You are on page 1of 3

A. TEH Teh merupakan yang paling sering kita konsumsi sehari-hari.

Senyawa-senyawa yang terkandung dalam teh adalah kafein. Kafein merupakan zat penikmat yang terdapat di dalam tumbuha-tumbuhan baik itu terdapat dalam biji-bijian maupun daun. Kafein juga berbahaya bagi tubuh manusia apabila di konsumsi berlebih karena dapat mengakibatkan keracunan, gelisah, sensitif, dan tremor. Kafein merupakan zat racun. Maka dari itu, melalui pemisahan yang disebut ekstraksi kita dapat memperoleh crude kafein dari daun teh. Selain itu metode ekstraksi yang di gunakan dalam percobaan ini sangat penting untuk dipelajari karena merupakan salah satu operasi inti dalam industri teknik kimia yang tentunya kelak akan sangat bermanfaat dalam mendukung karir kita sebagai ahli kimia. PEMBAHASAN Daun teh mengandung banyak sekali senyawa didalamnya, untuk memisahkan kafein dari senyawa lainnya ditambahkan Na2CO3. Na2CO3 merupakan garam non polar, yang dapat terurai di dalam air menjadi ion Na+ yang mengikat kafein dan CO3- yang mengikat H2O membentuk HCO3 (suatu asam). Garam kafein+Na larut dalam air. Air panas yang ditambahkan berfungsi membuka pori-pori dari daun teh agar ekstak daun teh dapat keluar dengan sempurna dan kafein yang didapatkan cukup banyak. Larutan bersifat basa karena penambahan Na2CO3 yang bersifat basa. Penambahan diklorometan berfungsi mengikat kafein yang tadinya berbentuk garam dengan Na+ menjadi berikatan diklorometan. Sebab kepolaran kafein hampir sama dengan diklorometan tersebut, sehingga kelarutan kafein cukup besar di dalam diklorometan (140mg/L). Sementara kelarutan kafein di dalam air lebih rendah (22mg/L). Penambahan magnesium sulfat anhidrat. Anhidrat sendiri berarti tanpa air sehingga fungsi magnesium sulfat anhidrat ini adalah untuk mengikat air yang masih terbawa dalam larutan diklometan-kafein. Stirrer sendiri berfungsi agar air yang masih terkandung dalam larutan dapat berikatan sempurna dengan magnesium sulfat anhidrat, sehingga larutan bebas dari air. Magnesium sulfat anhidrat berfungsi sebagai carbo adsorbens. Pemanasan di atas penangas air berfungsi untuk menghilangkan diklorometan (titik didih 80oC) dan meninggalkan residu kristal berwarna putih kekuningan dimana kristal tersebut

merupakan kafein yang masih kotor. Aseton ini berfungsi melarutkan kafein dan pengotor yang masih tertinggal. Dan pemanasan membantu mempercepat kelarutan. Penambahan n-heksan dimaksudkan untuk mengikat aseton dan pengotor. Aseton panas merupakan pelarut yang bersifat semi polar namun lebih cenderung ke polar, sehingga aseton dapat berikatan baik dengan n-heksan. Pengkristalan kafein terjadi karena hanya kafein yang bersifat non polar dalam campuran tersebut. Pemanasan pada kristal murni di maksudkan untuk mendapatkan kristal murni yang kering. Endapan yang terjadi merupakan endapan kafein. Reagen Dragendorff (sol of potassium bismuth iodide) bereaksi membentuk larutan berwarna jingga kecoklatan, dan endapan dalam bentuk amorf atau kristal. Kafein dan Alkaloid lain tidak memberikan endapan dengan reagen Dragendorff, namun reaksi ini merupakan reaksi positif yang menunjukkan zat tersebut adalah kafein. B. KOPI Kopi merupakan minuman atau bahan penyegar yang banyak dikonsumsi masyarakat, dari yang miskin sampai kaya. Kopi mengandung kafein, yang dalam dosis pengetahuan berpengaruh jumnlah pembuluh menunjukkan cepat bahwa konsumsi sistem kopi dalam jumlah rendah dapat yang besar otot, Sivetz mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran jadi segar. Meskipun demikian kemajuan ilmu tidak baik bagi kesehatan. mempengaruhi Ini disebabkan saraf kafein jika dikonsumsi dalam sistem pernapasan, Menurut

tinggi

pusat,

darah, jantung dan ginjal pada manusia

dan hewan.

dan Desroirer (1979) dalam dosis yang lebih tinggi lagi kafein dapat menyebabkan jantung berdebar keras, artelosklerosis, merusak hati, tangan gemetar, otot kejang, kepala pusing, mual dan bahkan dapat menyebabkan mutasi pada gen. PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini kita melakukan isolasi senyawa kafein dari kopi robusta. Pertama-tama ditimbang 3 gram kopi robusta kemudian dilarutkan dalam 125 ml aquadest di dalam labu alas bulat. Digunakan labu alas bulat alasannya karena dalam isolasi ada pemanasan jadi labu alas bulat dapat meratakan panasnya. Kemudian kedalamnya ditambahkan batu didih yang diaktifkan dengan cara dididihkan bersama air di atas api langsung. Tujuan diaktifkannya batu didih untuk membuka pori-pori batu didih sehingga pada saat pemanasan

tidak menimbulkan gelembung yang besar. Kemudian labu alas bulat tersebut diletakkan diatas pemanas listrik kemudian disambungkan dengan kondensor bola. Refluks ini dikerjakan kurang lebih 60 menit. Selanjutnya hasilnya disaring panas-panas kedalam gelas piala agar semua komponen kopi yang tidak larut air dapat dipisahkan dari kafein yang larut air. Komponen itu misalnya selulosa, protein dan lemak-lemak. Dalam filtrat tadi masih terdapat tannin yang juga larut air, maka ditambahkan Pb asetat 10% sebanyak 25 ml. alasan penambahannya dikarenakan pb asetat dapat mengendapkan senyawa tannin yang masih ada dalam filtrat. Setelah itu dipanaskan sambil diaduk-aduk agar tannin cepat mengendap, kemudian disaring panas-panas. Filtrat didinginkan, kemudian diekstraksi dengan kloroform di dalam corong pisah. Mekanisme kerja ekstraksi adalah memisahkan dua lapisan yang tidak bercampur. Dalam filtrat tadi mungkin masih terdapat zat-zat lain seperti teofilin yang tidak larut dalam kloroform sedangkan kafein mudah larut dalam kloroform, sehingga kloroform dapat dipakai untuk mengekstraksi kafein. Ekstraksi dapat dilakukan beberapa kali, namun ekstraksi tiga kali adalah yang paling efektif. Oleh karena itu kali ini kita mengekstraksi filtrate sebanyak tiga kali, masing-masing dengan 25 ml kloroform. Setelah pengekstrasian, kloroform beserta kafein yang ada didalamnya dimasukkan kembali kedalam corong pisah, kemudian dicuci dengan NaOH 10% sebanyak 10 ml agar dapat menghilangkan kelebihan asam dalam ekstrak Setelah itu dicuci kembali dengan aquadest 10 ml, tujuannya sebagai pencucian terakhir dan untuk menetralkan. Hal ini dilakukan agar kristal kafein yang terbentuk tidak bersifat alkalis. Terakhir ditambahkan Na2So4 sebanyak 2 gram, kemudian diaduk-aduk agar airnya dapat diserap. Selanjutnya disaring dalam corong Buchner kedalam cawan porselen, setelah itu diuapkan. Dari hasil isolasi kafein dari kopi ditimbang kemudian dihitung % rendamennya. Diperoleh % rendamen sebesar 42,69%. Adapun dalam praktikum terdapat berbagai faktor kesalahan seperti larutan telah dingin sehingga tannin kembali berikatan dengan kafein sehingga kafein yang diperoleh tidak murni, kesalahan dalam penyaringan, corong yang digunakan terlalu kecil, dan sebagainya.

You might also like