0 5400 7800 Coklat +++ Coklat + Coklat ++ 183,7 46,1 65,1 Jarak (cm) Warna air Kekeruhan (NTU) Padatan tersuspensi (mg/L) 1414 212,5 346,6 Padatan terlarut (mg/L) 416 127 340 Total padatan (mg/L) 742 200 398

1.1 Uji Padatan Tersuspensi Total Titik B=Berat Kertas Saring (g) A = Berat Kertas Saring + padatan (g) A B C 0, 5376 0, 5426 0, 5374 1, 9516 0, 7551 0, 8840 1, 4140 0, 2125 0, 3466 A-B

 Titik A AB= Padatan Tersuspensi Total =  Titik B AB= Padatan Tersuspensi Total =  Titik C AB= Padatan Tersuspensi Total = = 0,3466 g = 346, 6 mg mg/L = 346, 6 mg/L = 0,2125 g = 212, 5 mg mg/L = 212, 5 mg/L = 1,4140 g = 1414 mg mg/L = 1414 mg/L

1.2 Uji Padatan Terlarut Total

Titik A B C

B= Berat Beaker Glass (g) 54, 8181 61, 3850 62, 3676

A= Berat Beaker Glass + padatan (g) 54, 8597 61, 3977 62, 4016

A-B 0, 0416 0, 0127 0, 0340

 Titik A AB= Padatan Terlarut Total =  Titik B AB= Padatan Terlarut Total =  Titik C AB= Padatan Terlarut Total = = 0,0340 g = 34 mg


= 0,0416 g = 41,6 mg


mg/L = 4160 mg/L

= 0,0127 g = 12,7 mg


mg/L = 1270 mg/L

mg/L = 3400 mg/L

1.3 Uji Total Padatan Titik A B C B= Berat Beaker Glass (g) 54, 0639 42, 3830 46, 7358 A= Berat Beaker Glass + padatan (g) 54, 1010 42, 3950 46, 7557 A-B 0, 0371 0, 0100 0, 0199

 Titik A AB= Total Padatan =


 

= 0,0371 g = 37,1 mg mg/L = 742 mg/L

 Titik B A B = (42,3930 42,3830) g = 0,0100 g = 10 mg Total Padatan =  Titik C AB= Total Padatan =
  

mg/L = 200 mg/L

= 0,0199 g = 19,9 mg mg/L = 398 mg/L

2. Jawaban Pertanyaan 2.1 warna yang timbul pada air Jika dilihat berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas bahwa sampel A memiliki warna air yang lebih coklat dibandingkan dengan warna air pada sampel B dan sampel C. Hal ini disebabkan oleh pada titik pengambilan sampel A terjadi erosi tanah persawahan lebih banyak dibandingkan titik yang lain. Selain itu pada titik A, terjadi pertemuan aliran air yang berasal dari daerah persawahan dan daerah permukiman sedangkan pada titik B dan titik C tidak. Kedua hal tersebut yang dapat menjelaskan bahwa sampel pada titik A memiliki warna air lebih coklat dibandingkan titik yang lain. Disamping itu, warna air juga dipengaruhi oleh padatan terlarut dan padatan tersuspensi dalam sampel. Dari data di atas diketahui bahwa padatan tersuspensi sampel A sebesar 1414 mg/L, sampel B 212,5 mg/L dan sampel C 346,6 mg/L, sedangkan untuk padatan terlarut dari sampel A sebesar 416 mg/L, sampel B 127 mg/L dan sampel C 340 mg/L. Dari kedua data yang telah diperoleh tersebut diketahui bahwa sampel A memiliki padatan tersuspensi paling tinggi dibandingkan sampel B dan sampel C. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Oleh karena itu, sesuai dengan data di atas semakin banyak padatan tersuspensi suatu air maka semakin keruh warna air tersebut (warna air lebih coklat). Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa organik dan senyawa anorganik yang larut dalam air seperti mineral dan garam-garamnya. Dari data di atas sampel A memiliki padatan terlarut lebih rendah dibandingkan sampel C dan lebih tinggi dibandingkan sampel B. hal ini dapat dijelaskan bahwa sampel A mengandung mineral dan garam-garamnya yang larut dalam air rendah.

2.2 Air yang memiliki ketransparanan rendah Jika dilihat dari data pengamatan tersebut berdasarkan nilai kekeruhan yang telah dihitung menggunakan turbidimetri bahwa sampel A memiliki tingkat kekeruhan paling tinggi dibandingkan sampel B dan C yaitu sebesar 183,7 NTU sedangkan sampel B dan sampel C berturut-turut sebesar 46,1 NTU dan 65,1 NTU. Dari data tersebut dapat dianalisis dan dijelaskan bahwa sampel A memiliki ketransparanan

paling rendah dibandingkan sampel yang lain sedangkan sampel B memiliki tingkat ketransparanan paling tinggi. Selain dari data kekeruhan yang telah disajikan dalam tabel pengamatan, ketransparanan air dapat diketahui dari padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Semakin besar nilai padatan tersuspensi maka semakin rendah ketransparanan air tersebut. Hal ini sesuai dengan data yang kami peroleh, sampel A memiliki nilai padatan tersuspensi paling tinggi dibandingkan sampel yang lain artinya sampel A memiliki ketransparanan paling rendah.

2.3 Air yang memiliki produktivitas tinggi Air dikatakan memiliki produtivitas (kemampuan mendukung kehidupan) tinggi jika bahan terlarut dalam air tersebut merupakan nutrisi tanaman seperti fosfat dan nitrat. Air seperti itu disebut entrofik sebaliknya air yang memiliki produktivitas rendah disebut oligotrofik. Pada percobaan ini kami tidak menganalisis adanya bahan terlarut dalam air seperti fosfat dan nitrat melainkan kami menganalisis padatan terlarut secara keseluruhan (padatan terlarut totarl) sehingga untuk menganalisis air yang memiliki produktivitas tinggi kami tidak berpatokan pada banyaknya fosfat dan nitrat yang terlarut dalma air. Berdasarkan referensi yang kami peroleh, menyebutkan bahwa sungai yang PTT (padatan terlarut total) dibawah 100 mg/L dianggap oligotrofik dan sungai dengan PTT di atas 100mg/L dianggap entrofik. Jika dibandingkan dengan data yang kami peroleh di atas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas dari sampel yang kami peroleh tinggi karena data padatan terlarut total ketiga sampel di atas 100 mg/L artinya sampel kami merupakan entrofik. Dan dari ketiga sampel tersebut yang memiliki produktivitas tinggi adalah sampel C yang memiliki nilai PTT sebesar 340 mg/L.

2.4 Tingkat pencemaran oleh zat padat dari tiga sampel Tingkat pencemaran oleh zat padat dari ketiga sampel tersebut dapat diketahui dari semua data yang telah diperoleh di atas. Dan pada pembahasan ini kami tinjau dari padatan terlarut total. Sampel A memiliki nilai PTT sebesar 416 mg/L, sampel B 127 mg/L dan sampel C 340 mg/L. Dari ketiga data tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pencemaran oleh zat padat pada sampel A lebih tinggi dibandingkan sampel B

dan akan tetapi lebih rendah dibandingkan sampel C. dan tingkat pencemaran sampel C lebih tinggi dibandingkan sampel B.

2.5 Tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai Tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai pada sampel yang kami ambil cukup tinggi, hal ini dapat diketahui dari warna dan kekeruhan sampel yang kami peroleh yaitu warnanya coklat dan keruh meskipun tiap-tiap titik memiliki intensitas warna coklat dan kekeruhan yang berbeda. selain itu tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai dapat ditinjau dari data padatan tersuspensi, jika nilai padatan tersuspensi tinggi maka tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai tersebut juga tinggi. Dari data tersebut diketahui padatan tersuspensi sampel A sebesar 1414 mg/L, sampel B sebesar 212,5 mg/L dan sampel C sebesar 346,6 mg/L. Rata-rata padatan tersuspensi dari sampel yang kami analisis cukup tinggi yaitu sebesar 657,7 mg/L. Hal ini berarti tingkat pencemaran oleh zat padat dari sungai yang kami ambil sampel airnya tinggi.

2.6 Hubungan ketransparanan air dengan reaksi fotosintesis dalam air Ada hubungan ketransparanan air dengan reaksi fotosintesis, makin tidak transparan air atau makin keruh air maka rekasi fotosintesis dalam air tidak akan berlangsung sempurna (terganggu). Dari penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa ketransparanan masing-masing sampel berbeda, sampel A memiliki ketransparanan paling kecil atau kekeruhan paling tinggi (data tersedia di tabel) sedangkan sampel B memiliki ketransparanan paling tinggi dibandingkan sampel A maupun sampel C. Jadi dapat dimungkinkan bahwa reaksi fotosintesis pada sampel B dapat berlangsung lebih baik dibandingkan dari sampel A maupun sampel C. Reaksi yang terjadi pada fotosintesis: 6H2O + 6CO2 + cahaya C6 H12O6 (glukosa) + 6O2

2.7 Manfaat reaksi fotosintesis dalam air bagi perairan tersebut Banyak sekali manfaat fotosintesis dalam air bagi perairan tersebut diantaranya: 1. Jumlah oksigen terlarut dalam air tersebut tinggi. 2. Banyak mikroorganisme dapat hidup dalam perairan tersebut. 3. Dapat terjadi autopurification pada perairan tersebut. 4. Dapat meningkatkan kualitas air.

You might also like