You are on page 1of 23

DEFINISI ETIKA PROFESI Etos kerja merupakan komponen primer yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia

yang berkualitas (Sinamo, 2002). Hill (1999) yang mendefinisikan etos kerja sebagai suatu norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik. Harsono dan Santoso (2006) mendefinisikan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu Petty (1993) menyatakan etos kerja adalah karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal, terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja yang biasa. Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka Etos Kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah. Dalam situs resmi kementerian KUKM, Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk meningkatkan produktivitas (www.depkop.go.id). Jansen Sinamo (2005), Etos Kerja adalah seperangkat

perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya. Menurut Geertz (1982:3) Etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. Sikap disini digambarkan sebagai prinsip masing-masing individu yang sudah menjadi keyakinannya dalam mengambil keputusan . Menurut kamus Webster, etos didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau sebuah institusi (guiding beliefs of a person, group or institution). Menurut Usman Pelly (1992:12), etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilaibudaya terhadap kerja. Dapat dilihat dari pernyataan di muka bahwa etos kerja mempunyai dasar dari nilai budaya, yang mana dari nilai budaya itulah yang membentuk etos kerja masing-masing pribadi. Etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan melalui perilaku kerja mereka secara khas (Sinamo, 2003,2). Menurut Toto Tasmara, (2002) Etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik. Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) . Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.

JANSEN SINAMO
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja adalah adalah adalah adalah adalah adalah adalah adalah

Rahmat; Aku Bekerja Tulus Penuh Rasa Syukur Amanah; Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung jawab Panggilan; Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas Aktualisasi; Aku Bekerja Keras Penuh Semangat Ibadah; Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan Seni; Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas Kehormatan; Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan Pelayanan; Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan hati

delapan aspek Etos Kerja sebagai berikut: 1. Kerja adalah rahmat; karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa, maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur. 2. Kerja adalah amanah; kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. 3. Kerja adalah panggilan; kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. 4. Kerja adalah aktualisasi; pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat 5. Kerja adalah ibadah; bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. 6. Kerja adalah seni; kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif. 7. Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan. 8. Kerja adalah Pelayanan; manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Etos 1 Keguruan adalah Rahmat Menerima jalan hidup sebagai guru harus diterima degan rasa syukur sebagai rahmat yang oleh penulis dijabarkan sebagai rahmat umum dan

rahmat khusus. Dalam artian umum jalan rahmat keguruan memberikan kebaikan tanpa batas kepada siapa saja tanpa pilih kasih, tanpa pandang bulu, diminta atau tidak, diharap atau ditolak seperti air hujan yang merahmati kehidupan di Bumi. Tidak ada jalan hidup para pekerja pabrik maupun profesional tanpa jalan rahmat keguruan sebagai proses hidup yang dilaluinya selama masa pendidikan. Di mana pun dan siapapun bersentuhan dengan jejak pena guru secara formal, non formal, maupun informal Dalam artian khusus, keguruan merupakan rahmat Tuhan yang hanya diberikan pada orang-orang tertentu (tentu saja karena dipercaya Tuhan) dengan bakat dan kemampuan tertentu pula. Tidak semua orang pintar bisa mengajar, tidak semua orang terampil mampu melatih, dan tidak semua orang berbudi mampu mendidik. Seorang guru adalah pribadi pilihan yang diberikan rahmat dengan talenta dan kompetensi keguruan yang khas, seperti kekhasan seorang dokter dan keunikan seorang seniman Etos 2 Keguruan adalah Amanah Melaksanakan tugas keguruan merupakan amanah yang dititipkan kepada guru oleh siswa (anak bangsa) untuk masa depannya, oleh orang tua untuk menumbuhkembangkan budi dan nurani; meninggikan intelegensi; dan menerampilkan kecakapan hidup (lifeskill) bagi anaknya, serta amanah Allah menebarkan ajaran kebenaran, kearifan, dan lain-lain sebagai pengejawantahan tugas kekhalifan di muka Bumi. Meski secara umum tugas kekhalifahan berlaku untuk semua orang, tugas guru menjadi lebih dominan perannya. Amanah keguruan setidaknya dikupas dalam tiga domain, yaitu mendidik agar siswa berbudi, berhati nurani, dan beretika-estetika, mengajar agar siswa berkembang kecerdasannya, ketajaman analisisnya, dan akurat pengambilan keputusannya, dan melatih agar siswa terampil dan ahli melaksnakan tugas vokasinya. Etos amanah yang melekat pada seorang guru akan terefleksi dalam bentuk tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas keguruannya. Sehingga akan menyingkirkan halangan rintangan pencapaian kualitas tinggi hasil belajar seperti perilaku membolos, tidak jujur, subjektif, mengajar seadanya, dan lain-lain. Etos 3 Keguruan adalah Penggilan Tugas keguruan adalah panggilan suci, kewajiban luhur, dan perbuatan mulia atau disebut dengan darma. Secara umum panggilan suci ini berlaku dan dibebankan kepada semua manusia, tetapi secara khusus hanya orangorang tertentu saja yang mampu menerima frekuensi resonansi panggilan tersebut untuk melaksanakan tugas keguruan yaitu mendidik, mengajar, dan melatih anak bangsa ini. Dalam uraniannya, penulis menjabarkan pengertian khusus panggilan suci sebagai sebuah vocation, sebagai bentuk pekerjaan khusus yang dianugerahkan Tuhan. Seorang guru yang terpanggil secara khusus melaksanakan tugas-tugas keguruan akan memiliki motivasi kuat dan tangguh dan dihayatinya secara religius. Pada akhirnya juga menjadi senjata

ampuh mempertahankan idealisme manakala menemui halangan-rintangan yang kerap menghampirinya. Etos 4 Keguruan adalah Aktualisasi Tugas keguruan sebagai aktualisasi untuk melaksanakan proses menjelmakan potensi siswa menjadi wujud nyata keberhasilan menjadi orang kelak kemudian hari. Potensi unik siswa yang terselubung bagi sebagian orang, oleh guru diaktualisasikan dalam kemampuan-kemampuan secara bertahap tumbuh dan berkembang dengan hasil nyata menjadi manusia berbudi, berwawasan, dan berkeahlian. Proses aktualisasi memerlukan kerja keras, menerjang halangan, menerobos rintangan, menjungkirkan penghadang. Tidak ada hasil besar tanpa kerja keras. Oleh karena itu perlu visi dan target yang mengilhami kerja keras yang mampu mengalahkan kelelahan, kejenuhan, dan kemalasan. Etos keguruan sebagai aktualisasi juga berimplementasi pada pengembangan potensi disi seorang guru yang berjalan secara almiah, terasa mudah untuk dilakukan, jauh dari rasa bosan, depresi, dan menghindar dari tanggungjawab. Etos 5 Keguruan adalah Ibadah Melaksanakan guru dipandang sebagai bentuk pengabdian kepada sang Maha Pencipta, Pemberi amanah kekhalifahan, dan Pemlihara alam semesta. Etos ini memberikan makna yang tinggi terhadap pelaksanaan tugas keguruan ke dalam sentral hati nurani yang paling dalam. Karena secara kodrati setiap manusia mengagumi keagungan yang nampak jelas (dalam bentuk alam semesta) maupun secara sembunyi dalam hukumhukum alamnya, maka tugas agung dan mulia keguruan sebagai ibadah memberikan dorongan kuat guru menampilkan kinerja terbaiknya. Pengejawantahan etos keguruan sebagai ibadah mengurangi motivasi transaksional pekerjaan guru sekedar hubungan upah-pekerjaan. Akan tetapi menjadi sangat luhur dan mulia diatas sekedar rupiah dan material semata. Etos 6 Keguruan adalah Seni Keterampilan mengajar seorang guru menjadi sempurna manakala dibingkai kreatifitas dalam strategi dan implementasi ketika mengajar. Tidak selalu pada topik yang sama ditempuh melalui metode dan teknik yang sama. Guru perlu mengkreai kegiatan menjadi lebih menarik, dan ini berkaitan dengan seni kreasi mengajar. Sesungguhnya pekerjaan apa pun-khususnya mengajar- bila dihayati sebagai seni, bukan saja positif hasilnya, tetapi sekaligus menjadi sumber energi rohani bagi sang pekerja, bagi guru tersebut (hal 154). Dengan seni dan kreatifitas itu pula tugas keguruan menjadi sangat menggairahkan. Etos seni dalam keguruan mampu mengubah kesulitan menjadi daya tarik, kerumitan menjadi keteraturan, keburukan menjadi keindahan, kekurangan menjadi kelebihan, dan lain-lain. Kemampuan ini membutuhkan daya pengembangan dalam diri seorang guru dengan cara mengambangkan antusiasme melaksakanan tugas keguruan. Etos 7 Keguruan adalah Kehormatan

Pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan terhormat yag membidani semua profesi dan keberhasilan orang-orang besar. Penulis mengupas secara rinci dimensi kehormatan pekerjaan guru secara okupasional, psikologis, sosial, finasial, moral, personal, dan profesional. Rasa harga diri secara terhormat akan melahirkan kepercayaan diri yang tinggi yang mendukung prestasi unggul dalam mengajar. Dari etos guru seperti inilah dapat diharap lahir pribadi siswa yang berbudi, berhati mulia, tajam analisinya, akurat keputusannya, terampil keahliannya. Etos 8 Keguruan adalah Pelayanan Tugas keguruan adalah melayani siswa agar berkembang potensinya secara maksimal, mencapai kecakapan hidup yang diperlukan, menjadi abdi yang berakhlak mulia, menghantar anak menggapai cita-citanya. Seperti termuat dalam UU No 20 tahun 2003 tentang hak peserta didik dalam pendidikan. Etos pelayanan dalam keguruan (seperti juga dalam pemasaran dan jasa) melahirkan kepuasan pada ana didik dan pemangku kepentingan (stakeholder)-pelanggan. Dalam prosesnya guru berkembang menjadi manusia yang mulia, yaitu bahwa dalam dirinya terbetuk karakter melayani dengan rendah hati menuju kesempurnaan akhlak insani.

1. Kerja adalah Rahmat Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari TUHAN. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun. Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan.

2. Kerja adalah Amanah Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar pengisi waktu tapi perintah Allah. "Amanat itu mendatangkan rezeki, sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan". Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

3. Kerja adalah Panggilan

Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri kita sendirim, "I'm do my best!" Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya.

4. Kerja adalah Aktualisasi Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, apa yang harus kita aktualisasikan? a. Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab b. Kejujuran c. Disiplin d. Kemauan untuk maju e. Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan sebelum Anda f. Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja adalah aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa "ada". Bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.

5. Kerja adalah Ibadah Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Tuhan. Dengan kata lain, setiap aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata. Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

6. Kerja adalah Seni Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Dengan mengungkapkannya melalui dan menggunakan medium dan materi pekerjaan kita seperti komputer, kertas, pena, suara, ruangan, papan tulis, meja, kursi, atau apapun alat materi kerja kita. Materi kerja di atas diolah secara kreatif dan imajinatif dalam peristiwa kerja dengan memanfaatkan tidak saja nilai warna, tetapi terutama nilai estetikanya.

7. Kerja adalah Kehormatan

Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti yang Anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita menjadi "hijau" melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki. Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang lain yang lebih besar akan datang kepada kita.

8. Kerja adalah Pelayanan Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama. Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan melainkan keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dilaksanakan dengan penuh kejujuran. Etos kerja profesonal adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Etos kerja karyawan dimulai dari komitmen total dari dalam diri karyawan mendalami visi dan misi organisasi, mematuhi dan tunduk terhadap aturanaturan yang berlaku, melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan keahlian yang dimiliki, yang nantinya dapat dilihat pada produktivitas kerjanya, dan mengerti tentang sistem penilaian karyawan yaitu; kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kemimpinan. Untuk dapat membangun etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri dengan berkomitmen bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan, kerja adalah pelayanan. Etos kerja yang tinggi dapat ditentukan melalui proses penilaian pelaksanaan pekerjaan. Nilai inilah nanti akan menentukan kepada karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam jab tan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan untuk mendukuti sebuah jabatan. Etos kerja berpandangan bahwa kualitas kerja karyawan pada hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan kualitas kerja karyawan di hari esok harus lebih baik daripada kualitas kerja hari ini.


3. Bertanggung jawab. Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman: . Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra: 7)

Kerja adalah Rahmat: Bekerja Tulus Penuh Syukur. Bekerja adalah rahmat yang turun dari Tuhan, oleh karena itu harus kita syukuri. Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat lainnya sebagai berikut:

Kita dapat menyediakan sandang-pangan untuk keluarga kita dengan gaji yang kita dapat. Kita diberi kesempatan untuk bisa bergaul lebih luas serta meningkatkan kualitas diri ke tingkat yang lebih tinggi hingga kita bisa tumbuh dan berkembang. Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja. Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas.

Kerja adalah Amanah: Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab. Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap benar pekerjaan yang didelegasikan kepada kita akan yang menumbuhkankehendak kuat untuk melakasanakan tugas dengan sesuai job description untuk mencapai target ditetapkan. Kerja adalah Panggilan: Bekerja Tuntas Penuh Integritas. Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Profesi yang kita jalani untukmenjawab panggilan kita sebagai akuntan, hakim, dokter, dsb. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh. Kerja adalah Aktualisasi: Bekerja Keras Penuh Semangat. Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini adalah agar kita terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan keinginan kita tanpa merubah diri kita menjadi pecandu kerja. Ada tiga cara mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu:

Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras. Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita. Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita.

Kerja adalah Ibadah: Bekerja Serius Penuh Kecintaan. Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Berbekal keseriusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula jika pekerjaan yang kita lakukan

didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita, berapapun gaji yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang akan memberikan nilai moril dan spirituil yang berbeda jika semua didasari dengan rasa cinta. Jadi ingat, bekerja serius penuh kecintaan akan melahirkan pengabdian serta dedikasi terhadap pekerjaan. Kerja adalah Seni: Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas. Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini maksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efesien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Hasilnya, tentu saja daya cipta kita bukan hanya disenangi oleh pemimpin perusahaan tetapi juga oleh orang lain karena semua yang kita hasilkan itu adalah karya seni. Kerja adalah Kehormatan: Bekerja Tekun Penuh Keunggulan. Kehormatan diri bisa kita dapatkan dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup. Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan rasa percaya diri yang akan meningkatkan keinginan kita untuk bekerja lebih tekun. Kerja adalah Pelayanan: Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati. Tahukah Anda kalau ternyata hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain.

1. Kerja adalah rahmat. Aku bekerja tulus penuh rasa syukur Apapun pekerjaan kita, (sampai buruh kasar sekalipun) adalah rahmat dari Allah. Tidak semua orang mendapat pekerjaan. Lantaran kerjalah, seseorang memiliki saluran rezeki. Sama halnya menghirup oksigen dan udara sehat tanpa biaya sepeserpun, bekerja juga merupakan anugrah yang kita terima tanpa syarat. Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bisa bekerja pun adalah anugrah. Dengan bekerja kita dapat memenuhi kebutuhan, memiliki banyak teman dan kenalan, berkesempatan menambah ilmu, dan banyak lainnya. Maka, sungguh kelewatan jika kita merespons itu semua dengan bekerja ogah-ogahan. 2. Kerja adalah amanah. Aku bekerja benar penuh tanggung jawab Apapun pekerjaan itu, semuanya adalah amanah. Dengan memahami etos ini, kita dapat bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela: menipu, manipulasi/pemalsuan, korupsi, dll. 3. Kerja adalah panggilan. Aku bekerja tuntas penuh integritas Apapun itu bentuk profesinya, semuanya adalah dharma (pengabdian). Jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan hati, kita bisa berucap pada diri sendiri "I'm doing my best!!" (saya melakukan upaya terbaik). Dengan begitu, kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya. 4. Kerja adalah aktualisasi. Aku bekerja keras penuh semangat Apapun pekerjaan kita, semuanya merupakan peluang untuk wahana aktualisasi diri. Meski membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa "ada". Sibuk bekerja, jauh lebih menyenangkan daripada bengong tanpa bekerja. 5. Kerja itu ibadah. Aku bekerja serius penuh kecintaan Semua pekerjaan yang halal merupakan bagian dari ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. Meningkatkan motivasi kerja menjadi motivasi transendental (motivasi ibadah pada Allah). 6. Kerja adalah seni. Aku bekerja cerdas penuh kreativitas Apapun pekerjaan kita -bahkan seorang peneliti pun- semua adalah bagian dari seni. Kesadaran ini, akan membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Sekali lagi, kerja adalah seni. Bahkan ilmuwan seserius Einstein pun menyebut rumus fisika yang njelimet itu dengan kata sifatbeautiful. 7. Kerja adalah kehormatan. Aku bekerja tekun penuh keunggulan

Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang pada kita. 8. Kerja adalah pelayanan. Aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati Apapun pekerjaan kita, semua bisa dimaknai sebagai pengabdian atau pelayanan kepada sesama. Seperti cerita seorang lelaki tua pada pertengahan abad ke-20 di Prancis, yang hidup sebatang kara setelah ditinggal mati oleh anak dan istrinya. Bagi kebanyakan orang, kehidupannya hanyalah tinggal menunggu kematian. Namun tidak baginya. Ia pergi ke lembah Cavennen yang sepi. Sembari menggembalakan domba, ia memunguti biji oak, dan menanamnya di sepanjang lembah itu. Tanpa ada yang membayar dan memujinya. Namun ketika ia meninggal dalam usia 89 tahun, ia meninggalkan sebuah warisan luar biasa. Hutan 11 km! Sungai sungai kembali mengalir, tanah yang mulanya tandus menjadi subur, dan semua itu kemudian dinikmati oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal. Semoga dapat dimplementasikan.. Maju!!

Kerja adalah Rahmat: Bekerja Tulus Penuh Syukur. Bekerja adalah rahmat yang turun dari Tuhan, oleh karena itu harus kita syukuri. Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat lainnya sebagai berikut: Kita dapat menyediakan sandang-pangan untuk keluarga kita dengan gaji yang kita dapat.

Kita diberi kesempatan untuk bisa bergaul lebih luas serta meningkatkan kualitas diri ke tingkat yang lebih tinggi hingga kita bisa tumbuh dan berkembang. Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja.

Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas. Untuk itu tidak ada salahnya melakuakn pelatihan SDM tujuannya untuk meningkatkan etos kerja. Kerja adalah Amanah: Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab. Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang didelegasikan kepada kita akan menumbuhkan kehendak kuat untuk melakasanakan tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai target yang ditetapkan. Bekerja dengan hati, misalnya spritual EFT. Kerja adalah Panggilan: Bekerja Tuntas Penuh Integritas. Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh. Dengan spritual kerja yang bagus mudah-mudahn yang lain lancar juga. Kerja adalah Aktualisasi: Bekerja Keras Penuh Semangat. Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Pelatihan seperti quantum touch adalah salah satu pelatihan SDM. Ada tiga cara mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu: Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras.

Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita. Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita.

Kerja adalah Ibadah: Bekerja Serius Penuh Kecintaan. Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Etos kerja bukan hanya dilihat manusia, Tuhan Maha Mengetahui.

Kerja adalah Seni: Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas. Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini maksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efesien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Spritual quantum, EFT quantum, ataupun quantum touch merupakan pelatihan untuk peningkatan SDM. Kerja adalah Kehormatan: Bekerja Tekun Penuh Keunggulan. Kehormatan diri bisa kita dapatkan dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup. Spritual EFT & EFT Quantum bisa Anda coba. Kerja adalah Pelayanan: Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati. Tahukah Anda kalau ternyata hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah.

Etos kedua ialah keguruan adalah amanah merupakan suatu titipan yang dipercayakan seseorang kepada kita dan kita penerima amanah secara moral terikat untuk melaksanakan amah tersebut, sehingga amanah keguruan ini harus kita laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Apabila amanah keguruan ini di laksanakan dengan penuh tanggung jawab pasti melahirkan sikap anti KKN dan upaya pengembangan diri yang optimal karena dorongan moral yang kuat untuk menjaga dan melaksanakan amanah keguruan tersebut. Etos amanah ini lahir dari proses refleksi dan dialektika batin kita tatkala berhadapan antara kenyataan buruk dan tuntutan moral dan idealism luhur di pihak lain, sehingg mengubah kesadaran kita bahwa ini adalah hal yang baik sebagai suatu amanah yang harus di kerjakan. Tapi hal lain yang juga ikut berperan dalam melahirkan etos amanah ini adalah lingkungan hidup kita sendiri.

Amanah Kerja adalah amanah, Jabatan adalah amanah. Melalui kerja kita menerima amanah. Amanah adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita. Semakin besar tanggungjawab kita semakin besar pula bobot diri kita. Kompetensi dan integritas adalah sepasang kualitas utama agar orang mampu mengemban amanah. Kita menerima amanah kehidupan dari Sang Pemilik Hidup, karenanya kita bertanggungjawab atas setiap detik hidup kita yang fana ini. Kita semua adalah pemegang amanah. Tidak hanya satu tetapi banyak amanah. Barangsiapa berhasil mengemban amanah kecil akan mendapat kepercayan mengemban amanah besar.

Tanggungjawab harus diwujudkan dengan benar, baik esensi, semangat, maupun teknis pelaksanaannya. Tanggungjawab harus ditunaikan setara dengan bobot amanah yang dipercayakan. Tidak ada tanggungjawab tanpa kesadaran amanah. Amanah melahirkan tanggungjawab
3. Bertanggung jawab. Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman: . Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra: 7)

Ketepatan waktu Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, sebelum masuk dalam sebuah organisasi pendidikan seorang guru tentu mempunyai aturan, nilai dan norma sendiri, yang merupakan proses sosialisasi dari keluarga atau masyarakatnya. Seringkali terjadi aturan, nilai dan norma diri yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah yang ada. Hal ini menimbulkan konflik sehingga orang mudah tegang, marah, atau tersinggung apabila orang terlalu menjunjung tinggi salah satu aturannya. Misalnya, seorang guru yang selalu tepat waktu mengajar sementara itu iklim di sekolah kurang menjunjung tinggi nilai-nilai penghargaan terhadap waktu. Jika guru tersebut memegang teguh prinsip-prinsipnya sendiri, ia akan tersisih dari teman sekerjanya. Demikian sebaliknya, jika ikut arus maka ia akan mengalami stres, oleh karenanya ia harus menyesuaikan diri; tidak ikut arus, tetapi juga tidak kaku. Ia jika perlu mempelopori kepatuhan terhadap waktu kepada teman sejawatnya. Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian ketepatan waktu atau disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan organisasi. Niat untuk mentaati peraturan menurut Suryohadiprojo (1989:65) merupakan suatu kesadaran bahwa tanpa didasari unsur ketaatan, tujuan organisasi tidak akan tercapai. Hal itu berarti bahwa sikap dan perilaku di dorong adanya kontrol diri yang kuat. Artinya,sikap dan perilaku untuk mentaati peraturan organisasi muncul dari dalam dirinya. Niat juga dapat diartikan sebagai keinginan untuk berbuat sesuatu atau kemauan untuk menyesuaikan diri dengan aturanaturan. Sikap dan perilaku dalam disiplin kerja ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan, dan kehendak untuk mentaati peraturan. Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi tidak semata-mata patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku dan mati, tetapi juga mempunyai kehendak (niat).

Kerja itu amanah, kerja adalah tanggung jawabku, aku sanggup bekerja tuntas : Melalui kerja kita menerima amanah. Sebagai pemegang amanah, kita dipercaya, berkompeten dan wajib melaksanakannya sampai selesai. Jika terbukti mampu, akhlak terpercaya dan tanggung jawab akan makin menguat. Di pihak lain hal ini akan menjadi jaminan sukses pelaksanaan amanah yang akan menguklir prestasi kerja dan penghargaan. Maka tidak ada pekerjaan yang tidak tuntas. Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/1941913-etos-kerja/#ixzz1e3wO89Bd

ANALIS KESEHATAN

ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN


ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN Kata etik atau etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika merupakan cerminan dari sebuah mekanisme kontrol yang dibuat dan diterapkan oleh dan untuk kepentingan suatu kelompok sosial atau profesi. Kehadiran organisasi profesi dengan kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian PROFESI Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut. Ciri-ciri Profesi : Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi; Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan; Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Adanya proses lisensi atau sertifikat; Adanya organisasi; Otonomi dalam pekerjaannya.

KODE ETIK Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas

menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Orientasi kode etik hendaknya ditujukan kepada : profesi, pekerjaan, rekan, pemakai jasa, dan masyarakat. PROFESIONALISME Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). ETIKA PROFESI ANALIS KESEHATAN Etika profesi Analis Kesehatan memiliki tiga dimensi utama, yaitu : Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih) Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal) Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan) Kewajiban Terhadap Profesi Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya. Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi. Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi. Kewajiban Terhadap Pekerjaan Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur Amanah serta penuh integritas Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab Penuh semangat dan pengabdian Kreatif dan tekun Menjaga harga diri dan jujur Melayani dengan penuh kerendahan hati

Kewajiban Terhadap Rekan Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi. Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi. Kewajiban Terhadap Pasien Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat Kewajiban Terhadap Masyarakat Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada masyarakat. Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat. Langkah Menuju Profesional Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan berprinsip namun tidak kaku) Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu) Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri) Harapan Profesionalisme Analis Kesehatan Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil pengujian, dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri sendiri Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan pelayanan yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain) Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan

Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain) STANDAR KOMPETENSI ANALIS KESEHATAN Sudah sering kita mendengar istilah "kompeten" dan "kompetensi". Lalu apa maksud dari kedua kata itu? Kompeten adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Sedangkan kompetensi adalah apa yang seorang mampu kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau hasil yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan pada pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitude) dan sifatsifat pribadi lainnya.

Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Yang dimaksud dengan kompetensi adalah : seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi profesional didapatkan melalui pendidikan, pelatihan dan pemagangan dalam periode yang lama dan cukup sulit, pembelajarannya dirancang cermat dan dilaksanakan secara ketat, dan diakhiri dengan ujian sertifikasi (Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi). Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah pernyataan yang menguraikan keterampilan dan pengetahuan yang harus dilakukan saat bekerja serta penerapannya, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh tempat kerja (industri). Dimensi Kompetensi 1. Mampu melakukan tugas per tugas (task skills). Contoh : Mampu melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik. 2. Mampu mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam melaksanakan pekerjaan (task management skills). Contoh : Mampu melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik. 3. Mampu menanggapi kelainan dan kerusakan dalam pekerjaan sehari-hari (contingency management skills). Contoh : Sedang memindahkan biakan, gas habis. Menggunakan lampu spiritus untuk sterilisasi ose. 4. Mampu mengahadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan kerja termasuk bekerjasama dengan orang lain (Job role Environment Skills).

Contoh : Biakan tumpah, menangani tumpahan (didisinfeksi) sehingga tidak membahayakan dirinya dan orang lain / lingkungan. 5. Mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang berbeda /situasi yang baru/ tempat kerja yang baru (transfer skills/adaptation skills). Contoh : Memindahkan biakan bakteri dalam safety cabinet. Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi 1. Dasar pemberian rekomendasi kewenangan pelayanan bagi tenaga kesehatan. 2. Dasar pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan. 3. Jembatan kesenjangan antara kurikulum pendidikan dengan implementasi kewenangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan. 4. Pedoman CPD (Continuing Profesional Development) bagi organisasi profesi. 5. Sebagai salah satu alat untuk skrining tenaga kesehatan asing yang akan beri pelayanan kesehatan Standar Kompetensi Analis Kesehatan 1. Ilmu pengetahuan yang melatarbelakangi dan berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan 2. Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional o Dapat merancang alur kerja pengujian/pemeriksaan mulai tahap pra analitik, analitik, sampai dengan paska analitik. o Membuat SOP, Manual Mutu, indikator kinerja dan proses analisis yang akan digunakan. 3. Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional. o Melakukan pengambilan spesimen :pengetahuan persiapan pasien o Penilaian terhadap spesimen (memenuhi syarat atau tidak). o Pelabelan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman o Dapat melakukan pemilihan alat, alat bantu, metode, reagent untuk pemeriksaan atau analisa tertentu. o Dapat mengerjakan prosedur laboratorium o Dapat memahami cara kerja dan menggunakan peralatan dalam proses teknis operasional o Mengetahui cara-cara kalibrasi dan cara menguji kelaikan alat o Dapat memelihara alat dan menjaga kinerja alat tetap baik 4. Kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik operasioanl. o Mampu menilai layak dan tidak hasil pemeriksaan, pemantapan mutu yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan proses selanjutnya

5. 6.

7. 8. 9.

Mampu menilai proses pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan. Diterima tidaknya suatu hasil atau rangkaian hasil pemeriksaan Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa, seperti pasien, klinisi, mitra kerja, dll. Mampu mendeteksi secara dini : o munculnya penyimpangan dalam proses operasional o terjadinya kerusakan media, reagent alat yang digunakan atau lingkungan pemeriksaan o mampu menilai validitas (kesahihan) suatu hasil pemeriksaan atau rangkaian hasil pemeriksaan Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap masalah teknis operasional yang muncul. Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja Kemampuan administrasi
o

Tugas Pokok Analis Kesehatan Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi, imunopatologi, histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan atau masyarakat Peran Analis Kesehatan 1. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan 2. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan 3. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan 4. Penyuluh dalam bidang laboratorium kesehatan (Promotion Health Laboratory) Analis Kesehatan Sebagai Profesi Memberikan pelayanan kepada masyarakat bersifat khusus atau spesialis. Melalui jenjang pendidikan tinggi. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat. Mempunyai kewenangan yang sah, peran dan fungsi jelas. Mempunyai kompetensi jelas dan terukur. Memiliki organisasi profesi, kode etik, standar pelayanan, standar praktek, standar pendidikan.

Standar Profesi Analis Kesehatan Profesionalisme : tuntutan profesi sebagai jawaban memenangkan kompetisi GLOBAL Standar mutu : berlaku bagi semua Analis Kesehatan di Indonesia Melindungi pasien/klien & masyarakat dari pelayanan yg tidak profesional Melindungi Analis Kesehatan dari tuntutan klien Penapisan Ahli Laboratorium asing Kewajiban Analis Kesehatan 1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen. 2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen, yang berkisar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. 3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan laboratorium dari yang sederhana sampai dengan yang canggih. 4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan dengan data hasil uji. 5. Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan manfaat kepraktisannya. 6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium untuk memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji laboratorium dalam menginterpretasi hasil uji. 7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium. 8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang Teknik kelaboratoriuman. 9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan. Kemampuan yang Harus Dimiliki Analis Kesehatan 1. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan. 2. Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk penyiapan pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan, atau fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen. 3. Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium. 4. Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat dengan benar. 5. Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.

6. Keterampilan dalam pembuatan uji kualitas media dan reagen untuk pemeriksaan laboratorium. 7. Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan prosedur laboratorium. 8. Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil uji. 9. Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui evaluasi mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji. 10. Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji. 11. Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan jenjangnya.

Etika Profesi Analis Kesehatan Dlm Berorganisasi Profesi


PENDAHULUAN Setiap orang yang berkecimpung dalam suatu kegiatan yang bersifat profesi dan keahlian yang memiliki suatu kemampuan khusus berupa kompetensi, maka akan memiliki suatu organisasi profesi sebagai wadah menyalurkan aspirasi dan wadah komunikasi dalam rangka menjadi rasa persatuan sesama profesi yang dijalankan sebagai tanggung jawab rasa kebersamaan. Dunia kesehatan dikenal beberapa organisasi kesehatan yang telah lama berdiri dan eksis dalam memperjuangkan aspirasi anggota didalamnya dan juga baru berdiri dalam beberapa tahun ini. Organisasi tersebut antara lain : IDI, IBI, PPNI, HAKLI, ISFI, AIA, PATELKI, IAKI, PAMKI, ILKI, HKKI, PERSAGI. Organisasi yang berhaluan pada kelaboratoriuman antara lain adalah PATELKI, IAKI, PAMKI, ILKI dan HKKI. Untuk organisasi profesi laboratorium kesehatan hanya PATELKI dan IAKI. Organisasi PATELKI (Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan) dan IAKI (Ikatan Analis Kesehatan Indonesia) merupakan organisasi sejenis yang memiliki keanggotan analis kesehatan yang bekerja di laboratorium. Khusus untuk IAKI hanya memiliki keanggotaan analis kesehatan, sedangkan PATELKI memiliki keanggotaan kurang murni karena selain analis kesehatan, juga analis medis dan lainnya yang bekerja di laboratorium kesehatan, walaupun dalam keputusan MUSWIL di Kota Makassar telah ditegaskan bahwa keanggotaan terdiri atas analis kesehatan dan analis medis. PATELKI merupakan organisasi yang cukup tua, berdiri sejak tanggal 26 April 1986 di Jakarta dan telah diakui di Asia tenggara sebagai organisasi profesi laboratorium dan pihak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Berbeda dengan IAKI yang baru berusia sekitar 5 tahun, namun organisasi ini masih memerlukan pengembangan dan perjuangan yang panjang dalam pemerataan keanggotaan di Indonesia. STANDAR PROFESI Merupakan perangkat yang dimiliki oleh organisasi yang mengatur Tugas Pokok, Hak dan Kewajiban, Kemampuan yang harus dimiliki serta sikap dan kepribadian yang harus dimiliki oleh Pranata Laboratorium Kesehatan (Analis Kesehatan). Standar profesi ini setiap organisasi

memiliki standar tersendiri, namun untuk laboratorium memiliki kesamaan yaitu standar profesi analis kesehatan dalam bekerja di laboratorium berdasarkan kompetensi. HAK DAN KEWAJIBAN BERORGANISASI Hak dan kewajiban setiap anggota organisasi biasanya telah diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD-ART) organisasi tersebut. Hak merupakan segala sesuatu yang menjadi hak untuk didapatkan atas keikutsertaan dalam keanggotaan sehingga menguntungkan bagi anggota tersebut. Contoh misalnya : hak dipilih menjadi ketua. Kewajiban adalah segala kewajiban yang harus dilaksanakan oleh anggota tersebut selaku anggota organisasi tersebut. Contoh kewajiban : kewajiban membayar iuran anggota. Antara hak dan kewajiban merupakan kedua sisi yang saling terkait dan membatasi ruang lingkup seseorang tersebut dalam berorganisasi. TUGAS POKOK PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN Tugas pokok Analis Kesehatan (Pranata Laboratorium Kesehatan = PLK) adalah melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi, Toksikologi, Kimia Lingkungan, Patologi Anatomi (Histopatologi, Sitopatologi, Histokimia, Imunopatologi, Patologi molekuler), Biologi dan Fisika. HAK DAN KEWAJIBAN ANALIS KESEHATAN 1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses specimen 2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen, yang berkisar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. 3. Mengoperasikan dan memelihara perlatan lab dari yang sederhana hingga yang canggih. 4. Mengevaluasi data lab untuk memastikan akurasi dan keabsahan, mengkonfirmasi hasil abnormal, melaksanakan prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan dengan data hasil uji 5. Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan manfaat dan kepraktisannya. 6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium untuk memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji laboratorium dalam menginterpretasi hasil uji. 7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium. 8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknis kelaboratoriuman 9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan.

KEMAMPUAN YANG HARUS DIMILIKI OLEH ANALIS KESEHATAN Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan : Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk penyiapan pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan, atau fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen Keterampilan dalam mengerjakan prosedur laboratorium Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat yang benar. Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi, dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan Keterampilan dalam pembuatan dan uji kualitas media serta reagen untuk pemeriksaan laboratorium. Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan prosedur laboratorium : Kewaspadaan terhadap faktor yg mempengaruhi hasil uji Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui evaluasi mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji. Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji. Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan jenjangnya SIKAP DAN KEPRIBADIAN YANG HARUS DIMILIKI OLEH ANALIS KESEHATAN 1. Teliti dan cekatan 2. Jujur, dapat dipercaya 3. Rasa tanggung jawab yang tinggi 4. Mampu berkomunikasi dengan efektif 5. Disiplin 6. Berjiwa melayani

You might also like